Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Seluruh bumi, air dan ruang angkasa lermasuk kekayaan alam yang ler-
kandung didalarnnya, dalam Wilayah Republik Indonesia, sebagai Karunia
Tuhan yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia, penguasaannya ditugaskan
kepada Negara untuk dipergunakan bagi tercapainya sebesar-besar kemakmur-
an rakyat, dalam tata susunan dan tata kehidupan masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Demikianlah dinyatakan dalam pasal 33 ayat
3 Undang-undang Dasar 1945 dan pasall serta pasal2 Undang undang nomor
5 tahun 1960 (UUPA).
Kemakmuran yang adil dan merata tersebut hanya dapat dicapai melalui
pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan, baik yang fisik maupun yang
non-fisik, langsung ataupun tidak langsung, selalu memerlukan tanah untuk
diolah ataupun sebagai wadah kegiatan yang dilakukan. Kebutuhan akan ta-
nah untuk proyek-proyek pembangunan, baik proyek-proyek pemerintah mau-
pun swasta terus meningkat. Sebaliknya tanah yang dapat disediakan makin
terbatas. Dan justru tanah -tanah yang demikian itu umumnya sudah ada pe-
runtukkannya, yang tidak selalu dapat dikonversi untuk digunakan bagi proyek
yang direneanakan. Terutama di Wilayah-wilayah yang padat penduduknya,
tanah-tanah tersebut hampir semuanya merupakan tanah kepunyaan rakyat.
Disampaikan pada Seminar "Penyediaan Tanah uotulc Pembangunan". Fakultas Hukum Uni~
versitas Indonesia. dalam rangka peringatan Dies Natalis Universitas Indonesia ke XLI. Depot,
28 Februari 1990.
April 1990
156 Hukum don Pembangunan
guan dari piha).. ~(' . . allla anggola masyaral..al terscdiu upayu pcnanggulangan-
nya, mL'ialui gugatan pl'rdata oi P~ngadilall. Bahkall dcngan adall) a LJ lluang
Undang nomor 51 Prp lallun 1960 pemegang hak las tanall yang lanalln),a
digunakan pihak lain secara illegal, dapat meminta banluan kepada Ilupa-
tilWalikolamadya yang bersangkulan untuk menyclcsaikannya, lanpa perlu
mc\allii pcngadilan. Tuntutan pi dana dapal jugn dikcnakan pada ol..upan yan~
bcrsangkutan.
Ciang!!uan dari pihak pengua ... a yang tida" ada da ~ al hU"lIllln~a. dapa!
diI<lJlt-'.ulangi ~L'''arallg
ini Illelailli fuga lCiIl pl'ldata bcrdi.l~<tlJ..atl pasar 1.165
Kitab Undang-undallg HuklllLl J\;rUalfi. Dall jika hL'tL'lltuan Hlcngcnai Pc-r-
adilan Tala Usaha Negara sudall berlaku cCfcklif, lelllUn) a llIc1alui badan per-
adilall tcr~C"bll l I~rsedia juga sarana penanggliiallgannya.
Oalalll kOll.\cpsi Hukum Tanall kila yang di ct,,,",,kan pada Hukum Ada!.
~L'!lltla hak atas lanah, sccara lang~u ng at au tida" langsung bcr~lImbL'f pada
H,,~ Bangs". lni berarti, bahwa seliaI' hak ala.' lanah ,erai n bersifal pribadi
(dalam ani membcrikan kewcnangan kcpada pcmcgang ha" yang hcr~allg" ul all
untuk memanfaatkan tanah yang dihaki itu bagi diri dan keluargan)a),
sekaligus juga mengandung unsur kebersamaan (dalam ani, bah",a dalam
jl~manfaatallll ya harus mcmpcrhatikall jug:a k.epcntingan 1I1llillll , kepcntingan
hcr:-.u ma) . Maka dinyatakan dalam pasal6 UUP;\. ba h\\a ~CI1lua hak a13.') la-
nah I1lcmpunyai fllngsi sosia!. Jika ILTjadi p~rl('IlI:mgan antara kcpclltingan
pribadi yang punya tanah dan kepcntingan ber~ama, maka kcpcll1ingan bcr-
samalah yang harus didahulukan. Tetapi, demikian dilegaskan dalam penjclas-
an Umum Undang-undang nomor 20 tahun 1961 tenlang Peneabulan hak alas
lanah dan benda-benda yang ada dialasnya, 1181 ilu lidak bcrarti, bahwa : "
........... kcpcntingan pcmcgang hak bolch diabaikan bcgilu saja ".
Maka jib diperlukan lanah yang suda!! diha ki s<seorang, cara melll -
perolehn)a haru s mclalui kala sepakal antara para pihak yang bersangkutan
menurul kelenluan hukum yang berIaku . Dalam keadaan biasa, lidak holeh
pihak yang mempunyai tanah dipaksa untuk menycrahkannya.
Telapi dalam keadaan yang memak sa, jika jalan musyawarah tidak da-
pal menghasilkan kata-sepakat, untuk kepenlingan umum, Penguasa (dalam
hal ini Pre,idenl Rcpuhlik Indonesia) cJiberi kcwenangan olch hllklllll lInluk
1Ilt:llgamhil tallah yang dipL'r1ukan seema "pnksa ", dalcHn ani tanpa pl.'rsl'llIju-
all yn n ~ t:illlHlIly Hlallah, I1lcla lui apa yang dikenal ; aeara pcncahul ..lIl hak.
Baik d~l l alll ;!L'a r;f PL' lolchnn 1311ah :l1as dasa!" kala w pakat, !ll~\l!pllll d,,
1<1111 ;Jeara pClleahlll<tn hak. kcpada pihak yang Id .dl Illl'Il~ t'la hkall tallahllya
wajib dihL' rikall ill1balall yang layak, hLTupiI uan!!. fa si liw 'I dan.fata u (anah
lain scbagai gantinya! sedcmikian rllpa schingga keadaan so~ial dan k<.:adaall
ckonominya tiduk mcnjadi mUllduf.
Azas ini li.tlllpaknya mcrupakan azas yang uni\'cr:')aJ. Oalam Pcraluran
perllndang-undangan kita mcndapat pcncgasan antara lain dalam Peraturan
Pemerintah nomor 39 tahun 1973, dalam lnstruksi Presiden nom or 9 tahun
1973 dan yang terakhir dalam Kepuillsan Presiden nOll1or 531ahun 1989 tell-
tang Kawasan Industri.
April 1990
158 Hukum dan Pembangullan
Ral-.ym yall g Jimirlla 11lt'Il YL'ralthan (,lIIahll);\ UlHtlk proYL'k -proyd, PCill-
han gullan bcrhak untuk mcmpcrokh pcngayo!llan dari para pl.'jahat PaJllong
(bubn : Pengreh) Praja dan Pamong Dc,a.
\kll!cri Dalam Negeri dalam penga rahannya kepada kepada para Prj"""1 di
NLha Tellggara Bar'H bulan Desember 1989 mencgaskan :
.' .... ,' agar jangan iampai rak ya! yang dipindahkan, jur,;tru hidupn ya Ic-
bill Ill~ndcrita. " dan bah wa :
" ... , .. yang paling penting adalah kl'pcmingall ra"-ya[ sell i ngga
Aspek 159
Dalam Hukum Tanah kita diatur berbagai tata cara dalam memperoleh
tanah. baik untuk kepentingan umum . usaha maupun pribadi. Cara yang mana
yang akan digunakan. tergantung pad a :
a. Status hukum tanah yang perlukan;
b. Status pihak yang memerlukan;
c. Peruntukan tanah yang diperlukan. dan
d. Ada atau tidak adanya kesediaan yang empunya tanah untuk menyerahkan
tanah yang bersangkutan.
Tanah yang tersedia bisa berstatus tanah negara. tanah ulayat masyarakat
hukum adat atau apa yang disebut "tanah hak". yaitu tanah yang sudah dihaki
dengan salah satu hak atas tanah yang disebut diatas .
Status yang memerlukan tanah menentukan juga cara yang akan di guna-
kan. karena bagi tiar hak atas tanah ditentukan syarat-syaratnya yang harus
dipenuhi oleh subyek (pemegang) haknya. Instansi Pemerintah misalnya. hanya
dimungkinkan menguasai tanah dengan hak pakai atau hak pengelolaan. Ta-
nah hanya dapat dipunyai oleh suatu Perseroan Terbatas dengan hak guna
usaha. hak guna bangunan atau hak pakai.
Berbagai tata cara dalam memperoleh tanah tersebut disusun dalam sua-
tu SISTEM sebagai berikut :
April 1990
160 Hukum dan Pembangunon
a. Jika tanah yang diperlukan bersetatus tanah negara, maka harus digunakan
apa yang dikenal sebagai acata permobonan dan pemberian hak alas tanah;
b. Jika tanah yang tersedia berstatus tanah ulayat, maka acaranya adalah
meminta kesediaan kesediaan Penguasa masyarakat hukum adat yang ber-
sangkutan untuk melepaskan hak ula~' atn)'a, dengan pemberian gant i-rugi
mengenai tanam tumbuh rak yat ya ng aua diatasnya. Tanah tersebut
kemudian dimohonkan hak at., tanah ya ng sesuai dengan status pihak
yang akan menggunakan dan pel'uniUkannya, melalu i acara per mohon-
an/pemberian hak tersebut diatas.
c. Jika tanah yang bersangkutan berstatus tanab hak, maka acara yang mana
yang akan digunakan, tergantung pada ada atau tidak adanya kesediaan
ya ng empunya tanah untuk menyerahkan kepada yang memerlukan :
c.l. Jika ada kesediaan untuk men)crahkannya dengan sukarela, maka
ditempuh :
c.I . I. acara pemindahan hak, melalui jual beli, tukar menukar atau
hibah, yaitu jika yang memerlukan memenuhi syarat sebagai
subyek hak tanah yang dipindahkan itu;
c.I.2. acara pembebasan tanah, diikuti dengan permohonan hak ba-
ru sesuai , yailu jika pihak ya ng memerlukan tidak memenuhi
syarat sebagai subyek hak semula menentukan status tanah
tersebut.
c.2. Jika yang empunya tanah tidak bersedia untuk menyerahkannya
dengan sukarela, jika syarat-syaralnya dipenuhi, dapat ditempuh aeara
peneabutan hak , sebagai cara pengambilan tanah secara paksa.
Yall f dilll<tl,ud"an d l' Jl ~a !l " p<:mhl'ba~an lanah " (atnu " lH.' mbd1 a\C\ n
ha~ ") adalah J'l',bu ill ,1Il huhUllJ ~al1g hl'r upa llJt'icpaskall hubuligan hukufIl
yang sC lllula ada ,lll1ara pClllcgang hal.. alas tanah dan lUDa ll ya ng diperlu
1..<111, dcngan pt.:mhcrian imbalan dalam hcntuk uang, fasilitas atau lainnya .
IlH.'lalui IlHl ') i.l\\ arah until" ll\CJll'apai J.. ata !'.cpakat antara yangcmpunya tallah
dan pillah yallg 1lll'llllTluk.anllya . llit ll,:l;::n pcrhtJdt<.ln hukum d::tn wujud fisi),,
fl Y;l adalah ., a m(1 (.!c ngan pcrhuala n hU~ lII l1 pcm indahan ha~ ! Yll illl bah \\<J
ullluk hl'd lla duallya dipcrluk a ll pCI .'"'lujlJal1 l ' lT ~a llla para pillal, Ikdan)rt
adalah, h a hwa daJam aeala p l:mhl' ha sall tanah, ucngan dikpa ~ l a Jlnya hah
ala' lanah oleh yang empunya, tanah yang bersangkutan berubah sialu snya
Illl'njadi lanah ncgarn. UTltuk kCllludian d imint a olch ya ng Illclakukan pem-
hebi.\<,an dl'llgnll lJal haru <'c ) uai.
J...:art'lla alli\ila'>Jlya ualallg dari ya ng Illl'mcrlul3n, maka acara ini dilenal
umum sebagai acara pembtbasan ta nah. Tctapi di1ihal dari apa yang dilakukan
oleh yang empunya lanah, perbuatan hukumn ya adalah melepaskan hak, yang
antara lain disebul dalam pasal 27, pasal 34, dan pasal40 U UPA . Sebagai-
mana halnya pebualan hukum pemindahan hak (dijual beli, lukar-menukar,
hihnh) hukum m.ltrill yang mcn~ a lu r pembebasan tanah adalah lIukum Per-
janjian, ya ng tcrlllasul Hululll Peruata . .Iuga jika yang memerlukan lanah
~ ualll Inslansi Pc-mel inlah, In i beral Ii, bahwa bagi sahn ya perbuatan hukum
yang bcrsangkulan bcrlaku antara lain ~)'aral-syarat yang ditcntukan dalam
Hukum Perjanjian (pasa11320 dan selanjutnya kitab Undang-undang Hukum
Perdata Indonesia). Hak-hak dan kewajiban para pihak, termasuk perlin dung-
an hukum yang tersedia bagi mereka masing-masing diaty r dalam Hukum
Perjanjian.
Adapun lata raranY8 di al ur dalam bcrbagai Pcraluran Mcmeri Dalam Negeri.
PencabUlan hak adalah cara pengambilan tanah rakyal secara paksa demi
kepentingan umum, dalam kcadaan yang memaksa. kalau dalam acara pe-
mindahan hak dan pembebasan lanah kedudukan hukum para pemilik tanah
dan pihak yang mcmerlukan sederajat, tidak demikian halnya dalam acara
pencabulan hak. Dalam acara ini pemilik tanah berhadapan dengan Penguasa.
Dalam acara pencabulan hak tidak diperlukan persetujuan yang empunya
tanah. Penguasa, dalam keadaan biasa Presiden Republik Indonesia dan dalam
April J 990
162 Hukum dan Pembangunan
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 15/ 1975 diatur tata cara
pembebasan tanah untuk proyek-proyek Pemerintah/pemerinrah Daerah, be-
rupa instruksi/petunjuk mengenai apa yang harus dilakukan oleh instansi yang
memerlukan tanah dan Pejabat-pejabat yang berwenang dibidang pertanahan.
Instansi yang memerlukan tanah , pertama-tama harus mengajukan per-
mohonan ijin pembebasan tanah kepada Gubernur/ Kepala Daerah, dengan
mengemukakan maksud dan tujuan penggunaan tanahnya. Permohonan ter-
sebut harus disertai berbagai keterangan yang diperlukan, termasuk pernyataan
kesediaan untuk memberikan ganti-rugi atau fasilitas lain kepada yang empu-
nya tanah. (pasal. 4).
Setelah menerima permohonan tersebut Gubernur harus segera menerus-
kannya kepada apa yang dikenal dengan nama Panitia Pembebasan Tanah.
PPT adalah suatu panitya yang dibentuk oleh Gubernur untuk tiap Kabupa-
ten/Kotamadya. PPT terdiri atas 7 omg anggota, diketuai oleh Kepala Kantor
Pertanahan yang bersangkutan. Semua anggotanya adalah Pejabat Pemerin-
tah, termasuk Kepala Desa/Lurah dan Pejabat dari Instansi yang memerlukan
tanah. (pasal 2 dan 7).
Aspek 163
Dalarn hal terjadi penolakan, ada ketentuan penting dalarn pasaiS. PPT
diberi kemungkinan untuk tetap kepada putusannya atau meneruskan
penolakan tersebut kepada Gubenur untuk diputuskan
Instruksi yang diberikan kepada Gubernur dalam menghadapi situasi yang
> demikian itu adalah, agar "setelah"mempertimbangkan hari segala segi dapat
merigarnbil keputusan yang bersifat mengukuhkan putusan Panitia Pembebas-
an Tanah atau menentukan lain, yang ujudnya mencari jalan tengah yang dapat
diterima oleh keuda belah pihak."
Dalarn pasa! 8 tersebut tidak terdapat ketentuan apakah para pihak mem-
punyai kemungkinan untuk menolak keputl!san Gubernur itu. Dan kalau ke-
putusan tersebut merupakan keputusan yang final, tidak terdapat ketentuan
mengenai kemungkinan banding. Masalah ini akan dibahas kemudian.
Apra 1990
164 Hukum dan Pembangunan
Pencabutan hak harus disertai pemberian ganti-rugi yang layak dann da-
lam hal-hal tertentu juga penampungan bagi mereka yang perlu pindah. Besar-
nya dan bentuknya ganti-rugi tersebut juga ditetapkan oleh Presiden. Terhadap
penetapan ganti-rugi tersebut dimungkinkan banding kepada Pengadilan
Tinggi (PP 39/1973).
Tanah yang bersangkutan baru ~leh dikuasi dan digunakan, s etelah ada
surat keputusan pencabutan hak dari Presiden dan dilakukan pembayaran
ganti-rugi yang ditetapkan, Dan jika ada kewajiban menyediakan penampung-
an, setelah selesai dilaksnakan penampungan tersebut.
Aspek 165
c. Aada jaminan pemberian ganti-rugi yang layak dan ada pula jaminan
penampungan bagi mereka yang perlu pindab. Pembayaran ganti-rugi ha-
rus dilakukan secara tunai dan dibayarkan langsung kepada yang berhak,
dihadapan beberapa orang saksi. (pasal 2,3,5 dan Penjelasan Umum UU
20/1961).
d. Seperti telab dikemukakan diatas keputusan Presiden mengenai bentuk dan
besarnya ganti-(ugi masih bisa dimintakan banding Pengadilan Tinggi.
Pengadilan Bentuk besarnya ganti-rugi yang ditetapkan pengadilan Ting-
gi mempunyai daya kekuatan mengikat semua pihak (pasal8 UU 20/1961
dan PP 39/1973).
April 1990
166 Hukum dan Pembongunan
e. Jika seperti yang telah dikemukakan diatas, maka tanah yang bersangkutan
baru boleh diambil dan dipergunakan, setelah ada Surat keputusan Presi-
den dan selesai dilakukan pembayaran ganti-ruginya.
h. Akhirnya ada ketentuan dalam pasal II, bahwa jika tanah yang haknya
sudah dicabut kemudian tidak dipergunakan sesuai dengan peruntukan
yang semula direncanakan, yang memungkinkan dilakukannya pencabutan
hak tersebut, maka mereka yang semula memilikinya diberi prioritas untuk
mendapatkannya kembali.
April 1990
Aspek 167
Tetapi kita semua ketahui, bahwa ada faktor-faktor lain yang lebih domi-
nan, yang mempengaruhi sikap pemilik tanah dalam menghadapi pihak yang
memerlukan tanahnya. Perbedaan dalam kedudukan sosial, ekonomi, kurang
atau tidak adanya pengetahuan mengenai hukum yang berlaku, keberanian
dalam mengemukakan sikap kepada Pejabat yang berwenang, merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi beroperasinya hukum sebagai yang kita
harapkan.
Dalam hubungan itu tampak adanya persepsi yang keliru mengenai fungsi
kan hakekat Peraturan Menteri Dalam Negeri 15/1975 . Dari praktek pelak-
sanaan pembebasan tanah timbul atau sengaja ditimbulkan kesan, seakan-
akan segala hal mengenai pembebasan tanah hukumnya harus ditemukan di
dalam peraturan Menteri tersebut. Bahwa Peraturan itu mempunyai kekua-
tan berlaku umum dan memberikan kewenangan kepada Gubenur, bahkan
kepada Panitia Pembebasan Tanah untuk mengambil keputusan-keputusan
April 1990
168 Hukum dan Pembangunan
Hal itulah yang maksudkan sebagai perwujudan jpersepsi yang keliru men-
genai fungsi hakikat Peraturan Menteri DaJam Negeri nomor 15 tahun 1975.
Hal itulah yang kami maksudkan sebagai perwujudan persepsi yang keliru
mengenai fungsi hakikat Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 15 tahun
1975.
April 1990
170 - Hukum dan Pembangunan .
, ,
. .' ,
, ,
,
Kebohongsn yang tertutis dengan tinta talbn dapat menyembuyikan
kebenaran yang di/ukis ,dengan danh.
- Lu Xun