Vous êtes sur la page 1sur 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem
muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot
rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan
rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai
yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah radang
tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi
lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat
tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan
periosteum (Dorland, 2002).
Secara umum prevalensi osteomielitis lebih tinggi pada negara berkembang.
Di Amerika Serikat insidensi osteomielitis adalah 1 dari tiap 5000 orang, dan 1
dari tiap 1000 usia bayi. insidensi pertahun pada pasien sickle cell berkisar 0,36%.
Prevalensi osteomielitis setelah adanya trauma pada kaki bisa meningkat yaitu
16% terdapat dalam 30-40% pasien diabetes, dan jika dibandingkan antara laki-
laki dan perempuan kira-kira 2:1. Angka kematian akibat osteomielitis rendah,
biasanya disebabkan sepsis atau kondisi medis serius yang menyertai.
Di Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat higienis
yang masih rendah dan pengertian mengenai pengobatan yang belum baik,
diagnosis yang terlambat sehingga biasanya berakhir dengan osteomielitis kronis,
angka kejadian tuberkulosis masih tinggi, pengobatan osteomielitis memerlukan

1
waktu lama dan biaya tinggi, serta banyak pasien dengan fraktur terbuka yang
datang terlambat dan sudah terjadi osteomielitis.
Osteomielitis hematogenik akut merupakan penyakit yang terutama terjadi
pada anak-anak. Osteomielitis karena trauma langsung dan osteomielitis
perkontinuitatum umum sering terjadi pada usia dewasa dan remaja dibandingkan
usia anak-anak. Tulang vertebra dan pelvis paling sering terkena pada kasus
dewasa, sedangkan osteomielitis pada anak-anak biasanya mengenai tulang
panjang.
Tibia merupakan tulang yang paling sering terjadi osteomielitis post
traumatika, karena merupakan tulang yang peka, dengan asupan darah yang
kurang kuat. Insidensi osteomielitis setelah fraktur terbuka dilaporkan sekitar 2%
sampai 16%, tergantung pada derajat trauma dan terapi yang didapat. Pengobatan
yang cepat dan tepat dapat mengurangi resiko infeksi, menurunkan kemungkinan
berkembangnya osteomielitis, terutama pada pasien-pasien dengan faktor resiko
seperti diabetes, gangguan imunitas dan yang baru mengalami trauma.
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan
jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis
adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang
tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli
orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat
dengan hilangnya jaringan lunak.
Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering
terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang
tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama
pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang
atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang
permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya
tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

2
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan infant. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. (Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan
adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1
kasus per1.000. Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah
sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis
berat yang mendasari. (Randall, 2011).
Hasil studi pendahuluan yang didapat dari catatan medical bedah di
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG pada tahun 2009 terdapat 230 penderita
fraktur femur, pada tahun 2010 terdapat 183 penderita fraktur femur, dan data
yang terakhir pada tahun 2011 dari bulan januari sampai bulan oktober terdapat
138 penderita fraktur femur jumlah fraktur femur mengalami penurunan.
Fraktur femur banyak terjadi dibawah usia 30 tahun dan juga banyak terjadi pada
jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan.
Fraktur patologis di Sumatera Barat lebih sering terjadi pada daerah tulang
yang lemah oleh karena tumor, osteoporosis, osteomielitis,osteomalasia dan
rakhitis. Kejadian ini banyak ditemukan pada orang tua terutama perempuan umur
60 tahun keatas (Rasjad,C, 2007).

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan definisi dari Osteomielitis?
2. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi osteomielitis?
3. Sebutkan etiologi dari Osteomielitis?
4. Sebutkan dan jelaskan manifestasi klinis dari Osteomielitis?
5. Sebutkan komplikasi dari Osteomielitis?
6. Jelaskan patofisiologi Osteomielitis?
7. Sebutkan pemeriksaan penunjang dari Osteomielitis?

3
8. Sebutkan penatalaksanaan medis Osteomielitis?
9. Jelaskan cara mencegah osteomielitis?
10. Jelaskan asuhan keperawatan pada pasien Osteomielitis ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi Osteomielitis.
2. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi Osteomielitis.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi Osteomielitis.
4. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Osteomielitis.
5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi Osteomielitis.
6. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi osteomielitis.
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja pemeriksaan penunjang
Osteomielitis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Osteomielitis
9. Untuk mengetahui cara mencegah osteomielitis.
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien osteomielitis

4
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFENISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).
4. Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang
haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh
staphylococcus aureus.

B. KLASIFIKASI
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,
yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

5
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada
anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari
infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).
Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari
daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi
yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat
dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut
mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis
biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau
trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada
tulang yang fraktur. (Henderson, 1997)

6
C. ETIOLOGI
Bisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :
1. Staphylococcus aureus sebanyak 90%
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
3. Streptococcus hemolitikus
4. Pseudomonas aurenginosa
5. Escherechia coli
6. Clastridium perfringen
7. Neisseria gonorhoeae
8. Salmonella thyposa
Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :
a) Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke
tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-
anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaan obat suntik
ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi
juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang
terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
b) Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang
terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan
dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
c) Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang
setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah
yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau
ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing
manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang
tengkorak. (Henderson, 1997)

7
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam
2. Nafsu makan menurun
3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik
4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah,
menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan
menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap,
menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau
yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di
daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini
tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang
normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak,
biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.Jika suatu infeksi tulang
tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis
kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit. (Henderson, 1997)

E. KOMPLIKASI
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang
tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri
penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin
memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari
fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik.

8
Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
1. Abses Tulang
2. Bakteremia
3. Fraktur Patologis
4. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
5. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
6. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium. (Brunner, suddarth.
(2001)

F. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan
Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
(akut fulminan stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi
antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium
3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah
pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis
tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula.
Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum
dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila
proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang
baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi

9
proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik. (Brunner, suddarth. (2001)

WOC

10
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2,
maka kemungkinan besar adalah osteomielitis. (Brunner, suddarth. (2001)

H. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita.
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam.
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah.

11
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang
kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang,
otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan
aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a) Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b) Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c) Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur
untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang
kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara
pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah. (Brunner, suddarth. (2001)

I. PENCEGAHAN
1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda,
yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan
sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda
berhenti sesegera mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak
di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah
tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak
dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi
sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan Anda.

12
3. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan
berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan
menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur.
Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu
menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu
meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index
(BMI) kalkulator untuk memeriksa.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang
direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari
untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-
kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara
teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan
baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda
buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan kesulitan untuk
moderat minum Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat membantu
Anda mengurangi asupan alkohol Anda.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung
dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan
sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari
moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan
Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk
berolahraga menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan
Anda saat ini dan tingkat kebugaran. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan
lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap
meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda
mulai membaik. (Depkes RI, 1995)

13
BAB III
ASKEP TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
tanggal masuk, No.MR, dll.

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma
tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya
tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Nilai GCS biasanya compos mentis, tetapi bisa menurun bila terjadi nyeri
hebat (syok neurogenik)
Vital sign
- TD : biasanya tekanan darah pasien meningkat
- Suhu : terjadi peningkatan suhu tubuh
- Nadi : terjadi peningkatan frekuensi nadi
- RR : terjadi peningkatan frekuensi pernafasan
b. Kepala dan leher
- Mata dan telinga

14
Mata : biasanya konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
Telinga : biasanya tidak ada gangguan
- Hidung : tidak ada gangguan pada hidung
- Tidak ada gangguan kelenjar tyroid, dan JVP
c. Thorak
- Inspeksi : biasanya tidak ada gangguan, tetapi jika klien merasa
cemas, akan terlihat peningkatan frekuensi nafas klien.
- Palpasi : Biasanya tidak ada gangguan
- Perkusi : biasanya normal atau tidak ada gangguan
- Auskultasi : biasanya normal
Jantung : irama jantung biasanya normal
d. Abdomen
Biasanya tidak ada gangguan pada daerah abdomen, tetapi peningkatan
peristaltic usus bisa terjadi.
e. Genital : biasanya tidak ada gangguan.
f. Ekstremitas atas dan bawah
Biasanya pasien akan merasakan nyeri pada tulang yang mengalami
infeksi. Lemah pada ekstremitas atas dan bawah.
g. Integument
Akan terjadi peningkatan pengeluaran keringat, karena pasien mengalami
nyeri yang hebat, cemas, dll.
h. Nutrisi
Biasanya karena nyeri, pasien akan mengalami penurunan nafsu makan.
i. Eliminasi
Biasanya tidak terdapat gangguan.

4. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon


1) Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah
penyakit yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab
penyakitnya sekarang.

15
2) Nutrisi Metabolik
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam
yang ia diderita.
3) Eliminasi
Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
4) Aktivitas Latihan
Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena
rasa nyeri yang ia rasakan
5) Istirahat Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang
ia rasakan pada tulangnya.
6) Kognitif Persepsi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.
7) Persepsi Diri Konsep Diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,
ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak
mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
8) Peran Hubungan
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya.
Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak
dapat melakukan perannya dengan baik.
9) Seksual Reproduksi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.
10) Koping Toleransi Stress
Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat itu.
11) Nilai Kepercayaan
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji
apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia
rasakan.

16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan
2. Nyeri Akut/kronis b.d gangguan muskuloskletal kronis
3. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskletal
4. Kerusakan integritas kulit b.d gangguan turgor kulit
5. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (karena penyakit,
madikasi). (NANDA, 2015-2017)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DX KEP NOC NIC
1 Ketidakseimbangan - Nutritional - Nutrition management
nutrisi: kurang dari status:Food and fluid Aktivitas:
kebutuhan tubuh intake 1. Menentukan pasien
b.d kurang asupan Indikator: status gizi dan
makanan 1. Asupan nutrisi kemampuan untuk
2. Asupan maknan 2/3 memenuhi kebutuhan
3. Energi 2/3 gizi.
4. Asupan protein 2. Mengidentifikasi pasien
5. Asupan karbohidrat alergi makanan atau
6. Asupan kalsium intoleransi.
7. Asupan mineral 3. Menentukan pasien
preferensi makanan.
- Nutritional 4. Menginstruksikan
status:nutrient intake pasien tentang
Indikator: kebutuhan nutrisi (yaitu
1. jumlah limfosit membahas pedoman diet
2. Albumin serum dan gizi seimbang)
3. Jumlah nutrisi 5. Membantu pasien dalam
4. Jumlah makanan menentukan pedoman
5. Energi atau piramida makanan
6. Jumlah fluid (mis vegetarian gizi

17
7. Masukan jumlah seimbang, gizi
makanan seimbang, piramida
8. Masukan nutrisi drai panduan makanan untuk
keluarga senior lebih dari 70)
yang paling cocok
dalam memenuhi gizi
dan preferensi.
6. Menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan
gizi.
7. Menyediakan pilihan
makanan sambil
menawarkan bimbingan
ke arah pilihan yang
lebih sehat, jika perlu.
8. Mengatur pola makan,
yang diperlukan (yaitu
menyediakan makanan
protein tinggi, sarankan
menggunakan bumbu
dan rempah-rempah
sebagai alternatif untuk
garam menyediakan
pengganti gula;
kenaikan atau penurunan
kalori, menambah atau
mengurangi vitamin,
mineral, atau suplemen).
9. Menyediakan
lingkungan yang optimal

18
untuk konsumsi makan
(mis bersih, berventilasi,
santai, dan bebas dari
bau yang kuat).
10. Melakukan atau
membantu pasien
dengan perawatan mulut
sebelum makan.
11. Memastikan pasien
menggunakan gigi palsu
yang pas, jika sesuai.
12. Obat kelola sebelum
makan (mis penghilang
rasa sakit, antiemetik),
jika kebutuhan.
13. Mendorong pasien untuk
duduk dalam posisi
tegak lurus di kursi, jika
memungkinkan.
14. Memastikan makanan
disajikan dengan cara
yang menarik dan pada
suhu yang paling cocok
untuk konsumsi optimal.
15. Mendorong keluarga
untuk membawa pasien
makanan favorit saat
berada di rumah sakit
atau fasilitas perawatan,
yang sesuai.
16. Assits pasien dengan
paket pembukaan,

19
memotong makanan,
dan makan, jika
diperlukan.
17. Pasien menginstruksikan
pada modifikasi diet
yang diperlukan, yang
diperlukan (mis NPO,
cairan bening, cairan
penuh, lembut, atau diet
sebagai ditoleransi).
pasien.
18. Menginstruksikan pada
kebutuhan diet untuk
keadaan penyakit (yaitu
untuk pasien dengan
penyakit ginjal,
membatasi natrium,
kalium, protein, dan
cairan).
19. Pasien menginstruksikan
pada kebutuhan
makanan spesifik
berdasarkan
pengembangan atau usia
(misalnya peningkatan
kalsium, protein, cairan,
dan kalori untuk wanita
menyusui;
meningkatkan asupan
serat untuk mencegah
konstipasi antara orang
dewasa yang lebih tua)

20
makanan ringan.
20. Penawaran nutrisi padat.
- Nutrition Therapy
Aktivitas:
1. Menyelesaikan kajian
nutrisi, yang sesuai.
2. Monitor makanan /
cairan tertelan dan
menghitung asupan
kalori harian, yang
sesuai.
3. Monitor kesesuaian
pesanan diet untuk
memenuhi kebutuhan
gizi harian, yang sesuai.
4. Menentukan, bekerja
sama dengan ahli diet,
jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, yang
sesuai.
5. Menentukan preferensi
makanan dengan
pertimbangan preferensi
budaya dan agama.
suplemen gizi.
6. Select, yang sesuai.
7. Mendorong pasien untuk
memilih makanan
semisoft jika
kekurangan air liur

21
menghalangi menelan.
8. Mendorong asupan
makanan tinggi kalsium,
yang sesuai.
9. Mendorong asupan
makanan dan cairan
tinggi kalium, yang
sesuai.
10. Ensura bahwa diet
termasuk makanan
tinggi kandungan serat
untuk mencegah
konstipasi.
11. Menyediakan pasien
dengan protein tinggi,
tinggi-kalori, makanan
jari bergizi dan
minuman yang dapat
mudah dikonsumsi,
yang sesuai.
12. Membantu pasien untuk
memilih makanan lunak,
hambar, dan nonacidic,
yang sesuai.
13. Menentukan kebutuhan
untuk menyusui tabung
enteral.
14. Kelola pemberian
makan enteral, yang
sesuai.
15. Menghentikan
penggunaan untuk

22
menyusui tabung,
asupan oral ditoleransi.
16. Cairan kelola
hiperalimentasi, yang
sesuai.
17. Menjamin ketersediaan
diet terapi progresif.
18. Memberikan nutrisi
yang dibutuhkan dalam
batas diet yang
ditentukan.
19. Mendorong membawa
makanan rumahan untuk
lembaga, yang sesuai.
20. Menyarankan
penghapusan percobaan
makanan yang
mengandung laktosa,
yang sesuai.

2 Nyeri akut/kronis - Pain Control Analgesic administration


b.d gangguan Indikator: Aktivitas:
muskuloskletal 1. Mengakui timbulnya 1. Melakukan assement
kronis nyeri. komprehensif sakit
2. Menjelaskan faktor untuk memasukkan
penyebab. lokasi, karakteristik,
3. Menggunakan langkah- onset / durasi, frekuensi,
langkah pencegahan. kualitas, intensitas atau
4. Menggunakan langkah- keparahan nyeri, dan
langkah bantuan non- faktor pencetus.
analgesik. 2. Mengamati isyarat
5. Menggunakan nonverbal dari

23
alnalgesic seperti yang ketidaknyamanan,
direkomendasikan. terutama pada mereka
6. Laporan perubahan tidak dapat
gejala sakit untuk berkomunikasi secara
profesional kesehatan. efektif.
7. Laporan gejala yang 3. Menjamin perawatan
tidak terkontrol untuk pasien analgesik penuh
profesional kesehatan. perhatian.
8. Menggunakan sumber 4. Penggunaan terapi
daya yang tersedia. berkomunikasi strategi
9. Mengakui gejala terkait untuk mengakui
nyeri. pengalaman rasa sakit
10. Laporan nyeri dan menyampaikan
terkontrol. penerimaan respon
pasien untuk rasa sakit.
- Pain level 5. Mengeksplorasi pasien
Indikator: pengetahuan dan
1. Melaporkan nyeri. keyakinan tentang rasa
2. Panjang episode nyeri.. sakit.
3. Meringis. 6. Pertimbangkan
4. Kehilangan nafsu pengaruh budaya pada
makan. respon nyeri.
7. Menentukan dampak
dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup
(mis: tidur, nafsu
makan, aktivitas,
kognisi, suasana hati,
hubungan, kinerja
pekerjaan, dan peran
tanggung jawab)
8. Menjelajahi dengan

24
pasien faktor-faktor
yang meningkatkan /
memperburuk rasa sakit.
9. Mengevaluasi
pengalaman masa lalu
dengan rasa sakit untuk
memasukkan sejarah
individu atau keluarga
dari sakit kronis atau
cacat yang disebabkan,
yang sesuai.
10. Mengevaluasi, dengan
pasien dan tim
kesehatan, efektivitas
tindakan pengendalian
nyeri masa lalu yang
telah digunakan.
11. Membantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan memberikan
dukungan.
12. Memanfaatkan metode
Evaluasi sesuai dengan
tahapan perkembangan
yang memungkinkan
untuk pemantauan
perubahan rasa sakit dan
yang akan membantu
dalam mengidentifikasi
faktor-faktor pencetus
yang sebenarnya dan
potensial (mis: diagram

25
alir, catatan harian)
13. Menentukan frekuensi
yang diperlukan untuk
membuat penilaian
kenyamanan pasien dan
melaksanakan
pemantauan rencana.
14. Memberikan informasi
tentang rasa sakit,
seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan
berlangsung, dan
diantisipasi
ketidaknyamanan dari
Prosedur dasar.
15. Control faktor
lingkungan yang
mungkin mempengaruhi
pasien respon
ketidaknyamanan (mis:
suhu kamar,
pencahayaan,
kebisingan)
16. Mengurangi atau
menghilangkan faktor-
faktor yang memicu atau
meningkatkan
pengalaman nyeri
(misalnya: ketakutan,
kelelahan, monoton, dan
kurangnya pengetahuan)
17. Mempertimbangkan

26
pasien kesediaan untuk
berpartisipasi,
kemampuan untuk
berpartisipasi,
preferensi, dukungan
signifikan lainnya untuk
metode, dan
kontraindikasi ketika
memilih strategi nyeri.
18. Pilih dan menerapkan
berbagai ukuran (mis:
farmakologis,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi
penghilang rasa sakit,
yang sesuai.
19. Prinsip-prinsip mengajar
manajemen nyeri.
20. Mempertimbangkan
jenis dan sumber rasa
sakit ketika memilih
strategi nyeri.
21. Mendorong pasien untuk
memantau nyeri sendiri
dan untuk campur
tangan tepat.
22. Mengajarkan
penggunaan teknik
nonfarmakologi.
23. Mengeksplorasi pasien
penggunaan saat metode

27
farmakologikal nyeri.
24. Mengajarkan tentang
metode farmakologis
nyeri.
25. Mendorong pasien untuk
menggunakan obat
penghilang rasa sakit
yang memadai.
3 Hambatan
mobilitas fisik b.d
gangguan
muskuloskletal
4 Kerusakan - Integritas Jaringan - Pengecekan Kulit
integritas kulit b.d Kulit dan membran Aktivitas:
gangguan turgor mukosa 1. Periksa kulit dan selaput
kulit Indikator: lendir terkait dengan
1. Suhu kulit adanya kemerahan,
2. sensasi kehangatan ekstrim,
3. elastisitas edema, atau drainase.
4. hidrasi 2. Amati warna,
5. keringat kehangatan, bengkak,
6. tekstur ketebalan pulsasi, tekstur, edema
7. perfusi jaringan dan ulserasi pada
8. integritas kulit ekstremitas
9. pigmentasi abnormal 3. Priksa kondisi luka
10. lesi pada kulit operasi, dengan tepat
11. lesi mukosa membran 4. Gunakan alat pengkajian
12. wajah pucat untuk mengidentifikasi
13. Nekrosis pasien yang berisiko
14. Integritas kulit yang mengalami kerusakan
baik bisa dipertahankan kulit (misalnya, skala
15. Melaporkan adanya braden)

28
gangguan sensasi atau 5. Monitor warna dan suhu
nyeri pada daerah kulit kulit
yang mengalami 6. Monitor kulit dan
gangguan selaput lendir terhadap
16. Menunjukkan area perubahan warna,
pemahaman dalam memar, dan pecah
proses perbaikan kulit 7. Monitor kulit untuk
dan mencegah adanya ruam dan lecet
terjadinya sedera 8. Monitor kulit untuk
berulang adanya kekeringan yang
Mampu melindungi kulit berlebihan dan
dan mempertahankan kelembaban
kelembaban kulit dan 9. Monitor sumber tekanan
perawatan alami dan gesekan
10. Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema
11. Periksa pakaian yang
terlalu ketat
12. Dokumentasikan
perubahan membran
mukosa
13. Lakukan langkah-
langkah untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut
(misalnya, melapisisi
kasur, menjadwalkan
reposisi)
14. Ajarkan anggota
keluarga / pemberi
asuhan mengenai tanda-
tanda kerusakan kulit

29
dengan tepat.
- Pressure Management
Aktivitas:
1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian
yang longgar
2. Hindari kerutan pada
tempat tidur
3. Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
4. Mobilisasi pasien (ubah
posisi pasien) setiap
dua jam sekali
5. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
6. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
derah yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
8. Monitor status nutrisi
pasien
9. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat

5 Gangguan citra - Citra tubuh - Peningkatan Citra


tubuh b.d Indikator: Tubuh
perubahan fungsi 1. Gambaran internal diri Aktivitas:
tubuh (karena 2. Kesesuaian antara 1. Tentukan harapan citra
penyakit, medikasi) realitas tubuh dan ideal diri pasien didasarkan

30
tubuh dengan pada tahap
penampilan tubuh perkembangan
3. Deskripsi bagian tubuh 2. Gunakan bimbingan
yang terkena (dampak) antisipatif menyiapkan
4. Sikap terhadap pasien terkait dengan
menyentuh bagian perubahan-perubahan
tubuh yang terkena citra tubuh yang telah di
(dampak) prediksikan
5. Sikap terhadap 3. Tentukan jika terdapat
pengguaan strategi perasaan tidak suka
untuk meningkatkan terhadap karakteristik
penampilan fisik khusus yang
6. Kepuasaan dengan menciptakan disfungsi
penampilan tubuh paralisis sosial untuk
7. Kepuasaan dengan remaja dan kelompok
fungsi tubuh dengan resiko tinggi lain
8. Penyesuaian terhadap 4. Bantu pasien untuk
perubahan penampilan mendiskusikan
fisik perubahan-perubahan
9. Penyesuaian terhadap (bagian tubuh)
perubahan fungsi tubuh disebabkan adanya
10. Penyesuaian terhadap penyakit atau
perubahan status pembedahan dengan
kesehatan cara yang tepat
11. Penyesuaian terhadap 5. Bantu pasien
perubahan tubuh akibat menentukan
cedera keberlanjutan dari
perubahan-perubahan
aktual dari tubuh atau
tingkat fungsinya
6. Bantu pasien
memisahkan penampilan

31
fisik dari perasaan
berharga secara pribadi
dengan cara yang tepat
7. Bantu pasien untuk
mendiskusikan
perubahan-perubahan di
sebabkan oleh pubertas,
dengan cara yang tepat
8. Bantu pasien untuk
mendiskusikan stressor
yang mempengaruhi
citra diri terkait dengan
kondisi kongenital,
cedera, penyakit atau
pembedahan
9. Monitor apakah pasien
bisa melihat bagian
tubuh mana yang
berubah
Monitor pernyataan yang
mengidentifikasi citra tubuh
mengenai ukuran dan berat
badan

32
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus
influensae (Depkes RI, 1995). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001). Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang.Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai
pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.Jika
infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering terjadi dengan
manifetasi klinis septikema (misalnya : menggigil, demam tinggi, tachycardia dan
malaise umum).
Pada Osteomielitis akut ; pemeriksaan sinar-x hanya menunjukan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah
dekalsifikasi ireguler, nefrosis tulang, pengangkatan periosteum dan pembentukan
tulang baru.Pada Osteomielitis kronik; besar, kavitas ireguler, peningkatan
periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x.
Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area terinfeksi.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami
pembahasan teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri
diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan
kondisi klien yang di rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang
tidak memberikan pelayanan yang baik bagi klien

33
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati. Wangi,(2010). Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta.


Brunner, Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 3,EGC : Jakarta.
Brunner,suddarth. 2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.Penerbit, EGC :
Jakarta
Depkes RI, 1995. Pusat Data Kesehatan.
Dorland, W. A. Newman, 2002. Kamus Kedokteran Dorland.Terbitan EGC :
Jakarta.
Dorland, 2002.Kamuskedokteran dorland.Terbitat EGC :Jakarta.
Henderson, 1997. Effects of Air Quality Regulation on in Polluting Industries.
KAMUS KEDOKTERAN Edisi 29. Alih bahasa : Andy Setiawan, et al.
Jakarta : EGC, pp : 1565, 1.
NANDA, NIC-NOC. 2015-2017. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA, NIC-NOC. Jakarta: Media Action Publishing.

34

Vous aimerez peut-être aussi