Vous êtes sur la page 1sur 10

MAKALAH BIOFUEL

BIOETANOL DARI JERAMI PADI

Disusun Oleh :

Nama : Fisiela Fikta Arunia

aNIM : 1410401026

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bertambahnya jumlah penduduk merupakan awal dari munculnya berbagai masalah


baru. Berbagai macam kebutuhan pangan dan pemenuhan fasilitas untuk mempermudah
berbagai aktifitas manusia terus digencarkan seperti munculnya berbagai alat mesin dan
kendaraan yang memerlukan energy untuk mengoperasikannya. Yang menjadi kendala adalah
sumber bahan bakar yang digunakan belum semuanya menggunakan bahan bakar yang dapat
diperbaharui.

Kecenderungan menggunakan bahan bakar fosil selama puluhan tahun menyebabkan


kekhawatiran bagi masyarakat global. Tidak hanya ketersediaannya yang semakin terbatas
namun juga bahan bakar tersebut tidak dapat diperbaharui dalam hitungan puluhan tahun saja.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar berbanding terbalik dengan ketersediaan
bahan bakar fosil. Dari hal tersebut memunculkan ide-ide baru dari sector pertanian untuk
mengolah berbagai hasil pertanian menjadi bahan bakar subtitusi bahan bakar fosil.

Bahan bakar dari olahan hasil pertanian memiliki banyak kelebihan dibanding bahan
bakar fosil. Bahan bakar tersebut dapat diperbaharui sesuai umur produksi tanaman penghasil
bahan mentah dan dapat dikembangkan diberbagai tempat sesuai syarat tumbuh tanaman
tanpa khawatir ketersediaannya akan habis. Bahan bakar yang diproduksi terbagi menjadi
bioetanol sebagai pengganti bensin dan biodiesel sebagai pengganti solar.

Ada beberapa cara pengolahan bioetanol dari sector pertanian salah satunya
menggunakan pemanfaatan limbah industry pertanian. Limbah dari tanaman padi berupa
jerami dapat dimafaatkan dalam pembuatan bioetanol. Ketersediaan yang melimpah dan
memiliki jual yang murah menyebabkan berbagai teknik pengolahan bioetanol ini menjadi
sorotan utama. Diharapkan dengan mengetahui treknik pengolahan bioetanol dari jerami padi
dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil demi terwujudnya pemenuhan kebutuhan
bahan bakar sumber energy bagi mesin dan kendaraan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana klasifikasi tanaman padi?
Berapa besar produksi jerami padi di Indonesia?
Apa keuntungan memanfaatkan jerami padi sebagai bahan baku bioetanol?
Bagaimana cara pembuatan bioetanol dengan jerami padi?
Bagaimana potensi bioetanol yang terbuat dari bahan dasar jerami padi?

C. Tujuan
Untuk mengetahui klasifikasi tanaman padi.
Untuk mengetahui jummlah produksi jerami padi di Indonesia.
Untuk mengetahui keuntungan memanfaatkan jerami padi sebagai bahan baku
bietanol.
Untuk mengetahui cara pembuatan bioetanol dari jerami padi.
Untuk mengetahui potensi jerami padi sebagai bahan baku bioetanol.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Tanaman Padi

Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam


Divisio Spermatophyta, dengan Sub divisio Angiospermae, termasuk ke dalam kelas
Monocotyledoneae, Ordo adalah Poales, Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn,
dan Spesiesnya adalah Oryza sativa L(Anonim, 2016)

Tumbuhan padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang


tersusun dari beberapa ruas. Tanaman padi membentuk rumpun dengan anakannya,
biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang. Tanaman padi tumbuh di daerah
tropis atau subtropis pada 450 LU sampai dengan 450LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan. Rata-rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau 1500 sampai 2000 mm/tahun (Anonim, 2016).

B. Besarnya Produksi Jerami Padi di Indonesia

Menurut FAO (2005), Indonesia merupakan produsen padi ketiga terbesar di dunia yaitu
sebesar 9% dari total produksi dunia setelah China (31%) dan India (9%). Namun, tanaman
pangan di Indonesia selalu membawa hasil samping atau limbah pertanian hingga mencapai
jutaan ton setiap tahunnya. Jerami padi merupakan limbah pertanian terbesar di Indonesia.
Jumlahnya sekitar 20 juta per tahun. Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia
adalah 11,9 juta ha. Produksi per hektar sawah bisa mencapai 12 - 15 ton bahan kering setiap
kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman. Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi
sebagai pakan ternak baru mencapai 31- 39 %, sedangkan yang dibakar atau dimanfaatkan
sebagai pupuk 36- 62 %, dan sekitar 7 - 16 % digunakan untuk keperluan industri (safan,
2008 dakeulam Anonim 2011)
C. Manfaat Jerami Padi

Jerami hanya dibakar sebagai sampah pertanian. Pembakaran jerami oleh petani secara
tak langsung mengembalikan unsur hara jerami ke dalam tanah, membunuh bakteri patogen
yang ada dalam tana, dan ikut mengurangi gulma yang ada di lahan pertanian.
Jerami padi juga bisa digunakan sebagai briket bahan bakar. Briket jerami padi tentu
bisa menjadi alternatif bahan bakar bagi masyarakat di pedesaan untuk menghemat biaya
bahan bakar dari minyak atau gas. Karena briket jerami padi lebih bersih dan tidak
mengandung racun seperti hal-nya briket batubara yang menghasilkan gas oksida nitrit (NOx)
dan oksida sulfur (SOx).
Jerami padi digunakan sebagai tempat biakan jamur merang juga dapat berfungsi
sebagai campuran makanan ternak karena kandungan protein yang cukup memadai. Kegunaan
lain dari jerami padi adalah sebagai penghasil bio-ethanol atau gas hidrogen. Dengan
menggunakan reaksi hidrolisis pada jerami padi akan didapatkan ethanol untuk bahan bakar
mesin giling dan kendaraan bermotor. Dan jika membutuhkan gas untuk pembangkit listrik
maka proses gasifikasi dari jerami padi mampu memproduksi gas hidrogen untuk menyalakan
turbin listrik. Hasil gasifikasi jerami padi berupa bubuk abu bisa digunakan sebagai campuran
briket atau pupuk organik (Safrilhanafi. 2012).

D. Keuntungan memanfaatkan jerami padi sebagai bahan baku bioetanol


Mengurangi limbah pertanian
Bahan baku melimpah, merupakan limbah dari budidaya tanaman padi
Bahan baku bisa diperbaharui
Ramah lingkungan dibanding bahan bakar fosil
E. Cara pembuatan bioetanol dengan jerami padi

Proses pembuatan bioetanol dari jerami padi melalui beberapa tahap yaitu proses
delignifikasi, hidrolisis, fermentasi dan destilasi. Proses pembuatan serbuk jerami sendiri
dengan cara penghancuran jerami yaitu diblender sampai hasilnya halus kemudian diayak.

Delignifikasi bertujuan untuk menghilangkan lignin dari jerami. Pada proses ini digunakan
larutan H2 SO4. Proses pembuatan glukosa dari jerami dilakukan dengan cara hidrolisis
secara kimia dengan menggunakan larutan HCl sebagai penghidrolisis dan katalisator.
Supaya pH yang diperoleh sesuai dengan kondisi untuk fermentasi maka hasil hidrolisa
ditambah dengan HCl. Fermentasi dilakukan dengan variasi lama waktu fermentasi dan
variasi konsentrasi starter. Berikut tahapan proses pembuatan bioetanol dari jerami padi.

1. Delignifikasi

Sebelum diproses, bahan baku berupa jerami padi sebelumnya diperkecil ukurannya
dengan menggunakan crusher ( CR- 113) hingga ukuran 0,1 mm. Kemudian di alirkan
menuju tangki berpengaduk ( MT - 118) dengan menggunakan conveyor ( C - 115). Asam
sulfat yang sudah di encerkan hingga 70% dengan penambahan air dan direaksikan pada suhu
40C selama 1 jam di alirkan ke dalam tangki berpengaduk (MT - 118) yang berfungsi untuk
memisahkan selulosa dan hemiselulosa yang terikat pada lignin. Selanjutnya campuran
dialirkan menuju reaktor hidrolisis (R-211).

2. Hidrolisis

Hidrolisis Campuran dari tangki berpengaduk 1 (MT- 118) di pompakan menuju


reaktor hidrolisa (R - 211). Kemudian direaksikan pada suhu 100C dan tek anan 1 atm dalam
waktu 1 jam yang berfungsi untuk memecahkan selulosa menjadi glukosa.

Konversi reaksi selulosa menjadi glukosa adalah 86% ( C.N.Hamelinck et.al,2005)

Setelah reaksi selesai, campuran dialirkan menuju cooler (E -212 ) untuk didinginkan
menjadi 300C. Setelah mencapai suhu tersebut, campuran dialirkan lagi menuju filter press I
(FP - 214) untuk memisahkan fraksi padat dan fraksi cair. Asam sulfat yang dipisahkan ini
kemudian dipekatkan dan selanjutnya digunakan kembali. Sedangkan larutan gula kemudian
dipompakan menuju mixer (M-219) untuk dicampurkan dengan urea
((NH2)2 CO) dari tangki penyimpanan urea (T-218). Adapun proses ini bertujuan

untuk menetralkan atau mereaksikan asam yang bersisa dengan urea sehingga larutan
gula bebas dari asam. Proses ini menghasilkan gipsum (CaSO 4) sebagai produk
samping. Campuran kemudian dialirkan menuju ke centrifuge (F F-311) untuk
memisahkan gipsum dengan cairan.

3.Fermentasi

Setelah reaksi pada reaktor hidrolisa (R- 211) selesai, campuran dialirkan menuju
reaktor fermentasi (R- 318), Dengan menggunakan mikroba yang berfungsi sebagai katalis
dan membantu proses fermentasi anaerob pada suhu 27,5C dan tekanan 1 atm dan waktu
prose s fermentasi berlangsung selama 36 jam. Fermentor yang dimasukkan mikroba
Saccharomyces cerevisiae dan nutrisi berupa H3 PO4 dari tangki penyimpanan ( T-315) dan
ragi dari tangki penyimpanan (T-317).

4. Destilasi

Hasil fermentasi kemudian dialirkan ke tangki penyimpanan hasil fermentasi ( T-


320). lalu dilewatkan menuju filter press II ( FP - 322) untuk memisahkan fraksi padat dan
fraksi cair. Selanjutnya campuran etanol dan air yang sudah terpisah dari gula akan
dipompakan lagi menuju membran ultrafiltrasi (UF -326) untuk memisahkan gula dengan
etanol berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Selanjutnya campuran etanol dan air yang
sudah terpisah dipompakan menuju menara destilasi (MD - 412) untuk memisahkan antara
etanol dan air. Menara destilasi dapat menghasilkan etanol dengan kadar 96,5% (kondisi
azeotrop). Selanjutnya campuran etanol dan air kemudian akan di pompakan lagi menuju
membran pervaporasi( PV -420) yang kemudian dapat memurnikan etanol hingga 99,8%.
Bioetanol dengan kadar 99,8% ini kemudian di dinginkan menggunakan cooler (E -422)
hingga suhu 30C dan kemudian disimpan dalam tangki penyimpanan bioetanol ( T-424)
(Anonim, 2011).

F. Potensi bioetanol yang terbuat dari bahan dasar jerami padi

Potensi etanol dari jerami menurut Kim and Dale (2004) adalah sebesar 0.28 L/kg jerami.
Sedangkan menurut Badger (2002) adalah sebesar 0.2 L/kg jerami. Jadi pabrik yang akan
dibangun dengan kapasitas 300.000 kL/tahun akan membutuhkan bahan baku jerami sebesar
1.500.000 ton/tahun (Anonim, 2011).
Menurut data Biro Pusat Statistik tahun 2006, keseluruhan luas sawah di Indonesia
adalah 11,9 juta ha. Artinya, potensi jerami padinya kurang lebih adalah 119 juta ton. Apabila
seluruh jerami ini diolah menjadi bioetanol maka akan diperoleh sekitar 9,1 milyar liter
bioetanol (FGE) dengan nilai ekonomi Rp. 50.1 triliun. Menurut perhitungan, etanol dari
jerami sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional. Kandungan karbohidrat pada
jerami padi cocok untuk diolah menjadi bioetanol.
Gasohol adalah campuran antara bioetanol dan bensin dengan porsi bioetanol sampai
dengan 25% yang dapat langsung digunakan pada mesin mobil bensin tanpa perlu
memodifikasi mesin. Hasil pengujian kinerja mesin mobil bensin menggunakan gasohol
menunjukkan gasohol E-10 (10% bioetanol ) dan gasohol E-20 (20% bioetanol) menunjukkan
kinerja mesin yang lebih baik dari premium dan setara dengan pertamax (Sri Kormiyati dkk,
2010).
KESIMPULAN

Dari maalah tersebut dapat disimpulkan bahwa jerami padi dapat digunakan sebagai
BBN yaitu diolah menjadi bioetanol. Jerami padi memiliki keunggulan untuk dijadikan
bioetanol dengan melalui beberapa proses pengolahan serta menghasilkan bioetanol 0.2 -0.28
L / kg jerami padi.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Tinjauan Pustaka Tanaman Padi.http://ebook.tl/vi/archives/down/BUKU-


TANAMAN-PADI-431/

Safrilhanafi. 2012. Manfaat Jerami Padi. http://safrilhanafi.blogspot.co.id/2012/02/manfaat-


jerami-padi.html

Anonim. 2011. Jerami Padi Produksi Padi di Dunia.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38744/4/Chapter%20II.pdf

Sri Kormiyati dkk. 2010. Prospek Bioetanol sebagai Pengganti Minyak Tanah.
http://www.pustekolah.org/data_content/attachment/NEW-
PROSPEK_BIOETANOL_SEBAGAI_PENGGANTI_MINYAK_TANAH.pdf

Vous aimerez peut-être aussi