Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. IDENTITAS
Nama : Tn. J
Umur : 70 Tahun
Agama : Islam
No. CM : 055731
1. ANAMNESIS
Diperoleh dari pasien dan keluarganya(autoanamnesa dan allowanamnesa).
Setelah jatuh, pasien tidak mengeluh nyeri kepala, sesak, mual, kejang dan
penglihatan kabur. Anggota gerak kanan terasa berat untuk digerakkan. Bicara pelo
tidak jelas dan mulut sedikit perot. Tidak disertai dengan keluhan kejang, pilek,
batuk, demam, gangguan pendengaran, kesemutan, pandangan ganda dan riwayat
kepala terbentur sebelum kejadian. Pada saat masuk rumah sakit penderita
mengalami kelemahan anggota gerak kanan. Bicara pelo tidak jelas. Terdapat 1x
muntah proyektil.
Menurut istrinya, penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala sebelumnya dan
tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Disangkal adanya riwayat
darah tinggi sebelumnya. Disangkal adanya riwayat tumor. Tidak ada gangguan
BAK dan BAB.
1. DISKUSI 1
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan anggota
gerak kanan, yang sifatnya mendadak setelah sadarkan diri disertai bicara pelo dan
tidak jelas, penurunan kesadaran dengan onset akut. Pada penderita tidak
didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan
motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun nyeri kepala kronik akibat
dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran umum
pada tumor otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri
kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga
tidak terdapat pada penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).
Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus
yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi
vaskuler karena onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah
pada diagnosis stroke. Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke juga
didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak akut akibat
gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak,
berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian.
Pasien berumur 65 tahun dan berjenis kelamin laki laki yang termasuk kejadian
terbanyak menurut beberapa penelitian. Penelitian Denise Nasissi, 2010
menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% laki-laki dengan
rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun). Umur merupakan faktor
risiko yang paling kuat untuk stroke. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk
setiap 10 tahun di atas 55 tahun. (Sotirios, 2000).
Klasifikasi Stroke
Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua :
Stroke hemoragik / perdarahan yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan
kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area
tersebut.
Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Stroke nonhemoragik / iskemik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area
yang mendapat suplai terganggu.
Stroke Trombotik
Stroke Embolik
Hipoperfusion Sistemik
Penentuan terapi stroke saat ini berdasarkan jenis patologi stroke iskemik atau
perdarahan. Diagnosis baku emas (gold standard) dengan menggunakan CT Scan
atau MRI yang jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia.
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter
membedakan antara stroke iskemik atau stroke hemorhagik. Yang cukup banyak
dipakai adalah Siriraj Score yang pertama kali dikembangkan di Thailand. Kolapo,
dkk di Nigeria membandingkan skor siriraj dgn CT-Scan. Sensitivitas (Sn) dan
spesifisitas (Sp) berkisar antara 71-82%.
No Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor
(0) Tidak
(1) Ya
2 Muntah X2 2+
(0) Tidak
(1) Ya
3 Nyeri kepala X2 0+
Ateroma
a. D M
b. Angina pektoris
(0) Tidak
c. Klaudikasio termiten (1) Ya
5 X (-3) 0
6 Konstante 12 12
Suatu tes diagnostik pengganti, Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) dapat
digunakan sebagai diagnosis pengganti dalam menetukan jenis patologi stroke
dengan parameter penurunan kesadaran, nyeri kepala dan refleks babinski (Dahlan
1999 ; Lamsudin, 1999).
Pada pasien ini didapatkan penurunan kesadaran, disangkal adanya nyeri kepala
dan pada pemeriksaan didapatkan refleks babinski positif, sehingga menurut ASGM,
didapatkan adanya penurunan kesadaran dan refleks babinski positif pada penderita
ini, diagnosis dicurigai sebagai stroke perdarahan.
Stroke Perdarahan
Lebih kurang 15 % penderita stroke, mengalami stroke perdarahan. Termasuk
didalamnya perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid akibat pecahnya
aneurisma, malformasi arteriovenosa, alkoholisme, diskrasia darah dan angiopati
amiloid (Toole, 1990 ; Lindsay, 1997).
Berdasarkan letak perdarahan, stroke hemoragik bisa dibagi menjadi 2 jenis, yakni :
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis
melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunaaan kokain atau
amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi
sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut
amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid)
melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan (Sotirios AT, 2000).
Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap
sebagai stroke. Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara
spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal,
seperti kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari
pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian Aneurisma
biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran
(bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana
tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan
subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital (Sotirios AT, 2000).
1. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, kelemahan
anggota gerak kanan, bicara pelo, dan mulut perot
1. PEMERIKSAAN FISIK
VI.1 Status Generalis (Dilakukan tanggal 5 Maret 2014)
Keadaan umum : lema, gizi baik, tampak sakit sedang
Nadi = 64 x/mnt
Pernafasan = 20 x/mnt
Temperatur = 36,2 o C
SPO = 98%
Kepala : mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
diameter 3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, dalam batas normal
Jantung : konfigurasi dalam batas normal, SI-II tunggal, dalam batas normal
Abdomen : supel, tympani, massa (-), bising usus normal Hepar dan Lien tidak
teraba pembesaran
Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), kelemahan anggota gerak kanan
Orientasi : sdn
Kecerdasan : sdn
Daya penglihatan + +
Penglihatan warna + +
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Menggigit + +
Membuka mulut + +
Sensibilitas muka + +
Reflek kornea + +
N.VI Diplopia
Mengerutkan alis + +
Menggembungkan pipi +
Reflek muntah +
Sengau + +
N.IX Tersedak + +
N.X Menelan +
Artikulasi disartria
Sensibilitas : dbn
PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1 Laboratorium
Hipertensi yang lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang
memperlemahh dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan rupture
intima dan menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan
mikrohematoma dan edema. Hipertesnsi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-
aneurisma kecil (diameter 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah,
aneurisma ini dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard (Toole JF,1990).
Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan sebagai koenzim
dalam proses pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna dalam
pembentukan DNA, serta pemeliharaan fungsi saraf. Metilkobalamin berperan pada
neuron susunan saraf melalui aksinya terhadap reseptor NMDA dengan perantaraan
S-adenosilmethione (SAM) dalam mencegah apoptosis akibat glutamate-induced
neurotoxicity. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan peranan metilkobalamin
pada terapi stroke, cedera otak, penyakit Alzheimer, Parkinson, termasuk juga dapat
dipakai untuk melindungi otak dari kerusakan pada kondisi hipoglikemia dan status
epileptikus (Meliala & Barus, 2008).
Furosemid adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik.
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan
epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan
klorida. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali
natrium oleh sel tubuli ginjal.
Ceftriakson adalah derivat thiazolyl ditemukan pada tahun 1983 dari generasi ketiga
sepalosporin dengan sifat anti-laktamase dan anti kuman gram negatif kuat.
Mekanisme kerja Dinding sel bakteri merupakan lapisan luar yang kaku, yang
menutupi keseluruhan membran sitoplasma. Dinding sel terdiri dari peptidoglycan.
Seftriakson menghambat sintesis peptidoglycan yang diperlukan kuman sehingga
sel mengalami lisis dan sel bakteri akan mati.
PROGNOSIS
Death : dubia ad bonam
Disease : dubia ad bonam
Disability : dubia ad malam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction : dubia ad malam
Distitution : dubia ad malam
FOLLOW UP (20 Februari 28 Februari 2014)
Subjective
20-02- 21-02- 22-02- 23- 24-02- 25-02- 26- 27- 28-02-
SOAP 14 14 14 02-14 14 14 02-14 02-14 14
Hemiparese
Dextra +++ +++ +++ ++ ++ + +
Muntah +
Objective
20-02- 21-02- 22-02- 23-02- 24-02- 25-02- 26-02- 27-02- 28-02-
SOAP 14 14 14 14 14 14 14 14 14
GCS E3 Vx M6 E4 Vx M6
RC ,
RK +/+
TTV
162 /
TD 92 135/96 152/91 143/89 142/87 140/90 130/90 140/90 130/80
36,2
S C 35,6 C 36,2C 35,6 C 35,2 C 35,5 C 35,5 C 36,5 C 36,5 C
Kekuatan
otot
(ekstremitas)
Gerak
(ekstremitas)
Reflek
Fisiologis
Reflek
Patologis
SH dd
Assesment SNH Stroke Hemoragik
PLANNING
Infus RL 20 tpm
Inj. Piracetam 3x 3 gr
Inj. Ranitidin 21
Inj.
Metilcobalamin 11 gr
Inj. Ceftriakson 2 x 1 gr
Inj. Furosemid 11
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat penurunan asupan oral
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi :
KH : - Makan 1 porsi habis
Intervensi :
a. Kaji faktor penyeba yang mempengaruhi kemampuan makan
b. Hitung kebutuhan nutrisi perhari
c. Catat intake makanan
d. Beri latihan menelan
e. Beri makan via NGT
f. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat SNH
Tujuan : kebutuhan personal hygiene terpenuhi
KH : Badan merasa segar
Intervensi :
a. Pantau tingkat kemampuan klien dalam merawat diri
b. Berikan bantuan terhadap kebutuhan yang benar-benar diperlukan saja
c. Libatkan keluarga dalam membantu klien
d. Motivasi klien untuk melakukan personal hygiene sesuai kemampuan
e. Pasang DC jika perlu, konsultasi dengan ahli fisioterapi
BAB II
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Initial Pasien : Ny. R
Pekerjaan : Guru
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian : 2April 2014/10.00
Alamat : Pretek RT 5/1 Pecalungan
Cara Masuk : Pasien masuk melalui IGD RSUD Batang
Ruang : ICU RSUD Batang
Bagian : Bed 4
No. RM : 300330
B. Pengkajian Primer
a. Airways
Tidak ada sumbatan pada jalan napas yang berupa sekret / darah.
b. Breathing
Nafas spontan, RR: 28 x/menit, irama nafas reguler, suara nafas vaskuler.
c. Circulation
Tekanan darah: 186/106 mmHg, HR: 120, suhu: 37,3o C, SPO2: 100%, urine keluar
400ml/7jam.
d. Disability
Tingkat kesadaran : apatis (E4 M5 V3 = 12)
e. Eksposure
Keadaan tubuh baik, tidak terdapat jejas atau luka pada tubuh pasien.
C. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
Menurut keluarga, pasien tidak mau makan, tidak bisa bicara.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien masuk ruang ICU rujukan dari IGD pada tanggal 2 April 2014 jam 14:30 WIB dengan
keluhan badan tiba-tiba lemas, tidak bisa bicara, tidak mau makan, tangan kanan tidak bisa
digerakkan dan mengalami penurunan kesadaran nilai GCS: E4V3M5. diketahui TD:
186/106 mmHg, nadi: 120 x/menit, suhu: 37,3o C, RR: 28 x/menit.
3. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RSU dan belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sudah sekitar 3 tahun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit menurun hipertensi
dari ibu pasien.
Genogram
Keterangan :
: perempuan : meninggal
D. Pengkajian Fisik
a. Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, pernafasan vesikuler, nafas spontan, irama nafas reguler, frekuensi
nafas 28 x/menit
b. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah : 186/106 mmHg
Nadi : 120 x/menit,
c. Sistem Persyarafan
Kesadaran apatis, nilai GCS : E4V3M5
Saraf assesoris mengalami gangguan pada pergerakan.
d. Sistem Penginderaan
Penglihatan : normal
Penciuman : tidak ada polip, bentuk simetris
Pendengaran : normal
e. Sistem Perkemihan
Terpasang kateter, produksi urine 400 ml/7 jam, warna kuning, bau khas.
f. Sistem Pencernaan
Bibir kering, pasien mengalami gangguan menelan, pada perut tidak ada masa, bissing usus
16 x/menit.
g. Sistem Muskulosekeletal
Sistem gerak melemah dan menurun, tangan kiri dan kedua kaki bisa digerakkan sedangkan
tangan kanan tidak bisa digerakkan,kekuatan otot 4/5.
h. Sistem Integumen
Turgor kulit bagus, lembab.
i. Sistem Reproduksi
Pasien seorang perempuan sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
j. Sistem Endokrin
Tidak mengalami alergi terhapap obat obatan.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal 2 April 2014, 18:54 WIB
2. Pemeriksaan CT SCAN kepala tanpa kontras tanggal 3 April 2014 :
- Cyrus kortikalis dan fisura silvii hemihemesfer kiri menyempit
Nilai Normal
Pemeriksaan Hasil Satuan
Neutrofil H 81.3 % 50.0-70.0
Limfosit L 13.8 % 25.0-40.0
Monosit 4.7 % 2.0-8.0
Eusinofil 0.0 % 2.0-4.0
Basofil 0.2 % 0-1
^
Limfosit absolut 1.49 10 3/ul 0.90-5.20
Leukosit 10.79 10^3/ul 4.8-10.0
Eritrosit 4.22 10^6/ul 3.8-4.2
Hemoglobin 12.4 gr/dl 12.0-16.0
Hematokrit L 34.5 % 37.0-47.0
MCV 81.8 fL 79.0-99.0
MCH 29.4 pg 27.0-31.0
MCHC 35.9 gr/dl 33.0-37.0
Trombosit 272 10^3/ul 150-450
Glukosa Sewaktu 104 mg/dl 70 200
Cholestrol total 231.0 mg/dl <200
Trigliserida 118.0 mg/dl 50- 150
Cholestrol HDL 33 mg/dl 40 60
Cholestrol LDL 174.0 mg/dl <130
Ureum 25.0 mg/dl 10 50
Creatinin 1.10 mg/dl 0.5 1.5
Asam Urat 5.0 mg/dl 37
Natrium 135.0 mmol/l 135 153
Kalium 4.0 mmol/l 3.5 5.1
Calsium 8.90 mg/dl 8.5 10.5
Chlorida 103.0 mmol/l 98 109
- Sisterna dan sistem ventrikel normal
- Tampak lesi hiperdens pada lobus parietal kiri dengan volume 25,91ml
- Tak ada midline shifting
- Pons dan cerebelum baik
Kesan: ICH pada lobus parietal posterior kiri
F. Therapy
Infus RL 20 tpm
1. Injeksi
Tamoliv infus 4 x 500mg/IV (bila panas)
Plasminex 4 x 1gr/IV
Brainact 3 x 250mg/IV
Neurotam 12gr/IV (selama 3 hari)
Ranitidine 2 x 50mg/IV
Ceftriaxone 2 x 1gr/IV
2. Oral
Amlodipin 1 x 10mg
Captopril 3 x 25mg
3. Diit
Saring ekstra cincang
II. ANALISA DATA
Problem
No Data Fokus Etiologi
1 DS : Nutrisi kurang dari Proses menelan tidak
Menurut keterangan keluarga, pasien efektif
tidak mampu menelan. kebutuhan tubuh
DO :
Pasien tidak dapat menelan
Pasien tidak mau makan
Pasien sulit minum
Makan dengan bubur tim habis 3
sendok
IV. INTERVENSI
V. IMPLEMENTASI
Hari/ No
Jam Tindakan Respon Pasien Paraf
Tanggal DX
Rabu, 2 April 2 16.00
- Mendengarkan tiap kata - Pasien hanya diam
2014 yang diucapan pasien
dengan penuh perhatian
- Menggunakan kata-kata
2 16.05 sederhana atau alat tulis - Pasien tidak berespon
dalam berkomunikasi
dengan pasien
- Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya- Pasien menulis tidak
2 16.10 dengan tulisan jelas
- Mengajarkan pasien
untuk latihan rentang
gerak aktif pada - Pasien dapat
3 16.15 ekstremitas yang sehat menekuk kedua kaki
- Memberi topang
ekstremitas dengan bantal- Tangan kiri diberi
untuk mencegah bantalan
3 16.45 pembengkakan
- Menganjurkan pasien
untuk makan sedikit demi- Pasien menolak
sedikit makan
1 17.00
- Melatih pasien untuk
belajar menelan dengan - Pasien tidak dapat
air putih menelan
1 17.15
- Melibatkan keluarga
pasien untuk membantu - Keluarga pasien mau
memahami informasi dari membantu
2 17.25 / ke pasien
- Mengkonsultasikan - Keluarga
kepada ahli fisioterapi berkonsultasi
- Membantu pasien untuk - Pasien bersikap pasif
2 17.30 melakukan sendi yang
disarankan - Injeksi masuk tidak
3 18.15
- Pemberian terapi obat ada alergi
injeksi : plasminex 1gr
Neurotam 12gr
1,2,3 18.00 Ranitidine 50mg - Keluarga pasien mau
- Melibatkan keluarga membantu
untuk membantu latihan
gerak
3 19.00 - Injeksi masuk tidak
- Pemberian terapi obat ada alergi
injeksi : brainact 250mg
3 20.00
Kamis, 3 2 07.30
- Mendengarkan tiap kata - Pasien hanya diam
April 2014 yang diucapan pasien
dengan penuh perhatian
- Menggunakan kata-kata
2 07.50 sederhana atau alat tulis - Pasien tidak berespon
dalam berkomunikasi
dengan pasien
- Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya- Pasien menulis tidak
2 08.15 dengan tulisan jelas
- Membantu pasien untuk
melakukan sendi yang
disarankan - Pasien bersikap pasif
3 08.35
- Mengajarkan pasien
untuk latihan rentang - Pasien dapat
gerak aktif pada menggerakan tangan
3 09.25 ekstremitas yang sehat kirinya dan kedua
- Melibatkan keluarga kakinya
untuk membantu latihan - Keluarga pasien mau
gerak membantu
3 10.15
- Menganjurkan pasien
untuk makan sedikit demi- Pasien menolak
sedikit makan
1 11.30
- Melatih pasien untuk
belajar menelan dengan - Pasien tidak mampu
air putih menelan
1 11.35
- Pemberian terapi obat
injeksi : plasminex 1gr - Injeksi masuk tidak
Brainact 250mg ada alergi
1,2,3 12.00 Ceftriaxone 1gr
- Memasang NGT
- Pasien menolak
pemasangan NGT
1 12.30
Jumat, 4 1 07.30
- Mendengarkan tiap kata - Pasien hanya diam
April 2014 yang diucapan pasien
dengan penuh perhatian
- Menggunakan kata-kata
1 07.40 sederhana atau alat tulis - Pasien tidak berespon
dalam berkomunikasi
dengan pasien
- Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya- Pasien menuliskan
1 07.55 dengan tulisan apa yg ingin
- Memotivasi pasien untuk diucapkan
melakukan sendi yang
disarankan - Pasien bersikap pasif
2 09.30
- Mengajarkan pasien
untuk latihan rentang - Pasien dapat
gerak aktif pada menggerakan tangan
2 09.50 ekstremitas yang sehat kirinya dan kedua
- Melibatkan keluarga kakinya
untuk membantu - Keluarga pasien mau
- Pemberian terapi obat membantu
2 11.05 injeksi : plasminex 1gr - Pasien mau makanan
Brainact 250mg cair sebanyak 3-4
1,2,3 12.00 Ceftriaxone 1gr sendok makan
- Menganjurkan pasien - Pasien sudah mampu
untuk makan sedikit demi sedikit menelan
sedikit
3 12.30
- Melatih pasien untuk
belajar menelan dengan
air putih
3 12.45
VI. EVALUASI
Hari/tang No
No Jam Catatan Perkembangan Paraf
gal DX
1 Rabu, 2 1 21.00S : Menurut keterangan keluarga, pasien tidak dapat
April menelan
2014 O : - Pasien tidak dapat menelan
- Pasien tidak mau makan
- Pasien sulit minum
- Makan dengan bubur tim habis 3 sendok
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit
- Latih pasien untuk menelan dengan air putih
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan
NGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam jenis diit
pasien