Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
Persendian
1) Persendian dapat diklasifikasikan menurut struktur (berdasarkan ada
tidaknya rongga persendian diantara tulang-tulang yang beratikulasi
dan jenis jaringan ikat yang berhubungan dengan paersendian
tersebut) dan menurut fungsi persendian (berdasarkan jumlah gerakan
yang mungkin dilakukan pada persendian).
a) Klasifikasi struktural persendian :
i. Persendian fibrosa
ii. Persendian kartilago
iii. Persendian synovial.
3. Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit/penimbunan
Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada
penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan kelainan metabolic
dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkan
asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,
gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
1) Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
Karena penggunaan obat obatan yang menurunkan eksresi asam urat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat, aseta
zolamid dan etambutol.
2) Pembentukan asam urat yang berlebih :
a) Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
b) Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat
berlebih karena penyakit lain seperti leukemia.
3) Kurang asam urat melalui ginjal
4) Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal
ginjal yang sehat.
5) Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal misalnya
glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
95 % penderita gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang
wanita pada post menopause usia 50 60 tahun. Juga dapat menyerang
laki laki usia pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini
paling sering mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi lutut
dan pergelangan kaki.
4. Klasifikasi
a. Klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik
1) Stadium artritis gout akut
Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas
dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam
waktu 5 7 hari. Karena cepat menghilang, maka sering penderita
menduga kakinya keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga
terkena penyakit gout dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
Pada serangan akut yang tidak berat, keluhan-keluhan dapat hilang
dalam beberapa jam atau hari. Pada serangan akut berat dapat sembuh
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.
Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet
tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi, pemakaian obat
diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat.
2) Stadium interkritikal
Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu
tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda.
Ada yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi
rata-rata berkisar 1 2 tahun. Panjangnya jangka waktu tahap ini
menyebabkan seseorang lupa bahwa ia pernah menderita serangan
artritis gout atau menyangka serangan pertama kali dahulu tak ada
hubungannya dengan penyakit gout.
Walaupun secara klinik tidak didapatkan tanda-tanda akut, namun
pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan
bahwa proses peradangan tetap berlanjut, walaupun tanpa keluhan.
Dengan manajemen yang tidak baik , maka keadaan interkritik akan
berlajut menjadi stadium dengan pembentukan tofi.
3) Stadium artritis gout menahun (kronik)
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus.
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun
atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar
sendi yang sering meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini
berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur yang
merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini akan
mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Pada
stadium ini kadang-kadang disertai batu saluran kemih. pirai menahun
dan berat, yang menyebabkan terjadinya kelainan bentuk sendi.
Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus berlanjut
dan menyebabkan kerusakan yang akan membatasi pergerakan sendi.
Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan di bawah kulit di
sekitar sendi. Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ
lainnya, dibawah kulit telinga atau di sekitar sikut. Jika tidak diobati,
tofi pada tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal
yang menyerupai kapur.
b. Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:
1) Gout primer
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal.
2) Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-obatan
5. Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan
yang mengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak
adequat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam
plasma darah (Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat
menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan
menimbulkan respon inflamasi. Hiperurecemia merupakan hasil :
a. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
b. Menurunnya ekskresi asam urat.
c. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh
lain, maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-
garam urat yang akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv
diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu
respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul.
Serum urat maningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan
penyakit ini akan menyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam
urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.
Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat
nyeri yang menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah.
Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi,
kemudian mata kaki, tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang
gejalanya disertai dengan demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi
cenderung berulang dan dengan interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selama
serangan gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-
6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut
dengan polyarticular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun
lengan yang biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau
gout kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi
yang besar pada kartilago, membrane synovial, tendon dan jaringan halus.
Tofi terbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar, helices pada telinga, tendon
achiles dan organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan
mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.
6. Woc
7. Manifestasi klinis
a. Nyeri tulang sendi
b. Kemerahan dan bengkak pada tulang sendi
c. Tofi pada ibu jari, mata kaki dan pinna telinga
d. Peningkatan suhu tubuh.
Gangguan akut :
a. Nyeri hebat
b. Bengkak dan berlangsung cepat pada sendi yang terserang
c. Sakit kepala
d. Demam.
Gangguan kronis :
a. Serangan akut
b. Hiperurisemia yang tidak diobati
c. Terdapat nyeri dan pegal
d. Pembengkakan sendi membentuk noduler yang disebut tofi (penumpukan
monosodium urat dalam jaringan)
8. Komplikasi
a. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis
dan tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Hipertensi dan albuminuria.
c. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laju sedimentasi eritrosit (LSE) meningkat, yang menunjukkan inflamasi
b. SDP meningkat (leukositosis)
c. Ditemukan kadar asam urat yang tinggi di dalam darah
d. Pada pemeriksaan terhadap contoh cairan sendi di bawah mikroskop
khusus akan tampak kristal urat yang berbentuk seperti jamur
e. Pemeriksaan sinar X dari daerah yang terkena untuk menunjukkan masa
tefoseus dan destruksi tulang dan perubahan sendi
10. Penatalaksaan
Tujuan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegah serangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
a. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg (pemberian oral),
Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazone,
Indomethacin.
b. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
c. Kompres dingin
d. Diet rendah purin
e. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
f. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari
Kristal asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
g. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri dan inflamasi.
h. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk
mencegah serangan.
i. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkan ekskresi
asam urat dan menghambat akumulasi asam urat (jumlahnya dibatasi pada
pasien dengan gagal ginjal).
j. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat
menggunakan probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone (Anturane) pada
pasien yang tidak tahan terhadap benemid atau menurunkan pembentukan
asam urat dengan Allopurinol 100 mg 2 kali/hari.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ( infeksi)\
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi
c. Gangguan citra tubuh berhungan dengan penyakit
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut Control nyeri Pemberian Analgetik
berhubungan dengan Indicator 1. Tentukan lokasi,
agen cidera biologis ( 1. Mengenali kapan karekteristik, dan
infeksi) nyeri terjadi keparahan nyeri
2. Menggabarkan factor sebelum mengobati
penyebab pasien
3. Menggunkan tindakan 2. Cek perintah
pengurangan nyeri pengobatan meliputi
tanpa analgetik obat, dosis, dan
4. Menggunakan frekuensi obat
analgetik yang analgesic yang
direkomentasikan diresepkan
5. Melaporkan 3. Cek adanya riwayat
perubahan terhadap alergi obat
gejala nyeri pada 4. Tentukan analgesic
professional sebelumnya, rute
kesehatan pemberian, dan dosis
6. Melaporkan gejala untuk mencapai hasil
yang tidak terkontrol pengurangan nyeri
pada professional yang optimal berikan
kesehatan 5. Berikan kebutuhan
7. Mengenali apa yang kenyamanan dan
terkait dengan gejala aktivitas lain yang
nyeri dapat membantu
8. Melaporkan nyeri relaksasi untuk
terkontrol memfasilitasi
penurunan nyeri
Tingkat Nyeri
Indikator Manajemen Nyeri
1. Nyeri yang dilaporkan 1. Lakukan pengkajian
2. Mengarang dan nyeri secara
menagis komprehensif , yang
3. Ekspresi nyeri wajah meliputi lokasi,
4. Tidak bisa beristirahat karakteristik, durasi,
frekensi, kualitas,
intensitas atau
beratnya nyeri dan
factor penctus
2. Observasi adanya
ketidaknyamanan
teritama pada meraka
yang tidak dapat
berkomunikasi secara
efektif
3. Gunakan strategi
komunikasi teraupetik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan
penerimaan pasien
terhadap nyeri
4. Gali pengetahuan dan
kepercayaan pasien
mengenai nyeri
5. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup pasien ( mis
tidur, nafsu makan,
pengertian, perasaan ,
hubungan, performa
kerja dan tanggung
jawab peran)
6. Gali bersama pasien
fakto- factor yang
dapat mempengaruhi
nyeri
7. Bantu keluarga dalam
mencari dan
menyediakan
dukungan
8. Berikan informasi
mengenai penyebab
nyeri, berapa lama
nyeri yang akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
9. Kenali factor
lingkungan yang
dapat mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
10. Ajarkan prinsi
manajement nyeri
11. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menagani nyerinya
dengan tepat
12. Ajarkan penggunaan
teknik non
farmakologi
13. Dukung istirahaut/
tidur yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri
14. Berikan informasi
yang akurat untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
respin keluarga
terhadap pengalaman
nyeri
2 Hambatan mobilitas Ambulasi Peningkatan Mekanika
fisik berhubungan Indikator Tubuh
dengan kaku sendi 1. Menopang berat 1. Kaji komitmen pasien
bedan untuk balajar dan
2. Berjalan dengan menggunkan pustub
3. Langkah efektif tubuh yang benar
4. Berjalan dengan pelan 2. Kaji pemahaman
5. Berjalan dengan pasien mengenai
kecepatan sedang mekanika tubuh dan
6. Berjalan dengan latihan (mis
kecepatan cepat mendemostrasikan,
kembali teknik
Persendian melakukan aktivitas/
Indikator latihan yang benar
1. Keseimbagan 3. Edukasi pasien
2. Koordinasi tentang pentingnya
3. Cara berjalan postur tubuh yang
4. Gerakan otot benar untuk
5. Gerakan sendi mencegah kelelahan,
6. Berjalan ketengan atau injuri.
7. Bergerak dengan 4. Instruksikan untuk
mudah menghindari tidur
dengan posisi
telungkup
5. Bantu untuk
menghindari duduk
dalam posisi yang
sama dalam jangka
waktu yang lama
6. Intruksikan pasien
untuk mengerakan
kaki terlebih dahulu
kemudian badan
ketika memulai
berjalan dari ponsel
berdiri
7. Berikan informasi
tentang kemungkinan
posisi penyebab nyeri
otot dan sendi
Terapi Latihan :
Ambulasi
1. Bantu pasien untuk
menggunkan alas kaki
yang mem fasilitasi
pasien untuk berjalan
dan mencegah cidera.
2. Dorong untuk duduk
di tempat tidur di
samping tempat tidur
atau di kursi
sebagaimana yan
dapat ditoleransi
3. Bantu pasien untuk
berpindah sesuai
kebutuhan
4. Intruksikann pasien
mengenai
pemindahan dan
teknik ambulasi yang
aman
3 Gangguan citra tubuh Citra tubuh Peningkatan Citra
berhungan dengan Indikator Tubuh
penyakit 1. Gambaran internal 1. Tentukan harapan
diri citra diri pasien
2. Kesesuaian antara 2. Bantu pasien untuk
realita hidup dengan mendiskusikan
penampilan tubuh perubahan-perubahna
3. Sikap terhadap yang disebabkan
penggunaan strategi adanya penyakit atau
untuk meningkatkan pembedahan dengan
penampilan cara yang tepat
4. Kepuasaan terhadap 3. Tentukan perubahan
perubahan tubuh fisik saat ini apakah
5. Penyesuaian terhadap berkontribusi pada
perubahan tanpilan citra diri pasien
fisik 4. Tentukan persepsi
6. Penyesuaian terhadap pasien dan keluarga
perunahan status terkait dengan
kesehatan perubahan citra diri
dan realita
5. Fasilitas kontak
dengan individu yang
mengalami perubahan
yang sams dalam hal
citra tubuh
Peningkatan Harga Diri
1. Monitor pernyataan
pasien mwngenai
harga diri
2. Tentukan
kepercayaan klien
dengan hal penilaian
diri
3. Dukung pasien untuk
bisa mengidentifikasi
kekuatan
4. Jangan mengkritik
secara negative
5. Bantu untuk mengatur
tujuan yang realities
dalam rangka
mencapai harga diri
yang lebih tinggi
6. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
dampak dari
kelompok sejawat
pada perasaan harga
diri.
7. Monitor tingkat harga
diri dari waktu ke
waktu, dengan tepat.
I. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL (ASAM URAT)
A. Pengkajian
a. Data Umum Keluarga
a. Nama KK : Tn. I
b. Umur : 53 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Wirausaha
f. Suku / Bangsa : Minang / Indonesia
g. Alamat : Jl. Raya Kurao Pagang RT 02 RW 02
h. Komposisi Keluarga :
Hubungan Imunisasi
L/
NO Nama Dengan Umur Pendidikan POLIO DPT Hepatitis Campak
P BCG
KK 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
Ny. A P Istri 43 SMA
1.
tahun
An. R P Anak 14 SMP
2.
Tahun
An. S L Anak 9 SD
3.
tahun
4.
Keterangan :
k. Sifat Keluarga
1) Pengambilan Keputusan
Ny. A mengatakan dalam mengambil keputusan lebih banyak diputuskan
oleh suami karena suami sebagai kepala keluarga dirumahnya dan
sebelumnya di diskukusikan dulu dalam keluarga.
2) Kebiasaan Hidup Sehari Hari
a) Kebiasaan Tidur / Istirahat
Ny. A mengatakan, jika pada saat tidur Ny. A tidur bersama anak-
anaknya karena suaminya bekerja diluar kota. Tidak ada masalah yang
perlu dikhawatirkan selama keluara Ny. A tidur.
b) Kebiasaan Rekreasi
Keluarga Tn. A mempunyai aktivitas rekreasi yang tidak terjadwal.
Biasanya jika liburan keluarga Tn. A menonton TV bersama anggota
keluarga pada malam hari, karena pada siang hari semua pada sibuk
dengan aktivitas masing masing.
c) Kebiasaan Makan Keluarga
Ny. A mengatakan sebelum sakit tidak ada pantangan dalam hal
makanan, setelah sakit Ny. A mengurangi makan makanan yang
merangsang timbulnya penyakit yang dialami klien seperti kacang
kacangan dan sayuran hijau.
l. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Ny. A merupakan seorang Ibu rumah tangga. Ny. A mengatakan penghasilan
Tn. tidak menetap karena Tn. I hanya kerja di sebuah bengkel. Pendapatan
sehari hari biasanya sampai Rp. 200.000 atau lebih. Untuk berobat Ny. A
menggunakan kartu BPJS. Ditinjau dari jumlah penghasilan yang didapat,
pengeluaran keluarga Tn. melebihi dari jumlah pendapatan. Upaya yang
dilakukan keluarga Tn. I untuk menutupi kekurangan dengan mempunyai
simpanan uang di bank. Sedangkan istri Tn. I dagang minyak dirumah.
m. Suku ( kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa )
Ny. A menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku minang dan tinggal di
lingkungan orang orang yang bersuku campur, ada minang, batak dan jawa.
Ny. A berkomunikasi dengan bahasa Minang dan bahasa Indonesia baik antara
anggota keluarga maupun keluarga sekitar.
n. Agama ( kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa )
Semua anggota keluarga Ny. A beragama Islam dan menjalankan ibadah
sesuai keyakinan di rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama
keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat
jamaah di Musholla, acara tahlilan/yasiinan (bapak bapak dan ibu ibu), dan
acara keagamaan lainnya.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn. I berada pada tahap perkembangan dimana
anak pertama sudah memasuki usia sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny. A mengatakan komunikasi antara orangtua dengan anaknya terjalin dan
terbuka. Orangtua juga berperan dalam memberikan nasehat kepada anaknya
ketika anak ada masalah. Ny. A mengatakan An. A sangat patuh kepadanya.
c. Riwayat keluarga inti
1) Tn. I
Pada saat pengkajian Ny. A mengatakan Tn. I saat ini tidak memiliki
keluhan kesehatan.
2) Ny. A
Ny. A mengatakan saat ini ia memiliki keluhan kesehatan seperti nyeri
pada saat berjalan. Nyeri yang dirasakan Ny. A terasa pada bagian kaki
sebelah kirinya. Untuk berobat kadang kadang Ny. A juga pergi ke
Puskesmas atau ke bidan, Ny. A juga mengatakan kepala sering putar-
putar rasa mau jatuh dan sudah berobat tapi tidak ada perubahan, klien
mengatakan sakarang minum obat tradisisonal karena takut makan obat
yang terlalu sering Ny. A mengatakan komunikasi antara ia dengan
anaknya tidak ada masalah, anak juga terbuka saat dia lagi ada masalah
dengan teman ataupun yang lain.
3) An. R
Pada saat pengkajian An. R mengatakan tidak memiliki masalah
kesehatan yang serius hamya saja flu biasa karena seringnya
mengkonsumsi es.
4) An. S
Pada saat pengkajian An. S tidak mempunyai keluhan. An. S mengatakan
ia tidak memiliki masalah dengan sekolah maupun dengan teman. An. A
adalah anak yang kedua baru berusia 9 tahun.
d. Riwayat keluarga sebelumnya ( pihak istri dan suami )
Ny. A mengatakan sebelumnya tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
yang parah hanya saja penyakit yang diderita Ny. A didapatkan karena
keturunan dari ibunya. Sedangkan riwayat kesehatan pada keluarga Tn. I tidak
menderita penyakit yang serius ataupun tidak mempunyai penyakit keturunan
yang serius.
c. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Tn. I mengatakan bahwa ia tinggal dirumah milik sendiri yang mana rumah
nya tipe permanen dengan luas kurang lebih 60 m3.
b. Ventilasi dan penerangan
Pada saat pengkajian, ventilasi rumah Tn. I tampak cukup dalam memenuhi
penerangan pada pagi dan siang hari ketika di masuki cahaya matahari.
Sedangkan untuk penerangan pada malam hari, Tn. I menggunakan listrik dari
PLN.
c. Persedian air bersih
Ny. A mengatakan bahwa persediaan air bersih yang ada dirumah nya dari
sumur bor.
d. Pembuangan sampah
Ny. A mengatakan bahwa sampah rumah tangga dikumpulkan dan diletakkan
didepan rumah. Sampah tersebut di angkut oleh petugas kebersihan yang ada
disekitar rumah nya sekitar sekali 3 hari.
e. Pembungan air limbah
Ny. A mengatakan bahwa pembuangan air limbah yang ada dari rumahnya
dibuang ke selokan atau parit.
f. Jamban / wc (tipe, jarak dari sumber air)
Ny. A mengatakan bahwa didalam rumahnya sudah mempunyai kamar mandi
dengan jarak sumber air dari kamar mandinya kurang lebih 10 meter.
g. Denah rumah
Keterangan :
1) Ruang tamu dan ruang
5. 6. 1.
keluarga
7 2) Kamar tidur utama
3) Kamar tidur
4) Kamar mandi
4. 3. 2.
5) Dapur
6) Kamar tidur
7) Kamar tidur
h. Lingkungan sekitar rumah
Pada saat dilakukan pengkajian, lingkungan disekitar rumah tampah bersih.
i. Sarana komunikasi dan transportasi
Ny. A mengatakan bahwa keluarga nya memiliki 1 kendaraan, kendaraan
tersebut digunakan oleh Tn. I untuk pergi bekerja.
j. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll)
Pada saat dilakukan pengkajian, keluarga Ny. A tampak sedang menonton tv.
k. Fasilitas pelayanan kesehatan
Ny. A mengatakan bahwa ketika anggota keluarga nya ada yang menderita
sakit, Ny. A membawa ke Puskesmas atau membelikan obat ke apotik jika
anggota keluarganya mengalami sakit seperti demam, flu dan sakit kepala.
d. Sosial
a. Karakteristik tetangga dan komunitas
Daerah yang ditempati keluarga Tn. I mayoritas bersuku minang dan
beragama islam. Jarak rumah Tn. I dengan tetangga berdekatan. Hubungan
antara tetangga berjalan baik dan harmonis, keluarga juga ikut kegiatan RT
dan anak- anak bersosialisasi dengan teman-teman disekitar rumah.
b. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga sudah tinggal dilingkungan komunitas sejak setelah menikah, Ny. A
keluar rumah jika untuk membantu setrika baju dirumah adik iparnya.
Sedangkan anak anaknya keluar rumah jika bermain dan pergi sekolah.
c. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ny . A berinteraksi lebih sering pada siang dan malam hari, dimana
seluruh anggota keluarga berkumpul setelah melakukan aktifitasnya masing
masing. Aktifitas yang biasa dilakukannya adalah menonton TV.
Keluarga Tn. I mengikuti semua kegiatan yang diadakan oleh masyarakat
seperti acara pernikahan, kematian, dan hari besar lainnya. Hubungan
keluarga Tn. I sangat baik, baik dari pihak Tn. I sendiri maupun dari pihak
Ny. A .
d. System pendukung keluarga
Keharmonisan keluarga menjadi pendukung utama keluarga, dukungan dari
keluarga besar jika ada masalah.
e. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga
Ny. A mengatakan pola komunikasi sangat terbuka terhadap Tn. I melalui hp
karena Tn. I bekerja diluar kota dan Tn. I sekali seminggu. Ny. A sehari hari
berkomunikasi menggunakan bahasa minang. Ny. A mengatakan anak
anaknya sangat terbuka dan tidak ada mempunyai masalah komunikasi
dengan An. R An. R sangat patuh terhadap orangtuanya.
Analisa Data
No Data Diagnose keperawatan
1 DS : Gangguan rasa nyaman pada
a. Klien mengata sakit dikaki Ny. A berhubungan dengan
sebalah kiri ketidakmampuan memotifikasi
b. Klien mengatan nyeri saat lingkungan
berjalan
c. Klien mengatakan nyeri di
rasakan tiba-tiba
d. Klien mengatakan nyeri
hilang timbul
e. Klien mengatakan nyeri
apabila makan makan hijau
seperti kangkung
f. Klien mengatakan nyeri
terasa di tusuk-tusuk
DO :
a. Klien tampak meringis saat
berjalan
b. Skala nyeri klien 4
c. Terlihat jempol kaki
sebalah kiri memerah dan
sedikit bengkok
2 DS : Resiko terjadi penyakit saluran
a. Ibu klien mengatakan anak pernapasan pada An.R
suka minum es ketidakmampuan keluarga
b. Ibu klien mengatakan anak merawat
amandel mengatakan
DO :
B. Prioritas masalah
1. gangguan rasa nyaman pada Ny. A berhubungan dengan ketidakmampuan
memotifikasi lingkungan
No Kriteria Skore Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat masalah 3 1 3/3x1 = 1 Masalah
-aktual sudah terjadi
-
2 Kemungkinan 1 2 1/2x 2= 1 Masalah
masalah dapat belum berat
diubah ada
-sebagian keinginan
dari keluarga
untuksembuh
3 Kemungkinan 2 1 2/3x 1= 2/3 Bisa diatasi
masalah dapat apabila
cegah menguragi
-cukup konsumsi
kangkung
dan
4 Menonjolnya 1 1 1/2x1= 1/2 Keluarga
masalah menggap
-tidak segara masalah
tersebut -
tidak terlalu
pnting untuk
di selesaikan
C. Intervensi Keperawatan