Vous êtes sur la page 1sur 24

TUGAS

MAKALAH
DASAR-DASAR STRUKTUR KAYU.

DIBUAT OLEH :
ENGLA AVICO
BP. 1110003433033

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS EKASAKTI

PADANG

2015.
DASAR-DASAR STRUKTUR KAYU

A. MENGENAL KAYU
1. Pengertian kayu

Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (dalam) alam dan termasuk
vegetasi hutan. Tumbuh-tumbuhan yang dimaksud disini adalah pohon-pohonan (trees).
Terdapat perbedaan pengertian antara pohon dan tanam-tanaman (plant). Secara umum dari
tanaman tidak diharapkan hasil berupa kayu, tetapi dari pohon (hutan) yang diharapkan adalah
hasil kayunya.
Kayu memiliki 4 unsur yang esensial bagi manusia antara lain :
1) Selulosa

Unsur ini merupakan komponen terbesar pada kayu, meliputi 70 % berat kayu. Salah
satu bahan yang dapat diperoleh dari selulosa adalah Alpha-selulosa yang merupakan dasar
utama pembuatan kertas, tekstil, plastik dan bahkan bahan peledak.
2) Lignin

Lignin merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi 18% - 28% dari berat kayu.
Komponen tersebut bertugas sebagai pengikat satuan strukturil kayu dan memberikan sifat
keteguhan kepada kayu.
3) Bahan-bahan Ekstrasi

Komponen pembentuk kayu ini memberikan sifat-sifat tertentu pada kayu seperti : bau,
warna, rasa dan keawetan. Selain itu, karena adanya bahan ekstrasi ini, maka dari kayu
bisa didapatkan hasil yang lain misalnya : tannin, zat warna, minyak, getah, lemak, malam,
dan lain sebagainya.
4) Mineral pembentuk abu

Komponen ini tertinggal setelah lignin dan selulosa terbakar habis. Banyaknya komponen
ini 0.2 % - 1 % dari berat kayu.
2. Bagian-bagian Kayu

Jika sebatang pohon dipotong melintang, maka dari luar ke dalam akan diperoleh gambaran
yang secara kasar dapat dinamakan bagian-bagian kayu dari pohon yang bersangkutan.
Perhatikan gambar dibawah ini !
Kulit
Kambium
Kayu Gubal
Hati
Kayu Teras

Gb. 1.1

1) Kulit
Kulit adalah bagian terluar dari kayu, kulit berfungsi sebagai berikut :

a. Sebagai pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu dari pengaruh
iklim, serangga atau jamur dan lain sebagainya.

b. Sebagai jalan lewatnya cairan bahan makanan dari akar di dalam tanah ke
daun di pucuk-pucuk pohon.
2) Kambium

Kambium yaitu jaringan yang berupa lapisan tipis dan kering, yang melingkari
pohon.

Tugas kambium adalah : ke dalam membentuk kayu yang baru, sedangkan ke luar
membentuk kulit yang baru untuk mengganti kulit lama yang telah rusak. Dengan
adanya kambium ini maka pohon bertambah lama bertambah besar.
3) Kayu
Kayu merupakan daging dari suatu pohon.
a) Kayu Gubal

Adalah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang masih hidup, masih berfungsi.
Tugasnya adalah mengalirkan bahan makanan dari daun ke bagian-bagian
pohon yang lain
b) Kayu Teras

Adalah bagian kayu yang terdiri dari sel-sel yang sudah tua atau mati, kayu ini
berasal dari kayu gubal yang karena ketuaanya menjadi mati dan tidak
berfungsi lagi. Biasanya bagian-bagian sel yang sudah tua dan kosong ini terisi
zat-zat lain yang berupa zat-zat ekstrasi
4) Hati

Hati merupakan bagian kayu yang berada di pusat. Hati berasal dari kayu awal,
yaitu kayu yang pertama-tama dibentuk oleh kambium dan bersifat rapuh.
B. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Pada Umumnya keuntungan dan kerugian dari kayu sebagai bahan konstruksi adalah
sebagai berikut :
1. Keuntungan
a. Relatif mempunyai kekuatan yang tinggi, dan berat sendiri yang rendah
b. Memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik
c. Mudah dikerjakan
d. Relatif murah dan mudah didapat (di Indonesia)
e. Mudah diganti dalam waktu singkat
2. Kerugian

a. Kurang homogen dengan cacat-cacat alam seperti arah serat yang membentuk
penampang, spiral dan diagonal, mata kayu dan lain sebagainya

Homogenitas (sifat keserbasamaan) artinya tiap-tiap bagian mempunyai sifat fisik


yang sama
b. Daya muai dan susut yang besar
c. Kurang awet
d. Pada pembebanan jangka panjang, lendutan cukup besar.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Struktur Kayu

Kayu tersusun dari sel-sel dan sel-sel tersebut tersusun dari selulosa. Sel tersebut
dipersatukan oleh lignin, sel-sel kayu berbentuk bundar memanjang atau persegi
memanjang dimana panjang sel jauh lebih besar dari lebarnya. Jika terjadi keretakan
sel selalu terjadi pada bagian panjang yang sejajar dengan arah pertumbuhan kayu.

Perbedaan-perbedaan susunan sel-sel ini menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari


berbagai jenis kayu.
2. Cacat kayu (Mata kayu, Wanvlak, retak-retak)
Retak menurut
d2 lingkaran tubuh (shake)

d1
hr1
hr
e2 ht b
h e1 Mata Kayu (Knot)
hr2
Wanvlak
b hr = hrn
Retak arah radial (check)

(a) Gb. 1.2 (b)

Cacat Kayu
3. Miring arah serat

Arah serat kayu tergantung dari pertumbuhan pohon. Apabila arah serat kayu tidak
sejajar dengan tepi kayu gergajian disebut serat miring.

Tepi kayu gergajian

Arah

Gb. 1.3
Arah serat

4. Kadar lengas
- Kadar lengas kayu berat : 40%
- Kadar lengas kayu ringan : 200%
- Fiber Saturation Point (FSP) 24%-30%.

Sesudah FSP, pada pengeringan selanjutnya kayu akan memperlihatkan perbaikan


sifat-sifat mekanisnya, disertai penyusutan arah tangensial 7%, arah radial 5%
dan arah axial kecil sekali.
- Kadar lengas kayu kering udara : 12% - 18% rata-rata 15%
- Kadar lengas kering mutlak (kering oven) adalah 0%
A

A = Aksial
R
R = Radial

T = Tangensial

Gb. 1.4
Arah
Penyusutan
5. Berat jenis kayu kering udara
Kadar lengas kayu kering udara 12%-18%, rata- rata 15%

B.J berbanding lurus dengan kekuatan dengan kekuatan, kekerasan maupun kepadatan
kayu.
Kayu berat memiliki karakteristik sebagai berikut : kekuatan tinggi, keras dan padat.
6. Isotropis

Suatu bahan yang isotropis artinya mempunyai sipat-sipat elastis yang sama dalam
semua arah, misalnya baja.

Kayu bukan bahan yang isotropis tetapi orthotropis artinya mempunyai tiga bidang
simetri elastis yang tegak lurus satu sama lain yaitu dalam arah axial, tangensial dan
radial.
ORTHOTROPIS - AXIAL
- TANGENSIAL
- RADIAL

D. MUTU KAYU
Mutu kayu dibagi menjadi dua jenis mutu yakni mutu A dan mutu B

MUTU A MUTU B
1. Kadar lengas kering udara 1. Kadar lengas
12-18%; rata-rata 15% 30%
2. Mata kayu 2. Mata Kayu
d1 1/6 h ; d2 1/6 b d1 1/4 h ; d2 1/4 b
d1 3,5 cm ; d2 3,5 cm d1 5cm ; d2 5cm
3. Wanvlak 3. Wanvlak
e1 1/10 b ; e2 1/10 h e1 1/10 b ; e2 1/10 h
b2 tinggi balok
h tinggi balok
4. Miring arah serat 4. Miring arah serat
Tg 1/10 Tg 1/7
5. Retak-retak 5. Retak-retak
Hr 1/4 b ; ht 1/5 b H 1/3 b ; ht 1/4 b
E. TEGANGAN IJIN KAYU

a. Tegangan yang diperkenankan (ijin) untuk kayu mutu A : (kayu mutu B dikalikan
dengan f = 0,75)
Kelas Kuat
Tegangan Jati
I II III IV V
kg
lt 2 150 100 75 50 - 130
cm
kg
tk // tr // 2 130 85 60 45 - 110
cm
kg
tk
2 40 25 15 10 - 30
cm
kg
//
2 20 12 8 5 - 15

cm

b. Korelasi tegangan yang diperkenankan (tegangan ijin) untuk kayu mutu A


dihubungkan dengan harga g = B.J

lt 170g

tk // tr // 150 g

tk 40 g

// 20 g
Dimana :
g = berat jenis kayu kering udara
lt = Tegangan ijin untuk lentur
tk // = Tegangan ijin sejajar serat untuk tekan

tr // = Tegangan ijin sejajar serat untuk tarik

tk = Tegangan ijin tegak lurus serat untuk tekan

// = Tegangan ijin sejajar serat untuk geser

Catatan :
BJ kayu berbanding lurus dengan :
- kekuatan
- kekerasan
- kepadatan

c. Angka-angka diatas digandakan dengan faktor tertentu antara lain :


- Faktor 0.75 untuk kayu mutu B
- Faktor 2/3 :
Untuk konstruksi yang selalu terendam air

Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindungi dan kemungkinan besar kadar
lengas kayu selalu tinggi

- Faktor 5/6 :

Untuk bagian konstruksi yang tidak terlindungi tetapi kayu itu dapat mengering
dengan cepat

- Faktor 5/4 :

Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan
angin

Untuk bagian konstruksi yang tegangannya diakibatkan oleh muatan tetap dan
tidak tetap

F. Modulus Elastisitas dan modulus geser


Berikut adalah tabel modulus elastisitas kayu // serat dan modulus geser kayu // serat.

Kelas Kuat Kayu E // (kg/cm2) 2


C // (kg/cm )
I 125.000 10.000
II 100.000 5.000
III 80.000 5.000
IV 60.000 -
Ket : E = Modulus Elastisitas kayu
C = Modulus Geser kayu

G. KEKUATAN KAYU
Berat Jenis kering Kukuh lentur mutlak Kukuh tekan mutlak
Kelas Kuat Kayu
udara (kg/cm2) (kg/cm2)
I 0,90 1100 650
II 0,90 0,60 1100 725 650 425
III 0,60 0,40 725 500 425 300
IV 0,40 0,30 500 360 300 215
V 0,30 360 215
Tabel : Tegangan dasar (basic stress) untuk kayu basah dan kering SII.0458-81
No. Uraian Tegangan Kayu basah Kayu Kering
1 Modulus Elastisitas
dasar 97,3 C + 13,1 105,1 C + 14,1
(1000xKg/cm2)
2 Tegangan lentur
dasar 303,2 C 340,8 C
(Kg/cm2)
3 Tegangan tekan dan
dasar 297,5 C 6,2 341,3 C 7,11
2
tarik // serat (Kg/cm )
4 Tegangan tekan
dasar 126,6 C 37,4 143,5 C 42,4
serat (Kg/cm2)
5 Tegangan geser //
dasar 48,5 C 7,3 51,1 C 7,7
serat (Kg/cm2)
Keterangan :
Kayu basah = kadar air diatas 20 %
Kayu kering = kadar air maksimum 20 %

C = berat jenis kayu kering udara (gr/cm3)

Tegangan ijin :
- Untuk kayu mutu A = 61% x tegangan dasar
- Untuk kayu mutu B = 46% x tegangan dasar

Permisalan :

Kayu BJ = 0,8 gr/cm3 (kayu kering) mutu A


PKKI 1961 SII 0456-81
kg kg
lt 170 x 0,80 136 0,61(340,8 x 0,80) 166
cm2 cm 2
kg kg
tk // tr // 150 x 0,80 120 0,61(341,3 x 0,80 7,11) 162
cm 2 cm 2
kg kg
tk 40 x 0,80 32 0,61(143,5 x 0,80 42,4) 44
cm 2 cm2
kg kg
// 20 x 0,80 16 0,61(51,1x 0,80 7,7) 20
cm 2 cm 2
Rumus mencari kadar lengas :
1,15 G G
x x u . 100 %
G
u

dimana :
x = kadar lengas kayu (%)
Gx = berat benda coba-coba permulaan
Gu = berat benda coba-coba setelah kering udara

H. ANGGAPAN-ANGGAPAN DALAM PERHITUNGAN


1. Homogenitas
Homogenitas (sifat keserbasamaan) kayu biasa dibandingkan dengan baja.

Dalam keperluan-keperluan praktis, baja dianggap homogen artinya : bagian-bagian


dalam suatu benda baja mempunyai sifat-sifat fisik yang sama. Akan tetapi
mikroskropis baja tidak homogen karena terdiri atas bermacam-macam kristal dengan
sifat yang berlainan. Walaupun kayu tidak dapat disebut homogen seperti baja, tapi
dalam praktek konstruksi kayu, ia masih dapat dianggap sebagai bahan yang homogen
2. Hukum Hook
Hukum Hook berlaku untuk kayu sampai batas proporsional

Batas proporsional untuk kayu pada pembebanan tekan adalah 75% tegangan patah.
Pada pembebanan tarik, batas proporsional memiliki harga yang lebih besar lagi. (batas
proporsional baja 50% tegangan leleh) y = Tegangan leleh

tr

400/60 P tr // = 75% tr
tk //
75 %
75 %

Gb. 1.5
Diagram Tegangan-Regangan (kayu)

3. Plastisitas

Untuk pembebanan tekan pada kayu masih elastis sampai dengan batas proporsional,
adapun pada pembebanan tarik tergantung dari kadar lengas kayu .
Kayu kering memperlihatkan batas elastisitas yang rendah.
Kayu dengan kadar lengas tinggi menunjukan perubahan bentuk permanen terhadap
beban relatif kecil/ringan sekalipun. Kekuatan tarik kayu (2-2,5) kali lebih besar
daripada kekuatan tekannya.
4. Hipotesis Bernoulli

Anggapan bahwa pada balok-balok terlentur tampang-tampang tetap rata. Hal tersebut
berlaku pada kayu

I. CONTOH SOAL

1. Suatu konstruksi gording menahan beban permanen terbagi rata sebesar 50 kg/m. Gording
terbuat dari kayu dengan B.J = 0.6 Diminta untuk menghitung tegangan-tegangan ijinnya.

Penyelesaian :

Konstruksi gording terlindungi, = 1, pembebanan permanen = 1, B.J = 0.6, maka :

lt reduksi = lt . r = 170 . 0,6 . 1 . 1 = 102 kg/cm2


ds // . r = tr // . r = 150 . 0,6 . 1 . 1 = 90 kg/cm2
ds . r = 40 . 0,6 . 1 . 1 = 24 kg/cm
2

// . r = 20 . 0,6 . 1 . 1 = 12 kg/cm
2

Catatan : Apabila pada soal tidak disebut lain maka mutu kayu adalah mutu A

2. Apabila pada soal-1 ditentukan panjang gording 3m dengan perletakan sendi-rol pada
ujung-ujungnya, serta diketahui dimensi gording 6/8, maka diminta untuk mengontrol
apakah konstruksi tersebut aman. Lendutan dan berat sendiri gording diabaikan.

Penyelesaian :

2 2
Mmaksimum (Mmaks) = 1/8 . q. l = 1/8 . 50. 3 = 56,25 kgm
= 5625 kgcm
Tahanan momen (W) = 1/6 . b. h2 = 1/6 . 6. 6.82 = 64 cm3

Mmaks 5625 87,89
kg
lt . r 102
kg
2
lt W 64 cm cm2
Gaya lintang maksimum (Dmaks) = 1/2 . q. l = 1/2 . 50. 3 = 75 kgm
3 D 3. 75 2,34 kg kg
// . r 12
2. b . h 2. 6 . 6 cm 2 cm 2
3. Apabila pada soal-2 ditentukan mutu kayu adalah mutu B dan gording direncanakan untuk
menahan beban angin serta lendutan ijin = 1/300 . L , Diminta untuk mengontrol apakah
konstruksi tersebut masih aman.

Penyelesaian :

Konstruksi gording terlindungi, = 1, beban angin = 5/4,kayu mutu B, maka :


lt . r = 102 . 5/4 . 0,75 = 95,625 kg/cm
2

// . r = 12 . 5/4 . 0,75 = 11,25 kg/cm


2

fijin = 1/ 300 . L = 1/300 . 300 = 1 cm

B.J = 0,6 klas kuat II, dari daftar I PKKI 1961, E = 105 kg/cm2
3
Momen lembam (I) = 1/12 . b . h = 1/12 . 6 . 83 = 256 cm4
kg
Mmaks 5625 87,89 kg
lt W 64 cm2 lt . r 95,625 cm2

3 D 3 75 2,34 kg // . r 11,25
kg
2
2b.h 26.6 cm cm 2
4 50. 102 . 3004
fmaksimum 5 . q .l 5 .
384 E . I 384 105 . 256
2,06 cm fijin 1 cm
Konstruksi tidak aman
IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu

IV.1 Batang Tarik

Gambar 4.1 Batang tarik

Elemen struktur kayu berupa batang tarik ditemui pada konstruksi kuda-kuda.
Batang tarik merupakan suatu elemen strukutur yang menerima gaya normal berupa gaya
tarik. Komponen struktur tarik harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai
berikut :

Tu .t .T ' ..... 4.1)

Dimana Tu adalah gaya tarik terfaktor, beban mati = 1,2D, beban hidup = 1,6D, adalah
faktor waktu sesuai dengan jenis kombinasi pembebanan, t adalah faktor tahanan tarik
sejajar serat, t = 0,8, T adalah tahanan tarik terkoreksi. Tahanan tarik terkoreksi adalah
hasil perkalian tahanan acuan dengan faktor-faktor koreksi.
Sebagai pertimbangan khusus komponen-komponen struktur tarik tidak boleh
ditakik, karena akan mengurangi tahanan tarik, dimana tahanan tarik ada dua macam, yaitu
:
1. Tahanan tarik sejajar serat
Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur tarik konsentris, T ditentukan pada
penampang tarik kritis :
T = Ft . An ....... 4.1a) Dimana
Ft adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi sesuai jenis dan mutu kayu, An adalah luas
penampang netto karena alat sambung yang diperoleh dari luas bruto dikurangi dengan
jumlah material kayu yang hilang karena adanya lubang paku, baut dan takikkan.

Bilamana, akibat adanya alat sambung, letak titik berat penampang netto
menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5% dari ukuran lebar atau lebih ,
maka eksentrisitas lokal harus ditinjau sesuai dengan prinsip baku mekanika dan prosedur
yang berlaku.

2. Tahanan tarik tegak lurus serat


Bilamana gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari, maka perkuatan mekanis
harus diadakan untuk mampu memikul gaya tarik yang terjadi. Tarik radial yang timbul
pada komponen struktur lengkung dan komponen struktur bersudut serta komponen
struktur yang diiris miring harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

IV.2 Batang Tekan

Gambar 4.2 Batang tekan

Elemen struktur kayu berupa batang tekan ditemui pada konstruksi kuda-kuda.
Batang tekan merupakan suatu elemen strukutur yang menerima gaya normal berupa gaya
tekan. Komponen struktur tekan harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai
berikut :

Pu .c .P'
... 4.2)
Dimana Pu adalah tekan terfaktor, beban mati = 1,2D, beban hidup = 1,6D, adalah faktor
waktu sesuai dengan jenis kombinasi pembebanan, c adalah faktor tahanan tekan, c =
0,9, P adalah tahanan tekan terkoreksi.
Komponen struktur yang memikul gaya-gaya aksial setempat harus mendapatkan
pendetailan tahanan dan kestabilan yang cukup pada daerah bekerjanya gaya-gaya tersebut.
Begitu pula komponen struktur harus memiliki tahanan rencana lokal dan stabilitas pelat
badan yang cukup pada tumpuan balok dan pada lokasi gaya-gaya transversal bekerja.

Perhitungan batang tekan harus memenuhi ketentuan berikut :


1. Panjang efektif batang :
Panjang batang tekan tak-terkekang atau panjang bagian batang tak-terkekang, l
harus diambil sebagai jarak pusat-kepusat pengekang lateral. Panjang batang tak-terkekang
harus ditentukan baik terhadap sumbu kuat maupun terhadap sumbu lemah dari batang
tersebut.
Panjang efektif batang tekan le untuk arah yang ditinjau harus diambil sebagai Kel.
Dimana Ke adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur tekan. Ke tergantung
pada kondisi ujung batang dan atau tidak adanya goyangan. Untuk kolom tanpa goyangan
pada arah yang ditinjau, faktor panjang tekuk Ke harus diambil sama dengan satu kecuali
jika analisis memperlihatkan bahwa kondisi kekangan ujung kolom memungkinkan
digunakannya faktor panjang tekuk yang lebih kecil dari pada satu.
Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau, faktor panjang tekuk Ke harus lebih
besar dari pada satu dan ditentukan berdasarkan analisis mekanika dengan memperhitungkan kondisi
kekangan ujung kolom. Nilai Ke untuk beberapa jenis kondisi kekangan ujung dan untuk keadaan
dengan goyangan serta tanpa goyangan dapat ditentukan menggunakan hubungan pada

Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Nilai faktor panjang tekuk

B. Kelangsingan batang :
Kelangsingan batang adalah perbandingan antara panjang efektif batang
pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi, ix penampang batang pada arah itu.

Kelangsingan = Kel /ix. Jari-jari girasi dihitung berdasarkan luas penampang bruto dan
menggunakan penampang transformasi jika digunakan penampang komposit.
. 4.3)
i x = Ix
A
dan ix = 0,289.h (untuk penampang empat persegi), dimana Ix adalah momen inersia
penampang dan A adalah luas penampang. Nilai kelangsingan batang tidak boleh melebihi
175, atau :
Ke .L 4.4)
175
ix
Dimana Ke adalah koefisien tekuk, L adalah panjang batang, ix adalah jari-jari girasi

3. Tahanan tekan batang :


Tahanan tekan batang terkoreksi ditetapkan sebagai berikut :

P' = C p .Po ' = C p .A.Fc ' ........4.5)


Dimana Cp adalah faktor kestabilan batang tekan dan Po adalah tahanan tekuk aksial
terkoreksi sejajar serat pada kelangsingan batang sama dengan nol (N), A adalah luas
penampang, dan Fc adalah kuat tekan terkoreksi sejajar serat setelah dikalikan dengan
semua faktor koreksi. Nilai Cp dihitung sebagai persamaan :

2
1+ 1 +
Cp = c c c ... 4.6)
2c 2c c

Selanjutnya c adalah konstanta batang tekan, dengan ketentuan : c = 0,8 untuk batang
massif, c = 0,85 untuk tiang pancang bundar, dan c = 0,9 untuk kayu

laminasi struktural (glulam) dan kayu komposit struktural. c dihitung dengan persamaan
berikut :

= s .Pe ... 4.7)


c . .P '
c o
Dimana s adalah tahanan stabilitas = 0,85; Pe adalah tahanan tekuk kritis (Euler) pada
arah yang ditinjau (N); adalah faktor waktu; c adalah tahanan tekan = 0,9; dan Po
adalah tahanan tekuk aksial terkoreksi sejajar serat pada kelangsingan batang sama dengan
nol (N). Nilai Pe dihitung dengan persamaan :

2.E' .I 2.E' .A
P= =
05 05
.... 4.8)
e (Ke .L)2 L2
K .
e

ix
Dengan E05= E05 . faktor koreksi, dan E05 = 0,67.Ew (MPa), faktor koreksi : faktor layan
basah, Cm = 0,67 dan faktor temperatur, Ct = 0,8. Ew adalah modulus elastisitas lentur
kayu yang digunakan. I adalah momen inersia penampang, A adalah luas penampang, dan
Ke.L/ix adalah kelangsingan batang.

4. Tahanan kolom berspasi


Pada kolom berspasi ada dua sumbu utama yang melalui titik berat penampang,
yaitu sumbu bebas bahan dan sumbu bahan. Sumbu bebas bahan adalah sumbu yang
arahnya sejajar muka yang berspasi (biasanya muka yang lebih besar) pada kolom, dan
sumbu bahan adalah sumbu yang arahnya tegak lurus arah sumbu bebas bahan dan
memotong kedua komponen struktur kolom, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.4.
Pada kolom berspasi yang merupakan komponen struktur tekan dari suatu rangka
batang, titik kumpul yang dikekang secara lateral dianggap sebagai ujung dari kolom
berspasi, dan elemen pengisi pada titik kumpul tersebut dipandang sebagai klos tumpuan.
Gambar 4.4 Geometrik kolom berspasi

Dimana l1 adalah panjang total dalam bidang sumbu bebas bahan, l2 adalah panjang total
dalam bidang sumbu bahan, l3 adalah jarak yang terbesar dari pusat alat sambung pada
klos tumpuan ke pusat klos berikutnya, d1 adalah dimensi kolom tunggal pada bidang
sumbu bahan pada kolom berspasi, d2 adalah dimensi kolom tunggal pada bidang sumbu
bebas bahan pada kolom berspasi.
Klos tumpuan dengan tebal minimum sama dengan ketebalan kolom tunggal harus
diadakan pada atau dekat ujung kolom berspasi. Klos tumpuan harus mempunyai lebar dan
panjang yang memadai. Sedikitnya satu klos lapangan, klos yang terletak diantara klos-
klos tumpuan, dengan lebar sama dengan lebar klos tumpuan harus dipasang di tengah atau
didaerah tengah kolom berspasi sedemikian, sehingga l3 0,5l1.
Perbandingan panjang terhadap lebar maksimum ditentukan sebagai berikut; pada
bidang sumbu bahan l1 / d1 tidak boleh melampaui 80, pada bidang sumbu bahan l3 / d1
tidak boleh melampaui 40, pada bidang sumbu bebas bahan l2 / d2 tidak boleh melampaui
50.

Kolom berspasi yang tidak memenuhi ketentuan dalam butir ini harus direncanakan dengan
meninjau masing-masing komponen struktur sebagai kolom berpenampang masif yang terpisah, kecuali
bila digunakan analisis rasional yang memperhitungkan kondisi penjepitan ujung kolom berspasi.
Tahanan tekan terkoreksi kolom berspasi harus diambil sebagai nilai yang terkecil diantara tahanan
tekan terkoreksi terhadap sumbu bebas bahan dan terhadap sumbu bahan.
Momen inersia terhadap sumbu bebas bahan yang digunakan adalah momen inersia
untuk komponen struktur tunggal terhadap sumbu bebas bahan dikalikan dengan
banyaknya komponen stuktur. Apabila komponen-komponen tersebut mempunyai ukuran,
tahanan, atau kekakuan bahan yang berbeda, maka harus digunakan nilai-nilai I, Ew, dan

atau Fc yang terkecil di dalam prosedur di atas, kecuali kalau dilakukan analisis yang lebih
rinci. Kententuan tersebut juga berlaku terhadap sumbu bahan.

5. Tahanan kolom tersusun


Tahanan kolom tersusun harus ditetapkan dengan memperhitungkan geometrik
setiap elemen dan keefektifan alat pengencang yang menghubungkan setiap elemen
penyusun komponen struktur tersusun. Sebagai alternatif, tahanan kolom tersusun dapat
ditetapkan sebagai jumlah dari tahanan masing-masing elemen penyusun yang bekerja
secara mandiri.

6. Tahanan tumpu pada ujung komponen struktur


Tahanan tumpu pada ujung komponen struktur ditetapkan sebagai berikut :

Pu .c .Pg ' . 4.9)


Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, adalah faktor waktu, c = 0,9 adalah faktor

tahanan tekan sejajar serat, dan Pg adalah tahanan tekan tumpu terkoreksi sejajar serat
yang besarnya :

Pg ' = An .Fg ' .... 4.10)


Dimana An adalah luas tumpu netto dan Fg adalah kuat tumpu terkoreksi pada ujung
kolom. Tahanan terkoreksi adalah hasil dari perkalian tahanan acuan dengan faktor-faktor
koreksi. Bila beban tekan terfaktor melebihi 0,75cPg,

maka pada bidang tumpu harus dipasang pelat baja atau material lainnya dengan tahanan
yang setara.
Ujung-ujung kolom yang masing-masing memikul beban tumpu harus dipotong
secara seksama dan sejajar satu terhadap lainnya, sehingga bidang-bidang tumpu termasuk
pelat penumpu bila ada dapat dipasang dengan baik. Masing-masing dari kedua ujung
kolom tersebut juga harus dikekang secara lateral pada kedua arah yang saling tegak lurus.

7. Tahanan tumpu pada sisi komponen struktur


Tahanan tumpu rencana pada sisi komponen struktur harus memenuhi persamaan
berikut ;

Pu .c .P ' ... 4.11)


Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, adalah faktor waktu, c = 0,9 adalah faktor

tahanan tekan sejajar serat, dan P adalah tahanan tekan tumpu terkoreksi tegak lurus
serat yang besarnya :

P ' = An .Fc '.... 4.12)

Dimana An adalah luas tumpu netto tegak lurus serat dan Fc adalah kuat tumpu
terkoreksi tegal lurus serat. Tahanan terkoreksi adalah hasil dari perkalian tahanan acuan
dengan faktor-faktor koreksi.
Bila panjang bidang tumpu lb dalam arah panjang komponen stuktur tidak melebihi
dari 150 mm dan jarak ke bidang tumpu lebih dari pada 75 mm dari ujung kolom maka
nilai P yang dihitung dengan persamaan (4.12) dapat dikalikan dengan faktor berikut :

Cb = (lb +9,5) / lb 4.13)

Dengan satuan lb dalam mm, faktor waktu harus ditinjau dalam semua perhitungan

tahanan tumpu komponen struktur.

8. Bidang tumpu yang membuat sudut terhadap arah serat


Tahanan tumpu rencana pada sisi komponen struktur harus memenuhi persamaan ;

Pu .c .Po ' ... 4.14)

Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, adalah faktor waktu, c = 0,9 adalah faktor
tahanan tekan sejajar serat, dan Po adalah tahanan tumpu terkoreksi dimana gaya
tumpunya membuat sudut sebesar b terhadap serat kayu, dan nilainya sama dengan :

Fg '.Fc ' .... 4.15)


Po ' = An
F 'sin 2 + F 'cos2
g b c b

Dimana An adalah luas tumpu netto dan Fg adalah kuat tumpu terkoreksi pada ujung
kolom, Fc adalah kuat tumpu terkoreksi tegak lurus serat, dan b adalah sudut antara gaya
tumpu dengan arah serat kayu, diaman b = 90o untuk gaya tumpu yang membuat sudut
tegak lurus terhadap arah serat kayu. Bila b = 80o atau lebih, maka bidang tumpu dapat
dianggap tegak lurus terhadap arah serat kayu.
IV.3 Balok Lentur

Gambar 4.5 Balok lentur

Elemen struktur kayu berupa balok lentur ditemui pada konstruksi jembatan dan
bekisting. Balok lentur merupakan suatu elemen strukutur yang menerima gaya lentur atau
beban tegak. Komponen struktur lentur harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan
sebagai berikut,
Untuk momen lentur : Mu .b .M ' .... 4.16) Dimana
Mu adalah momen terfaktor, adalah faktor waktu, b = 0,85 adalah faktor tahanan lentur,
dan M adalah tahanan lentur terkoreksi.
Untuk geser lentur : V . .V ' 4.17)
uv

Dimana Vu adalah gaya geser terfaktor, adalah faktor waktu, v = 0,75 adalah faktor

tahanan geser, dan V adalah tahanan geser terkoreksi.

Untuk puntir : M tu .b .M t ' 4.18) Dimana Mtu


adalah komponen puntir terfaktor, adalah faktor waktu, v = 0,75 adalah faktor tahanan
geser, dan Mt adalah tahanan puntir terkoreksi.
Bentang rencana harus digunakan dalam menghitung geser, momen, dan lendutan
pada komponen stuktur. Untuk komponen struktur berbentang sederhana yang tidak
menyatu dengan tumpuan-tumpuannya, maka bentang rencana adalah bentang bersih
ditambah setengah kali panjang landasan tumpuan pada masing-masing ujung komponen
struktur, sesuai persamaan berikut :

Lth = L +0,05.L 4.19)

Tahanan lentur terkoreksi ditentukan dengan persamaan :

M '= Fb '.W .C f ... 4.20)


Dimana M adalah tahanan lentur terkoreksi, Fb adalah kuat lentur terkoreksi, W adalah
momen tahanan ; W = 1/6.b.h2 (untuk penampang empat persegi), W = 1/32..D3 (untuk
penampang bundar), dan Cf adalah faktor bentuk penampang ; Cf = 1,4 (untuk penampang
empat persegi), Cf = 1,15 (untuk penampang bundar).
Tahanan geser terkoreksi ditentukan dengan persamaan berikut :
F 'v .I.b 4.21)
V'=
Q
Dimana : Fv adalah kuat geser terkoreksi, I adalah momen inersia, b adalah lebar
penampang balok, Q adalah momen statis penampang terhadap sumbu netral. Untuk
penampang persegi panjang, tahanan geser terkoreksi ditentukan dengan persamaan :
2
V'= F 'v .b.d . 4.22)
3
Dengan b adalah lebar penampang balok, dan d adalah tinggi penampang balok.

IV.4 Contoh-Contoh Soal dan Pembahasan


Soal 1. Sebuah batang tarik mendukung beban tarik dari beban mati sebesar 65 kN. Kayu
yang digunakan dengan kode E16 dari mutu A. Bila pada batang tarik tersebut terdapat
sambungan baut, tentukan dimensi balok.

Penyelesaian :
Kayu kode E16 dari mutu A, diperoleh Ft = 36 x 0,8 = 28,8 MPa Faktor

tahanan tarik t = 0,8; faktor waktu = 0,8 (beban mati) Luas


penampang netto :
A Tu A 1,2(65000)
n . .F ' n (0,8).(0,8).(28,8)
t t

An 4232mm2

Untuk balok persegi, dengan asumsi h = 2b, maka : b.h


4232
2
b.(2b) 4232 2b 4232
b 46 mm 50 mm
h = 2b = 2 (50) = 100 mm
Jadi dimensi kayu balok persegi yang diperlukan adalah 5/10

2
Untuk balok bundar, maka : D 4232
D 73,41 mm 75 mm
Jadi dimensi kayu balok bundar diameter yang diperlukan adalah 7,5 cm

Soal 2. Sebuah batang tekan dengan ukuran 8 x 12 dan panjang 3,5 m, terbuat dari kayu
dengan kode E21 dari mutu A. Ujung yang satu terjepit dan ujung lainnya sendi. Apabila
batang tekan tersebut menahan beban mati dan beban hidup, tentukanlah beban maksimum
yang mampu ditahan balok tersebut.
Penyelesaian :
Kayu kode E21 mutu A, diperoleh Fc =0,8 . 47 = 37,6 MPa; Ew = 21000 MPa Faktor

tahanan tekan, c = 0,9; faktor waktu, = 0,8 (beban mati dan beban hidup) Kedua ujung :
jepit sendi, sehingga diperoleh Ke teoritis = 0,7 dan Ke idiil = 0,8. Luas penampang dan
momen inersia :

Luas , A = 8 x 12 = 96 cm2
Momen inersia, I = 1/12 . b . h3
= 1/12. 8 . 123
= 1152 cm4

Jari-jari girasi :

ix = 1152 = 3,46.cm
96
ix = 0,289.12 = 3,47.cm

diambil nilai terkecil, yaitu 3,46 cm Kelangsingan batang tekan,

untuk Ke teoritis = 0,7

(0,7).(350) 175
3,46
70,81 175 memenuhi

Kelangsingan batang tekan, untuk Ke idiil = 0,8

(0,8).(350) 175
3,46
80,92 175 memenuhi
Modulus elastisitas lentur presentil ke lima:
E05 = 0,67.(21000) =14070.MPa
Faktor koreksi : layan basah, Cm = 0,67, temperatur, Ct = 0,8

Tahanan tekuk kritis (Euler)

: P = 2 .(7542).(9600) =142521.N
e (3500) 2
(0,7).
34,6
Tahanan tekuk aksial terkorekasi sejajar pada kealangsingan batang :

P'o = (9600).(37,6) = 360960.N

Faktor kestabilan batang :

(0,8).(142521)
c = = 0,44
(0,8).(0,9).(360960)

0,44
C P = 1+0,44 = 0,39
2
1+0,44
2.(0,8) 2.(0,8) 0,8

Gaya tekan terfaktor :

Pu (0,8).(0,9).(0,39).(9600).(37,6)
Pu 101357.N

Jadi gaya tekan yang mampu dipikul batang tekan tersebut adalah sebesar 101 kN.

Soal 3. Suatu balok kayu diletakkan langsung di atas pasangan batu kali, dengan panjang bentang harian 4 m.
Digunakan kayu dengan kode E25 . Balok memikul beban terbagi rata sebesar 5 kN/m (sudah termasuk berat sendri
balok). Tentukan dimensi balok tersebut.

Penyelesaian :
Kayu kode E25 , diperoleh Fb = 67 MPa
Kuat lentur terkoreksi, Fb = 0,85 . 67 = 56,95 Mpa
Bentang rencana, Lth = 4 + (0,05.4) = 4,2 m
Momen terfaktor :
Mu =1/ 8.(5).(4,2)2 =11,025.kNm =11,025x106 Nmm

Tahanan lentur terkoreksi , penampang empat persegi :


M '= 56,95.W .1,4 = 79,73W

Momen lentur :
11,025x106 (0,8).(0,85).(79,73W ) W 203352

Untuk penampang empat persegi, direncanakan h = 2b

203352 1/ 6.b.(2b)2
2 / 3.b3 203352 b 67mm 70mm h = 2(70) =140mm

Jadi dimensi kayu balok persegi yang diperlukan adalah 7/14

Tahanan lentur terkoreksi , penampang bundar :


M ' = 56,95.W .1,15 = 65,50W

Momen lentur :

11,025x106 (0,8).(0,85).(65,50W ) W 24753,03

Untuk penampang bundar, diameter :


24753,03 1/ 32D3 D3 252132,30
D 63mm 65mm
Jadi dimensi kayu balok bundar diameter yang diperlukan adalah 6,5 cm

Vous aimerez peut-être aussi