Vous êtes sur la page 1sur 17

Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No.

2 Agustus 2012 ISSN 2088-2106

KAJIAN EMPIRIS AUDIT JUDGEMENT PADA AUDITOR

Rahmawati Hanny Yustrianthe


Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Y.A.I
Jl. Kramat Raya 98 Jakarta
Telp.: +6221-3906447
e-mail: rahmawatihanny_yustranthe@yahoo.com

Abstrak

Studi ini menguji faktor-faktor yang memengaruhi audit judgement (yaitu gender, tekanan
ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman). Studi ini menggunakan auditor Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Jakarta
sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan 400 kuesioner, namun
hanya 201 (52,5%) kuesioner yang kembali. Data dianalisis dengan menggunakan metode regresi
berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas
berpengaruh terhadap audit judgement. Namun demikian, gender dan pengalaman justru
menunjukkan tidak mempunyai pengaruh terhadap audit judgement.

Kata Kunci: gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengalaman, audit judgement.

Abstract

This study examines the factors that influence on audit judgement (i.e. gender, obedience
pressure, task complexity, and experience).This study used auditors Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) in
Jakarta as respondent. Collecting data was conducted by questionnaire distributed as
much 400, however only 210 (52,5%) questionnaires replayed. Data were analyzed by
multiple regression method. The result of research showed that the obedience pressure
and task complexity affects audit judgement. However, gender and experience didnt
affect audit judgement.

Keywords: gender, obedience pressure, task complexity, experience, audit judgement

PENDAHULUAN berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam


diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu
Hasil akhir dalam proses audit yang dilakukan kesatuan usaha dalam mempertahankan
oleh auditor adalah memberikan opini dengan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun
judgement yang didasarkan pada kejadian- sejak tanggal laporan keuangan auditan (Ikatan
kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Akuntan Indonesia, 2001).
Sebagaimana dinyatakan dalam Standar
Professional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi Banyak faktor yang memengaruhi audit
341 menyebutkan bahwa audit judgement atas judgement, baik yang bersifat teknis maupun non
kemampuan kesatuan usaha dalam teknis. Salah satu contoh faktor teknis seperti
mempertahankan kelangsungan hidupnya harus adanya pembatasan lingkup atau waktu audit.

170
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

Sedangkan faktor non teknis seperti aspek-aspek et al.(2007) justru menunjukkan hasil yang
perilaku individu yang dinilai dapat mempengaruhi kontradiktif, dimana gender tidak memengaruhi
audit judgement yaitu: gender, tekanan ketaatan, pembuatan audit judgement, baik oleh laki-laki
kompleksitas tugas, pengalaman, pengetahuan dan maupun perempuan dihadapkan pada tuntutan
sebagainya. profesionalisme yang sama.

Aspek-aspek perilaku individu tersebut dinilai Aspek perilaku yang lain adalah tekanan
sangat memengaruhi pembuatan audit judgement ketaatan yang juga diduga memiliki andil dalam
dan akhir-akhir ini banyak menarik perhatian praktisi memengaruhi judgement auditor. Tekanan ketaatan
akuntansi, peneliti maupun akademisi. Namun dalam teori ketaatan menyatakan bahwa kekuasaan
demikian, meningkatnya perhatian tersebut tidak yang dimiliki individu merupakan sumber yang dapat
diimbangi dengan pertumbuhan penelitian di bidang memengaruhi perilaku orang lain dengan perintah
akuntansi perilaku dimana dalam banyak penelitian yang diberikannya. Dengan kata lain, auditor yang
hal tersebut justru tidak menjadi fokus utama merasa berada dibawah tekanan akan menunjukkan
(Meyer, 2001 dalam Jamilah, Fanani, & Grahita, perilaku dysfunctional dengan menyetujui
2007). melakukan kesalahan ataupun pelanggaran etika,
termasuk dalam pembuatan judgement.
Faktor gender diduga merupakan salah satu
faktor yang turut memengaruhi audit judgement. Auditor akan merasa berada dalam tekanan
Gender sering didefinisikan secara berbeda oleh ketaatan pada saat mendapat perintah dari atasan
praktisi ataupun peneliti. Sebagian mengartikan ataupun permintaan klien untuk melakukan apa yang
gender dengan perbedaan biologis antara laki-laki mereka inginkan yang mungkin bertentangan dengan
dan perempuan, sedangkan yang lain mendefinisikan standar dan etika profesi auditor. Tekanan ketaatan
gender secara lebih komprehensif yang dari atasan menjadi hal yang cukup ditakutkan oleh
mengkaitkan antara perbedaan biologis dengan seorang auditor karena tekanan atasan melahirkan
aspek sosial dan cara mereka dalam menghadapi konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya
dan memproses informasi yang diterima untuk tuntutan hukum, hilangnya profesionalisme dan
melaksanakan pekerjaan dan membuat keputusan. hilangnya kepercayaan publik dan kredibilitas sosial
Dalam hal memberikan pertimbangan, auditor selalu (DeZoort & Lord, 1997 dalam Hartanto, 1999).
dihadapkan oleh informasi yang nantinya akan
Selain itu, tekanan ketaatan yang lain berasal
diproses dan melahirkan audit judgement. Chung
dari klien seperti tekanan personal, emosional atau
dan Monroe (2001) menyatakan bahwa perempuan
keuangan yang dapat juga mengakibatkan
diduga lebih efisien dan lebih efektif dalam
independensi auditor berkurang dan memengaruhi
memproses informasi saat adanya kompleksitas
kualitas audit serta pertimbangan (judgement)
tugas dalam pengambilan keputusan dibandingkan
auditor (Kusharyanti 2002). Tekanan dari klien
laki-laki. Hal tersebut diduga karena perempuan
tersebut dapat berupa tekanan untuk memberikan
lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan
opini atas laporan keuangan auditan sesuai dengan
mengintegrasikan kunci keputusan dibanding laki-
yang diharapkan oleh klien. Kedua sumber tekanan
laki yang relatif kurang mendalam dalam
ketaatan diatas diindikasikan besar pengaruhnya
menganalisis inti dari suatu keputusan. Hal tersebut
terhadap judgement yang dibuat auditor.
diperkuat oleh hasil penelitian Trisnaningsih dan
Iswati (2003) yang menyatakan bahwa gender Kompleksnya suatu pekerjaan juga dinilai
berpengaruh secara signifikan terhadap judgement dapat mempengaruhi seseorang dalam menjalankan
yang diambil auditor. Namun hasil penelitian Jamilah tugasnya dan mempengaruhi kualitas pekerjaannya

171
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

(Tan & Alison, 1999). Dengan kerumitan dan Pengalaman auditor dapat juga ditentukan oleh
kompleksnya suatu pekerjaan dapat mendorong banyaknya tugas pemeriksaan yang pernah
seseorang untuk melakukan kesalahan-kesalahan dilakukan atau banyaknya jenis perusahaan yang
dalam pekerjaannya. Dalam bidang audit, telah diaudit. Semakin banyak variasi jenis
kesalahan-kesalahan dapat terjadi pada saat pekerjaan ataupun jenis perusahaan yang
mendapatkan, memproses dan mengevaluasi diperiksanya, maka auditor tersebut dinilai semakin
informasi. Kesalahan-kesalahan tersebut akan berpengalaman. Semakin berpengalaman seorang
mengakibatkan tidak tepatnya keputusan maupun auditor dalam bidangnya, maka auditor dinilai
judgement auditor. Dengan demikian, auditor mempunyai pengetahuan lebih dalam
berpotensi menghadapi permasalahan yang mengidentifikasi bukti atau informasi yang relevan
kompleks dan beragam mengingat banyaknya dan tidak relevan untuk mendukung penugasan
bidaang pekerjaan dan jasa yang dapat diberikan auditnya termasuk dalam pembuatan audit
kepada klien. judgement-nya.

Terlebih Bonner (1994) mengemukakan ada Beberapa penelitian mengenai audit judgement
tiga alasan yang cukup mendasar mengapa menunjukkan hasil yang saling kontradiksi.
pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk Diantaranya, hasil penelitian Jamilah et al. (2007)
sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, dan Zulaikha (2006) yang mengatakan bahwa
kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
signifikan terhadap kinerja seorang auditor. audit judgement. Hal senada diperoleh dari hasil
Kedua, saran dan tehnik pembuatan keputusan penelitian Trisnaningsih dan Iswati (2003) yang
dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja
sedemikian rupa ketika para peneliti memahami auditor terkait dengan judgement dilihat dari segi
keganjilan pada kompleksitas tugas audit. gender. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Chung
Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari dan Monroe (2001) dan Thoma dalam Hartanto
sebuah tugas dapat membantu tim manajemen (1999) yang menyatakan bahwa gender
audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi berpengaruh terhadap judgement yang diambil oleh
staf audit dan tugas audit. Dalam penugasan auditor. Adanya ketidakkonsistenan dari hasil
audit, variasi kompleksitas audit dapat terjadi penelitian-penelitian sebelumnya tersebut
dalam berbagai akun, jumlah atau besarnya menyebabkan perlu dilakukannya penelitian kembali
saldo akun. yang sejenis dan lebih komprehensif untuk
memberikan tambahan bukti empiris terkait isu-isu
Pengalaman dinilai memiliki pengaruh besar
gender sebagai salah satu faktor penentu judgement
terhadap penilaian kinerja auditor dan sangat erat
yang diambil auditor, sekaligus membuktikan
kaitannya dengan pengetahuan (knowledge) yang
kembali konsistensi hasil dengan hasil-hasil
dimiliki auditor. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penelitian sebelumnya.
semakin berpengalaman auditor, maka semakin
banyak pengetahuan atas pekerjaan profesionalnya. Penelitian ini juga mencoba mengembangkan
Pengalaman dapat dilihat dari berbagai sisi. penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jamilah
Pengalaman auditor dapat dilihat dari lamanya et al., (2007) dengan menggunakan 4 (empat)
seseorang menggeluti pekerjaan dan profesi sebagai variabel yang memengaruhi audit judgement yang
auditor. Dengan kata lain, semakin lama auditor merupakan pengembangan dari penelitian
menekuni profesinya, maka mereka dinilai semakin sebelumnya dengan kombinasi variabel yang
berpengalaman. digunakan dalam penelitian Jamilah et al. (2007) dan

172
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

Zulaikha (2006) dan pemakaian responden yang dalam pengambilan keputusan dari hasil pemrosesan
berbeda yaitu auditor pemerintah. Dalam penelitian informasi yang diperolehnya.
Jamilah et al. (2007) diungkapkan 3 (tiga) variabel
Dalam audit, salah satu tugas dari auditor adalah
yang diduga memengaruhi audit judgement adalah
menyampaikan pendapat atau opini dan pembuatan
gender, tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas
opini tersebut dapat dipengaruhi oleh judgement
dengan menggunakan akuntan publik sebagai
yang diambil oleh auditor. Judgement harus
respondennya. Pada penelitian Zulaikha (2006),
didukung oleh informasi yang memadai dan
variabel yang dinilai memengaruhi audit judgement
pemrosesan informasi yang tepat dan menyeluruh.
meliputi gender, kompleksitas tugas dan pengalaman
Laki-laki dalam pengolahan informasi tersebut
dengan menggunakan responden mahasiswa.
biasanya tidak menggunakan seluruh informasi yang
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan tersedia dan tidak memproses informasi secara
masalah yang diteliti adalah adakah pengaruh menyeluruh. Dengan demikian, laki-laki cenderung
gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan melakukan pemrosesan informasi secara terbatas
pengalaman terhadap audit judgement ? sehingga keputusan yang diambil tidak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk komprehensif. Berbeda halnya dengan perempuan,
memberikan bukti empiris pengaruh gender, selain mempunyai daya ingat yang kuat, dalam
tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan mengolah informasi perempuann cenderung lebih
pengalaman terhadap audit judgement. Hasil teliti dan detail dengan menggunakan informasi yang
penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti lebih lengkap dan mengevaluasi kembali informasi
empiris mengenai faktor-faktor yang memengaruhi untuk membuat keputusan atau judgement (Meyer
audit judgement sehingga dapat menjadi referensi & Levy, 1986 dalam Jamilah et al., 2007).
tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam
Selain itu, pengaruh gender terhadap
melakukan riset sejenis dan bahkan bermanfaat
pertimbangan (judgement) dapat juga dilihat dari
dalam pengembangan Ilmu Akuntansi perilaku atau kekuatan gender itu sendiri dalam
Keperilakuan dan Auditing. Selain itu, diharapkan mempertahankan judgement dan usahanya untuk
juga dapat memberikan manfaat dalam pembuatan tetap mengerjakan tugas sesuai dengan peraturan
kebijakan pada instansi yang mengelola auditor yang berlaku. Perempuan dinilai lebih dapat
terkait dengan penugasan audit. mempertahankan pendapat atau pertimbangannya
daripada laki-laki dan lebih sulit untuk dipengaruhi
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS oleh hal-hal yang dapat merubah keputusannya
serta lebih dapat menjalankan atau mematuhi
Pengaruh Gender terhadap Audit Judgement
peraturan yang berlaku daripada kaum laki-laki
Gender tidak hanya diartikan sebagai (Chitra, 2009). Hal tersebut tercipta dari adanya
perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan sosial, budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang
atau perbedaan jenis kelamin laki-laki dan membiasakan perempuan menaati aturan atau etika
perempuan, namun dapat dilihat lebih luas lagi yang walaupun tidak tertulis. Karena terbiasa menaati
mencakup nilai-nilai sosial, budaya dan perilaku. peraturan yang dibuat oleh budaya dan adat istiadat
Gender dapat dikaitkan dengan peran laki-laki dan sehingga dalam menaati aturan yang berlaku atau
perempuan dimana peran tersebut dapat melahirkan tertulis perempuan akan lebih mudah untuk
tugas dan pekerjaan untuk masing-masing gender. menjalankannya dibanding laki-laki. Jadi dalam hal
Selain itu gender juga dikaitkan dengan kemampuan pertimbangan (judgement) auditor perempuan akan
dalam menyelesaikan tugas dalam suatu profesi dan tetap pada pertimbangan atau keputusannya dan

173
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

berusaha untuk selalu melaksanakan tugasnya sesuai Selain itu, tekanan ketaatan dapat juga berasal
standar yang belaku dan prinsip etika profesi dari atasan ataupun klien. Pada keadaan tersebut,
auditor. auditor dihadapkan pada berbagai instruksi,
perintah, tekanan, standar audit atau etika profesi
Perempuan juga relatif lebih efisien dalam
yang harus dipatuhi. Perintah atasan, keinginan klien
mengakses dan mengolah informasi yang nantinya
atau individu yang memiliki otoritas dapat
akan dipergunakan dalam pembuatan
memengaruhi proses audit maupun pembuatan audit
pertimbangan (judgement). Selain itu, perempuan
judgement yang tidak jarang perintah atau
memiliki daya ingat yang lebih tajam terhadap suatu
keinginan tersebut menyimpang dari prinsip etika
informasi baru dibandingkan laki-laki sehingga
profesi akuntan yang ada. Tekanan-tekanan
perempuan dapat melakukan evaluasi terhadap
ketaatan seperti itu tanpa disadari dapat mendorong
informasi baru yang akan mempengaruhi
terjadinya perilaku curang atau pelanggaran
pertimbangannya (judgement). Pendapat ini
peraturan/standar yang berlaku bahkan
didukung oleh hasil penelitian dari Giligan, Sweeny
menimbulkan dilema etika. Hal tersebut diperkuat
dan Robert, Erngrund et al. dalam Zulaikha (2006)
oleh ungkapan Hartanto (1999) bahwa auditor yang
serta Berbeau dan Brebeck dalam Hartanto
mendapatkan perintah tidak tepat, baik itu dari
(1999), Cohen et al. (1999), Chitra (2009).
atasan ataupun klien cenderung akan berperilaku
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disusun
menyimpang dari standar profesional. Perilaku
hipotesis penelitian sebagaimana berikut:
tersebut dilakukan untuk keluar dari zona
H1 : Terdapat pengaruh gender terhadap audit ketidaknyamanan yang dialami.
judgement yang diambil oleh auditor.
Hasil penelitian Lord dan DeZoort (1997)
dalam Faisal (2007) menunjukkan bahwa tekanan
Pengaruh Tekanan Ketaatan terhadap Audit
ketaatan dapat mengakibatkan pengaruh yang
Judgement
berlawanan pada audit judgement. Judgement
Auditor secara terus-menerus berhadapan auditor terkadang menjadi berubah dengan adanya
dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara tekanan yang diberikan kepada auditor dari atasan
nilai-nilai yang bertentangan (Jamilah, Fanani & ataupun klien. Dalam situasi dilematis tersebut,
Grahita, 2007). Tekanan yang dialami auditor dalam auditor dihadapkan pada dua pilihan, di satu sisi
pekerjaan audit berpeluang besar akan terjadinya harus menegakkan standar dan aturan yang berlaku
dilema etika yang dialaminya. Nugroho (2007) tetapi di sisi lain muncul ketakutan akan konsekuensi
menyebutkan bahwa pelanggaran atau kecurangan buruk yang diterima dari tidak dilaksanakannya
dilakukan akibat adanya tekanan. Hal tersebut perintah atasan atau klien. Konsekuensi terbesar
selanjutnya disebut tekanan ketaatan. Tekanan tidak dilaksanakannya perintah atasan adalah
ketaatan dapat berasal dari internal diri auditor pemecatan atau dikeluarkannya auditor dari
sendiri, atasan ataupun dari klien. Tekanan dari penugasan audit atau Kantor Akuntan Publik
internal auditor sendiri dapat berupa tekanan yang (KAP). Sedangkan konsekuensi tidak
biasanya terkait dengan permasalahan keuangan dilaksanakannya perintah klien berupa penggantian
akibat sifat serakah, kebiasaan buruk seseorang KAP.
yang memerlukan biaya tinggi ataupun dalam Uraian diatas menunjukkan bahwa auditor
kaitannya dengan job performance (seperti takut rentan terhadap tekanan ketaatan terkait dengan
kehilangan pekerjaan atau menginginkan untuk audit judgement yang dibuat auditor. Hal tersebut
promosi). diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya yang

174
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

dilakukan Jamilah et al. (2007), Chitra (2009), terhadap kualitas hasil kerja (Tan & Alison,
Cheng et al. (2003) dan Viana (2008). Dengan 1999).
demikian, maka hipotesis dapat dirumuskan
Kompleksitas tugas dapat meningkatkan
sebagaimana berikut:
keahlian seseorang dalam menyelesaikan tugasnya.
H2 : Terdapat pengaruh tekanan ketaatan terhadap Abdolmohammadi dan Wright (1987) menjelaskan
audit judgement yang diambil oleh auditor. bahwa seorang yang memiliki pengetahuan tentang
kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam
Pengaruh Kompleksitas Tugas terhadap Audit melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga
Judgement memperkecil tingkat kesalahan, kekeliruan,
ketidakberesan dan pelanggaran dalam
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi melaksanakan tugas.
kualitas kerja seseorang adalah tingkat kerumitan
Menurut Bonner (1994), proses pengolahan
atau kesulitan dan keberagaman tugas yang
informasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input,
dihadapi. Tingkat kesulitan tugas dan struktur
proses, output. Pada tahap input dan proses,
tugas merupakan dua aspek penyusun dari
kompleksitas tugas meningkat seiring
kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu
bertambahnya faktor cues. Semakin banyak cues
dikaitkan dengan banyaknya informasi tentang
yang disediakan atau diadakan maka semakin
tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait
banyak pula cues yang telah diproses atau diolah,
dengan kejelasan informasi (information clarity) dan berarti juga semakin kompleks. Semakin
(Jamilah et al., 2007). Kompleksitas tugas banyaknya cues yang disediakan atau diadakan
diartikan sebagai kerumitan ataupun banyaknya tersebut, mengakibatkan pembuat keputusan harus
tugas yang beragam, terdiri atas bagian-bagian melakukan pemilihan terhadap cues-cues tersebut
yang banyak, berbeda-beda dan saling terkait dengan pertimbangan (judgement) tepat, sehingga
satu sama lain dan dapat pula dipengaruhi dengan cues yang dipilihpun juga menjadi tepat. Dengan
kompleksitas tugas dari peran. Dalam auditing, demikian, keputusan bisa diberikan segera jika
tingkat kerumitan pekerjaan dapat mempengaruhi banyak cues yang diamati tidak meninggalkan
usaha yang dicurahkan oleh auditor dalam batas-batas kemampuan dari seorang decision
memproses informasi yang akan melahirkan maker (Chung & Monroe, 2001).
keputusan atau judgement auditor.
Uraian diatas mengindikasikan bahwa
Libby (1995) menyebutkan bahwa kompleksitas tugas dapat mempengaruhi
kompleksitas tugas dapat dijadikan sebagai alat judgement auditor dalam hal memilih informasi yang
dalam meningkatkan kualitas hasil pekerjaan. banyak dan beragam serta banyaknya dan
Kualitas hasil pekerjaan dapat dibagi berdasarkan beragamnya tugas itu sendiri. Kompleksitas tugas
kompleksitasnya, yaitu kualitas hasil kerja dengan harus ditangani oleh auditor dengan baik karena
kompleksitas rendah, sedang dan tinggi serta kompleksitas tugas ini dapat mempengaruhi
menambahkan variabel kemampuan pemecahan keakuratan pertimbangan (judgement) maupun
masalah sebagai salah satu variabel yang juga keputusan yang diambil oleh auditor. Uraian diatas
mempengaruhi interaksi akuntabilitas individu diperkuat oleh hasil penelitian Stuart (2001) dan
dengan kualitas hasil pekerjaanya dan Chitra (2009) yang menyatakan bahwa
menyimpulkan bahwa akuntanblitas, pengetahuan kompleksitas tugas dinyatakan berpengaruh
dan kompleksitas kerja mempunyai pengaruh terhadap audit judgement. Berdasarkan uraian

175
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

diatas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan kesalahan yang pernah dilakukannya dan dampak
sebagaimana berikut: dari kesalahan itu sendiri, sehingga tidak akan
melakukan kesalahan yang sama dimasa datang.
H3: Terdapat pengaruh kompleksitas tugas
Pendapat tersebut didukung oleh Tyas (2006),
terhadap audit judgement yang diambil oleh
bahwa seseorang yang memiliki pengalaman kerja
auditor.
yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam
mendeteksi, memahami dan mencari penyebab
Pengaruh Pengalaman terhadap Audit
munculnya kesalahan. Hal senada diungkapkan
Judgement
Abdolmohammadi dan Wright (1987) yang
Pengalaman seorang auditor sangat berperan menunjukkan bahwa auditor yang tidak
penting dalam meningkatkan keahlian sebagai berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang
perluasan dari pendidikan formal yang telah lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang
diperoleh. Sebagaimana yang telah diatur dalam lebih berpengalaman.
paragraf ketiga Standar Auditing (SA) seksi 210
Pengalaman membentuk seorang auditor
tentang pelatihan dan keahlian independen
menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam
disebutkan:
setiap penugasan sehingga auditor mampu
Dalam melaksanakan audit untuk merencanakan dan menjalankan langkah-langkah
sampai pada suatu pernyatan audit dengan baik. Pengalaman juga membantu
pendapatan, auditor harus senantiasa akuntan publik dalam mengambil keputusan
bertindak sebagai seorang yang ahli terhadap pertimbangan (judgement) termasuk
dalam bidang akuntan dan bidang materialitas yang menunjang setiap penugasan
auditing. Pencapaian keahlian tersebut dalam mendeteksi kekeliruan. Semakin tinggi
dimulai dengan pendidikan formalnya pengetahuan dalam mendeteksi kekeliruan
yang diperluas melalui pengalaman- menunjukkan bahwa auditor semakin
pengalaman selanjutnya dalam praktik berpengalaman, maka semakin baik pula
audit.(Ikatan Akuntan Indonesia, pertimbangan (judgement) yang dibuatnya (Sularso
2001). & Naim, 1999). Hal tersebut dikuatkan oleh hasil
penelitian Noviyani dan Bandi (2002), bahwa
Pengalaman merupakan suatu proses pengalaman yang lebih akan menghasilkan
pembelajaran baik dari pendidikan formal pengetahuan yang lebih dalam judgement tingkat
maupun non formal yang membawa seseorang materialitas. Walaupun demikian, karena adanya
kepada pola tingkah laku yang lebih tinggi. keterbatasan manusia, pengalaman yang telah
Pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu terakumulasi tersebut tidak menentukan kestabilan
atau lamanya waktu seseorang dalam mengemban judgement (Hamilton & Wright, 1982).
suatu pekerjaan atau tugas audit. Selain itu,
pengalaman juga dapat diidentifikasi dari lamanya Hasil penelitian Sularso dan Naim (1999)
seseorang bekerja atau banyaknya variasi memperlihatkan bahwa seseorang yang mempunyai
penugasan audit yang diterima dari berbagai jenis lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang, maka
memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam
perusahaan.
ingatannya dan dapat mengembangkan suatu
Pengalaman dapat mempengaruhi seseorang pemahaman yang baik mengenai peristiwa-
dalam menjalankan tugasnya secara hati-hati. peristiwa. Selain itu, juga diungkapkan bahwa
Kehati-hatian dalam menjalankan tugas tercipta dari akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat

176
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

audit judgement lebih baik dalam tugas-tugas Data diperoleh dengan menyebarkan 400
profesional daripada akuntan pemeriksa yang belum kuesioner kepada auditor BPK dan BPKP di
berpengalaman. Hal tersebut juga diperkuat oleh Jakarta. Lokasi responden yang masih tergolong
Zulaikha (2006), Jamilah et al. (2007), Viana (2008) mudah dijangkau dan terhimpun dalam satu kota,
dan Chitra (2009) yang menyatakan bahwa maka peneliti menyampaikan kuesioner secara
pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan langsung ke instansi responden. Kuesioner dititipkan
dalam menentukan pertimbangan yang diambil. ke Bagian Humas atau Bagian Umum untuk
Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dapat selanjutnya mereka yang akan mendistribusikan ke
dirumuskan sebagaimana berikut: auditor BPK dan BPKP yang menjadi responden
penelitian ini dalam jangka waktu tertentu. Hal
H4: Terdapat pengaruh pengalaman auditor
tersebut dilakukan karena saat penyerahan
terhadap audit judgement yang diambil oleh
kuesioner, auditor responden mayoritas sedang
auditor
melakukan tugas audit luar, sehingga tidak dapat
ditemui dan kuesioner tidak dapat peneliti berikan
METODE PENELITIAN
langsung. Untuk mempertinggi tingkat pengembalian
kuesioner, peneliti selalu proaktif untuk menanyakan
Sampel dan Teknik Pengumpulan Data
kuesioner yang telah terisi seminggu sekali dalam
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey. jangka waktu beberapa bulan. Teknik ini dapat
Sampel penelitian ini adalah para auditor berjalan efektif, akan tetapi memerlukan waktu yang
pemerintah yang bekerja di BPK dan BPKP di cukup lama karena berbagai kesibukan responden.
Jakarta. Teknik pemilihan sampel yang dipakai
adalah purposive sampling dengan judgement Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
sampling. Metode purposive sampling yaitu
metode pengambilan sampel yang dilakukan Variabel yang diteliti terdiri dari 5 buah, yang
dengan mendasarkan pada kriteria-kriteria tertentu terdiri dari: variabel dependen (audit judgement)
yang ditetapkan. Adapun kriteria-kriteria tersebut dan variabel independen (gender, tekanan ketaatan,
diantaranya: (a) Auditor yang mempunyai fungsi kompleksitas tugas dan pengalaman). Definisi
pokok melaksanakan audit di lembaga atau instansi operasional dan pengukuran kelima variabel tersebut
pemerintah, (b) Telah bekerja minimal 1 tahun adalah sebagai berikut:
sehingga auditor tersebut telah mampu
Gender adalah suatu konsep kultural yang
menyesuaikan diri dengan lingkungan
berupaya membuat pembedaan dalam hal peran,
pekerjaannya (Abdurahim, 1999 dalam
perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional
Yustrianthe, 2004).
antara laki-laki dan perempuan. Gender merupakan
Penentuan ukuran sampel didasarkan pada variabel independen yang dibedakan menjadi 2
asumsi umum (rule of thumb) yang dikemukakan kategori laki-laki dan perempuan. Gender
oleh Rescoe (1975) dalam Sekaran (2000) bahwa diidentifikasi dari informasi umum yang diisi oleh
untuk penelitian multivariate, ukuran sampel harus responden. Gender merupakan variabel dummy
beberapa kali lipat (paling tidak sepuluh kali atau dimana menggunakan skala nominal 0-1. Laki-laki
lebih) dari jumlah variabel penelitian. Dalam diberi skor 1 dan perempuan diberi skor 0.
penelitian ini, jumlah variabel yang dipakai terdiri
dari 5 variabel (4 variabel independen dan 1 variabel Tekanan Ketaatan adalah tekanan yang
dependen). Dengan demikian, sampel yang dapat diterima auditor dari atasan maupun klien/ auditee
diambil minimal 50 responden. dengan maksud agar auditor menjalankan perintah

177
s
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

atau keinginan atasan atau klien. Tekanan ketaatan Judgement diukur dengan menggunakan
merupakan variabel independen. Tekanan ketaatan instrumen yang dipakai dalam penelitian Jamilah
diukur dengan menggunakan instrumen yang dipakai et al. (2007) yang terdiri dari 10 item pertanyaan
dalam penelitian Hartanto (1999) dan Jamilah et yang diukur dengan menggunakan skala likert 1-
al. (2007) yang terdiri dari 8 item pertanyaan yang 5, mulai dari skala 1 untuk pernyataan sangat
diukur dengan skala likert 1-5, mulai dari skala 1 mungkin (SM) sampai dengan skala 5 untuk
untuk pernyataan sangat setuju (SS) sampai skala pernyataan sangat tidak mungkin (STM)
5 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS).
Teknik Analisis Data
Kompleksitas Tugas adalah banyak dan
beragamnya suatu tugas yang menjadikan tugas Uji Kualitas Data
tersebut menjadi sulit dan membingungkan yang
Uji kualitas data dilakukan dengan
disertai dengan keterbatasan kemampuan atau
melakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji
keahlian dalam menyelesaikan tugas.
reliabilitas dilakukan untuk mengukur indikator
Kompleksitas tugas diukur dengan menggunakan
dari variabel atau konstruk dalam suatu
instrumen yang dipakai Cheng et al. (2003) dalam
kuisioner. Suatu item pertanyaan dalam kuisioner
penelitian Jamilah et al. (2007) yang terdiri dari
dikatakan reliabel atau andal jika tidak memiliki
6 item pertanyaan yang diukur dengan
nilai cronbach alpha dibawah 0,60 (Ghozali,
menggunakan skala likert 1-5, mulai dari skala 1
2001). Sedangkan pengujian validitas dipakai
untuk pernyataan sangat setuju (SS) sampai skala
untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
5 untuk pernyataan sangat tidak setuju (STS).
kuisioner. Suatu item pertanyaan dalam kuisioner
Pengalaman adalah lamanya waktu dikatakan valid jika mampu mengungkapkan
seseorang menjalankan pekerjaan atau tugasnya sesuatu yang akan diukur. Uji validitas dapat
dan mencakup keterampilan dan keahlian dilakukan dengan mengkorelasikan skor antar
seseorang. Pengalaaman merupakan variabel butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau
independen. Pengalaman diidentifikasi dari variabel. Untuk mengetahui valid tidaknya
informasi umum yang diisi oleh responden. dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan
Responden penelitian ini dibedakan menjadi 2 antara r hitung dengan r tabel untuk degree of
kelompok, yaitu kelompok pertama terdiri dari freedom (df) n-2 dan alpha 0,05 sehingga
responden yang mempunyai pengalaman 1-3 diperoleh r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r
tahun dan kelompok kedua terdiri daari tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan
responden yang mempunyai pengalaman lebih atau indikator dinyatakan valid (Ghozali, 2001).
dari 3 tahun. Pengalaman diperlakukan sebagai
Selain itu, pada penelitian ini, peneliti juga
variabel dummy yang diukur dengan menggunakan
melakukan uji reliabilitas yang dilakukan dengan
skala nominal 0-1. Kelompok pertama diberi
menggunakan pendekatan konsistensi internal
skor 0 dan kelompok 2 diberi skor 1.
yang ditunjukkan oleh koefisien cronbach
Audit Judgement adalah kebijakan auditor alpha. Sebagai rule of thumb sebagaimana
dalam menentukan pendapat mengenai hasil audit yang dinyatakan Ghozali (2001) menyebutkan
yang mengacu pada pembentukan suatu gagasan, bahwa koefisien cronbach alpha sebesar 0,6
pendapat atau perkiraan mengenai suatu objek, sebagai batas bawah untuk menyatakan data
peristiwa, status atau jenis peristiwa lain. Audit reliabel.

178
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

Uji Asumsi Klasik HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah data diuji validitas dan reliabilitasnya, Deskripsi Responden Penelitian


maka selanjutnya dilakukan uji asumsi yang
berhubungan dengan model yang akan dipakai Jumlah kuesioner yang disebarkan pada
dalam pengujian hipotesis. Uji asumsi yang akan BPK dan BPKP di Jakarta sebanyak 400
dilakukan adalah uji asumsi klasik yang terdiri kuisioner. Sedangkan kuisioner yang kembali
atas: sebanyak 210 kuisioner (52.5%) dan sebanyak
190 kuisioner (47.5%) tidak kembali. Dari
Uji Multikolinearitas, digunakan untuk kuisioner yang kembali, diketahui 46 kuisioner
mengetahui ada atau tidaknya penyinpangan (21.9%) tidak diisi dengan lengkap sehingga
asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya
tidak dapat diolah, sedangkan kuisioner yang
hubungan linear antar variabel independen dalam
kembali dan diisi lengkap oleh responden
model regresi. Persyaratan yang harus terpenuhi
sebanyak 164 kuisioner. Berdasarkan tingkat
dalam model regresi adalah tidak adanya
response rate yang sebesar 52.5% dinilai cukup
multikolinearitas. Uji ini dapat ditunjukkan dengan
baik karena masih diatas 50%.
menetukan nilai Variance Inflation Factor (VIF)
dan nilai Tolerance. Pada umumnya jika VIF lebih Berdasarkan data responden berupa
besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai informasi mengenai jenis kelamin, masa kerja,
persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas usia, status dan jumlah tanggungan keluarga
lainnya (Ghozali, 2001). untuk mengidentifikasi karakteristik responden.
Uji Heteroskedastisitas, digunakan untuk Adapun deskripsi mengenai responden secara
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan umum nampak bahwa responden didominasi
asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya oleh mereke yang berjenis kelamin laki-laki
kesamaan varian dari residual untuk semua (57.32%), masa kerja 2 tahun (17,7%), berusia
pengamatan pada model regresi. Persyaratan yang 25 tahun (11%), berstatus sudah menikah
harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak (63,4%), belum ada tanggungan (56,1%)
adanya gejala heteroskedastisitas. Uji yang
digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas ini Uji Kualitas Data
adalah scatterplot. Jika titik titik menyebar secara
Berdasarkan hasil uji validitas item-item
acak (random) diatas atau dibawah angka 0 atau
pertanyaan dengan menggunakan pearson
berada diantara angka 2 dan -2, maka dapat
correlation menunjukkan bahwa item-item
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini
pada model regresi (Ghozali, 2001).
dinyatakan valid, karena nilai r-hitung > r-tabel.
Sedangkan hasil uji reliabilitas kuisioner juga
Uji Hipotesis
dapat diketahui bahwa nilai Cronbanchs Alpha
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji regresi item-item pertanyaan dari tiap variabel > 0,6
berganda. Untuk menganalisis pengaruh antar sehingga dinyatakan reliabel atau andal. Hal
variabel penelitian dipakai metode statistik dengan tersebut ditunjukkan sebagaimana dalam rincian
dengan tingkat taraf signifikansi 5%. hasil yang ditabulasi berikut ini:

179
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Tabel 1. Hasil Uji Kualitas Data

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 16

Uji Asumsi Klasik

180
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

Uji Normalitas Regresi dalam model regresi, variabel pengganggu atau


residual memiliki distribusi normal. Untuk melakukan
Walaupun data termasuk kategori bersampel uji normalitas regresi penelitian dapat digunakan uji
besar, namun karena besaran sampel tidak Kolmogorof Smirnov. Jika nilai signifikansinya >
menjamin bahwa data berdistribusi normal, maka 0,05 berarti data berdistribusi normal. Hasil
dalam penelitian ini masih dilakukan uji normalitas. pengolahan data yang diperoleh nampak dalam tabel
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah 2 berikut ini

Tabel Uji Normalitas

Uji Heterokedastisitas terjadi heterokedastisitas atau memenuhi asumsi,


jika residual tidak membentuk pola-pola tertentu.
Untuk mengetahui apakah suatu model regresi Hasil pengolahan data dalam penelitian ini
terbebas dari permasalahan heterokedastisitas atau menunjukkan tidak membentuk pola tertentu
tidak, maka salah satu uji yang dapat dilakukan sehingga tidak terjadi heterokedastisitas dan
adalah dengan menggunakan grafik scatterplot. memenuhi asumsi sebagaimana nampak dalam
Dari scatterplot dapat diambil kesimpulan tidak gambar berikut ini:

181
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Gambar: Scatterplot Normalitas

Uji Multikolinearitas karena nilai tolerance kurang dari 0.10 yang


berarti tidak ada korelasi antar variabel independen
Uji Multikolinieritas dalam penelitian ini yang nilainya lebih dari 95%. Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance atau VIF. dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF)
Hasil uji dengan SPSS menunjukkan tidak terjadi yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Hal tersebut
multikolinieritas dan memenuhi asumsi regresi ditunjukkan dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: Hasil SPSS 16

182
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

Uji Hipotesis

Hasil Pengujian hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 4 nampak sebagaimana dalam Tabel 4 dan Tabel
5 berikut ini:

Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis 1 (H1) s/d Hipotesis 4 (H4)

Sumber: Hasil SPSS 16

Dari Tabel 4 diatas dapat diketahui bahwa hasil (2001). Hal tersebut dapat disebabkan karena
pengujian menunjukkan bahwa pengaruh masing- tuntutan profesionalisme seorang auditor semakin
masing variabel independen seperti gender, tekanan besar, termasuk auditor pemerintah, mengingat
ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman banyaknya permasalahan etika yang terjadi dan
terhadap audit judgement. Variabel tekanan menyebabkan hilangnya kepercayan publik
ketaatan dan kompleksitas tugas menunjukkan nilai terhadap profesi auditor tersebut. Auditor dituntut
signifikansi sebesar 0.000 yang jauh dibawah 0.05 untuk selalu mengembangkan ketrampilan dan
berarti gender berpengaruh secara signifikan profesionalismenya dengan menempuh pendidikan
terhadap audit judgement. Sedangkan dua variabel yang lebih tinggi, mengikuti pelatihan profesional yang
lain yang diperlakukan sebagai dummy yaitu gender
menunjang pekerjaan dan harus mematuhi kode etik
dan pengalaman menunjukkan tidak berpengaruh
profesi yang ada, sehingga baik auditor laki-laki
terhadap audit judgement. Hal tersebut ditunjukkan
maupun perempuan keduanya dihadapkan pada
oleh nilai signifikansi dari dua variabel tersebut
tuntutan yang sama.
masing-masing 0.585 dan 0.092 yang jauh diatas
0.05. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan Sedangkan Hipotesis 2 (H2) dan Hipotesis 3
bahwa Hipotesis 1 (H1) dan Hipotesis 4 (H4) (H3) diterima. Hipotesis 2 (H2) menyatakan bahwa
ditolak. Penolakan terhadap Hipotesis 1 (H1) yang tekanan ketaatan secara parsial berpengaruh
menyatakan bahwa gender berpengaruh terhadap terhadap audit judgement. Hal tersebut konsisten
audit judgement menunjukkan konsistensi dengan dengan hasil penelitian Hartanto (1999), Viana
hasil penelitian Chitra (2009), Jamilah et al. (2007), Primasari (2008), Jamilah et al. (2007), Chitra
Hartanto (1999) dan Zulaekha (2006) serta (2009). Sedangkan Hipotesis 3 (H3) menunjukkan
Trisnaningsih dan Iswati (2003), namun tidak bahwa kompleksitas tugas dinilai secara parsial
konsisten dengan hasil penelitian Chung dan Monroe berpengaruh terhadap audit judgement. Hal

183
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

tersebut konsisten dengan hasil penelitian dari Chung oleh auditor, (3) Terdapat pengaruh kompleksitas
dan Monroe (2001), Stuart (2001) dan Chitra tugas terhadap audit judgement yang diambil oleh
(2009), namun tidak konsisten dengan penelitian auditor, (4) Tidak terdapat pengaruh pengalaman
Viana (2008), Zulaekha (2006), Jamilah et al. auditor terhadap audit judgement yang diambil
(2007) dan Cheng et al. (2003). Semakin besar oleh auditor.
tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas yang
Dalam penelitian ini masih terdapat
dihadapi oleh seorang auditor, maka logis jika
keterbatasan yang terjadi. Adapun keterbatasan
semakin besar juga dilema dan ketidakcermatan
maupun kelemahan yang dapat diidentifikasi
yang dihadapi dan pada akhirnya kesalahan
adalah: (1) Responden yang menjadi sampel dalam
judgement yang dibuat auditor dapat terjadi, baik
penelitian ini auditor pemerintah (BPK dan BPKP)
yang disengaja ataupun tidak. Dengan demikian,
di Jakarta dengan jumlah terbatas, (2) Variabel
tekanan ketaatan dan kompleksitas tugas besar
penelitian ini masih terbatas pada faktor non-teknis
pengaruhnya terhadap audit judgement.
atau aspek individu yang dianggap berpengaruh
Penolakan juga terjadi terhadap hipotesis 4 terhadap audit judgement yaitu gender, tekanan
(H4) yang menunjukkan bahwa pengalaman tidak ketaatan, kompleksitas tugas dan pengalaman saja,
mempunyai pengaruh terhadap audit judgement. (3) Pengalaman dalam penelitian ini hanya
Hal tersebut konsisten dengan hasil penelitian didefinisikan sebatas pada pengalaman yang diukur
sebelumnya yang dilakukan oleh Chitra (2009), dari lamanya bekerja sebagai auditor yang dibagi
namun tidak konsisten dengan hasil penelitian Viana dalam dua kategori yaitu d3 tahun dan >3 tahun
(2008). Hal tersebut dapat disebabkan saja.
keterbatasan penelitian ini yang hanya
Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas
mendefinisikan pengalaman dilihat dari lamanya
maka peneliti dapat memberikan saran kepada
bekerja atau masa kerja sebagai auditor tanpa
peneliti selanjutnya dan BPK serta BPKP agar
mempertimbangkan jenis pekerjaan audit yang
pernah dilakukan ataupun jenis perusahaan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
pernah diauditnya. Masa kerja yag lama tanpa pengembangan penelitian selanjutnya maupun
diimbangi dengan jenis pekerjaan audit dan jenis pengelolaan auditornya. Adapun saran yang
perusahaan yang diaudit tidak memberikan jaminan direkomendasikan peneliti adalah: (1) Peneliti
pembuatan judgement yang tepat oleh seorang selanjutnya hendaknya memperbanyak sampel
auditor. Semakin seorang auditor mempunyai yang menjadi responden. Peneliti selanjutnya dapat
pengalaman mengaudit yang lama dengan variasi mengambil auditor pemerintah tidak hanya yang
pekerjaan dan jenis perusahaan yang beragam akan ada di Jakarta, tapi juga di daerah-daerah lain atau
memperkaya pengetahuan sehingga judgement mungkin sebagian besar auditor pemerintah.
yang dibuatnyapun semakin baik dan tepat. Dengan demikian hasilnya diharapkan dapat lebih
mewakili populasinya atau dapat digeneralisasi
SIMPULAN, KETERBATASAN DAN hasilnya, (2) Peneliti selanjutnya dapat berupaya
SARAN meneliti faktor-faktor teknis atau sekaligus
keduanya, baik faktor teknis maupun non teknis
Dari analisis data ataupun pengujian hipotesis, yang dapat mempengaruhi audit judgement.
maka didapat kesimpulan: (1) Tidak terdapat Diantara faktor teknis seperti pemilihan bukti yang
pengaruh gender tehadap audit judgement yang relevan ataupun memproses bukti atau informasi
diambil oleh auditor, (2) Terdapat pengaruh tekanan dan prosedur-prosedur yang harus dijalankan agar
ketaatan terhadap audit judgement yang diambil dapat memberikan pertimbangan (judgement)

184
Rahmawati Hanny Yustrianthe, Kajian Empiris Audit Judgement Pada Auditor

yang tepat. Hal tersebut juga disarankan agar sebaiknya menilai atau mengidentifikasikan
dipertimbangkan oleh BPK dan BPK dalam pengalaman auditor tidak hanya dari lamanya
memanage auditornya. Sebaiknya, BPK dan auditor bekerja, tetapi dilihat juga dari banyaknya
BPKP dalam pengembangan ketrampilan dan jenis perusahaan yang pernah diperiksa dan jenis
pen getahuan aud itornya tidak hanya pemeriksaan yang pernah auditor lakukan. Hal
mempertimbangkan faktor teknis tetapi juga tersebut juga layak dipertimbangkan oleh BPK
faktor non teknis, karena kinerja seorang auditor dan BPKP dalam pengelolaan SDM-nya yaitu
sangat dipengaruhi oleh audit judgement yang auditor. Sebaiknya auditor diberikan penugasan
dibuatnya, (3) Apabila peneliti selanjutnya yang beragam untuk mengasah dan mempertajam
meneliti variabel pengalaman sebagai faktor yang kemampuannya dalam membuat judgement
dapat mempengaruhi audit judgement, audit.

DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, M., & Wright, A. (1987). An Faisal. (2007). Invetigasi Tekanan Pengaruh Sosial
Examination of Effect of Experience and Task Dalam Menjelaskan Hubungan Komitmen
Complexcity on Audit judgement. Journal of dan Moral Reasioning. Simposium Nasional
The Accounting Review. LXII (1) : 1-13. Akuntansi X. Universitas Hasanuddin.
Makasar.
Bonner. (1994). A Model of The Effects of Audit
Task Complexity. Accounting Organization Fakih, M. (1999). Menggeser Konsepsi Gender
and Society. 19 (3): 213-234. dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Cheng, M. M., Luckett., P. F., & Axel, S. (2003).
The Effects of Cognitive Style Diversity on Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariative
Decision Making Dyad: An Empirical Analy- dengan Program SPSS. Semarang:Badan
sis in The Context of Complex Task. Jour- Penerbit Universitas dipenogoro.
nal of Behavioral Research in Accounting,
Hamilton, R. E., & Wright, W. F. (1982). Internal
15: 39-62.
Control Judgement and Effects of Experience
Chitra, K. (2009). Pengaruh Gender, Tekanan Replications and Axtensions. Journal of
Ketaatan, Kompleksitas Tugas, dan Accounting Research Autumn, Vol. 20. 2:
Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judge- 756-765.
ment. Skripsi STIE Y.A.I. Jakarta.
Hartanto, S. Y. (1999). Analisis Pengaruh Tekanan
Chung, J., & Monroe, G. S. (2001). A Research Ketaatan Terhadap Judgement Auditor.
Note on The Effect of Gender and Task Tesis Program Pascasarjana Universitas
Complexity on Audit judgement. Journal of Gadjah Mada. Yogyakarta
Behavioral Research, 13: 111-125.
Herliansyah, Y., & Meifida, I. (2006). Pengaruh
Cohen R.J., Pant, L. W., & Shramp, D. J. (1999). Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan
The Effect of Gender and Academic Dicipline Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor
Judgement. Simposium Nasional Akuntansi
Diversity on Ethical Evaluation, Ethical Inten-
X. Padang.
tion and Ethical Orientation of Potential Public Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar
Accounting Recruitment. Accounting Hori- Profesional Akuntan Publik. Jakarta: PT
zon, 12 (3) : 250-270. Salemba Empat.

185
Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 2 Agustus 2012

Isnaeni & Khadijah, S. (2007). Perbedaan kinerja Sularso, S., & Naim, A. (1999). Analisis Pengaruh
Antara Auditor Pria dan Auditor Wanita pada Pengalaman Akuntan Pada Pengetahuan dan
Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Universi- Penggunaan Intuisi Dalam Mendeteksi
tas Trisakti. Kekeliruan. Jurnal Riset Akuntansi, Juli: 154-
172.
Jamilah, S., Fanani, Z., & Grahita, C. (2007).
Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Tan, H., & Alison, K. (1999). Accountanbility Ef-
Kompleksitas Tugas Terhadap Audit fects on Auditors Performance: Influence of
Judgement. Simposium Nasional Knowledge, Problem SolvingAbility and Task
Akuntansi X. Universitas Hasanuddin. Complexity. Journal of Accounting Re-
Makassar. search, 37: 209-223.

Libby, R. (1995). The Role of Knowledge and Trisnaningsih, S., & Iswati, S. (2003). Perbedaan
Memory in Audit Judgement and Decision Kinerja Auditor dilihat dari Segi Gender.
Making. Research in Accounting and Audit- Simposium Nasional Akuntansi VI. 1036-
ing. Cambridge Univeristy Press. 1047.

Noviyani, P., & Bandi. (2002). Pengaruh Tyas, D. A. (2006). Pengaruh Pengalaman Terhadap
Pengalaman dan Penelitian terhadap Struktur Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang
Pengetahuan Auditor tentang Kekeliruan. Auditing. Skripsi Universitas Islam Indone-
Prosiding Simposium Nasional Akuntansi V. sia. Yogyakarta.
September: 481488. Viana, P. (2006). Pengaruh Tekanan Ketaatan,
Nugroho, L. (2007). Pencairan Dana Tommy Kompleksitas Tugas, Pengetahuan dan
Suharto Dilihat dari Perspektif Auditor. Bahan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judge-
Diskusi Terbatas. Jakarta. ment. Universitas Airlangga. Surabaya

Sekaran, U. (2003). Research Methods for Busi- Yustrianthe, R. H. (2004). Pengaruh Jam Kerja
ness: A Skill Building Approach. Fourth Edi- Terhadap Stressors, Burnout dan Behavioral
tion. John Willey & Sons, Inc. New York. Job Outcomes. Tesis Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Stuart, I. (2001). The Influence of Audit Structure
Zulaikha. (2006). Pengaruh Interaksi Gender,
on Auditor Performance in High and Low
Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor
Complexity Task Setting. Journal of Ac- Terhadap Audit Judgement. Universitas
counting Behavior: 3-30. Diponegoro. Semarang.

186

Vous aimerez peut-être aussi