Vous êtes sur la page 1sur 8

ESTERIFIKASI MINYAK GORENG BEKAS

DENGAN KATALIS H2SO4 DAN TRANSESTERIFIKASI


DENGAN KATALIS CaO DARI CANGKANG KERANG
DARAH: VARIASI KONDISI ESTERIFIKASI

Apriani Sartika1, Nurhayati2, Muhdarina2

1
Mahasiswa Program Studi S1 Kimia
2
Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
aprianisartika11@ymail.com

ABSTRACT

Fuel that becomes important requirement of Indonesian is more dwindling and will run
out within the next 12 years. Therefore, the development of alternative fuels that are
environmentally friendly is needed. One example of an environmentally friendly
alternative fuel is biodiesel. This study aimed to synthesize biodiesel from used cooking
oil by esterification and transesterification step and determine the optimum conditions.
The parameters varied are the reaction esterification which weight of H2SO4 catalyst and
mole ratio of oil:methanol, while temperature and reaction time was remained variable.
Transesterification reaction parameters was remained variable. The analysis showed that
the conversion of biodiesel was 70,35% obtained by the optimum condition of
esterification was weight of H2SO4 catalyst was 3%, the mole ratio of oil: methanol was
1:18, temperature was 70oC, and reaction time was 3 hours. Based on this results, it can
be concluded that the used cooking oil can be used as raw material for biodiesel
synthesis.

Keywords: biodiesel, used cooking oil, esterification, transesterification

ABSTRAK

Bahan bakar yang menjadi kebutuhan penting masyarakat Indonesia semakin menipis
dan akan habis dalam waktu 12 tahun mendatang. Oleh karena itu, dibutuhkan
pengembangan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Salah satu contoh bahan
bakar alternatif ramah lingkungan adalah biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk
mensintesis biodiesel dari minyak goreng bekas dengan tahap esterifikasi dan
transesterifikasi dan menentukan kondisi optimum. Parameter yang divariasikan adalah
reaksi esterifikasi yaitu berat katalis H2SO4 dan rasio mol minyak:metanol, sedangkan
suhu dan waktu reaksi merupakan variabel tetap reaksi esterifikasi. Parameter reaksi
transesterifikasi merupakan variabel tetap. Hasil analisis menunjukkan bahwa konversi

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 178


biodiesel yang didapatkan sebesar 70,35% dengan kondisi esterifikasi optimum adalah
berat katalis H2SO4 3%, rasio mol minyak:metanol 1:18, suhu 70oC, dan waktu reaksi
selama 3 jam. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa minyak
goreng bekas cukup baik untuk dijadikan sebagai bahan baku sintesis biodiesel.

Kata kunci: biodiesel, minyak goreng bekas, esterifikasi, transesterifikasi

PENDAHULUAN bakar diesel berbasis petroleum (Korbitz,


1999), dapat terurai secara alami, dan
Bahan bakar merupakan merupakan bahan bakar yang dapat
kebutuhan mutlak bagi Indonesia karena diperbarui (Prihandana dkk., 2006).
memiliki kegunaan yang penting dalam Selain itu, bahan baku pembuatan
kehidupan sehari-hari, seperti untuk biodiesel dapat diperoleh dari limbah,
penerangan, transportasi, industri, serta seperti minyak goreng bekas.
sebagai sumber tenaga. Sementara itu, Minyak goreng bekas dapat
cadangan minyak mentah sebagai bahan digunakan sebagai sumber dalam
bakar semakin menipis dan akan habis pembuatan biodiesel karena adanya
dalam waktu 12 tahun mendatang komponen trigliserida dan asam lemak
(Kesuma, 2013). Menurut Kesuma bebas. Minyak goreng bekas yang
(2013), perut bumi Indonesia masih jumlahnya melimpah, murah, dan mudah
menyimpan cadangan minyak bumi didapat merupakan sumber potensial
sebesar 50-80 miliar barel, sementara untuk digunakan sebagai bahan baku
yang mampu dieksplorasi hanya sintesis biodiesel. Namun, dalam
mencapai 3,9 miliar barel. Hal ini terjadi pembuatan biodiesel, adanya asam
karena teknologi yang ada belum lemak bebas dalam minyak goreng bekas
memadai untuk menggali potensi yang menyebabkan hasil biodiesel tidak
besar itu. Di pihak lain, kebutuhan akan optimal karena banyaknya senyawa
sumber energi semakin mendesak sabun yang terbentuk. Oleh karena itu,
dengan bertambahnya populasi dilakukan dua tahap reaksi pembuatan
penduduk serta berkembangnya industri. biodiesel, yaitu reaksi esterifikasi dan
Oleh karena itu, perlu dicari sumber reaksi transesterifikasi.
energi lain untuk menutupi kekurangan Reaksi esterifikasi merupakan
energi tersebut. Salah satu sumber energi proses konversi asam lemak bebas
alternatif yang sangat menjanjikan menjadi metil ester sehingga didapatkan
adalah biodiesel (Susilo, 2006) karena hasil biodiesel yang maksimal. Jenis
bahan dasarnya sangat melimpah di katalis yang sering dipakai dalam proses
Indonesia. ini berasal dari asam-asam kuat, seperti
Biodiesel adalah monoalkil ester H2SO4 dan HCl. Reaksi esterifikasi
yang diperoleh dari reaksi esterifikasi menggunakan katalis asam homogen
dan/atau transesterifikasi asam-asam memiliki keuntungan yaitu aktivitas dan
lemak rantai panjang dan alkohol dengan selektivitasnya tinggi. Namun, sulit
bantuan katalis asam dan/atau basa. dipisahkan dari campuran reaksi dan
Biodiesel bersifat ramah lingkungan kurang stabil pada suhu tinggi (Azis
karena memiliki emisi pembakaran yang dkk., 2011).
lebih rendah dibandingkan dengan bahan

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 179


Proses transesterifikasi sintesis METODE PENELITIAN
biodiesel dilakukan menggunakan katalis
basa. Sagala (2007) telah melakukan a. Alat dan bahan
reaksi transesterifikasi pada sintesis
biodiesel dengan bantuan katalis larutan Alat yang digunakan pada
NaOH yang merupakan sistem katalis penelitian ini adalah hotplate dan stirrer,
fasehomogen. Namun, pemisahan neraca analitik, buret dan statip,
produk akhir reaksi dengan katalis lumpang, cawan porselen, oven, furnace,
homogen sulit dilakukan sehingga reaksi krusibel, desikator, labu leher tiga,
transesterifikasi dilakukan menggunakan kondensor, viskometer Ostwald,
katalis heterogen. Penelitian ini piknometer, pengaduk magnet,
menggunakan katalis heterogen CaO dari termometer, pipet tetes, corong pisah,
cangkang kerang darah, karena stopwatch, sumbat gabus, alat penentuan
limbahnya yang cukup banyak di titik nyala (tag closed tester) merk
Indonesia sehingga mudah didapat. Koehler model K 14670, chamber dan
Menurut Asnibar (2014), serbuk peralatan gelas lainnya.
cangkang kerang darah (Anadara Bahan yang digunakan pada
granosa) kalsinasi suhu 800oC selama 10 penelitian ini adalah minyak goreng
jam menghasilkan CaO sebesar 99,14% bekas, Isopropil Alkohol (IPA), indikator
sehingga efektif digunakan sebagai phenolphthalein, KOH 0,1 N, KOH 0,5
katalis. Penelitian sebelumnya yang N, H2SO4p, potassium hydrogen pthalat,
dilakukan oleh Utami (2013) metanol p.a, cangkang kerang darah,
memperoleh hasil biodiesel dari minyak kertas saring whatman 42, aseton, HCl
goreng Sunco menggunakan katalis CaO 0,5 N, CCl4, reagen wijs, KI, Na2S2O3,
dari cangkang kerang darah yang larutan kanji, CH3COOH, akuabides dan
dikalsinasi 800 oC selama 3 jam, yaitu akuades.
sebesar 85.94%.
Berdasarkan penelitian-penelitian b. Prosedur penentuan asam lemak
sebelumnya, sintesis biodiesel melalui bebas minyak goreng bekas
dua tahap menggunakan katalis asam
dan basa menghasilkan biodiesel yang Analisa awal sampel berupa
cukup tinggi. Oleh karena itu, pada penentuan asam lemak bebas minyak
penelitian ini, biodiesel disintesis goreng bekas, yaitu dengan cara
melalui reaksi esterifikasi dengan katalis menimbang 20 g minyak goreng bekas
H2SO4p dan transesterifikasi dengan dan homogenkan dengan memanaskan
katalis CaO dari cangkang kerang darah. pada suhu 60oC di dalam erlenmeyer 250
Untuk mendapatkan hasil biodiesel yang ml. Kemudian tambahkan 50 ml
maksimal, penelitian ini dilakukan isopropil alkohol panas (temperatur
dengan variasi berat katalis H2SO4 dan 50oC-60oC) ke dalam erlenmeyer
rasio mol minyak:metanol pada reaksi tersebut. Campuran dikocok dan
esterifikasi. ditambahkan 2-3 tetes indikator
fenolftalein dan homogenkan. Setelah itu
titrasi dengan larutan KOH 0,1 N (yang
telah distandarisasi) sampai berwarna
merah muda. Volume titran yang
terpakai dicatat (V ml).

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 180


c. Prosedur sintesis biodiesel dikumpulkan dan dicuci dengan air
suam-suam kuku.
Pada penelitian ini minyak goreng
bekas terlebih dahulu disaring untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
memisahkan kotorannya sebelum
dilakukan proses esterifikasi. Sebanyak a. Penentuan asam lemak bebas
100 g minyak goreng bekas dipanaskan minyak goreng bekas
pada temperatur 105oC selama 1 jam
sambil distirer di dalam labu leher tiga. Minyak nabati yang akan disintesis
Setelah suhu minyak goreng bekas menjadi biodiesel harus memiliki nilai
diturunkan (50oC), kondensor dipasang asan lemak bebas yang rendah, yaitu
dan tambahkan campuran katalis H2SO4p kurang dari 1%. Dari penelitian
dan metanol sambil direfluks dan diaduk diperoleh data bahwa asam lemak bebas
dengan stirer. Refluks dilakukan pada minyak goreng bekas yang digunakan
suhu dan waktu yang ditentukan. Setelah cukup tinggi, yaitu 4,25%. Kandungan
bereaksi, campuran dimasukkan ke sam lemak bebas yang tinggi ini terjadi
dalam corong pemisah dan dicuci karena pemakaian berulang-ulang
dengan air hangat. Air cucian bagian minyak goreng pada suhu yang tinggi.
bawah dibuang dan bagian atasnya Asam lemak bebas harus
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dihilangkan atau dikurangi terlebih
untuk proses transesterifikasi. dahulu dengan cara esterifikasi minyak
Pengulangan perlakuan dilakukan untuk goreng bekas. Hal ini dilakukan sebelum
variasi berat katalis H2SO4p (1,0; 2,0; proses transesterifikasi karena asam
3,0; 4,0 g) dan rasio mol minyak lemak bebas jika ditambahkan dengan
terhadap metanol (1:6; 1:12; 1:18; 1:24), katalis basa akan menghasilkan sabun
suhu 70oC, dan waktu 3 jam. yang menyebabkan rendahnya kualitas
Sementara reaksi esterifikasi biodiesel yang dihasilkan. Data yang
berlangsung, campuran antara 4,0 g diperoleh menunjukkan bahwa
katalis CaO (kalsinasi 800 oC selama 5 kandungan asam lemak bebas menurun
jam) dari cangkang kerang darah dan menjadi 0,97% setelah dilakukan
perbandingan minyak:metanol adalah esterifikasi dengan bantuan katalis asam
1:6 diaduk dengan stirrer (Utami, 2013). sulfat. Hal ini terjadi karena reaksi
Hasil esterifikasi dipanaskan diatas titik minyak goreng bekas dengan metanol
didih air pada temperatur 105 oC selama dan dibantu dengan katalis asam sulfat
1 jam. Setelah suhu diturunkan (50 oC), sehingga minyak goreng bekas dapat
campuran katalis metanol ditambahkan dikonversikan menjadi metal ester.
ke dalam labu dan diaduk selama 3 jam Setelah dipanaskan, asam lemak bebas
dan suhu reaksi 60 2 oC (Utami, 2013). menjadi semakin menurun menjadi
Setelah bereaksi, campuran dimasukkan 0,68%.
ke dalam corong pemisah dan dijaga Kandungan air dari minyak yang
pada temperatur kamar selama semalam digunakan juga harus rendah, yaitu
sehingga akan terbentuk dua lapisan. kurang dari 0,06%. Kandungan air
Pada hari berikutnya, gliserol minyak goreng bekas pada penelitian ini
dikeluarkan dari corong pemisah. adalah sebesar 0,551%. Namun, setelah
Biodiesel mentah yang terbentuk, esterifikasi kandungan air menurun

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 181


menjadi 0,525%, dan setelah dipanaskan kandungan air menurun kembali menjadi
Tabel 1. Hasil analisis asam lemak bebas, kandungan air, dan pH minyak goreng bekas
sebelum dan sesudah esterifikasi.

Parameter Uji Sebelum Setelah Setelah esterifikasi


esterifikasi esterifikasi (sesudah dipanaskan)

Asam Lemak 4,25% 0,97% 0,68%


Bebas
Kandungan 0,551% 0,525% 0,209%
Air
pH 2,02 4,35 4,96

0,209%. Hasil penentuan pH kondisi optimum berat katalis asam


minyak goreng bekas yang didapat (H2SO4p). Perlakuan variasi berat katalis
sebelum esterifikasi adalah sebesar ini dilakukan untuk mengetahui
2,02. Namun, setelah dilakukan pengaruh katalis asam (H2SO4) terhadap
esterifikasi pH minyak menjadi semakin hasil biodiesel dengan kondisi reaksi
mengarah pada pH netral yaitu 4,35, temperatur reaksi 70C, rasio mol
dan setelah dipanaskan menjadi 4,96. minyak:metanol 1:6 selama 3 jam.
Gambar 1 memperlihatkan bahwa berat
b. Perolehan biodiesel katalis H2SO4p optimum yaitu 3 g,
Variabel-variabel percobaan yang menghasilkan biodiesel sebesar 69,29%.
Penambahan katalis menyebabkan
mempengaruhi perolehan hasil biodiesel
selama proses esterifikasi adalah berat perolehan biodiesel semakin meningkat
tetapi setelah penambahan 4 g terjadi
katalis H2SO4p dan rasio mol
miyak:metanol, sedangkan suhu 70oC penurunan hasil biodiesel. Hal ini
karena semakin banyak penambahan
dan waktu reaksi 3 jam merupakan
katalis maka reaksi cenderung kembali
variabel tetap. Variasi untuk reaksi
seperti semula.
transesterifikasi mengacu pada kondisi
reaksi optimum penelitian Utami
(2013), yaitu berat katalis CaO 4 g,
rasio mol minyak:metanol 1:6, suhu 60
2oCdan waktu reaksi selama 3 jam.
Katalis CaO yang digunakan adalah
yang dikalsinasi pada suhu 800oC
selama 5 jam.

1. Perolehan biodiesel dengan variasi


berat katalis H2SO4

Kondisi reaksi esterifikasi yang Gambar 1. Grafik pengaruh berat katalis


pertama dilakukan adalah variasi terhadap produksi biodiesel

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 182


Data hasil penelitian
2. Perolehan biodiesel dengan variasi menunjukkan bahwa biodiesel
rasio mol minyak:metanol maksimal yang diperoleh adalah sebesar
70,35%, dengan kondisi optimum reaksi
Gambar 2 memperlihatkan proses esterifikasi, yaitu berat katalis H2SO4 3
sintesis biodiesel dilakukan pada suhu g, rasio mol minyak:metanol 1:18, suhu
70C dengan waktu reaksi selama 3 jam reaksi 70 oC, dan waktu reaksi selama 2
dan jumlah katalis H2SO4 optimum jam. Hasil ini berbeda dengan yang
yang sebelumnya didapat pada didapat oleh Setiowati (2014) yang
percobaan variasi berat katalis sebesar mensintesis biodiesel dari minyak
3 g. Perbandingan molar minyak goreng goreng bekas melalui satu tahapan
bekas dengan metanol yang digunakan reaksi, yaitu transesterifikasi katalis
adalah 1:6; 1:12; 1:18; dan 1:24. CaO cangkang kerang darah. Minyak
Gambar 2 menunjukkan bahwa kondisi goreng bekas yang digunakan tidak
optimum rasio mol sampel terhadap mengalami perlakuan awal karena
metanol adalah 1:18 dengan konversi kandungan asam lemak bebasnya
biodiesel sebesar 70,35%. Konversi rendah. Hasil maksimal yang didapat
biodiesel yang diperoleh oleh Nelvia Setiowati (2014) adalah 82,25%,
(2008) dengan perbandingan mol dengan nilai asam lemak bebas minyak
goreng bekas sebesar 0,4992% dan
kandungan air 0,290%. Hasil biodiesel
yang didapat Setiowati (2014) lebih
tinggi dari penelitian ini karena faktor
asam lemak bebas minyak goreng bekas
yang lebih rendah daripada minyak
goreng bekas yang digunakan pada
penelitian ini.
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan yield yang berbeda
dengan yang diperoleh oleh Asnibar
(2014), yang meneliti sintesis biodiesel
Gambar 2. Grafik hubungan rasio mol dari minyak goreng bekas melalui tahap
metanol:minyak terhadap transesterifikasi dengan katalis CaO dari
hasil biodiesel cangkang kerang darah. Namun
sebelum dilakukan reaksi, Asnibar
minyak:metanol 1:9 adalah sebesar (2014) melakukan tahapan netralisasi
74,595%. Jika konsentrasi metanol minyak goreng bekas menggunakan
ditingkatkan di atas atau dikurangi di larutan NaOH. Tujuan netralisasi adalah
bawah kondisi optimumnya, tidak ada untuk menurunkan asam lemak bebas
peningkatan yang berarti dalam minyak goreng bekas, yaitu dari
produksi biodiesel tetapi kelebihan atau awalnya sebesar 4,86% menjadi 0,87%.
kekurangan konsentrasi metanol Hasil yang diperoleh lebih rendah
mengakibatkan terjadinya peningkatan dibandingkan dengan yang didapat pada
pembentukan gliserol dan emulsi penelitian ini, yaitu sebesar 70,20%.
(Nelvia, 2008). Hasil yang rendah ini terjadi karena
asam lemak bebas yang digunakan

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 183


sedikit lebih tinggi dibandingkan pada Penulis mengucapkan terima
penelitian ini, walaupun sudah kasih kepada Laboratorium Sains
dilakukan netralisasi sebelum Material jurusan Kimia Fisika Fakultas
transesterifikasi. Alasan lain juga terjadi Matematika dan Ilmu Pengetahuan
karena perlakuan awal minyak goreng Alam Universitas Riau Pekanbaru yang
bekas berbeda dengan penelitian ini, telah menyediakan fasilitas dan tempat
Asnibar (2014) melakukan netralisasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
sedangkan penelitian ini reaksi
esterifikasi. DAFTAR PUSTAKA
Hasil maksimal yang didapat pada
penelitian ini lebih rendah dibandingkan Asnibar, S. 2014. Transesterifikasi
dengan penelitian Utami (2013), yang minyak goreng bekas untuk
mensintesis biodiesel dari minyak produksi biodiesel dengan
goreng Sunco melalui transesterifikasi katalis CaO dari limbah
dengan katalis CaO dari cangkang cangkang kerang darah Anadara
kerang darah. Utami (2013) granosa) kalsinasi 800 oC.
memperoleh hasil biodiesel maksimal Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas
sebesar 85,9%. Hal ini karena Matematika dan Ilmu
perbedaan bahan baku yang digunakan. Pengetahuan Alam Universitas
Utami (2013) menggunakan minyak Riau, Pekanbaru.
goreng yang sudah murni, yaitu minyak
goreng Sunco. Minyak goreng yang Azis, I., Nurbayti, S. dan Ulum, B.
sudah murni ini memiliki asam lemak 2011. Pembuatan Produk
bebas yang sangat rendah, yaitu 0,089% Biodiesel dari Minyak Goreng
sehingga reaksi tidak terganggu dengan Bekas dengan Cara Esterifikasi
adanya asam lemak bebas dan biodiesel dan Transesterifikasi. Valensi 2
yang dihasilkan lebih banyak. (3) : 443-448.

KESIMPULAN Kesuma, R. 2013. Pengamat:


Cadangan Minyak Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian, Tinggal 12 Tahun. Tempo. 17
diperoleh kesimpulan bahwa kondisi Desember 2013.
reaksi esterifikasi optimum penelitian
ini adalah berat katalis 3 g, rasio mol Korbitz, W. 1999. Biodiesel Production
minyak:metanol 1:18, dan suhu reaksi In Europe And North America,
70 oC, waktu reaksi selama 3 jam An Encouraging Prospect.
merupakan variabel tetap reaksi Journal of Renewable Energy 16
esterifikasi. Variabel tetap pada : 1078-1083.
transesterifikasi adalah berat katalis
CaO 4 g, rasio mol minyak:metanol 1:6, Nelvia, S. 2008. Pembuatan Biodiesel
suhu 60 oC, dan waktu reaksi 3 jam, dari Crude Palm Oil (CPO)
menghasilkan biodiesel sebesar 70,35%. berkatalis Kalsium Oksida
(CaO). Skripsi. Jurusan Kimia
UCAPAN TERIMA KASIH Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Riau, Pekanbaru.

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 184


Prihandana, R., Hendroko, R. dan Susilo, B. 2006. Sumber Energi
Nuramin, M. 2006. Alternatif Pengganti Solar yang
Menghasilkan biodiesel murah, Terbuat dari Ekstrak Minyak
mengatasi polusi dan Jarak Pagar. Trubus Agrisaran,
kelangkaan BBM. Agromedia Surabaya.
Pustaka, Jakarta.
Utami, W. 2013. Sintesis Biodiesel
Sagala, E. T. 2007. Produksi Biodisel menggunakan Katalis yang
dari Minyak Goreng Bekas Bersumber dari Cangkang
dengan Reaksi Esterifikasi Kerang Darah (Anadara
Asam Sulfat dan granosa). Skripsi. Jurusan Kimia
Transesterifikasi Natrium Fakultas Matematika dan Ilmu
Hidroksida. Skripsi. Jurusan Pengetahuan Alam. Universitas
Kimia Fakultas Matematika dan Riau, Pekanbaru.
Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Riau, Pekanbaru.

JOM FMIPA Volume 2 No.1 Februari 2015 185

Vous aimerez peut-être aussi