Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TENTANG
PELAKSANAAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PELAKSANAAN
KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi
daya.
5. Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan yang
meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang.
7. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi
penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
8. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan
struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana
-4-
BAB II
TUJUAN, FUNGSI, DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
Peraturan Menteri ini bertujuan untuk menjamin
terlaksananya koordinasi dalam rangka penyelarasan
berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan
terkait penataan ruang, serta meningkatkan kapasitas
kelembagaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional.
-5-
Pasal 3
Peraturan Menteri ini berfungsi untuk mewadahi pelaksanaan
koordinasi penataan ruang lintas sektor, lintas wilayah dan
lintas pemangku kepentingan yang meliputi:
a. kerjasama penataan ruang antar kementerian/lembaga;
b. kerjasama penataan ruang antar Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan Masyarakat; dan
c. integrasi kebijakan dan sinkronisasi perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang lintas kementerian/lembaga yang
meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang
di dalam bumi.
Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. pembentukan tim koordinasi penataan ruang nasional;
b. tata kerja tim koordinasi penataan ruang nasional; dan
c. pembiayaan tim koordinasi penataan ruang nasional.
BAB III
PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PENATAAN RUANG
NASIONAL
Pasal 5
(1) Pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional
dilakukan dengan membentuk Tim Koordinasi Penataan
Ruang Nasional yang selanjutnya disebut TKPRN.
(2) TKPRN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Tim Pelaksana; dan
b. Kelompok Kerja (POKJA).
(3) Susunan Keanggotaan TKPRN sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 6
(1) TKPRN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
memiliki tugas untuk melaksanakan koordinasi
penyelenggaraan penataan ruang dalam hal:
a. penyelesaian masalah penataan ruang di tingkat
nasional;
b. penataan ruang yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku kepentingan;
c. pemaduserasian berbagai peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan penataan ruang;
-6-
Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Pelaksana dibantu
oleh sebuah Sekretariat yang diketuai oleh Sekretaris Tim
Pelaksana.
(2) Susunan keanggotaan, tugas dan tata kerja Sekretariat
diatur lebih lanjut oleh Sekretaris Tim Pelaksana.
Pasal 8
(1) POKJA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2)
huruf b terdiri atas:
a. POKJA Penyelesaian Sengketa dan Konflik Penataan
Ruang yang selanjutnya disebut POKJA I; dan
b. POKJA Penataan Ruang dan Kelembagaan yang
selanjutnya disebut POKJA II.
(2) POKJA I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
memiliki lingkup untuk melaksanakan koordinasi:
(1) melaksanakan koordinasi pembahasan penataan
ruang lintas sektor, lintas daerah, dan lintas
pemangku kepentingan;
(2) melaksanakan koordinasi dengan pemangku
kepentingan dalam rangka penyelesaian sengketa dan
konflik pemanfaatan ruang;
(3) melaksanakan pemaduserasian berbagai peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan penataan
ruang;
(4) melaksanakan pemaduserasian penatagunaan tanah,
penatagunaan sumber daya alam lainnya, dan
pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang;
(5) melaksanakan perumusan potensi kebijakan kerja
sama penataan ruang antarnegara;
(6) melaksanakan upaya peningkatan kapasitas
kelembagaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam penataan ruang;
-7-
Pasal 9
Dalam hal dipandang perlu, Ketua Tim Pelaksana dapat
membentuk POKJA selain POKJA sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 ayat (2) huruf c.
BAB IV
TATA KERJA TKPRN
Bagian Kesatu
Penanganan Isu Penataan Ruang Nasional
Pasal 10
(1) Selain pelaksanaan tugas TKPRN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, TKPRN dapat melakukan telaahan/kajian
isu terkait penataan ruang nasional, berdasarkan:
a. Penugasan dari Pengarah; dan
b. Permohonan dari para pemangku kepentingan.
(2) TKPRN dapat memberikan klarifikasi, arahan, dan/atau
rekomendasi terhadap isu penataan ruang nasional.
Pasal 11
Dalam hal pelaksanaan tugas berdasarkan permohonan dari
pemangku kepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf b, apabila surat permohonan sesuai dengan
tugas dan fungsi TKPRN maka Sekretariat melaporkan surat
permohonan kepada Ketua Tim Pelaksana dan tembusan
kepada Pengarah.
Pasal 12
Dalam rangka pelaksanaan pembahasan isu penataan ruang
nasional sesuai dengan muatan surat permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11, Ketua Tim Pelaksana memilih Anggota
Tidak Tetap untuk membantu pelaksanaan tugas POKJA I atau
POKJA II.
Pasal 13
(1) Dalam pelaksanaan tugas POKJA I atau POKJA II,
pembahasan isu penataan ruang nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 dipimpin oleh Ketua POKJA dan
-9-
Pasal 14
(1) TKPRN menyampaikan hasil telaahan/kajian isu terkait
penataan ruang nasional kepada Menteri selaku
Pengarah.
(2) Menteri menyampaikan klarifikasi, arahan, dan/atau
rekomendasi berdasarkan hasil telaahan/kajian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pemangku
kepentingan sebagai dasar pengambilan kebijakan,
strategi, program, dan/atau langkah strategis di bidang
penataan ruang.
Bagian Kedua
Rapat Koordinasi
Pasal 15
(1) Dalam rangka pelaksanaan koordinasi penataan ruang
nasional, TKPRN mengadakan Rapat Koordinasi.
(2) Rapat Koordinasi TKPRN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. Rapat Awal Tahun; dan
b. Rapat Akhir Tahun.
(3) Rapat Awal Tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dilaksanakan untuk mengidentifikasi prioritas
penanganan isu penataan ruang nasional.
(4) Rapat Awal Tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dipimpin oleh Ketua Tim Pelaksana dan dihadiri oleh
anggota Tim Pelaksana dan Anggota Tetap POKJA I dan
POKJA II.
(5) Dalam hal Ketua Tim Pelaksana berhalangan hadir pada
Rapat Awal Tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
maka rapat dipimpin oleh Wakil Ketua I, Wakil Ketua II,
- 10 -
Pasal 16
(1) Rapat Koordinasi Penataan Ruang Nasional dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan.
(2) TKPRN memfasilitasi Rapat Koordinasi Penataan Ruang
Nasional.
(3) Hal-hal yang terkait bentuk dan mekanisme fasilitasi
Rapat Koordinasi Penataan Ruang Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diputuskan dalam rapat Tim
Pelaksana.
(4) Hasil Rapat Koordinasi Penataan Ruang Nasional
disampaikan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah
terkait.
Bagian Ketiga
Pelaporan
Pasal 17
(1) Ketua Tim Pelaksana menyampaikan laporan pelaksanaan
tugas TKPRN kepada Menteri selaku Pengarah secara
berkala setiap 3 (tiga) bulan atau sewaktu-waktu bila
diperlukan, dengan tembusan kepada semua anggota
TKPRN.
(2) Ketua Tim Pelaksana mengkoordinasikan penyusunan
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
- 11 -
BAB V
PEMBIAYAAN TKPRN
Pasal 18
Pembiayaan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
SOFYAN A. DJALIL
- 12 -
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA
RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR .... TAHUN 2017
TENTANG
KEANGGOTAAN TIM KOORDINASI PENATAAN
RUANG NASIONAL
1 2 3
PENGARAH
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
TIM PELAKSANA