Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern memasuki dunia
Islam, terutama pada awal abad ke-19, yang dalam sejarah Islam dipandang
sebagai permulaan periode modern. Kontak dengan dunia Barat selanjutnya
membawa ide-ide baru ke dunia Islam seperti rasionalisme, nasionalisme,
demokrasi dan sebagainya, yang merupakan produk akal manusia dan
aktivitasnya yang kreatif, yang dengan itu tampil transformasi sosial kultural
yang akibatnya juga terasa dalam kehidupan agama dan pendidikan. Semua ini
menimbulkan persoalan-persoalan baru, dan pemimpin-pemimpin Islam pun
mulai memikirkan cara mengatasi persoalan baru tersebut.
Memasuki dan ikut serta dalam perkembangan teknologi modern
bukanlah persoalan pilihan, melainkan keharusan sejarah (historical ought).
Kenyataan tersebut menuntut pendidikan Islam untuk berusaha melakukan
pembaharuan, penyegaran dalam penyelengaraan pendidikan, jika tidak, maka
pendidikan Islam itu akan ditinggalkan dan terkubur dalam-dalam, karena tak
mampu bersaing dengan pendidikan umum yang sudah mengalami
perkembangan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, temasuk
era teknologi modern.
Kemajuan teknologi dalam tiga dasawarsa ini telah menampakkan
pengaruhnya pada setiap dan semua kehidupan individu, masyarakat dan
negara. Dapat dikatakan bahwa tidak ada orang yang dapat menghindar dari
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Teknologi Modern),
Teknologi Modern bukan saja dirasakan individu, akan tetapi dirasakan pula
oleh masyarakat, bangsa dan negara. Kehadiran Teknologi Modern di negara-
negara maju, sudah lama dirasakan pengaruhnya, karena pada negara-negara
tersebutlah kemajuan itu mula-mula dicapai. Sebaliknya bagi negara-negara
berkembang, pengaruh tersebut baru mulai dirasakan antara lain seperti dalam
bidang informasi, buku-buku, media TV, radio, video, internet dan lain
1
2
4 Muslih Lisa dan Aden Wijdan SZ. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial. Yogyakarta:
Aditya Media, 1997), h. 97-98
5
pendidikan yang menekankan pada salah satu aspek dari ilmu-ilmu yang
ada, apakah ilmu-ilmu agama ataukah ilmu-ilmu umum. Misalnya
dengan adanya dualisme sistem pendidikan, pendidikan agama yang
diwakili oleh madrasah dan pesantren dengan pendidikan umum, di
tingkat perguruan tinggi terdapat IAIN dengan perguruan tinggi umum.
3) Pendidikan Islam krisis metodologi dan krisis pedagogi. A. Mukti Ali
pernah mengatakan bahwa metodologi yang dimiliki Islam pada
umumnya dan IAIN pada khususnya sangat lemah. Sekarang ini makin
banyak kecenderungan di kalangan lembaga-lembaga Islam bahwa yang
terjadi adalah lembaga merupakan process teaching/proses pengajaran
daripada procces learning/proses pendidikan. Proses pengajaran hanya
mengisi aspek kognitif/intelektual, tapi tidak mengisi aspek
pembentukan pribadi/watak sehingga pendidikan tidak lagi dipahami
sebagai proses long life education. Isu seperti ini menjadi sangat
relevan dengan zaman sekarang, yang disebut sebagai jaman
pascamodernisme (posmodernisme); suatu masa di mana globalisasi
mengakibatkan semakin dislokasi kekacauan sosial atau juga
displacement, banyak orang yang tersingkir dan teralienasi, dan lain
sebagainya. Orang-orang yang berkepribadian kuat dan berkarakter akan
lebih tangguh menghadapi globalisasi ataupun dampak-dampak
negatifnya, 4) Krisis Orientasi. Lembaga-lembaga pendidikan Islam atau
sistem pendidikan Islam pada umumnya lebih berorientasi ke masa
silam dari pada m asa depan. Oleh karenanya anak didik tidak
dibayangkan tantangan-tantangan masa depan. Masih terlalu tergantung
pada pola pendidikan yang digariskan pemerintah, yakni pendidikan
untuk menopang program pembangunan.5
3) Mujamil Qamr, mengemukan problematika pendidikan
Islam/Madsarah dewasa ini, kondisi madrasah sekarang ini sebagai la
yahya wa la yamutu (hidup enggan mati tak mau), karena banyak
permasalahan di madsarah diantaranya: diantaranya: sarana prasasarana
yang dimimilki madrasah banyak yang tidak layak pakai dan tidak
memberikan kenyamanan belajar, madrasah tidak memiliki sumber
keuangan yang cukup untuk membiayai segala kebutuhannya, keculai
SPP dan ini pun jumlahnya kecil, kesejahteraan guru dan karyawan
melemah, proses pembelajaran tidak lancar, kondisi perpustakaan yang
tidak memadai, siswanya tidak mampu bersaing dengan siswa sekolah
umum, jumlah siswa kecil, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
madrasah rendah, tidak terobosan pembinaan karir, tenaga pengajarnya
kurang memiliki kelayakan akademik, kelangkaan kepala sekolah atau
pengelola yang visioner, pengelolaan madrasah hanya secara alami.6
Melihat banyaknya problematika yang telah ditawarkan di atas,
maka penulis akan memfilter dan mengklasifikasikannya menurut
komponen pendidikan, yaitu:
1) Orientasi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dewasa ini, dari segi apa saja terlihat goyah
terutama karena orientasi yang semakin tidak jelas, semestinya sistem
pendidikan Islam haruslah senantiasa mengorientasi diri kepada
menjawab kebutuhan dan tantangan yang muncul dalam masyarakat kita
sebagai konsekuensi logis dari perubahan7, jika tidak, maka pendidikan
Islam di Indonesia akan mengalami ketinggalan dalam persaingan global
dan era teknologi modern.
Orientasi pendidikan Islam di Indonesia masih mengalami
perbedaan pendapat, terutama dalam menentukan pola, arah, dan capaian
tertentu yang diinginkan, sehingga pendidikan Islam belum mendapat
pengakuan secara internasional dalam era teknologi modern ini maka
seyogyanya orientasi pendidikan Islam bukan hanya dengan model-
model pendidikan dan pembelajaran seperti yang sudah ada sekarang ini,
yang seharusnya terus menerus melakukan reformasi (pembaruan) dan
inovasi serta kerja keras untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan
6 Mujamil Qomar, Menggagas Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 96-97.
7 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru, (Jakarta:
Macana Ilmu, 1999), h. 57
7
8 Jusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 23.
9 Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di
Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta : Teras, 2010), Cet. II, h. 20-21
8
10Jusuf Amir Faisal, Reoriantasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. Cet. 1,
131
11
9
13 Muzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta; Bumi Aksara. 2009), h. 47
11
19 Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I, h. 8-9
20 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Millenium
ke III, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 52
14
21Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja
16
25 Ibid., h. 32.
18
26 Abdullah Idi & Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006),
h. 199.
27 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Kecana, 2010), edisi ketiga, h. 148
28 Pidato, sumber, www.imamsuprayogo.com, diakses 28 Oktober 2009.
19
Perbaikan berkelanjutan.30
Mutu produk pendidikan akan dipengaruhi oleh sejauh mana
lembaga mampu mengelola seluruh potensi secara optimal mulai dari
tenaga kependidikan, peserta didik, proses pembelajaran, sarana
pendidikan, keuangan dan termasuk hubungannya dengan masyarakat.
Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah
paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas
yang berinteraksi didalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada
mutu. Oleh karena itu komitmen jamai amat dipentingkan serta evaluasi
kinerja dalam perbaikan berkelanjutan sepanjang waktu sebab setiap saat
perubahan terjadi dan kekuranganpun makin disadari. Seperti dijelaskan
Suryadi Poerwanegara.31 menyampaikan ada enam ungsur dasar yang
mempengarui suatu produk : 1) manusia 2) metode 3) mesin 4) bahan 5)
ukuran 6) evaluasi berkelanjutan.
Sekanjutnya perlu dipahami bahwa pemimpin lembaga pendidikan
Islam,merupakan motivator, event Organizer, bahkan penentu arah
kebijakan lembaga yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan
pendidikan pada umumnya direalisasikan. Untuk mewujutkan hal tersebut
maka seorang pimpinan perlu mengunakan konsep manajemen yang
mampu menjawab tantang teknologi modern, diantaranya:
a. Manajemen yang Bernuansa Entrepreneurship.
Manajemen yang dapat memberi nilai tambah adalah
manajemen yang bernuansa entrepreneurship. Rhenald Kasali dalam
Paulus Winarto32, menegaskan bahwa seorang entrepreneur adalah
seorang yang menyukai perubahan, melakukan berbagai temuan yang
membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai tambah,
memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, karyanya dibangun
berkelanjutan (bukan ledakan sesaat) dan dilembagakan agar kelak
shalat dluha, shalat dluhur berjamaah dan shalat Ashar berjamaah bagi
yang full day school.
Akhir-akhir ini banyak lembaga pendidikan Islam yang
berkualitas yang berbasis masjid seperti SD Islam al-Falah Surabaya,
SD-SMP Islam al-Hikmah Surabaya, dan SD Islam Sabilillah Malang.
Management Based Mosque bukan hanya berarti lokasi sekolah itu di
dekat masjid, melainkan sifat-sifat keutamaan dalam masjid dapat
ditransfer dalam mengelola lembaga pendidikan Islam. Disamping itu,
perlu dikembangkan hubungan sinergis antara masjid, lembaga
pendidikan dan jamaah. Hal ini dapat menekan dampak negatif dari
perkembangan tekonologi modern.
d. Manajemen Mutu Terpadu (MMT).
Manajemen adalah pengaturan yang dilakukan melalui proses
dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu, jadi
manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan
yang diinginkan. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management) dalam kontek pendidikan merupakan sebuah filosofi
metodologi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi
pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan
pelanggan, saat ini maupun masa yang akan datang.33 Sedangkan
Pidarat, menyampaikan bahwa TQM merupakan suatu sistem
manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh
anggota organisasi.34[21]. Total Quality Management merupakan suatu
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusia, tenaga kerja, proses, dan
33Edward Sallis, Total Quality Management in Education, (Pitman Publishing, London, United
Kingdom 2006), h. 73
34 Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2004), h. 4
26
lingkungan.35
Pada hakekatnya tujuan institusi pendidikan adalah untuk
menciptakan dan mempertahankan kepuasan para pelanggan dan
dalam TQM kepuasan pelanggan ditentukan oleh stakeholder lembaga
pendidikan tersebut. Oleh karena hanya dengan memahmi proses dan
kepuasan pelanggan maka organisasi dapat menyadari dan menghargai
kualitas. Semua usaha / manajemen dalam TQM harus diarahkan pada
suatu tujuan utama, yaitu kepuasan pelanggan, apa yang dilakukan
manajemen tidak ada gunanya bila tidak melahirkan kepuasan
pelanggan.
5) Keilmuan Islam yang Dilematis
Masalah keilmuan Islam secara historis prespective dipengaruhi
oleh dua arus besar yang menjadi tabir bagi upaya rekontruksi pemikiran
Islam secara umum dan pemikiran Islam secara khusus. Arus besar itu
adalah warisan ortodoksi pemikiran Islam dan masuknya positivisme ke
dalam metodologi keilmuan Islam. Dampak dari warisan ortodoksi
pemikiran Islam tersebut tidak sekedar mewarnai bingkai-bingkai fiqh,
tetapi juga memberikan akses negatif terhadap epistemologi keilmuan
dalam Islam, pintu ijtihad pun tertutup. dampak dari stagnasi pemikiran
tersebut membawa dunia Islam dalam rentang waktu yang cukup lama
hanya menghasilkan ilmu-ilmu yang isinya sebagian besar berbentuk
elaborasi (syarah, hasyiyah), termasuk dalam bidang penafsiran maupun
dalam bidang muamalat.
Dalam bidang penafsiran Islam memang dapat memunculkan
ribuan jilid kitab tafsir dengan berbagai corak dan metodenya. Namun,
sayang sebagian besar berisi pengulangan yang ada. sebagaimana juga
dijelaskan Nasr hamid Abu Zaid tentang keadaan tersebut sebagai
berikut: pada saat ini sikap dan wacana keagamaan kontemporer
terhadap ilmu-ilmu al-Quran dan demikian pula ilmu-ilmu hadis adalah
sikap pengulangan. Hal ini terjadi karena diantara ulama ada yang
mempunyai asumsi bahwa dua tipe ilmu tersebut masuk dalam ilmu yang
sudah matang dan sudah selesai, sehingga generasi kemudian tidak lagi
memiliki apapun seperti yang dimiliki oleh generasi tua.36
Nasr hamid Abu Zaid menambahkan bahwa stagnasi pemikiran di
dunia Islam ini dipengaruhi oleh apa yang disebutnya sebagai peradaban
teks (Hadharah al-Nash).37Peradaban teks menurutnya merupakan sebuah
peradaban dimana teks menjadi semacam poros penggerak serta
sekaligus sebagai pembentuk pengetahuan.38dalam peradaban demikian,
tafsir teks menjadi semacam kebutuhan utama dari waktu ke waktu
senantiasa mewarnai tiap jengkal deretan sejarah Islam. Oleh karena itu,
Islam dapat memunculkan ribuan jilid kitab tafsir dengan berbagai
corak dan metode, mulai dari tahlili sampai maudhui.
Peradaban demikian akhirnya membawa implikasi luas serta
memungkinkan terciptanya kultur yang serba berdimensi teks, termasuk
dalam memandang kebenaran. Kebenaran selalu diukur dengan letterleks
teks, tidak ada kebenaran di luar itu. Sekalipun manusia memungkinkan
dapat memperoleh kebenaran sendiri melalui pencarian dengan daya
nalarnya, ia tetap harus selalu mendapat rujukan dari teks. Kalau ia gagal
dalam merujuk, maka apa yang dikatakan nalar sebagai kebenaran gagal
pula. Sedangkan dampak kedua arus tersebut dalam dunia pendidikan
Islam adalah terjadinya transformasi pada paradigma ilmu pendidikan
Islam beserta epistemologinya dari Islamic education of islamic menjadi
Islamic education for Moslem.
Solusi
Untuk mengatasi problematika tersebut di atas, adalah penerapan
pendidikan Islam terpadu pada dasarnya merupakan pendidikan Islam
ideal masa kini yang memadukan berbagai keunggulan pendidikan umum
dan Islam. Pendidikan umum dengan institusinya yang membekali anak
36 Nasr hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Quran; kritik terhadap Ulumul Quran, (Yokyakarta:
LKIS, 2001), h. 4
37 Ibid, h. 1
38 Ibid, h. 2
28
39 Yusuf Amir Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 113
29
40 Yakup Matandang, Perguruan Tinggi Islam di Era Giobalisasi, ed, Syahrin Harahap,
(Yogyakarta: Tiara Wicara, 1998), h. 16
41 AM Syaifuddin, Desekularisasi Pemikiran Landasan islamisasi, (Bandung: Mizan, 1993), h.
198
30
42 Said Aqil Al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qurani dalam, sistem PendidikanIslam, 2002),
h.
31
43 Ahmat Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006), h.202
33
44 Khermarinah, Pendidikan Islam Yang Ideal Di Era Globalisasi, Jurnal Al-Talim, Vol. 11, No.
2, Juli 2012, 325-337
34
C. Penutup
Berdasarkan uarain di atas, terkait analisis kritis problematika pendidikan
Islam di era teknologi modern, sesungguhnya memberikan sebuah kenyataan
yang membuktikan problematika-problemtika besar dan massif yang
dirasakan dan dihadapi oleh pendidikan Islam di era teknologi modern.
Problematika tersebut diantaranya oreantasi pendidikan Islam, kulaitas SDM,
Kurikulum, lulusan lembaga pendidikan Islam, manajemen serta cara
pandang yang dikotomis terhadap ilmu pengetahuan.
Berbagai problematika tersebut sangat mendesak untuk dicarikan
solusinya. Adapun solusi yang diketengahkan dalam tulisan ini, lahir dari
semangat idealisme serta berdasarkan analisis filosofis, sistemik dan
kontektual yang sulit untuk diterapkan pada masa kini-akan tetapi masih ada
harapan-, ditengah perkembangan teknologi modern. Pendidikan Islam di
Indonesia dan Pendidikan Islam sebagai sub sistem, sesungguhnya
mengharapkan munculnya para pembaharu-pembaharu pendidikan Islam
dalam menghadapi tantangan era teknologi moder dewasa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Idi & Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2006).
Arifin, Muzayin, Kapita Selekta Pendidikan Islam. (Jakarta; Bumi Aksara. 2009)
Hamid Abu Zaid, Nasr, Tekstualitas Al-Quran; kritik terhadap Ulumul Quran,
(Yokyakarta: LKIS, 2001)
Jamali Sahrodi, dkk, Membedah Nalar Pendidikan Islam Pengantar ke Arah Ilmu
Pendidikan Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan
Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004)
Muslih Lisa dan Aden Wijdan SZ. Pendidikan Islam dalam Peradaban Industrial.
Yogyakarta: Aditya Media, 1997)