Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
aNIM : 1410401026
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan bakar dari olahan hasil pertanian memiliki banyak kelebihan dibanding bahan
bakar fosil. Bahan bakar tersebut dapat diperbaharui sesuai umur produksi tanaman penghasil
bahan mentah dan dapat dikembangkan diberbagai tempat sesuai syarat tumbuh tanaman
tanpa khawatir ketersediaannya akan habis. Bahan bakar yang diproduksi terbagi menjadi
bioetanol sebagai pengganti bensin dan biodiesel sebagai pengganti solar.
Ada beberapa cara pengolahan bioetanol dari sector pertanian salah satunya
menggunakan pemanfaatan limbah industry pertanian. Limbah dari tanaman padi berupa
jerami dapat dimafaatkan dalam pembuatan bioetanol. Ketersediaan yang melimpah dan
memiliki jual yang murah menyebabkan berbagai teknik pengolahan bioetanol ini menjadi
sorotan utama. Diharapkan dengan mengetahui treknik pengolahan bioetanol dari jerami padi
dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil demi terwujudnya pemenuhan kebutuhan
bahan bakar sumber energy bagi mesin dan kendaraan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana klasifikasi tanaman padi?
Berapa besar produksi jerami padi di Indonesia?
Apa keuntungan memanfaatkan jerami padi sebagai bahan baku bioetanol?
Bagaimana cara pembuatan bioetanol dengan jerami padi?
Bagaimana potensi bioetanol yang terbuat dari bahan dasar jerami padi?
C. Tujuan
Untuk mengetahui klasifikasi tanaman padi.
Untuk mengetahui jummlah produksi jerami padi di Indonesia.
Untuk mengetahui keuntungan memanfaatkan jerami padi sebagai bahan baku
bietanol.
Untuk mengetahui cara pembuatan bioetanol dari jerami padi.
Untuk mengetahui potensi jerami padi sebagai bahan baku bioetanol.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut FAO (2005), Indonesia merupakan produsen padi ketiga terbesar di dunia yaitu
sebesar 9% dari total produksi dunia setelah China (31%) dan India (9%). Namun, tanaman
pangan di Indonesia selalu membawa hasil samping atau limbah pertanian hingga mencapai
jutaan ton setiap tahunnya. Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia.
Jumlahnya sekitar 20 juta per tahun. Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia
adalah 11,9 juta ha. Produksi per hektar sawah bisa mencapai 12 - 15 ton bahan kering setiap
kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman. Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi
sebagai pakan ternak baru mencapai 31- 39 %, sedangkan yang dibakar atau dimanfaatkan
sebagai pupuk 36- 62 %, dan sekitar 7 - 16 % digunakan untuk keperluan industri (safan,
2008 dakeulam Anonim 2011)
C. Manfaat Jerami Padi
Jerami hanya dibakar sebagai sampah pertanian. Pembakaran jerami oleh petani secara
tak langsung mengembalikan unsur hara jerami ke dalam tanah, membunuh bakteri patogen
yang ada dalam tana, dan ikut mengurangi gulma yang ada di lahan pertanian.
Jerami padi juga bisa digunakan sebagai briket bahan bakar. Briket jerami padi tentu
bisa menjadi alternatif bahan bakar bagi masyarakat di pedesaan untuk menghemat biaya
bahan bakar dari minyak atau gas. Karena briket jerami padi lebih bersih dan tidak
mengandung racun seperti hal-nya briket batubara yang menghasilkan gas oksida nitrit (NOx)
dan oksida sulfur (SOx).
Jerami padi digunakan sebagai tempat biakan jamur merang juga dapat berfungsi
sebagai campuran makanan ternak karena kandungan protein yang cukup memadai. Kegunaan
lain dari jerami padi adalah sebagai penghasil bio-ethanol atau gas hidrogen. Dengan
menggunakan reaksi hidrolisis pada jerami padi akan didapatkan ethanol untuk bahan bakar
mesin giling dan kendaraan bermotor. Dan jika membutuhkan gas untuk pembangkit listrik
maka proses gasifikasi dari jerami padi mampu memproduksi gas hidrogen untuk menyalakan
turbin listrik. Hasil gasifikasi jerami padi berupa bubuk abu bisa digunakan sebagai campuran
briket atau pupuk organik (Safrilhanafi. 2012).
Proses pembuatan bioetanol dari jerami padi melalui beberapa tahap yaitu proses
delignifikasi, hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Proses pembuatan serbuk jerami sendiri
dengan cara penghancuran jerami yaitu diblender sampai hasilnya halus kemudian diayak.
Delignifikasi bertujuan untuk menghilangkan lignin dari jerami. Pada proses ini digunakan
larutan H2 SO4. Proses pembuatan glukosa dari jerami dilakukan dengan cara hidrolisis
secara kimia dengan menggunakan larutan HCl sebagai penghidrolisis dan katalisator.
Supaya pH yang diperoleh sesuai dengan kondisi untuk fermentasi maka hasil hidrolisa
ditambah dengan HCl. Fermentasi dilakukan dengan variasi lama waktu fermentasi dan
variasi konsentrasi starter. Berikut tahapan proses pembuatan bioetanol dari jerami padi.
1. Delignifikasi
Sebelum diproses, bahan baku berupa jerami padi sebelumnya diperkecil ukurannya
dengan menggunakan crusher ( CR- 113) hingga ukuran 0,1 mm. Kemudian di alirkan
menuju tangki berpengaduk ( MT - 118) dengan menggunakan conveyor ( C - 115). Asam
sulfat yang sudah di encerkan hingga 70% dengan penambahan air dan direaksikan pada suhu
40C selama 1 jam di alirkan ke dalam tangki berpengaduk (MT - 118) yang berfungsi untuk
memisahkan selulosa dan hemiselulosa yang terikat pada lignin. Selanjutnya campuran
dialirkan menuju reaktor hidrolisis (R-211).
2. Hidrolisis
Setelah reaksi selesai, campuran dialirkan menuju cooler (E -212 ) untuk didinginkan
menjadi 300C. Setelah mencapai suhu tersebut, campuran dialirkan lagi menuju filter press I
(FP - 214) untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair. Asam sulfat yang dipisahkan ini
kemudian dipekatkan dan selanjutnya digunakan kembali. Sedangkan larutan gula kemudian
dipompakan menuju mixer (M-219) untuk dicampurkan dengan urea
((NH2)2 CO) dari tangki penyimpanan urea (T-218). Adapun proses ini bertujuan
untuk menetralkan atau mereaksikan asam yang bersisa dengan urea sehingga larutan
gula bebas dari asam. Proses ini menghasilkan gipsum (CaSO 4) sebagai produk
samping. Campuran kemudian dialirkan menuju ke centrifuge (F F-311) untuk
memisahkan gipsum dengan cairan.
3.Fermentasi
Setelah reaksi pada reaktor hidrolisa (R- 211) selesai, campuran dialirkan menuju
reaktor fermentasi (R- 318), Dengan menggunakan mikroba yang berfungsi sebagai katalis
dan membantu proses fermentasi anaerob pada suhu 27,5C dan tekanan 1 atm dan waktu
prose s fermentasi berlangsung selama 36 jam. Fermentor yang dimasukkan mikroba
Saccharomyces cerevisiae dan nutrisi berupa H3 PO4 dari tangki penyimpanan ( T-315) dan
ragi dari tangki penyimpanan (T-317).
4. Destilasi
Potensi etanol dari jerami menurut Kim and Dale (2004) adalah sebesar 0.28 L/kg jerami.
Sedangkan menurut Badger (2002) adalah sebesar 0.2 L/kg jerami. Jadi pabrik yang akan
dibangun dengan kapasitas 300.000 kL/tahun akan membutuhkan bahan baku jerami sebesar
1.500.000 ton/tahun (Anonim, 2011).
Menurut data Biro Pusat Statistik tahun 2006, keseluruhan luas sawah di Indonesia
adalah 11,9 juta ha. Artinya, potensi jerami padinya kurang lebih adalah 119 juta ton. Apabila
seluruh jerami ini diolah menjadi bioetanol maka akan diperoleh sekitar 9,1 milyar liter
bioetanol (FGE) dengan nilai ekonomi Rp. 50.1 triliun. Menurut perhitungan, etanol dari
jerami sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional. Kandungan karbohidrat pada
jerami padi cocok untuk diolah menjadi bioetanol.
Gasohol adalah campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol sampai
dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil bensin tanpa perlu
memodifikasi mesin. Hasil pengujian kinerja mesin mobil bensin menggunakan gasohol
menunjukkan gasohol E-10 (10% bioetanol ) dan gasohol E-20 (20% bioetanol) menunjukkan
kinerja mesin yang lebih baik dari premium dan setara dengan pertamax (Sri Kormiyati dkk,
2010).
KESIMPULAN
Dari maalah tersebut dapat disimpulkan bahwa jerami padi dapat digunakan sebagai
BBN yaitu diolah menjadi bioetanol. Jerami padi memiliki keunggulan untuk dijadikan
bioetanol dengan melalui beberapa proses pengolahan serta menghasilkan bioetanol 0.2 -0.28
L / kg jerami padi.
DAFTAR PUSTAKA
Sri Kormiyati dkk. 2010. Prospek Bioetanol sebagai Pengganti Minyak Tanah.
http://www.pustekolah.org/data_content/attachment/NEW-
PROSPEK_BIOETANOL_SEBAGAI_PENGGANTI_MINYAK_TANAH.pdf