Vous êtes sur la page 1sur 34

Laporan Kasus Stroke Non Hemoragik

1. IDENTITAS
Nama : Tn. J

Umur : 70 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : DS Diwak 01 / 01 Bergas Kab.Semarang

Pekerjaan : Swasta ( Buruh Tani)

Masuk RS : 30 Maret 2014 , pukul 13.21

No. CM : 055731

1. ANAMNESIS
Diperoleh dari pasien dan keluarganya(autoanamnesa dan allowanamnesa).

Dilakukan pada tanggal 5 April 2014

II.1 Keluhan utama


Kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kiri

II.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Kurang lebih 7 jam sebelum masuk rumah sakit, sewaktu bangun tidur pagi hari
pasien mengeluh kelemahan anggota gerak sebelah kiri, seingga pasien terjatuh
dari tempat tidurnya. Pasien. Sebelumnya merasa kesemutan pada tangan dan kaki
kirinya. penderita tidak mengeluh mual, muntah, kejang, demam, sesak, nyeri
kepala, pusing dan tidak ada penurunan kesadaran.

Kemudian langsung dibawa ke IGD RS Ambarawa lalu pasien disarankan opname.


Setelah 2 hari dilakukan perawatan dilakukan pemeriksaan CT-scan di RS Ken
Saras kemudian pasien dibawa ke RSUD Ambarawa. Kurang lebih 1 jam SMRS
dalam perjalanan ke RSUD Ambarawa, pasien sadark

Setelah jatuh, pasien tidak mengeluh nyeri kepala, sesak, mual, kejang dan
penglihatan kabur. Anggota gerak kanan terasa berat untuk digerakkan. Bicara pelo
tidak jelas dan mulut sedikit perot. Tidak disertai dengan keluhan kejang, pilek,
batuk, demam, gangguan pendengaran, kesemutan, pandangan ganda dan riwayat
kepala terbentur sebelum kejadian. Pada saat masuk rumah sakit penderita
mengalami kelemahan anggota gerak kanan. Bicara pelo tidak jelas. Terdapat 1x
muntah proyektil.

Menurut istrinya, penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala sebelumnya dan
tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Disangkal adanya riwayat
darah tinggi sebelumnya. Disangkal adanya riwayat tumor. Tidak ada gangguan
BAK dan BAB.

II.4 Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit serupa sebelumnya (-)
Riwayat kencing manis (+)
Riwayat hipertensi (+)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat cedera kepala/trauma kepala (-)
Riwayat sakit kepala disangkal
Riwayat tumor (-)
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu disangkal
Riwayat merokok disangkal
II.5 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat stroke pada keluarga (-)
Riwayat hipertensi pada keluarga (+)
Riwayat kencing manis pada keluarga (+)
Riwayat penyakit serupa pada keluarga (-)
II.6 Anamnesis sistem
Sistem serebrospinal : kelemahan anggota gerak kiri
Sistem kardiovaskuler : hipertensi (+), tidak terkontrol
Sistem respiratorius : tidak ada keluhan
Sistem gastrointestinal : tidak ada keluhan
Sistem neuromuskuler : kelemahan anggota gerak kiri
Sistem integumental : tidak ada keluhan
Sistem urogenital : tidak ada keluhan
RESUME ANAMNESIS
Seorang laki-laki, umur 70 tahun dengan kelemahan anggota gerak kiri, dengan
riwayat 7 jam sebelum masuk RS terjatuh saat bangun dari tempat tidur. Sebelum
mengalami kelemahan anggota gerak kiri, pasien mengeluh kesemutan pada
anggota gerak kirinya.

Saat masuk RS pasien mengalami kelemahan anggota gerak kiri. Terdapat 1x


muntah proyektil, tidak ada sesak,tidak demam,dan tidak kejang. Riwayat kencing
manis dan riwayat hipertensi tidak diketahui karena tidak pernah melakukan
pemeriksaan. Diakui mempunyai riwayat hipertensi dikeluarga. BAB dan BAK tidak
ada keluhan.

1. DISKUSI 1
Dari data anamnesis didapatkan suatu kumpulan gejala berupa kelemahan anggota
gerak kanan, yang sifatnya mendadak setelah sadarkan diri disertai bicara pelo dan
tidak jelas, penurunan kesadaran dengan onset akut. Pada penderita tidak
didapatkan defisit neurologis yang terjadi secara progresif, berupa kelemahan
motorik yang terjadi akibat suatu proses destruksi maupun nyeri kepala kronik akibat
dari proses kompresi dengan segala akibatnya yang merupakan gambaran umum
pada tumor otak (Greenberg, 2001). Gejala-gejala abses serebri berupa nyeri
kepala yang cenderung memberat, demam, defisit neurologi fokal dan kejang juga
tidak terdapat pada penderita ini (Adam et al, 2001; De angelis, 2001).

Defisit neurologis akut yang terjadi secara spontan tanpa adanya faktor pencetus
yang jelas berupa trauma dan gejala infeksi sebelumnya mengarah ke suatu lesi
vaskuler karena onsetnya yang mendadak. Sehingga pada penderita mengarah
pada diagnosis stroke. Menurut WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke juga
didefinisikan oleh Davenport & Davis sebagai gangguan fungsi otak akut akibat
gangguan suplai darah di otak, atau perdarahan yang terjadi mendadak,
berlangsung dalam atau lebih dari 24 jam yang menyebabkan cacat atau kematian.

Pasien berumur 65 tahun dan berjenis kelamin laki laki yang termasuk kejadian
terbanyak menurut beberapa penelitian. Penelitian Denise Nasissi, 2010
menunjukkan dari 251 penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% laki-laki dengan
rata-rata umur 69 tahun (78% berumur lebih dari 60 tahun). Umur merupakan faktor
risiko yang paling kuat untuk stroke. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk
setiap 10 tahun di atas 55 tahun. (Sotirios, 2000).

Klasifikasi Stroke
Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua :

Stroke hemoragik / perdarahan yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan
kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area
tersebut.
Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Stroke nonhemoragik / iskemik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh
tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area
yang mendapat suplai terganggu.
Stroke Trombotik
Stroke Embolik
Hipoperfusion Sistemik
Penentuan terapi stroke saat ini berdasarkan jenis patologi stroke iskemik atau
perdarahan. Diagnosis baku emas (gold standard) dengan menggunakan CT Scan
atau MRI yang jumlahnya masih sangat terbatas di Indonesia.
Ada beberapa sistem skoring yang dapat dipakai untuk membantu dokter
membedakan antara stroke iskemik atau stroke hemorhagik. Yang cukup banyak
dipakai adalah Siriraj Score yang pertama kali dikembangkan di Thailand. Kolapo,
dkk di Nigeria membandingkan skor siriraj dgn CT-Scan. Sensitivitas (Sn) dan
spesifisitas (Sp) berkisar antara 71-82%.
No Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor

(0) Kompos mentis


(1) Mengantuk

(2) Semi koma/koma


1 Kesadaran X 2,5 2,5 +

(0) Tidak
(1) Ya
2 Muntah X2 2+

(0) Tidak
(1) Ya
3 Nyeri kepala X2 0+

4 Tekanan darah Diastolik X 10% 9,2 +

Ateroma
a. D M

b. Angina pektoris
(0) Tidak
c. Klaudikasio termiten (1) Ya
5 X (-3) 0

6 Konstante 12 12

HASIL SSS 1,7


Tabel 1. Siriraj Stroke Score (SSS)
Catatan :
1. SSS > 1 = Stroke hemoragik
2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik
Berdasarkan aloanamnesa, pasien didapatkan jumlah skor siriraj >1 mengacu pada
diagnosis stroke hemoragik.

Suatu tes diagnostik pengganti, Algoritma Stroke Gadjah Mada (ASGM) dapat
digunakan sebagai diagnosis pengganti dalam menetukan jenis patologi stroke
dengan parameter penurunan kesadaran, nyeri kepala dan refleks babinski (Dahlan
1999 ; Lamsudin, 1999).

Pada pasien ini didapatkan penurunan kesadaran, disangkal adanya nyeri kepala
dan pada pemeriksaan didapatkan refleks babinski positif, sehingga menurut ASGM,
didapatkan adanya penurunan kesadaran dan refleks babinski positif pada penderita
ini, diagnosis dicurigai sebagai stroke perdarahan.

Stroke Perdarahan
Lebih kurang 15 % penderita stroke, mengalami stroke perdarahan. Termasuk
didalamnya perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid akibat pecahnya
aneurisma, malformasi arteriovenosa, alkoholisme, diskrasia darah dan angiopati
amiloid (Toole, 1990 ; Lindsay, 1997).

Berdasarkan letak perdarahan, stroke hemoragik bisa dibagi menjadi 2 jenis, yakni :

Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis
melemahkan arteri kecil, menyebabkannya robek. Penggunaaan kokain atau
amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan perdarahan sementara tapi
sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein abnormal yang disebut
amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini (disebut angiopati amiloid)
melemahkan arteri dan dapat menyebabkan perdarahan (Sotirios AT, 2000).

Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun, perdarahan
karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan tidak dianggap
sebagai stroke. Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara
spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan eksternal,
seperti kecelakaan atau jatuh. Sebuah perdarahan spontan biasanya hasil dari
pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak, yaitu pada bagian Aneurisma
biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat muncul pada saat kelahiran
(bawaan), atau dapat berkembang kemudian, yaitu setelah bertahun-tahun dimana
tekanan darah tinggi melemahkan dinding arteri. Kebanyakan perdarahan
subaraknoid adalah hasil dari aneurisma kongenital (Sotirios AT, 2000).

Penyebab perdarahan intraserebral spontan dibedakan atas perdarahan primer dan


perdarahan sekunder. Penyebab perdarahan primer adalah penyakit hipertensif
kronik yang menyebabkan vaskulopati serebral dengan akibat pecahnya pembuluh
darah otak. Lokasi yang paling sering untuk perdarahan tipe ini adalah ganglia
basalis (65%), batang otak (10%) serebelum (10%), subkortikal(15%). Sedangkan
perdarahan sekunder terjadi antara lain akibat anomaly vaskuler congenital,
koagulopati, tumor otak, vaskulopati non hipertensif ( amiloid serebral), vaskulitis,
dan obat anti koagulan (Heiskanen,1993).

Terdapat riwayat penyakit keluarga pasien memiliki penyakit hipertensi. Hipertensi


merupakan prediktor kuat 70% untuk terjadinya stroke perdarahan (Bronner,2000).
Pecahnya mikroaneurisma dalam arteriola, menyebabkan perdarahan di thalamus,
pons atau serebellum, dikarenakan didaerah tersebut pembuluh darah arteri yang
pendek, lurus dan sedikit cabang ( Mardjono, 1998).

1. DIAGNOSIS SEMENTARA
Diagnosis klinis : Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, kelemahan
anggota gerak kanan, bicara pelo, dan mulut perot

Diagnosis topik : Hemisphere sinistra

Diagnosis etiologi : Stroke hemoragik DD stroke non hemoragik

1. PEMERIKSAAN FISIK
VI.1 Status Generalis (Dilakukan tanggal 5 Maret 2014)
Keadaan umum : lema, gizi baik, tampak sakit sedang

Kesadaran kualitatif : compos mentis GCS E4 V5 M6


Tanda vital : Tekanan darah = 162 / 92 mmHg

Nadi = 64 x/mnt

Pernafasan = 20 x/mnt

Temperatur = 36,2 o C
SPO = 98%

Kepala : mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
diameter 3mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+, dalam batas normal

Leher : limfonodi tidak teraba pembesaran, JVP tidak meningkat, Leher


tegang (-), Kaku kuduk (-), Meningeal sign (-)

Dada : retraksi dinding dada (-)

Paru : sonor, vesikuler normal di seluruh lapangan paru, suara tambahan


(-), dalam batas normal

Jantung : konfigurasi dalam batas normal, SI-II tunggal, dalam batas normal

Abdomen : supel, tympani, massa (-), bising usus normal Hepar dan Lien tidak
teraba pembesaran

Ekstremitas : edema (-), atrofi otot (-), kelemahan anggota gerak kanan

VI.2 Status psikiatrikus


Tingkah laku : sdn
Perasaan hati : sdn

Orientasi : sdn

Kecerdasan : sdn

Daya ingat : sdn

VI.3 Status neurologis


Sikap tubuh : lurus dan simetri

Gerakan abnormal : tidak ada

Kepala : mesocephal, ukuran normal

Leher : kaku kuduk (-); tanda meningeal (-)


Kanan Kiri
Nervi kraniales

N.I Daya penghiduan + +

Daya penglihatan + +

Penglihatan warna + +

N.II Lapang pandang + +

Ptosis (-) (-)

Gerakan mata ke medial + +

Gerakan mata ke atas + +

Gerakan mata ke bawah + +

Ukuran pupil 3 mm 3 mm

Bentuk pupil Bulat bulat

Reflek cahaya langsung (+) (+)

Reflek cahaya konsensuil (+) (+)

N.III Strabismus divergen (-) (-)

Gerakan mata ke lateral bawah + +

N.IV Strabismus konvergen (-) (-)

Menggigit + +

Membuka mulut + +

Sensibilitas muka + +

Reflek kornea + +

N.V Trismus (-) (-)

Gerakan mata ke lateral + +

Strabismus konvergen (-) (-)

N.VI Diplopia

Kedipan mata dbn Dbn

Lipatan nasolabial dbn Dbn

N.VII Sudut mulut dbn Dbn


Mengerutkan dahi + +

Mengerutkan alis + +

Menutup mata dbn Dbn

Meringis dbn Dbn

Menggembungkan pipi +

Daya kecap lidah 2/3 depan dbn dbn

Mendengar suara berbisik + +

Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Webber Tidak dilakukan

Tes Schwabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan


N.VIII

Arkus faring Simetris

Daya kecap lidah 1/3 belakang + +

Reflek muntah +

Sengau + +

N.IX Tersedak + +

Denyut nadi 64 x/ menit, isi cukup

Arkus faring simetris ka>ki

Bersuara Tidak jelas / pelo

N.X Menelan +

Memalingkan kepala dbn

Sikap bahu Simetris

Mengangkat bahu dbn dbn

N.IX Trofi otot bahu eutrofi

Sikap lidah simetris

Artikulasi disartria

Tremor lidah (-) (-)

Menjulurkan lidah miring normal

N.XII Trofi otot lidah eutrofi eutrofi


Fasikulasi lidah (-) (-)

*sdn =sulit dinilai dbn = dalam batas normal


Leher : Kaku kuduk (-), Meningeal Sign (-)

Ekstremitas : lateralisasi dextra

Reflek Patologis : Babinski (-), Scaeffer (-), Chaddock (-),Gordon (-)

Sensibilitas : dbn

Vegetatif : BAB BAK normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
VII.1 Laboratorium

VII.2 Pemeriksaan Radiologi


CT-Scan (1 Aprilo 2014)
DISKUSI II
Pada penderita ini didapatkan adanya hemiparese dextra, parese N.VII
& N.XII. Keluhan disertai muntah dan bicara pelo, tidak disertai dengan nyeri
kepala, namun reflek patologis yaitu babinski positif. Berdasarkan aloanamnesa,
pasien didapatkan jumlah skor siriraj >1 mengacu pada diagnosis stroke hemoragik.
Pada kriteria ASGM terdapat dua dari tiga gejala yakni, penurunan kesadaran dan
babinski positif yang mengarah diagnosis pada stroke perdarahan intraserebral
(Lamsudin,1998). Juga didapatkan adanya hipertensi, dimana hipertensi merupakan
prediktor kuat 70% untuk terjadinya stroke perdarahan. ( bronner, 2000).

Tabel 2. Perbedaan Perdarahan Intraserebral dan Perdarahan Subaraknoid


Subaraknoid
Pada kasus, pasien usia 65 tahun, onset akut dalam beberapa detik hingga menit,
serangan terjadi saat aktifitas di sawah, tidak terdapat nyeri kepala, terjadi muntah
proyektil 1 x, terjadi penurunan kesadaran, kaku kuduk (), terjadi kelumpuhan cepat
hemipharese dekstra, tidak terjadi kejang, terdapat reflex patologis positif, terdapat
riwayat hipertensi. Hasil Head CT-scan tampak lesi hiperdens dengan edema
perifokal pada daerah putamen, capsula externa sampai corona radiate kiri.
Berdasarkan gejala dan hasil CT-scan menunjukkan pasien ini mengalami
perdarahan intraserebral.

Hipertensi yang lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang
memperlemahh dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan rupture
intima dan menimbulkan aneurisma. Selanjutnya dapat menyebabkan
mikrohematoma dan edema. Hipertesnsi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-
aneurisma kecil (diameter 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah,
aneurisma ini dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard (Toole JF,1990).

Perdarahan di putamen, thalamus, dan pons biasanya akibat rupture arteri


lentikulostriata, arteri thalamoperforating dan kelompok basilar-paramedian
(Feldmann, 1998).

Dimana penyebab perdarahan intrakranial ( perdarahan intraserebral, subarakhnoid,


ventrikuler, dan perdarahan subdural) menurut Adams tahun 2002 adalah :
1. primer ( hipertensive ) ICH
2. ruptur dari saccular aneurisma
3. ruptur AVM
4. amyloid angiopathy
5. infark hemoragik
6. trauma
7. gangguan perdarahan : warfarin antikoagulan, leukemia, aplastik anemia, purpura
trombositopenia, penyakit hati, komplikasi akibat pembelian trombolitik,
hiperfibrinolisis, christmast disease, dll.
8. hemoragik sekunder akibat tumor otak
9. emboli septik, mycotic aneurism
10. penyakit inflamasi pada arteri dan vena
11. akibat dari beberapa kejadian yang jarang terjadi, diantaranya : setelah pemberian
obat vasopresor, selama arteriografi, komplikasi dari fistula carotis-cavernosa
AV, pseudomonas meningitis, dan karena gigitan ular berbisa.
12. perdarahan akibat penyebab yang belum diketahui (tekanan darah normal, tidak ada
koagulopati, AVM, maupun aneurisma
Pada manifestasi perdarahan intraserebral, terdapat pembagian berdasarkan
Luessenhop et al. Pembagian ini juga berguna dalam menentukan prognosis pada
pasien stroke dengan perdarahan intraserebral.
DIAGNOSA AKHIR
Penurunan kesadaran dengan lateralisasi dextra, afasia motorik dan
Diagnosis Klinik : mulut perot

Acute Spastic Hemiparese Upper Motor Neuron Dextra dan Acute


Diagnosis Pulang : parese N.VII dan N.XII

Diagnosis topik : Hemisphere sinistra

Diagnosis etiologik : Stroke hemoragik


PLANNING
Rawat Intensif di ICU
Konsultasi Rehab Medik (Fisioterapi) : positioning, alih baring, terapi gerak aktif
dan pasif, bed rest.
Urin Cateter
PENATALAKSANAAN
XI.1 Rawat Inap
1. Infus RL 20 tpm
2. Urin Cateter
3. Citicolin 2 x 500 mg
4. Piracetam 3x 3 gr
5. Ranitidin 21
6. Metilcobalamin 11
7. Manitol 4|3|2|2|1 x 125 mg
8. Ceftriakson 2 x 1 gr
9. Furosemid 11
XI.2 Rawat Jalan
1. Citicolin 21 tab (500mg)
2. Mecobalamin 2 x 1 tab (500mg)
3. Ranitidine 21 tab (150mg)
4. Edukasi :
Mengatur pola makan yang sehat (kurangi garam)
Melakukan olah raga yang teratur
Hindari konsumsi rokok
Menhindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
Memelihara berat badan yang layak
Penanganan stres dan beristirahat yang cukup
Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat pada nasihat dokter dalam hal diet dan obat
Piracetam berperanan meningkatkan energi (ATP) otak, meningkatkan aktifitas
adenylat kinase (AK) yang merupakan kunci metabolisme energi dimana mengubah
ADP menjadi ATP dan AMP, meningkatkan sintesis dan pertukaran cytochrome b5
yang merupakan komponen kunci dalam rantai transport elektron dimana energi
ATP diproduksi di mitokondria (James, 2004). Piracetam juga digunakan untuk
perbaikan defisit neurologi khususnya kelemahan motorik dan kemampuan bicara
pada kasus-kasus cerebral iskemia, dan juga dapat mengurangi severitas atau
kemunculan post traumatik / concussion sindrom.

Citicolin berperan untuk perbaikan membran sel saraf melalui peningkatan


sintesis phosphatidylcholine dan perbaikan neuron kolinergik yang rusak melalui
potensiasi dari produksi asetilkolin. Citicoline juga menunjukkan kemampuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, Citicoline diharapkan mampu membantu
rehabilitasi memori pada pasien dengan luka pada kepala dengan cara membantu
dalam pemulihan darah ke otak. Studi klinis menunjukkan peningkatan kemampuan
kognitif dan motorik yang lebih baik pada pasien yang terluka di kepala dan
mendapatkan citicoline. Citicoline juga meningkatkan pemulihan ingatan pada pasien
yang mengalami gegar otak.
Sohobion merupakan vitamin B complex yang yang terdiri dari vitamin B1 100 mg,
vitamin B6 100 mg, vitamin B12 5000 mcg. Indikasi pemberian sohobion untuk terapi
defisiensi vitamin B 1, B6 dan B12 misalnya beri-beri, neuritis perifer dan neuralgia.

Metilkobalamin adalah metabolit dari vitamin B12 yang berperan sebagai koenzim
dalam proses pembentukan methionin dari homosystein. Reaksi ini berguna dalam
pembentukan DNA, serta pemeliharaan fungsi saraf. Metilkobalamin berperan pada
neuron susunan saraf melalui aksinya terhadap reseptor NMDA dengan perantaraan
S-adenosilmethione (SAM) dalam mencegah apoptosis akibat glutamate-induced
neurotoxicity. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan peranan metilkobalamin
pada terapi stroke, cedera otak, penyakit Alzheimer, Parkinson, termasuk juga dapat
dipakai untuk melindungi otak dari kerusakan pada kondisi hipoglikemia dan status
epileptikus (Meliala & Barus, 2008).

Pada gangguan Neurologis, Diuretic Osmotik (Manitol) merupakan jenis Diuretik


yang paling banyak digunakan. Manitol adalah suatu hiperosmotik ggent yang
digunakan dengan segera meningkat volume plasma untuk meningkatkan aliran
darah otak dan menghantarkan oksigen. Ini merupakan salah satu alasan Manitol
sampai saat ini masih digunakan untuk mengobati pasien menurunkan peningkatan
tenanan intra cranial. Manitol selalu dipakai untuk terapi edema otak, khususnya
pada kasus dengan Hernisiasi. Manitol adalah larutan Hiperosmolar yang digunakan
untuk terapi meningkatkan osmolalitas serum .(Ellen Barker. 2002). Dengan alasan
fisiologis ini, cara kerja Diuretic Osmotik (Manitol) ialah meningkatkan osmolalitas
plasma dan menarik cairan normal dari dalam sel otak yang osmolarnya rendah ke
intravaskuler yang olmolar tinggi, untuk menurunkan edema otak.

Furosemid adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik.
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan
epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan
klorida. Mekanisme kerja furosemida adalah menghambat penyerapan kembali
natrium oleh sel tubuli ginjal.

Ceftriakson adalah derivat thiazolyl ditemukan pada tahun 1983 dari generasi ketiga
sepalosporin dengan sifat anti-laktamase dan anti kuman gram negatif kuat.
Mekanisme kerja Dinding sel bakteri merupakan lapisan luar yang kaku, yang
menutupi keseluruhan membran sitoplasma. Dinding sel terdiri dari peptidoglycan.
Seftriakson menghambat sintesis peptidoglycan yang diperlukan kuman sehingga
sel mengalami lisis dan sel bakteri akan mati.

Ranitidin diberikan sebagai gastroprotektor dan mencegah efek samping dan


interaksi dari obat lain.

PROGNOSIS
Death : dubia ad bonam
Disease : dubia ad bonam
Disability : dubia ad malam
Discomfort : dubia ad bonam
Dissatisfaction : dubia ad malam
Distitution : dubia ad malam
FOLLOW UP (20 Februari 28 Februari 2014)
Subjective
20-02- 21-02- 22-02- 23- 24-02- 25-02- 26- 27- 28-02-
SOAP 14 14 14 02-14 14 14 02-14 02-14 14

Hemiparese
Dextra +++ +++ +++ ++ ++ + +

Bicara pelo +++ +++ +++ +++ ++ ++ + + +

Muntah +

Objective
20-02- 21-02- 22-02- 23-02- 24-02- 25-02- 26-02- 27-02- 28-02-
SOAP 14 14 14 14 14 14 14 14 14

KU Tampak sakit sedang KU membaik

GCS E3 Vx M6 E4 Vx M6

RC ,
RK +/+
TTV

162 /
TD 92 135/96 152/91 143/89 142/87 140/90 130/90 140/90 130/80

N 60 x/m 55 x/m 69 x/m 53 x/m 63 x/m 68 x/m 68 x/m 64 x/m 60 x/m

RR 20 x/m 15 x/m 25 x/m 15 x/m 20 x/m 20 x/m 24 x/m 20 x/m 20 x/m

36,2
S C 35,6 C 36,2C 35,6 C 35,2 C 35,5 C 35,5 C 36,5 C 36,5 C

20-02- 21-02- 22-02- 23-02- 24-02- 25-02- 26- 27-02- 28-02-


SOAP 14 14 14 14 14 14 02-14 14 14

Kekuatan
otot
(ekstremitas)

Gerak
(ekstremitas)

Reflek
Fisiologis

Reflek
Patologis

Assesment & Planning


25- 26- 27- 28-
20-02- 21-02- 22-02- 23-02- 24-02- 02- 02- 02- 02-
SOAP 14 14 14 14 14 14 14 14 14

SH dd
Assesment SNH Stroke Hemoragik

PLANNING

Pengawasan Pengawasan tiap 6 jam

Kanul nasal O2 3 l/menit

Infus RL 20 tpm

Inj. Piracetam 3x 3 gr

Inj. Citicolin 2 x 500 mg

Inj. Ranitidin 21
Inj.
Metilcobalamin 11 gr

4125 3125 2125 2125 1125


Inj. Manitol mg mg mg mg mg

Inj. Ceftriakson 2 x 1 gr

Inj. Furosemid 11

Positioning, alih baring, terapi gerak


aktif dan pasif, bed rest, latihan
Fisioterapi motorik oral.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan
reflek batuk
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan /
atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
c. Circulation
Tekanan darah dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,
bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,
sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- tingkat kesadaran
- perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
2) Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3) Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4) Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus paralitik)
5) Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
- Obesitas (factor resiko)
6) Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral
( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku
(seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman
tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata
kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7) Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif : Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot/fasial
8) Respirasi
Data Subyektif: Perokok ( factor resiko )
9) Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran
diri
10) Interaksi social
Data obyektif : Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan aliran darah sekunder akibat hipertensi
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan motorik/sensori.
Mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil
KH : - TTV normal
Intervensi :
a. Pantau TTV
b. Pertahankan posisi tirah baring pada posisi kepala tempat tidur 15-30
c. Pertahankan lingkungan yang nyaman
d. Kolaborasi dengan tim medis lain

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat penurunan asupan oral
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi :
KH : - Makan 1 porsi habis
Intervensi :
a. Kaji faktor penyeba yang mempengaruhi kemampuan makan
b. Hitung kebutuhan nutrisi perhari
c. Catat intake makanan
d. Beri latihan menelan
e. Beri makan via NGT
f. Kolaborasi dengan ahli gizi

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat SNH
Tujuan : kebutuhan personal hygiene terpenuhi
KH : Badan merasa segar
Intervensi :
a. Pantau tingkat kemampuan klien dalam merawat diri
b. Berikan bantuan terhadap kebutuhan yang benar-benar diperlukan saja
c. Libatkan keluarga dalam membantu klien
d. Motivasi klien untuk melakukan personal hygiene sesuai kemampuan
e. Pasang DC jika perlu, konsultasi dengan ahli fisioterapi

4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan otot-otot sekunder


Tujuan : pasien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri dan pasien
mengatakanbadannya tidak lemah lagi
KH : Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri
Intervensi :
a. Kaji kemampuan secara fungsionalnya/luasnya kerusakan awal dan dengan cara teratur.
b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan sebagainya dan jika memungkinkan
bisa lebih sering jika diletakan dalam posisi bagian yang terganggu.
c. Tinggikan tangan dan kepala.
d. Observasi daerah yang tertekan termasuk warna, edema, atau tanda lain dari gangguan
sirkulasi.
e. Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol secara teratur. Lakukan massage
secara hati-hati pada daerah kemerahan dan beriakan alat bantu seperti bantalan lunak kulit
sesuai dengan kebutuhan.
f. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan mengguanakan ekstremitas
yang tidak sakit untuk menyokong/menggerakan daerah tubuh yang mengalami kelemahan.
g. Konsultasikan dengan ahli fisiotrapi secara aktif, latihan resestif, dan ambulasi pasien.

BAB II
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Initial Pasien : Ny. R
Pekerjaan : Guru
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Pengkajian : 2April 2014/10.00
Alamat : Pretek RT 5/1 Pecalungan
Cara Masuk : Pasien masuk melalui IGD RSUD Batang
Ruang : ICU RSUD Batang
Bagian : Bed 4
No. RM : 300330

B. Pengkajian Primer
a. Airways
Tidak ada sumbatan pada jalan napas yang berupa sekret / darah.
b. Breathing
Nafas spontan, RR: 28 x/menit, irama nafas reguler, suara nafas vaskuler.
c. Circulation
Tekanan darah: 186/106 mmHg, HR: 120, suhu: 37,3o C, SPO2: 100%, urine keluar
400ml/7jam.
d. Disability
Tingkat kesadaran : apatis (E4 M5 V3 = 12)
e. Eksposure
Keadaan tubuh baik, tidak terdapat jejas atau luka pada tubuh pasien.
C. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
Menurut keluarga, pasien tidak mau makan, tidak bisa bicara.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pasien masuk ruang ICU rujukan dari IGD pada tanggal 2 April 2014 jam 14:30 WIB dengan
keluhan badan tiba-tiba lemas, tidak bisa bicara, tidak mau makan, tangan kanan tidak bisa
digerakkan dan mengalami penurunan kesadaran nilai GCS: E4V3M5. diketahui TD:
186/106 mmHg, nadi: 120 x/menit, suhu: 37,3o C, RR: 28 x/menit.
3. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di RSU dan belum pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat hipertensi sudah sekitar 3 tahun.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga yang memiliki penyakit menurun hipertensi
dari ibu pasien.

Genogram

Keterangan :

: pasien Ny.R : laki-laki

: perempuan : meninggal

: tinggal serumah : garis menikah


: penderita hipertensi : garis keturunan

D. Pengkajian Fisik
a. Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, pernafasan vesikuler, nafas spontan, irama nafas reguler, frekuensi
nafas 28 x/menit
b. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah : 186/106 mmHg
Nadi : 120 x/menit,
c. Sistem Persyarafan
Kesadaran apatis, nilai GCS : E4V3M5
Saraf assesoris mengalami gangguan pada pergerakan.
d. Sistem Penginderaan
Penglihatan : normal
Penciuman : tidak ada polip, bentuk simetris
Pendengaran : normal
e. Sistem Perkemihan
Terpasang kateter, produksi urine 400 ml/7 jam, warna kuning, bau khas.
f. Sistem Pencernaan
Bibir kering, pasien mengalami gangguan menelan, pada perut tidak ada masa, bissing usus
16 x/menit.
g. Sistem Muskulosekeletal
Sistem gerak melemah dan menurun, tangan kiri dan kedua kaki bisa digerakkan sedangkan
tangan kanan tidak bisa digerakkan,kekuatan otot 4/5.
h. Sistem Integumen
Turgor kulit bagus, lembab.
i. Sistem Reproduksi
Pasien seorang perempuan sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
j. Sistem Endokrin
Tidak mengalami alergi terhapap obat obatan.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Tanggal 2 April 2014, 18:54 WIB
2. Pemeriksaan CT SCAN kepala tanpa kontras tanggal 3 April 2014 :
- Cyrus kortikalis dan fisura silvii hemihemesfer kiri menyempit
Nilai Normal
Pemeriksaan Hasil Satuan
Neutrofil H 81.3 % 50.0-70.0
Limfosit L 13.8 % 25.0-40.0
Monosit 4.7 % 2.0-8.0
Eusinofil 0.0 % 2.0-4.0
Basofil 0.2 % 0-1
^
Limfosit absolut 1.49 10 3/ul 0.90-5.20
Leukosit 10.79 10^3/ul 4.8-10.0
Eritrosit 4.22 10^6/ul 3.8-4.2
Hemoglobin 12.4 gr/dl 12.0-16.0
Hematokrit L 34.5 % 37.0-47.0
MCV 81.8 fL 79.0-99.0
MCH 29.4 pg 27.0-31.0
MCHC 35.9 gr/dl 33.0-37.0
Trombosit 272 10^3/ul 150-450
Glukosa Sewaktu 104 mg/dl 70 200
Cholestrol total 231.0 mg/dl <200
Trigliserida 118.0 mg/dl 50- 150
Cholestrol HDL 33 mg/dl 40 60
Cholestrol LDL 174.0 mg/dl <130
Ureum 25.0 mg/dl 10 50
Creatinin 1.10 mg/dl 0.5 1.5
Asam Urat 5.0 mg/dl 37
Natrium 135.0 mmol/l 135 153
Kalium 4.0 mmol/l 3.5 5.1
Calsium 8.90 mg/dl 8.5 10.5
Chlorida 103.0 mmol/l 98 109
- Sisterna dan sistem ventrikel normal
- Tampak lesi hiperdens pada lobus parietal kiri dengan volume 25,91ml
- Tak ada midline shifting
- Pons dan cerebelum baik
Kesan: ICH pada lobus parietal posterior kiri
F. Therapy
Infus RL 20 tpm
1. Injeksi
Tamoliv infus 4 x 500mg/IV (bila panas)
Plasminex 4 x 1gr/IV
Brainact 3 x 250mg/IV
Neurotam 12gr/IV (selama 3 hari)
Ranitidine 2 x 50mg/IV
Ceftriaxone 2 x 1gr/IV
2. Oral
Amlodipin 1 x 10mg
Captopril 3 x 25mg
3. Diit
Saring ekstra cincang
II. ANALISA DATA

Problem
No Data Fokus Etiologi
1 DS : Nutrisi kurang dari Proses menelan tidak
Menurut keterangan keluarga, pasien efektif
tidak mampu menelan. kebutuhan tubuh

DO :
Pasien tidak dapat menelan
Pasien tidak mau makan
Pasien sulit minum
Makan dengan bubur tim habis 3
sendok

2 DS : Gangguan komunikasi Kerusakan


Menurut keterangan keluarga pasien neuromuskular
tidak dapat berbicara verbal
DO :
Pasien tidak dapat berbicara
Pasien tampak bingung

3 DS : Gangguan mobilitas Kelemahan anggota


Menurut keterangan keluarga, pasien gerak
tidak mampu melakukan aktivitas fisik
Menurut keterangan keluarga tangan
kanan pasien tidak dapat digerakkan
DO :
Pasien tampak lemah
TD: 186/106 mmHg
Nadi: 120 x/menit
Suhu: 37,3o C
RR: 28 x/menit
Aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga atau perawat
Tangan kiri dan kedua kaki bisa
digerakkan
Kekuatan otot 4/5.
Terpasang infus RL 20 tpm
Terpasang Dower Cateter

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses menelan tidak efektif
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak.

IV. INTERVENSI

No Hari / No Rencana Paraf


tanggal DX Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan
1 Rabu, 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status nutrisi pasien
2 April keperawatan selama 3x24 jam 2. Berikan pasien makan
2014 diharapkan kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit tapi
pasien terpenuhi dengan kriteria sering
hasil: 3. Latih pasien untuk menelan
Pasien mampu menelan dengan air putih
Makanan masuk dalam tubuh 4. Kolaborasi pemberian terapi
pasien obat dengan dokter
Makan habis 1 porsi 5. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemasangan NGT
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam jenis diit pasien

2 Rabu, 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien


2 April keperawatan selama 3x24 jam dalam berkomunikasi
2014 diharapkan komunikasi verbal 2. Dengarkan tiap kata yang
pasien kembali normal, dengan diucapan pasien dengan
kriteria hasil : penuh perhatian
pasien dapat berbicara 3. Gunakan kata-kata sederhana
pasien mampu berkomunikasi atau alat tulis dalam
berkomunikasi dengan pasien
4. Bantu pasien
mengungkapkan ucapnnya
dengan tulisan
5. Libatkan keluarga untuk
membantu memahami
informasi dari pasien
6. Kolaborasi pemberian obat
dengan dokter
7. Kolaborasi dengan fisioterapi
(komunikasi)
3 Rabu, 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan secara
2 April keperawatan selama 3x24 jam fungsional
2014 diharapkan pasien tidak 2. Monitor tanda vital
mengalami gangguan mobilitas 3. Ubah posisi minimal tiap 2
fisik dengan kriteria hasil: jam
Pasien mampu melakukan 4. Ajarkan pasien untuk latihan
aktivitas mandiri rentang gerak aktif pada
Pasien mampu ekstermitas yang sehat
mempertahankan /meningkatkan5. Beri topang ekstermitas
kemampuan otot pasien dengan bantal untuk
mencegah pembengkakan
6. Bantu melatih pasien untuk
melakukan latihan sendi yang
disarankan
7. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien latihan
gerak
8. Kolaborasi pemberian obat
dengan dokter

V. IMPLEMENTASI

Hari/ No
Jam Tindakan Respon Pasien Paraf
Tanggal DX
Rabu, 2 April 2 16.00
- Mendengarkan tiap kata - Pasien hanya diam
2014 yang diucapan pasien
dengan penuh perhatian
- Menggunakan kata-kata
2 16.05 sederhana atau alat tulis - Pasien tidak berespon
dalam berkomunikasi
dengan pasien
- Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya- Pasien menulis tidak
2 16.10 dengan tulisan jelas
- Mengajarkan pasien
untuk latihan rentang
gerak aktif pada - Pasien dapat
3 16.15 ekstremitas yang sehat menekuk kedua kaki
- Memberi topang
ekstremitas dengan bantal- Tangan kiri diberi
untuk mencegah bantalan
3 16.45 pembengkakan
- Menganjurkan pasien
untuk makan sedikit demi- Pasien menolak
sedikit makan
1 17.00
- Melatih pasien untuk
belajar menelan dengan - Pasien tidak dapat
air putih menelan
1 17.15
- Melibatkan keluarga
pasien untuk membantu - Keluarga pasien mau
memahami informasi dari membantu
2 17.25 / ke pasien
- Mengkonsultasikan - Keluarga
kepada ahli fisioterapi berkonsultasi
- Membantu pasien untuk - Pasien bersikap pasif
2 17.30 melakukan sendi yang
disarankan - Injeksi masuk tidak
3 18.15
- Pemberian terapi obat ada alergi
injeksi : plasminex 1gr
Neurotam 12gr
1,2,3 18.00 Ranitidine 50mg - Keluarga pasien mau
- Melibatkan keluarga membantu
untuk membantu latihan
gerak
3 19.00 - Injeksi masuk tidak
- Pemberian terapi obat ada alergi
injeksi : brainact 250mg

3 20.00
Kamis, 3 2 07.30
- Mendengarkan tiap kata - Pasien hanya diam
April 2014 yang diucapan pasien
dengan penuh perhatian
- Menggunakan kata-kata
2 07.50 sederhana atau alat tulis - Pasien tidak berespon
dalam berkomunikasi
dengan pasien
- Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya- Pasien menulis tidak
2 08.15 dengan tulisan jelas
- Membantu pasien untuk
melakukan sendi yang
disarankan - Pasien bersikap pasif
3 08.35
- Mengajarkan pasien
untuk latihan rentang - Pasien dapat
gerak aktif pada menggerakan tangan
3 09.25 ekstremitas yang sehat kirinya dan kedua
- Melibatkan keluarga kakinya
untuk membantu latihan - Keluarga pasien mau
gerak membantu
3 10.15
- Menganjurkan pasien
untuk makan sedikit demi- Pasien menolak
sedikit makan
1 11.30
- Melatih pasien untuk
belajar menelan dengan - Pasien tidak mampu
air putih menelan
1 11.35
- Pemberian terapi obat
injeksi : plasminex 1gr - Injeksi masuk tidak
Brainact 250mg ada alergi
1,2,3 12.00 Ceftriaxone 1gr
- Memasang NGT
- Pasien menolak
pemasangan NGT
1 12.30

Jumat, 4 1 07.30
- Mendengarkan tiap kata - Pasien hanya diam
April 2014 yang diucapan pasien
dengan penuh perhatian
- Menggunakan kata-kata
1 07.40 sederhana atau alat tulis - Pasien tidak berespon
dalam berkomunikasi
dengan pasien
- Membantu pasien
mengungkapkan ucapnnya- Pasien menuliskan
1 07.55 dengan tulisan apa yg ingin
- Memotivasi pasien untuk diucapkan
melakukan sendi yang
disarankan - Pasien bersikap pasif
2 09.30
- Mengajarkan pasien
untuk latihan rentang - Pasien dapat
gerak aktif pada menggerakan tangan
2 09.50 ekstremitas yang sehat kirinya dan kedua
- Melibatkan keluarga kakinya
untuk membantu - Keluarga pasien mau
- Pemberian terapi obat membantu
2 11.05 injeksi : plasminex 1gr - Pasien mau makanan
Brainact 250mg cair sebanyak 3-4
1,2,3 12.00 Ceftriaxone 1gr sendok makan
- Menganjurkan pasien - Pasien sudah mampu
untuk makan sedikit demi sedikit menelan
sedikit
3 12.30
- Melatih pasien untuk
belajar menelan dengan
air putih
3 12.45

VI. EVALUASI

Hari/tang No
No Jam Catatan Perkembangan Paraf
gal DX
1 Rabu, 2 1 21.00S : Menurut keterangan keluarga, pasien tidak dapat
April menelan
2014 O : - Pasien tidak dapat menelan
- Pasien tidak mau makan
- Pasien sulit minum
- Makan dengan bubur tim habis 3 sendok
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit
- Latih pasien untuk menelan dengan air putih
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan
NGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam jenis diit
pasien

S : Menurut keterangan keluarga, pasien tidak dapat


berbicara
2 14.00 O : Pasien tidak dapat berbicara
Pasien tampak bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Dengarkan tiap kata yang diucapan pasien dengan
penuh perhatian
- Gunakan kata-kata sederhana atau alat tulis dalam
berkomunikasi dengan pasien
- Bantu pasien mengungkapkan ucapnnya dengan
tulisan
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami
informasi dar / ke pasien
- Kolaborasi dengan fisioterapi (komunikasi)

S : - Menurut keterangan keluarga, pasien tidak mampu


melakukan aktivitas
- Menurut keterangan keluarga tangan kanan
3 14.00 pasien tidak dapat digerakkan
O : - Pasien bedres
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga atau
perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Ajarkan pasien untuk latihan rentang gerak aktif
pada ekstermitas yang sehat
- Beri topang ekstermitas dengan bantal untuk
mencegah pembengkakan
- Bantu pasien untuk melakukan latihan sendi yang
disarankan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien latihan
gerak
2 Kamis, 3 1 21.00S : Menurut keterangan keluarga, pasien tidak dapat
April menelan
2014 O : - Pasien mampu menelan sedikit
- Pasien tidak mau makan
- Pasien sulit minum
- Berat badan 57 kg
- Makan dengan bubur tim habis 3 sendok
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit
- Latih pasien untuk menelan dengan air putih
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan
NGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam jenis diit
pasien

S : Menurut keterangan keluarga, pasien tidak dapat


berbicara
2 14.00 O : Pasien tidak dapat berbicara
Pasien tampak bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Dengarkan tiap kata yang diucapan pasien dengan
penuh perhatian
- Gunakan kata-kata sederhana atau alat tulis dalam
berkomunikasi dengan pasien
- Bantu pasien mengungkapkan ucapnnya dengan
tulisan
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami
informasi dar / ke pasien
- Kolaborasi dengan fisioterapi (komunikasi)

S : - Menurut keterangan keluarga, pasien tidak mampu


melakukan aktivitas
- Menurut keterangan keluarga tangan kanan pasien
3 14.00 tidak dapat digerakkan
O : - Pasien bedres
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga atau
perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Ajarkan pasien untuk latihan rentang gerak aktif
pada ekstermitas yang sehat
- Beri topang ekstermitas dengan bantal untuk
mencegah pembengkakan
- Bantu pasien untuk melakukan latihan sendi yang
disarankan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien latihan
gerak

3 Jumat, 4 1 21.00S : Menurut keterangan keluarga, pasien mampu


April menelan sedikit
2014 O : - Pasien dapat menelan sedikit
- Pasien mau makan
- Pasien sulit minum
- Berat badan 57 kg
- Makan dengan bubur tim habis 3 sendok
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit
- Latih pasien untuk menelan dengan air putih
- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemasangan
NGT
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam jenis diit
pasien

S : Menurut keterangan keluarga, pasien dapat


berbicara sedikit
2 14.00 O : Pasien dapat berbicara sedikit
Pasien tampak mengerti pembicaraan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Dengarkan tiap kata yang diucapan pasien dengan
penuh perhatian
- Gunakan kata-kata sederhana atau alat tulis dalam
berkomunikasi dengan pasien
- Bantu pasien mengungkapkan ucapnnya dengan
tulisan
- Libatkan keluarga untuk membantu memahami
informasi dar / ke pasien
- Kolaborasi dengan fisioterapi (komunikasi)

S : - Menurut keterangan keluarga, pasien tidak mampu


melakukan aktivitas
- Menurut keterangan keluarga tangan kanan pasien
3 14.00 tidak dapat digerakkan
O : - Pasien bedres
- Pasien tampak lemah
- Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga atau
perawat
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Ajarkan pasien untuk latihan rentang gerak aktif
pada ekstermitas yang sehat
- Beri topang ekstermitas dengan bantal untuk
mencegah pembengkakan
- Bantu pasien untuk melakukan latihan sendi yang
disarankan
- Libatkan keluarga untuk membantu pasien latihan
gerak

Vous aimerez peut-être aussi