Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ACARA VII
IMBIBISI PADA PERKECAMBAHAN BENIH
Oleh:
Alfian Nopara Saifudin
NIM A1D015033
Rombongan 2
PJ asisten: Farichatul Mufaroh
A. Latar Belakang
pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-
dan protease.
molekul air kesuatu zat lain yang berlubang (berpori) cukup besar dan kemudian
molekul-molekul air itu menetap didalam zat tersebut. Imbibisi dapat berlangsung
bila ada afinitas (daya ikat) yang kuat antara imbiban (substansi penyerap air) dan
air dari lingkungan sekitarnya. Imbibisi merupakan salah satu gejala fisika yang
penting pada tumbuhan. Penyerapan air oleh imbiban ini mengawali proses
perkecambahan. Jenis biji yang satu dengan biji yang lain banyak mengalami
perbedaan dalam proses penyerapan air. Kecepatan imbibisi pada biji berbeda-
195
beda. Penyerapan air oleh imbiban juga berbeda ketika diletakkan pada suhu yang
berbeda.
B. Tujuan
perkecambahan benih.
benih.
benih.
196
II. TINJAUAN PUSTAKA
dalam biji. Syarat diperlukan adalah suhu yang cocok, banyaknya air yang
memadai, dan persediaan ongkos yang cukup bagi satu spesies mungkin tidak
demikian bagi yang lain, namun untuk setiap spesies harus dipenuhi tiga kondisi.
terbuka cahaya untuk waktu yang sesuai juga merupakan persyaratan bagi
perkecambahan untuk beberapa kasus. Biji yang hanya akan berkecambah setelah
pasir tertentu justru terhalang kalau terkena cahaya terlalu lama (Kimball, 1992).
Salah satu perilaku pertumbuhan dan perkembangan jenis ini adalah proses
sendiri didefinisikan sebagai tumbuhan kecil yang baru muncul dari biji dan
hidupnya masih tergantung pada persediaan makanan yang terdapat dalam biji.
tahap selanjutnya akan tumbuh menjadi tumbuhan yang dewasa (Mudiana, 2007).
adalah tingkat kematangan benih, ketidaksempurnaan embrio, daya tembus air dan
oksigen terhadap kulit biji. Faktor internal, faktor eksternal seperti suhu, air, dan
197
tidak dapat terjadi jika benih tidak dapat menyerap air dari lingkungan (Ardian,
2008).
memerlukan kandungan air tanah dekat kapasitas lapang, sedangkan tomat akan
2002).
Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan atau
peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan
mengembang. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk terjadinya imbibisi adalah
adanya gradient, potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang
diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung) antara komponen adsorban dengan
senyawa yang diimbibisi. Luas permukaan biji yang kontak dengan air,
kecepatan penyerapan air. Saat biji kacang hijau yang kering direndam dalam air,
air akan masuk ke ruang antar sel penyusun endosperm secara osmosis (Gardner,
1991).
Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada
penjumlahan volume zat mula-mula, dengan zat yang diimbibisikan apabila dalam
keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul yang diimbibisikan
198
sehingga volume zat yang diimbibisikan tertakan lebih kecil dari pada bila dalam
keadaan bebas. Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya
kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian
pertumbuhan biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan sistem yang cepat, lebih
luas dan banyak menampung sumber air yang diterima. (Heddy, 1990).
zatzat terlarut diluar benih dapat memperlambat kecepatan imbibisi benih. Benih
dapat mengalami kekeringan fisiologis, bahkan jika konsentrasi larutan luar sel
benih lebih tinggi, maka dapat terjadi pergerakan air dalam benih mengalami
air masuk ke dalam benih. Imbibisi air oleh benih sangat dipengaruhi oleh
komposisi kimia benih, permeabilitas kulit benih dan jumlah air yang tersedia
baik air dalam bentuk cairan maupun uap air yang terdapat disekitar benih. Air
yang masuk ke dalam biji dapat berasal dari lingkungan di sekitar biji, seperti dari
tanah, udara (dalam bentuk embun atau uap air), maupun media lainnya. Imbibisi
seperti selulosa, butir pati, protein, dan bahan lainnya dapat menarik dan
penyerapan air tersebut terjadi melalui mikrofil pada kotiledon. Air yang masuk
199
membengkak. Pembengkakan tersebut menyebabkan testa (kulit biji) menjadi
200
III. METODE PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi benih kedelai,
benih jagung, benih kacang tanah, Polyethylene Glycol (PEG), oven pengering
silet.
B. Prosedur Kerja
b. Kedua kelompok benih direndam dalam air destilasi selama satu jam.
a. Masing masing benih jagung dan kacang tanah diambil 5 buah, kemudian
hasilnya.
c. Kedua benih dimasukkan ke dalam cawan petri berisi air destilasi secara
201
d. Setiap 15 menit selama 1 jam, benih diambil dan dikeringkan, kemudian
destilasi.
a. Larutan PEG disiapkan dengan potensial osmotik dan -10bar dengan cara
melarutkan PEG masing-masing sebanyak 0 gram dan 32,5 gram per 100
ml air destilasi.
b. Tiga kelompok benih disiapkan yaitu kedelai, kacang tanah dan jagung.
untuk potensial osmotik 0, satu cawab lagi untuk potensial osmotik -10).
d. Larutan PEG 100 ml per cawan petri dimasukkan secara hati-hati ke dalam
cawan petri. Setiap cawan berisi 20 benih kedelai, 20 kacang tanah dan 20
f. Semua cawan petri disimpan di dark generator pada suhu 250C selama 7
hari.
g. Pada hari ke-8, semua cawan petri diambil dan dibuka tutupnya, kemudian
202
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Benih mati = 100%
2,562,03
= 2,03
100%
= 26,1%
Benih hidup = 100%
2,181,56
= 100%
1,56
= 39,74%
Kesimpulan: Presentase imbibisi benih mati yang diperoleh yaitu 26,1% , dan
% kadar air = 100%
14,62,24
= 100%
100
= 0,33 %
203
Bobot kering awal kc tanah = Bobot awal KA
= 2,24 0,33
= 1,91
() (1)
1. RA =
a. 15 menit
2,552,24
1. Kacang tanah RA = 1,91 = 0,16
1,301,14
2. Jagung = = 0,19
0,84
b. 30 menit
2,682,55
1. Kacang tanah RA = 1,91 = 0,068
1,311,30
2. Jagung RA = = 0,11
0,84
3. % Kadar air = 100%
11,6 = 1,14 100%
11,6 1,14
KA = 100
= 0,13
204
d. 60 menit
2,942,88
1. Kacang tanah RA = = 0,03
1,91
1,421,37
2. Jagung RA = = 0,05
0,84
Kesimpulan : Jadi perhitungan dari laju imbibisi dua tipe benih pada waktu 15
menit diperoleh rerata absorbsi pada kacang tanah yaitu 0,16 dan jagung 0,19.
Pada waktu 30 menit diperoleh rerata absorbsi pada kacang tanah 0,068 dan
jagung 0,11. Pada waktu 45 menit rerata absorbsi diperoleh pada kacang tanah
sebesar 0,104 dan pada jagung 0,07. Sedangkan pada waktu ke 60 menit diperoleh
rerata arbsorbsi kacang tanah sebesar 0,03 dan pada jagung diperoleh rerata
arbsorbsi 0,05.
Tabel 7.4
Tekanan osmotik
Kelompok benih 0 -20
% perkecambahan
Kacang tanah 100% 100%
Kedelai 10% 30%
Jagung 100% 100%
Kontrol
a. Kacang tanah
10
% perkecambahan = 10 100%
= 100%
b. Kedelai
1
% perkecambahan = 10 100%
= 10%
c. Jagung
10
% perkecambahan = 10 100%
= 100%
205
PEG
a. Kacang tanah
20
% perkecambahan = 20 100%
= 100%
b. Kedelai
3
% perkecambahan = 10 100%
= 30%
c. Jagung
10
% perkecambahan = 10 100%
= 100%
206
B. Pembahasan
tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Menurut
medium pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu aktivitas
salah satu faktor luar yang sangat penting dalam perkecambahan, karena
penyerapan air merupakan tahap awal perkecambahan biji. Air berperan penting
untu mengaktifkan sel-sel yang bersifat embrionik di dalam biji, melunakkan kulit
dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara maupun media tanam lainnya.
Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap
imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekitarnya, baik dari tanah maupun
udara dan biji akan melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah
mitosis, seperti di ujung radikula. Akibatnya, ukuran radikula semakin besar dan
kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah.
207
Perkecambahan menurut Sharp (2007), dimulai dengan proses penyerapan air ke
dalam sel-sel dan proses ini merupakan proses fisika. Proses penyerapan air pada
bii atau imbibisi terjadi melalui mikropil. Air yang masuk ke dalam kotiledon
testa. Masuknya air pada biji menyebabkan enzim aktif bekerja dan proses ini
Proses imbibisi pada perkecambahan biji yang telah dilakukan oleh Dhanda
2. Air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan
3. Air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam biji. Dinding sel
kering hampir tidak permeable untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi
oleh air, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel
kulit biji dan embrio menyerap air maka persediaan oksigen meningkatkan
pada sel selhidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya respirasi. Selain itu,
Sebagian air dalam protoplasma sel-sel embrio dan bagian hidup lainnya pada
biji hilang sewaktu biji tersebut telah mencapai masak sempurna dan lepas
dari induknya. Sejak saat ini aktivitas protoplasma hampir seluruhnya berhenti
208
sampai perkecambahan dimulai. Sel-sel hidup tidak bisa aktif lagi
5. Air berguna sebagai media angkutan makanan dari endosperm atau kotiledon
yang mempengaruhi proses kecepatan penyerapan air ke dalam biji oleh Sutopo
2) Konsentrasi air
3) Suhu air
4) Tekanan hidrostatik
6) Daya intermolekuler
7) Komposisi kimia
8) Tingkat kemasakan
10) Umur
1. Konsentrasi air
Bertambah besar perbedaan tekanan difusi antara sairan luar dan dalam biji,
209
2. Tekanan hidrostatik
jumlah air yang diserap terlebih dahulu oleh biji. Jadi, kecepatan penyerapan
pada permulaan tinggi dan kemudian semakin lambat sejalan dengan naiknya
3. Daya intermolekuler
Daya ini merupakan tenaga listrik, apabila tenaga ini meningkat akan
Kecepatan penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan.
Pada keadaan tertentu, bagian khusus pada biji dapat menyerap air lebih
cepat.
sebagai berikut:
210
2. Sistem perakaran : tumbuhan yang mempunyai system perakaran berkembang
baik, akan mampu mengadakan penyerapan lebih kuat karena jumlah bulu
penyerapan.
1. Ketersediaan air tanah : tumbuhan dapat menyerap air bila air tersedia antara
kapasitas lapang dan konsentrasi layu tetap. Bila air melebihi kapasitas lapang
Konsentrasi air tanah : air tanah bukan air murni, tetapi larutan yang berisi
berbagai ion dan molekul. Semakin pekat larutan tanah semakin sulit
penyerapan.
3. Aerasi tanah: yang dimaksud dengan aerasi adalah pertukaran udara, yaitu
211
Kuswanto (1996), menyebutkan faktor terjadinya imbibisi, antara lain:
3. Umur benih
4. Tekanan osmosis
6. Suhu
konsentrasi air bertambah besar perbedaan tekanan difusi antara cairan luar dan
dalam biji, bertambah cepat penyerapan air oleh biji. Tekanan hidrostatik,
meningkatnya tekanan difusi air. Hal ini menyebabkan naiknya kecepatan difusi
penyerapan air adalah berbanding terbalik dengan jumlah air yang diserap terlebih
dahulu oleh biji. Jadi kecepatan penyerapan pada permulaan tinggi dan kemudian
keseimbangan.
Ghahari (2009) pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air
dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh.
212
dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem. Tumbuhan
memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan unsur
hara. Kecuali gas O2 dan CO2 zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme
transpor aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang
terjadi pada tanaman. Imbibisi merupakan masuknya air pada ruang interseluler
permukaan struktur mikroskopik dalam sel tumbuhan, seperti selulosa, butir pati,
protein, dan bahan lainnya yang dapat menarik dan memegang molekul-molekul
air dengan gaya tarik antarmolekul. Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai
suatu proses penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel,
sehingga dinding selnya akan mengembang. Misalnya masuknya air pada biji saat
berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Perbedaan
antara osmosis dan imbibisi yaitu pada imbibisi terdapat adsorban. Ada dua
potensial air antara permukaan adsorban dengan senyawa yang diimbibisi dan
Imbibisi dipengaruhi oleh dua factor, yaitu temperature dan potensial osmosis
hijau yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antarsel penyusun
213
Kecepatan imbibisi berbanding lurus dengan kenaikan suhu dan berbanding
Hubungan potensial air dan imbibisi, adalah satu faktor yang mempengaruhi
faktor perkecambahan adalah air. Hal ini dicontohkan pada tanaman didaerah
tropis, air tersedia untuk pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari
mulainya musim hujan sampai 20-30 hari setelah hujan berhenti. Sesudah itu air
semakin tidak tersedia setelah profil tanah mengering. Biji-biji yang disebar
dipermukaan tanah mengering pada akhir periode suplai air yang mendukung ini,
yang terisolasi, tetapi bibit yang dihasilkan dari perkecambahan biji-biji non
menentukan turgor sel sebelum sebelum membelah atau membesar, air juga akan
menentukan kecepatan reaksi biokimia dalam sel. Berubahnya kadar air akan
panjang telah digunakan secarameluas untuk penelitian. PEG adalah salah satu
mempunyai sifat dalam mengontrol imbibisi dan hidrasi benih. Selain itu PEG
penggunaan PEG tersebut dapat tumbuh lebih baik pada cekaman kekeringan
dilapangan, seperti pada tanaman jagung (Lestari, 2006). Ukuran molekul dan
214
konsentrasi PEG dalam larutan menentukan besarnya potensial osmotic larutan
yang terjadi. Menurut Michel dan Kaufmann (1973), larutan PEG 6000 dengan
konsentrasi 20% mempunyai potensial osmotic -0,71 MPa (7,06 bar). Tanah
dalam kondisi kapasitas lapang mempunyai potensial osmotic 0,33 bar dan
osmotic 15 bar.
Semakin besar nilai BM PEG makan akan semakin padat PEG tersebut dan
sebaliknya. PEG berdasarkan berat molekulnya dibagi menjadi PEG 200, 400,
600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000, 8000 dan diatas 100.00 sampai
dengan 300.000. PEG dengan BM dibawah 1000 beruapa cairan jernih tidak
berupa padatan semi kristalin. diatas 100.000 berupa resin pada suhu kamar.
dalam dispersi cair (Leuner dan Dressman, 2000). Jadi dapat disimpulkan bahwa
perbedaan PEG 4000 dan 6000 terletak pada tingkat kepadatan PEG tersebut
dengan potensial osmotik -20 bar yaitu dengan melarutkan 32,5 gram per 100 ml
air destilasi. Apabila ingin membuat larutan PEG -20 bar sebanyak 5 liter yaitu
dengan melarutkan larutan PEG sebanyak 1625 gram per 5000 ml air destilasi.
215
Laju imbibisi dikotil dan monokotil, banyaknya air yang terserap kedalam
setiap jenis biji berbeda karena pada setiap jenis biji mempunyai daya serap air
yang berbeda dan pada masing-masing jenis biji mempunyai tingkat kekeringan
yang berbeda, dan biji yang kering mempunyai potensial air yang rendah sehingga
dapat menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan biji yang kurang tingkat
Komposisi kimia benih berlainan untuk setiap benih, tetapi secara umum
1. Karbohidrat
akan tahan simpan. Karbohidrat yang terkandung dalam benih yaitu amilosa
2. Protein
secara metabolis (globulin dan albumin) dan yang non aktif (glutelin dan
menjadi:
a. Albumin: larut dalam air pada kondisi netral atau sedikit asam mudah
legumelin
216
b. Globulin: tidak larut dalam air, larut dalam larutan garam relative lebih
glutenin
3. Lemak
kacang tanah, kapas, bunga matahari, wijen, dan lain-lain. Benih dengan
terutama asam lemak tidak jenuh yang tinggi. Asam lemak tak jenuh dalam
biji: oleat (1 ikatan ganda) dan linoleat (2 ikatan ganda), asam lemak jenuh
palmitat (n-14).
Imbibisi pada benih hidup dan mati dan hasil, imbibisi adalah penyerapan
air (absorpsi) oleh benda-benda yang padat (solid) atau agak padat (semi solid)
karena benda-benda tersebut mempunyai zat penyusun dari bahan yang berupa
koloid. Imbibisi berfungsi sebagai laju perkecambahan pada benih. Jika benih
tidak dapat melakukan imbibisi maka laju perkecambahan benih akan terhambat.
Salah satu faktor yang dapat mempercepat laju perkecambahan benih adalah
terjadinya imbibisi pada benih, karena dengan adanya imbibisi laju metabolisme
pada benih akan berjalan dengan lancar. Biji yang kering atau biji yang mati
217
metabolisme pada benih, sehingga biji hanya akan menggelembung. Air yang
masuk kedalam biji (imbibisi) akan mengaktifkan enzim-enzim yang ada di dalam
biji, yang sangat membantu dalam proses pembentukan energi yang ditransfer ke
sejumlah kecil hormon (giberelin). Penyerapan air juga membuat jaringan dalam
sitokinin dan auksin). Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi
umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji.
Kemudian biji tampak membesar karena banyak menampung sumber air yang
kulit biji, benih dan substratnya. Semakin kecil tekanan benih dari pada tekanan
larutan, maka semakin besar proses imbibisi. Kulit biji tipis, mengandung substrat
yang mudah larut dalam air dan benih tidak kering, maka air yang diserap akan
lebih banyak dan sebaliknya. Berikut merupakan grafik laju imbibisi yang terjadi
pada beberapa jenis tanaman (Hasanah, 1977). Dalam melakukan proses imbibisi
benih diberikan perlakuan pada benih yaitu dengan membelah benih menjadi dua
bagian yang sama besar hal ini dilakukan untuk menghilangkan perbedaan
permeabilitas kulit biji antara benih yang diamati. Menurut Harjadi (2002),
dengan dilakukan pembelahan benih maka tidak terdapat perbedaan antara benih
Pratikum yang telah dilakukan pada percobaan imbibisi pada benih hidup
dan benih mati maka, diperoleh hasil sebagai berikut: pada benih mati bobot awal
218
adalah 2,03g pada bobot setelah perendaman 2,56g maka, diperoleh persentase
bobot awal 1.56g pada bobot setelah pernedaman didapatkan 2,18g maka,
peningkatannya daripada imbibisi pada benih mati. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dilakukan oleh Asiedu et.al (2008) bahwa pada benih yang hidup
dinding sel dan embrio masih membutuhkan air untuk proses perkecambahan dan
memiliki potensi penyerapan air lebih tinggi daripada benih yang mati, karena
benih hidup memiliki embrio yang masih aktif. Aktifnya embrio tersebut akan
pelukaan. Pelukaan benih bertujuan untuk mempercepat air untuk masuk ke dalam
benih. Peristiwa inilah yang dimaksud dengan imbibisi. Cara kerja imbibisi yaitu
air yang ada pada lingkungan akan masuk kedalam benih melalui kulit biji yaitu
melalui membran permeabel. Setelah air masuk kedalam benih air tersebut, akan
lancar. Setelah metabolisme dalam biji aktif maka proses perkecambahan pun
akan terjadi. Begitu juga perendaman yang dilakukan dalam percobaan ini.
benih. Perendaman untuk mengetahui laju imbibisi dari benih (Mugnisyah, 1996).
Semakin lama biji direndam, maka semakin besar masuknya air ke dalam
219
endosperm biji. Perndaman biji dalam air mengakibatkan kulit biji lembab dan
lebih lunak memungkinkan pecah dan robek sehingga perkembangan embrio dan
endosperm lebih cepat terjadi, serta untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen
(larut dalam air) kedalam biji. Selain itu, air juga berfungsi mengencerkan
transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana
Prosedur kerja, Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena
perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih berkecambah. Jika proses ini
terhambat maka perkecambahan juga akan terhambat. Kulit benih adalah struktur
mekanis dan mencegah keluarnya zat penghambat dari embrio. Dormansi yang
disebabkan oleh kulit benih dapat terjadi karena adanya komponen penyusun
benih baik yang bersifat fisik dan atau kimia. Semakin tua benih aren ternyata
sangat lambat. Diduga hal tersebut disebabkan oleh struktur benih aren yang
bersifat menghambat masuknya air ke dalam benih. Kondisi kadar air benih, ialah
berat air yang dikandung dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai
dengan aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat
awal contoh benih. Penetapan Kadar Air adalah banyaknya kandungan air dalam
220
benih yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut & dinyatakan
dalam % terhadap berat asal contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya
untuk untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan
Hasil dan pembanding, pengamatan terhadap kadar air awal pada benih
kedelai (Glycine max), jagung (Zea mays), dan kacang tanah (Arachis hypogea)
kandungan air benih secara menyeluruh dan gambaran proses imbibisi pada tiap
benih. Kadar air awal mempengaruhi laju imbibisi dikarenakan semakin rendah
kadar air benih, jika direndam dalam air maka kekuatan menarik air (driving
force) masuk ke dalam benih semakin besar, seperti halnya pada benih kedelai.
Pada tahap imbibisi suplai air dalam keadaan terbatas, maka perkecambahan dapat
terhambat.
Menurut Sukmadjaja (2005) pada umumnya kulit benih yang tersusun oleh
lignin, tannin, lilin dan sel sklereid yang rapat, dapat mengurangi sifat
permeabilitasnya terhadap air. Tannin, lignin, dan senyawa kimia lain dalam kulit
benih kacang tunggak berpengaruh nyata terhadap kecepatan penyerapan air dan
mekanis keluarnya inhibitor dari embrio. Testa juga berfungsi melindungi benih
221
dari kebocoran larutan sel benih yang sering terjadi selama imbibisi. Fase hidrasi,
testa secara menyeluruh atau sebagian dapat mempercepat laju penyerapan air.
perikarp dan sarkostesta dihilangkan serta direndam air untuk waktu yang lama.
peningkatan kadar air dapat terjadi lebih cepat pada benih yang diampelas.
222
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
(solid) atau agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai
2. Semakin tinggi kadar air benih mengakibatkan laju imbibisi semakin rendah.
4. Laju imbibisi kacang tanah lebih besar laju imbibisinya dibandingkan benih
jagung.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah lebih teliti dalam melakukan
perhitungan.
223
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Siti. 1990. Pengaruh Kondisi Kulit Benih terhadap Viabilitas Benih pada
Berbagai Varietas Kedelai. Laporan Karya Ilmiah. Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Bogor.
Ardian. 2008. Effect of heating treatment and heating time on the germination of
coffe (Coffe arabica). Akta Agrosia 11: 25 33.
Asiedu, e.H., A, Powell. 2008. Cowpea Seed Coat Chemical Analysis in Relation
to Storage Seed Quality. Africa Cro Sci. 8 (3): 283-294.
Dhanda, S.S., G.S. Sethi. 2007. Indies of Drought Tolerances in Wheat Genotypes
at Early Stages of Plant Growth. Journal Agronomy And Crop Science.
190:9-12.
Gardner, F.P: R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Terjemahan Diah, R.L dan Sumaryono. Ui Press. Jakarta.
Lestari, Endang Gati. 2006. Identifikasi Sonakloni Padi Gajah Mungkur Towuti
dan IR64 Tahan Kekeringan Menggunakan Polythehylene glycol. Balai
224
Besar Penelitian Bioteknologi Dan Sumber Daya. Genetika Pertanian Bogor.
Buletin Agronomi. (34) (2):71-78.
Leuner, C., dan Dressman, J. 2000. Improving Drug Solubility for Oral Delivery
Using Solid Dispersion. Eur. J. Pharm. Biopharm. 50(3): 47-60.
Mayer, A.M. 1963. The Germination of Seeds. Mac Millan: New York.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis 2000. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Sosial, Departemen Kehutanan. Jakarta.
Sharp, R.E dan W.J. Davis. 2007. Regulation of Growth and Development of
Plaqnts Growing With a Restricted Supply of Water. Plant Unser Stress.
Cambridge University Press: 71-93.
Song, Nio Ai dan Maria Ballo. 2010. The Role of Water During Seed
Germination. Jurnal Ilmiah Sains. Vol 10 Bo. 2:190-195.
225
LAMPIRAN
226