Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Hukum Perdata:
1. Menurut H.F.A Vollmar
Aturan-aturan atau norma-norma yang memberikan pembatasan yang oleh
karenanya memberikan perlindungan-perlindungan pada kepentingan-
kepentingan perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara
kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lain dari orang-orang dalam
suatu masyarakat tertentu.
2. Menurut R. Sardjono
Norma/ kaedah-kaedah yang menguasai manusia dalam masyarakat dalam
hubungannya dengan orang lain
3. Menurut R. Subekti
Segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.
4. Menurut Soedewi
Hukum yang mengatur kepentingan antar warga negara perseorangan yang
satu dengan warga negara yang lain
5. Prof. Wirjono Prodjodikoro
Suatu rangkaian hukum antara orang-orang atau badan hukum satu dengan
yang lain mengatur hak dan kewajiban dalam pergaulan kemasyarakatan.
Salah satu ciri sistem hukum Eropa Kontinental kodifikasi dalam hukum perdata:
KUHPer (Burgelijk Wetboek) Buku 1: Orang; Buku 2: Kebendaan; Buku 3: Perikatan,
Buku 4: Pembuktian & Daluwarsa.
Sejarah KUHPerdata
Sebelum Belanda datang, sudah berlaku 2 sistem hukum di Indonesia: hukum adat dan
hukum Islam.
Keanekaragaman hukum perdata di Indonesia bersumber dari Pasal 131 dan 163 IS:
1. Golongan Eropa berlaku hukum Barat
2. Golongan Timur Asing hukum adat masing-masing
Asas Konkordansi :
KUHPer diberlakukan di
Indonesia pada 1 Mei KUHPer dinyatakan
1848 dengan beberapa berlaku lagi pada 1838
penyesuaian
sebelumnya.
KUHPer yang berlaku di Indonesia diadopsi dari KUHPer Belanda, sementara KUHPer
Belanda mendapatkan pengaruh dari Code Civil Perancis, dan Code Civil Perancis
mendapat pengaruh dari hukum Romawi.
Secara yuridis formil, kedudukan BW tetap sebagai UU sebab BW tidak pernah dicabut
dari kedudukannya sebagai UU. Namun, BW bukan lagi KUHPer yang utuh dan bulat
seperti saat pertama diundangkan, karena beberapa bagian daripadanya sudah tidak
berlaku lagi, baik karena peraturan perundang-undangan yang menggantikannya,
maupun karena putusan-putusan hakim.
Berdasarkan SEMA (Surat Edaran MA) no. 3/1963, ada 8 pasal yang tidak berlaku lagi
dalam KUHPer:
- Pasal 108 dan 110 BW istri dapat melakukan perbuatan hukum dengan bebas
- Pasal 284 ayat (3) BW pengakuan anak luar kawin oleh ayahnya tidak lagi
berakibat hubungan perdata anak dengan ibunya terputus
- Pasal 1238 BW menghilangkan penagihan tertulis sebelum menagih hutang
- Pasal 1460 BW aturan untuk mengalihkan resiko atas suatu barang
- Pasal 1579 BW sewa-menyewa
- Pasal 1602 X ayat 1 dan 2 BW ada unsur diskriminatif antara orang Eropa dan
Indonesia, maka dihapus
- Pasal 1682 BW penghibahan atas benda tetap tidak perlu dilakukan dengan
akta notaris
Buku I : aturan perkawinan sudah tidak berlaku, diganti UU No. 1 tahun 1974
Buku II : diganti dengan UU Pokok Agraria nomor 5 tahun 1960, UU Hak Tanggungan
nomor 4 tahun 1996, dan UU Jaminan Fidusia nomor 42 tahun 1999.
Dalam arti luas: tidak hanya ketentuan orang sebagai subjek hukum, tetapi juga aturan
hukum keluarga.
Subjek Hukum
Subjek hukum adalah pengemban hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum.
Pendewasaan (Handlichting)
Domisili = tempat dimana seseorang dianggap selalu hadir oleh hukum terkait
pelaksanaan hak dan kewajiban; setiap waktu dapat dicapai. tujuan: kepastian
hukum, untuk menyampaikan gugatan perdata terhadap seseorang, untuk
melangsungkan perkawinan; kompetensi relatif pengadilan mana yang berwenang.
Badan hukum: tempat kedudukan badan hukum adalah tempat dimana pengurusnya
menetap.
Catatan Sipil
Lembaga yang berwenang untuk mencatat: Catatan Sipil (Burgelijk Stand). Catatan
Sipil berada di bawah tanggung jawab Departemen Dalam Negeri. Ada di setiap
kabupaten / kotamadya.
Khusus untuk pencatatan nikah talak dan rujuk bagi orang Islam: kantor catatan sipil
terdapat pada tiap kantor Departemen Agama.
Seseorang dinyatakan tidak hadir baik meninggalkan kuasa atau menunjuk wakil atau
tidak.
Pasal 39 UU No. 1 tahun 1974 dan Pasal 19 huruf b PP No. 9 tahun 1975:
keadaan tak hadir dapat menjadi alasan untuk mengajukan permohonan
perceraian jika telah lampau dua tahun berturut-turut. dapat menikah lagi.
Perkawinan
1. Pengertian perkawinan
a. UU No. 1 tahun 1974: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Pasal 26 KUHPer: suatu persekutuan/perikatan antara seorang wanita daN
seorang pria yang diakui sah oleh UU/ peraturan negara yang bertujuan untuk
menyelenggarakan kesatuan hidup yang abadi Perkawinan hanya dipandang
dari segi keperdataan perkawinan yang sah hanyalah perkawinan yang
memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam KUHPer.
c. Prof. Subekti: perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan
seorang perempuan untuk waktu yang lama
2. Segi positif perkawinan menurut KUHPer:
a. Asas Monogami Pasal 27 KUHPer
b. Perkawinan berlangsung abadi hanya cerai mati
c. Alasan pemutusan perkawinan selain kematian, seperti perceraian diatur limitatif
3. Segi negatif perkawinan menurut KUHPer:
a. Prosedur, syarat, dan tata cara perkawinan baik menurut agama dan adat istiadat
tertentu sepanjang tidak diatur dalam KUHPer tidak mempengaruhi keabsahan
perkawinan
b. Tidak ada larangan untuk kawin, contoh: kawin beda keyakinan, kawin kontrak,
kawin antara saudara sesusuan, dsb.
c. Tidak memperhatikan faktor biologis. Perceraian karena alasan tidak bisa punya
keturunan tidak bisa dijadikan alasan.
d. Tidak mempedulikan motif para pihak untuk melakukan perkawinan.
4. Ide dasar yang melatarbelakangi lahirnya UU No. 1 tahun 1974
a. Ide unifikasi:
- Hukum yang berlaku untuk perkawinan sebelumnya:
o KUHPer: untuk orang Eropa
o HOCI / Ordonansi Perkawinan Indonesia Kristen Stb. 1933 No. 74 : untuk
golongan kristen Jawa, Madura dan Minahasa
o Ketentuan perkawinan campuran
- UU No 1 tahun 1974 : kesatuan hukum tentang perkawinan, bersifat nasional,
berlaku untuk semua warga negara
- Pasal 66 UU No. 1 tahun 1974 menghapuskan perbedaan hukum yang
berlaku melenyapkan arti yang terkandung dalam Pasal 131 dan 163 IS
b. Ide pembaharuan
- Menampung aspirasi emansipasi tuntutan masa kini bahwa kedudukan
suami dan isteri dalam perkawinan sama derajatnya
- Persamaan hak suami isteri dalam berumah tangga dan bermasyarakat (Pasal
31 UU No. 1 tahun 1974)
5. Perbedaan perkawinan dan perjanjian
Perkawinan Perjanjian
Subyek: suami dan istri Subyek: debitur dan kreditur
Diadakan oleh pejabat negara (Petugas Diadakan oleh pihak yang
Catatan Sipil atau Petugas KUA) berkepentingan
Tidak bebas menentukan sendiri syarat Asas kebebasan berkontrak
perkawinan sudah ditentukan di UU
Hak tidak dapat dialihkan Hak dapat dialihkan kepada orang lain
Putus karena kematian atau alasan Dapat dihapus setiap saat oleh pihak
yang limitatif oleh UU yang bersangkutan
Pasal 105: suami adalah kepala. Ia Pasal 32: punya kediaman tetap
memberi bantuan kepada istrinya di
muka hakim
Pasal 106: istri harus patuh kepada Pasal 33: suami-istri saling mencintai
suami
Pasal 107: suami wajib melindungi istri Pasal 34: suami melindungi istri; istri
dan memberinya segala yang ia perlu; mengatur rumah tangga sebaik-
sesuai kedudukan dan baiknya
kemampuannya
Pasal 108: istri tidak berwenang
bertindak dalam hukum MARITAL
MACHT
Pasal 110: menghadap hakim harus
didampingi suami MARITAL
MACHT
Terhadap Anak
Anak sah: Anak sah:
Pasal 250: anak yang lahir / Pasal 42: dilahirkan dalam atau
ditumbuhkan saat perkawinan sebagai akibat perkawinan sah
Penyangkalan anak: Penyangkalan anak:
Pasal 251: anak lahir sebelum hari ke Pasal 44 ayat (1): oleh suami. Harus
180 dalam perkawinan dibuktikan bahwa anaknya hasil
Pasal 252: oleh suami. Apabila ia dapat perzinahan istrinya.
membuktikan sejak 300 sampai 180 Pasal 44 ayat (2): keputusan
hari sebelum lahirnya anak, ia belum pengadilan
pernah berhubungan dengan istrinya.
Pasal 253: hasil perzinahan istri +
disembunyikan lahirnya anak tsb
Pasal 254: anak lahir setelah 300 hari
keputusan hakim tentang pisah meja
dan tempat tidur
Pasal 255: anak yang lahir 300 hari
setelah perkawinan dibubarka
bukan anak sah
Pembuktian anak sah:
Pasal 261: akta-akta kelahiran; dan
apabila anak-anak menikmati
kedudukan sebagai anak sah
Anak luar kawin: Anak luar kawin:
Pasal 272: anak hasil perzinahan; anak Pasal 43: hubungan perdata hanya
yang dibuahkan di luar perkawinan dengan ibu dan keluarga ibunya
Pengakuan anak-anak luar kawin: Pengakuan anak-anak luar kawin:
Pasal 280: timbul hubungan perdata Anak luar kawin secara otomatis
antara anak dengan bapak/ibunya punya hubungan dengan ibu dan
setelah pengakuan oleh bapak ibunya. keluarga ibunya.
Kekuasaan orang tua: Kekuasaan orang tua: hak dan
Pasal 298: anak wajib hormat kepada kewajiban orang tua dan anak
orang tua; orang tua wajib timbal balik
memelihara dan mendidik anak yang Pasal 45: Orang tua wajib memelihara
belum dewasa. anak-anak mereka, walaupun
Hak dan kewajiban anak dan orang perkawinan orang tua putus
tua: Pasal 46: anak wajib menghormati
Pasal 321: anak wajib memberi nafkah orang tua. Saat sudah dewasa, anak
kepada orang tua dan keluarga dalam wajib memelihara orang tua dan
garis ke atas saat mereka miskin keluarga dalam garis lurus ke atas
Pencabutan kekuasaan orang tua: menurut kemampuannya bila mereka
Pasal 319a: butuh bantuan
- Menyalahgunakan kekuasaan Pasal 47: orang tua mewakili anak
orang tuanya/ mengabaikan tersebut melakukan perbuatan hukum
kewajibannya mendidik anak Pasal 48: orang tua tidak boleh
- Kelakuan buruk memindahkan hak atau
- Telah mendapat hukuman dengan menggadaikan barang-barang milik
putusan berkekuatan mutlak anak
- Telah mendapat hukuman badan Pasal 49: pencabutan kekuasaan
selama 2 tahun orang tua bila melalaikan
kewajibannya dan berkelakuan buruk
sekali.
Terhadap harta kekayaan
Pasal 119: persatuan bulat antara Pasal 35: harta perkawinan menjadi
harta kekayaan suami istri harta bersama dan harta bawaan.
Pasal 186 butir 2e: pemisahan harta Pasal 36:
kekayaan atas mufakat sendiri - Harta bersama: suami istri dapat
dilarang bertindak atas persetujuan kedua
belah pihak
8. Putusnya Perkawinan
KUHPerdata UU No. 1 Tahun 1974
Penyebab: Penyebab: Pasal 38
1. Kematian 1. Kematian
2. Keadaan tidak hadir diikuti 2. Perceraian
perkawinan baru 3. Keputusan pengadilan
3. Keputusan pengadilan perpisahan
meja dan tempat tidur setelah
Pasal 229: Pengadilan menetapkan Putus istri tetap dapat nafkah. Jika
wali menikah lagi, nafkah putus. Ps 41
2. Terhadap harta kekayaan ayat c UU No.1/1974
Harta bersama dibagi sesuai 2. Terhadap anak
perjanjian perkawinan. Bapak / Ibu tetap wajib memelihara
anak
3. Terhadap harta kekayaan
Diatur hukum masing-masing
(Hukum Adat, Hukum Agama,
hukum lainnya)
9. Perwalian
- Diatur dalam UU No 1 tahun 1974 Pasal 50 sampai 54
- Perwalian: perlindungan hukum yang diberikan kepada seorang anak yang
belum mencapai usia dewasa dan belum pernah kawin dan tidak berada di
bawah kekuasaan orang tua
- Kewajiban wali:
o Mengurus anak dan harta bendanya dengan baik
o Menghormati agama dan kepercayaan anak
o Wajib membuat daftar harta benda anak itu dan mencatat perubahan-
perubahannya
o Bertanggungjawab atas harta benda dan kerugian karena kesalahannya
o Tidak boleh memindahkan hak atau menggadaikan barang tetap milik
anak di bawah perwaliannya jika anak belum 18 tahun atau belum kawin;
kecuali kalau kepentingan si anak menghendaki
10. Adopsi
- Pengangkatan anak, suatu perbuatan hukum yang mengalihkan seorang anak
dari lingkungan kekuasaan orang tua ke dalam lingkungan keluarga orang tua
angkat. hak anak tersebut juga berpindah, sebagai anak angkat.
- Dahulu: hanya untuk orang Tionghoa, diatur dalam Staatsblad.
- Pasca Reformasi: UU No. 23 tahun 2002, PP No. 54 tahun 2007, PerMenSos no.
110/HUK/2009 tentang persyaratan pengangkatan anak anak yang diangkat
oleh WNI hanya dengan penetapan pengadilan.
- Tujuan Pengangkatan Anak kepentingan terbaik bagi anak, untuk
kesejahteraan dan perlindungan. Dilaksanakan sesuai adat kebiasaan dan
ketentuan perundang-undangan.
- Ketentuan Pengangkatan Anak:
o Calon orang tua angkat harus seagama dengan si anak angkat; kalau
anak angkat tersebut tidak diketahui agamanya, maka disesuaikan
dengan agama mayoritas penduduk setempat.