Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. PENDAHULAN
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan
fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.
Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya.
Pengakajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
I. PERSIAPAN FISIK
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu :
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
INFORM CONSENT
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang
sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu
Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani
tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan
merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan
operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat
pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera
setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi
nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik
dengan perawat dan tim selama dalam perawatan. Inform Consent sebagai wujud dari upaya
rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung
jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya
apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui
manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya
sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail
terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak
untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan
karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi
yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi
karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long)
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara lain:
1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi
bisa dibatalkan.
2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami menstruasi lebih
cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi
sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut
dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang
dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang mempunyai penyakit
yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya
perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-
gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan
pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji
mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu
perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat perkembangan
pasien, faktor pendukung/support system.
Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan permedikasi
untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan
premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik profilaksis
biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis
biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali.
Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
Pertimbangan dalam memilih jenis anestesi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini;
1. Anestesi Umum
Merupakan anestesi yang bersifat reversible, dimana klien akan kehilangan kesadaran
sebagai akibat dari dihambatnya impuls saraf yang terdapat di otak, yaitu dengan
menekan SSP sehingga klien tidak akan merasakan nyeri, tidak mampu mengingat,
kehilangan kesadaran, serta kehilangan tonus otot dan refleks.
b. Injeksi Intravena
Merupakan metode pemberian obat anestesi umum melalui jalur intravena untuk
sampai ke seluruh sirkulasi tubuh, sifatnya lebih nyaman, cepat dan interaksi obat
berjalan secara smooth. Konsentrasi obat akan lebih tinggi di organ-organ vital seperti
otak, hepar dan ginjal.
Jenis Obat Anestesi Injeksi:
Barbiturat ( Sodium Penthothal )
Ketamine ( Ketalar )
Propovol ( Diprivan )
Obat-obat tambahan seperti: hypnotics (Ativan, Valium, Benzodiazepine),
analgesik opioid (Morphin, Meperidine, Fentanyl, Sefentanil), Neuromuscular
Blocking agents ( Pavulon, Norcuron, Atracurium )
Merupakan teknik memasukkan obat anestesi melalui topical dan infiltrasi local. Anestesi
topical dilakukan dengan mengoleskan langsung obat anestesi di permukaan area yang
akan dioperasi, sedangkan anestesi infiltrasi dengan cara menyuntikkan obat anestesi secara
intrakutan maupun subkutan disekitar jaringan yang akan dilakukan operasi.
Anestesi Regional merupakan salah satu bentuk anestesi local, indikasinya adalah :
Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan
sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan. Persiapan di
ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi, persiapan anastesi dan kemudian
prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa tindakan
drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (disebut : duk) steril
dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan zat
desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%.
Prinsip tindakan drapping adalah:
o Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur
drapping.
o Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan baik dan
benar prosedur dan prinsip-prinsip drapping.
o Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan tang
digunakan steril dan tidak bocor.
o Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai omloop
harus berdiri di belakang instrumentator untuk mencegah kontaminasi.
o Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.
o Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai dan
harus di jaga kesterilannya.
o Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan kertas
water prof atau plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat tenun
steril.
Teknik Drapping :
o Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus kering
o Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan memepertahankan
prinsip steril
o Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
o Pegang drape sedikit mungkin
o Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat tenun steril
tanpa perlindungan gaun operasi.
o Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah yang
tidak steril.
o Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati menyentuh
lampu operasi)
o Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop
bertugas menyingkirkan alat tenun tersebut.
o Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum
tertutup.
o Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala meja
operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
o Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut
dianggap terkontaminasi.
Tindakan keperawatan pre operetif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam
rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk
menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang serta
pemeriksaan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien
berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat berdampak
pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal, yaitu kesembuhan
pasien secara paripurna.
INTRA OPERATIF
3. Monitoring Psikologis
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan
psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :
1) Memberikan dukungan emosional pada pasien.
2) Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama
prosedur pemberian induksi .
3) Mengkaji status emosional klien.
4) Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan
(jika ada perubahan).
4. Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care, tindakan yang dilakukan antara
lain :
1) Memanage keamanan fisik pasien.
2) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.
2. Peran Perawat Intra Operasi
Peran perawat intra operasi selain sebagai kepala avokat klien dalam kamar operasi yang
menjamin keselamatan dan kelancaran operasi klien selama tindakan pembedahan, juga
berperan dalam aktivitas aktivitas sirkulasi dan scrub (instrumentator).
Perawat sirkuler / circulating nurse/Onloop
Pergertian : Tenaga perawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
Persyaratan :
1) Pendidikan
Berijazah pendidikan formal keperawatan dari semua jenjang, yang diakui oleh
pemerintah atau yang berwenang.
2) Mempunyai pengalaman kerja di kamar operasi lebih dari 1 tahun.
3) Mempunyai bakat dan minat.
4) Berdedikasi tinggi.
5) Berkepribadian mantap / emosi stabil
6) Dapat bekerjasama dengan anggota tim
7) Cepat tanggap
Tanggung jawab: Secara administrasi dan opeasional bertanggung jawab kepada
Perawat Kepala Kamar Operasi, dan kepada Ahli Bedah.
Uraian Tugas
1) Sebelum pembedahan
a) Menerima pasien yang akan dibedah.
b) Memeriksa dengan menggunakan formulir check list meliputi :
1) Kelengkapan dokumen medis antara lain :
(a) Izin operasi.
(b) Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir.
(c) Hasil pemeriksaan radiologi dan foto rontgen.
(d) Hasil pemeriksaan ahli anestesia ( pra visite anestesi ).
(e) Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan.
2) Kelengkapan obat obatan.
3) Persediaan darah ( bila diperlukan ).
c) Memeriksa pemeriksaan fisik.
d) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan sesuai isian check list, dengan
perawat ruang rawat
e) Memberikan penjelasan ulang kepada pasien sebatas kewenangan tentang :
Tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
Tim bedah yang akan menolong.
Fasilitas yang ada didalam kamar bedah antara lain lampu operasi dan mesin
pembiusan.
Tahap tahap anestesi.
2) Saat pembedahan
a) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerja sama dengan
petugas anestesi.
b) Membuka set steril dengan memperhatikan teknik aseptik.
c) Mengingatkan tim bedah jika mengetahui adanya penyimpangan penerapan teknik
aseptik.
d) Mengikatkan tali jas steril tim bedah.
e) Membantu, mengukur dan mencatat kehilangan darah dan cairan, dengan cara
mengetahui : jumlah produksi urine, jumlah perdarahan, jumlah cairan yang
hilang.
1) Cara menghitung perdarahan :
1. Berat kain kasa kering harus diketahui sebelum dipakai.
2. Timbang kain kasa basah.
3. Selisih berat kain kasa basah dengan kain kasa kering adalah jumlah
perdarahan.
2) Cara menghitung pengeluaran jumlah cairan :Jumlah cairan dalam botol
suction yang berasal dari pasien diukur dengan membaca skala angka angka
dalam botol suction.
3) Cara mngetahui jumlah produksi urine : Jumlah produksi urine didalam urine
bag dan dicatat setiap jam atau secara periodik. ( normal : 1 : 2 cc/kg berat
badan perjam ).
f) Mencatat jumlah cairan yang hilang dengan cara menjumlahkan perdarahan yang
berasal dari kasa, suction, urine dikurangi dengan pemakaian cairan untuk
pencucian luka selama pembedahan.
g) Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada ahli anestesi.
h) Menghubungi petugas penunjang medis ( petugas radiologi, petugas laboratorium
) bila diperlukan selama pembedahan.
i) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan.
j) Menghitung dan mencatat pemakaian kain kasa, bekerjasama dengan perawat
instrumen.
k) Mengukur dan mencatat tanda tanda vital.
l) Mengambil instrumen yang jatuh dengan menggunakan alat dan memisahkan dari
instrumen yang steril.
m) Memeriksa kelengkapan instrumen dan kain kasa, bersama perawat instrumen
agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi ditutup.
n) Merawat bayi untuk kasus sectio caesaria.
3) Setelah pembedahan
j) Membersihkan slang dan botol suction dari sisa jaringan serta cairan operasi.
A. PENDAHULUAN
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada keadaan
equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi. Pengkajian
yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan
cepat, aman dan nyaman. Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan
mencegah masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan
yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan
keperawatan post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room),
2. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room),
3. Transportasi pasien ke ruang rawat,
4. Perawatan di ruang rawat.
Hal-hal yang harus diketahui oleh perawat anastesi di ruang PACU adalah :
a. Jenis pembedahan
Jenis pembedahan yang berbeda tentunya akan berakibat pada jenis perawatan post
anastesi yang berbeda pula. Hal ini sangat terkait dengan jenis posisi yang akan diberikan
pada pasien.
b. Jenis anastesi
Perlu diperhatikan tentang jenis anastesi yang diberikan, karena hal ini penting untuk
pemberian posisi kepada pasien post operasi. Pada pasien dengan anastesi spinal maka
posisi kepala harus agak ditinggikan untuk mencegah depresi otot-otot pernafasan oleh
obat-obatan anastesi, sedangkan untuk pasien dengan anastesi umum, maka pasien
diposisika supine dengan posisi kepala sejajar dengan tubuh.
c. Kondisi patologis klien
Kondisi patologis klien sebelum operasi harus diperhatikan dengan baik untuk
memberikan informasi awal terkait dengan perawatan post anastesi. Misalnya: pasien
mempunyai riwayat hipertensi, maka jika pasca operasi tekanan darahnya tinggi, tidak
masalah jika pasien dipindahkan ke ruang perawatan asalkan kondisinya stabil. Tidak
perlu menunggu terlalu lama.
d. Jumlah perdarahan intra operatif
Penting bagi perawata RR untuk mengetahui apa yang terjadi selama operasi (dengan
melihat laporan operasi) terutama jumlah perdarahan yang terjadi. Karena dengan
mengetahui jumlah perdarahan akan menentukan transfusi yang diberikan.
e. Pemberian tranfusi selama operasi
Apakah selama operasi pasien telah diberikan transfusi atau belum, jumlahnya berapa dan
sebagainya. Hal ini diperlukan untuk menentukan apakah pasien masih layak untuk
diberikan transfusi ulangan atau tidak.
f. Jumlah dan jenis terapi cairan selama operasi
Jumlah dan jenis cairan operasi harus diperhatikan dan dihitung dibandingkan dengan
keluarannya. Keluaran urine yang terbatas < 30 ml/jam kemungkinan menunjukkan
gangguan pada fungsi ginjalnya.
g. Komplikasi selama pembedahan
Komplikasi yang paling sering muncul adalah hipotensi, hipotermi dan hipertermi
malignan. Apakah ada faktor penyulit dan sebagainya.
Catatan:
http://elearning.medistra.ac.id/pluginfile.php/73/mod_resource/content/2/KDM%20II%20(PERI
OPERATIF).pdf diakses pada 1 Oktober 2017
Oleh :
KELOMPOK 7
ANNISA PRATIWI (P07120216031)
KETUT YUNI HANDAYANI (P07120216032)
IDA AYU PUTU GAYATRI PRABHA (P07120216033)
PUTU AYU WINDILA ROSA (P07120216034)
MADE AYU SISTA UTAMI (P07120216035)
KELAS 2.A