Vous êtes sur la page 1sur 60

LAPORAN UJIAN

DEPARTEMEN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. K DENGAN HIPERTENSI


DI WISMA CEMPAKA UPT PANTI SOSIAL LANJUT USIA
KABUPATEN JEMBER

Oleh:
Erda Riyadi A, S. Kep
15.0103.1034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
MARET 2016
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. K Dengan Hipertensi Di Wisma Cempaka UPT Panti
Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember telah dilaksanakan pada tanggal 15-17 Maret 2016 Oleh:
Nama : Erda Riyadi Apriawan
NIM : 15 01031034

Jember , 17 Maret 2016

Mengetahui,
Penguji Ujian Dapertemen Gerontik

Ns. Susi Wahyuning Asih., S.Kep., M.Kep


NIDN 0720097502

PJMK Dapertemn Gerontik

Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep.,M.Kep


NIDN 0724128403
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta ridhoNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ujian departemen keperawatan gerontik dengan
judul asuhan keperawatan pada klien Tn. K dengan hipertensi di Wisma Cempaka UPT Panti
Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember.
Penulisan laporan ini sebagai tugas akhir bagi mahasiswa Departemen Keperawatan
gerontik Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.
Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan kepada penulis hingga penyusunan laporan ini selesai, kepada yang saya hormati:
1. Ns. Susi Wahyuning Asih., S. Kep., M.Kep selaku pembimbing akademik dan penguji I ujian
Departemen Keperawatan Gerontik Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.
2. Ns. Sofia Rhosma Dewi, S.Kep.,M.Kep selaku PJMK Departemen keperawatan Gerontik
Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.
3. Pasien Wisma Cempaka UPT Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember yang bersedia
menjadi responden dalam laporan kasus ini.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberi berkah kepada semua pihak yang telah
membantu dan menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Amiin.

Jember , 17 Maret 2016


Penulis,

Erda Riyadi A., S.Kep


NIM. 15 0103 1034

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .... 1
HALAMAN PENGESAHAN...... 2
KATA PENGANTAR . 3
DAFTAR ISI ............ 4
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .. 5
B. Tujuan . 6
BAB 2. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1. Definisi......... 7
2. Etiologi......... 7
3. Patofisiologi dan Pathway 7
4. Manifestasi Klinis. 10
5. Derajat Dehidrasi.. 10
6. Komplikasi 11
7. Pemeriksaan Penunjang 12
8. Pengobatan.... 13
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengakajian 17
2. Diagnosis Keperawatan . 18
3. Perencanaan dan Kriteria Hasil . 19
BAB 3. LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ... 27
B. Analisa Data 33
C. Pathway Kasus 35
D. Diagnosa .......................... 34
E. Perencanaan . 34
F. Implementasi 39
G. Evaluasi ... 44
BAB 4. PEMBAHASAN .. 51
BAB 5. PENUTUP
A. Kesimpulan .. 58
B. Saran ........ 58
DAFTAR PUSTAKA .. 60

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua
merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya ,
yaitu anak, dewasa, dan tua. Proses menua bukanlah suatu penyakit. Lambat atau cepatnya
proses menua tersebut tergantung pada setiap individu yang bersangkutan (Nugroho, 2008).
Menua selanjutnya disebut lanjut usia menurut Undang-Undang RI NO 13 Tahun 1993 dan
WHO disebut sebagai penduduk lanjut usia (Lansia) adalah mereka yang berusia 60 tahun
(Nugroho, 2008).

Proses menua diartikan sebagai proses biologi yang dicirikan dengan evolusi yang progresif
dapat diprediksi dan tidak dapat dihindari disertai dengan maturasi hingga pada suatu fase
akhir kehidupan yang disebut kematian (William, 2006). Proses menua yang terjadi pada
lanjut usia secara linier dapat digambarkan melalui empat tahap yaitu, kelemahan
(impairment), keterbatasan fungsional (functional limitation), ketidakmampuan (disability),
dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran
(Bondan, 2005).

Salah satu kemunduran fisik lansia yang sering terjadi adalah kemunduran sistem
kardiovaskuler. Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% per tahun, berkurangnya curah jantung, berkurangnya denyut jantung
terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meningkat
akibat resistensi pembuluh darah perifer (Mubarak, 2006).

Sekitar 60% lansia akan mengalami peningkatan tekanan darah setelah berusia 75 tahun
(Nugroho, 2008). Kontrol tekanan darah yang ketat pada lansia berhubungan dengan
pencegahan terjadinya peningkatan tekanan darah yang tak terkendali dan beberapa penyakit
lainnya, misalnya diabetes melitus, serangan stroke, infark miokard, dan penyakit vaskular
perifer.
Pada lansia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, penurunan denyut jantung,
penurunan terhadap toleransi latihan, dan penurunan kapasitas aerobik. Dengan melakukan
olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional
tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa latihan /olah raga seperti
senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti peningkatan tekanan
darah, diabetes mellitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan (Darmojo, 2004).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik di harapkan mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami masalah kesehatan.
2. Tujuan khusus
Setelah menyelesaikan pengalaman belajar klinik di harapkan mampu:
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi oleh
lanisa.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan yang di hadapi
oleh lansia.
c. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah di susun.
e. Memodifikasi rencana yang telah di susun agar dapat di laksanakan oleh lansia sesuai
dengan kemampuan lansia.
f. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan.

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada
seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya (Fatimah, 2010). Oleh karena itu,
kesehatan manusia lanjut perlu mendapatkan perhatian kusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (UU
Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1).

Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia 55 tahun
keatas. Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Menurut UU No. 13/ Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan
bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi,
2014).

2. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut (Dewi, 2014):
a. Berusia lebih dari 60 tahun.
b. Kebutuhan dan masalah yang berfariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

3. Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam dkk (2008) lansia diklasifikasikan menjadi lima, yaitu:
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi:
Sesorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/ jasa (Depkes RI, 2003).
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

4. Teori Menua (Dewi, 2014)


a. Teori biologi
1) Teori genetik
Teori genetic ini menyebutkan bahwa manusia dan hean terlahir dengan progam
genetic yang mengatur proses menua selama rentang hidupnya.setiap spesies di
dalam inti selnya memiliki suatu jam genetic/jam biologis sendiri dan setiap proses
mempunyai batas usia yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi
tertentu sehingga bila jam ini berhenti berputar maka ia akan mati.
2) Wear and teartheory (pemakaian dan perusakan)
Prose menua terjadi akibat kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel tubuh
menjadi lelah dan tidak mampu meremajakan fungsinya. Proses menua merupakan
suatu proses fisiologis
3) Teori nutrisi
Prose meua dan kualitas proses menua di pengaruhi intake nutrisi seseorang
sepanjang hidupnya. Semakin lama seseorang mengkonsumsi makanan bergizi
dalam rentang hidupnya, maka ia akan hidup lebih lama dengan sehat

4) Teori mutasi somatic


Mutasi somatic dipengaruhi lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses
transkripsi DNA dan RNA serta trabslasi RNA protein/enzim yang secara terus
menerus
5) Toeri stress
Proses menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh
6) Slow immunology theory
System imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
kedalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh
7) Teori radikal bebas
Radikal bebas menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi
8) Teori rantai silang

b. Teori psikologis
1) Teori kebutuhan dasar manusia
Menurut hierarki maslow tentang kebutuhan dasar manusia. Setiap manusia
memiliki kebutuhan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya itu. Dalam
pemenuhan kebutuhannya, setiap individu memiliki prioritas. Seseorang individu
akan berusaha memenuhi kebutuhan di piramida lebih atas ketika kebutuhan
ditingkat piramida dibawahnya telah terpenuhi. Kebutuhan pada piramida tertinggi
adalah aktualisasi diri. Ketika individu mengalami proses menua, ia akan berusaha
memenuhi kebutuhan dipiramida tertinggi yaitu aktualisasi diri
2) Teori individualisme jung
Menurut teori ini kepribadian seseorang tidak hanya berorientasi pada dunia luar
namun juga pengalaman pribadi
3) Teori pusat kehidupan manusia
a) Masa anak-anak belum memiliki tujuan yang realistic
b) Remaja dan dewasa muda, muali memiliki konsep tujuan hidup yang spesifik
c) Dewasa tengah, mulai memiliki tujuan hidup yang lebih kongkrit dan berusaha
untuk mewujudkannya
d) Usia pertengahan melihat kebelakang mengevaluasi tujuan yang dicapai
e) Lansia saatnya berhenti untuk melakukan pencapaian tujuan hidup
4) Teori tugas perkembangan (integrity versus despair)
a) Meiliki integritas ego
Mampu menyesuaikan dan mengatur proses menua yang dialaminya
b) Tidak memiliki integritas ego
Dengan kata lain keputusasaan, marah, depresi, tidak adekuat
c. Teori sosiologi
1) Teori interaaksi social
Terjadi penuruna kekuasaan dan prestice sehingga onteraksi soaial mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk
mengikuti perintah
2) Teori penarikan diri
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seseorang lansia secara perlahan-ahan menarik diri dari pergaulan disekitarnya
3) Teori aktivitas (activity theory
Penuaan yang sukses yaitu lansia mampu merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas dan mempertahankannya
4) teori berkesinambungan
setiap orang pasti berubah menjadi lebih tua namun kepribadian dasar dan pola
perilaku tidak akan mengalami perubahan
5) Subculture theory
Lansia memiliki norma dan standar budaya sendiri

5. Perubahan Fisik, Psikologis, Spiritual Dan Social Secara Umum


a. Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua system organ tubuh diantaranya
system pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, system pengaturan
temperature tubuh, system respirasi muskuloskeletas, gastrointestinal, genetalia,
endokrin dan integument

b. Peruahan psikologis
Pertam-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa, kesehatan umum tingkat
pendidikan, keturunan, lingkungan, gangguan saraf panca indera, timbul kebutuhan
dan ketulian, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan, rangkaian dari kehilangan
(temman/family), hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik
c. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terinterasi dalam kehidupannya
d. Perubahan social
Lansia akan malu dan tidak berdaya ketika akan melakukan sosialisai terhadap
lingkungan sekitarnya dibandingkan ketika masih muda dulu

6. Perubahan Sistem Organ Tubuh Pada Lansia


Perubahan organ akibat proses menua dijelaskan sesuai sistem organ tubuh (Dewi, 2014).
a. Sistem Cardiovaskular
Sistem kardiovaskuler mengalami penurunan efisiensi sejalan dengan proses menua.
Namun, karena kebutuhan oksigen lansia saat beristirahat ataupun beraktifitas lebih
sedikit, banyak lansia yang mampu mengkompensasi perubahan pada sistem ini.
b. Sistem Pernafasan
Proses menua memberikan pengaruh minimal terhadap fungsi respirasi. Perubahan
fungsi respirasi akibat proses menua terjadi secara bertahap sehingga umumnya lansia
sudah dapat mengkompensasi perubahan yang terjadi.
c. Sistem Muskulokeletal
Sebagian Lansia mengalami perubahan postur, penurunan rentang gerak, dan gerakan
yang melambat. Perubahan ini merupakan contoh dari banyaknya karakteristik normal
lansia yng berhubungan dengan proses menua.
1) Struktur Tulang
Penurunan struktur tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah.
Columna vertebralis mengalami kompresi sehigga menyebabkan penurunan tinggi
badan.

2) Kekuatan Otot
Regenerasi jaringan otot berjalan lambat dan masa otot berkurang. Otot lengan
dan betis mengecil dan bergelambir. Seiring dengan aktifitas otot kehilangan
fleksibilitas dan ketahanannya.
3) Sendi
Keterbatasan rentang gerak. Kartilago menipis sehingga menjadi kaku, nyeri, dan
mengalami inflamasi.
d. Sistem integument
Perubahan yang terjadi pada rambut dan kulit barangkali merupakan perubahan yanag
menjadi simbol terjadinya proses penuaan. Kulit keriput, terbentuknya age spot,
rambut beruban, dan kebotakan merupakan tanda seseorang telah berubah mejadi tua.
e. Sistem Gastrointestinal
Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal, meskipun bukan kondisi yang
mengancam nyawa, namun tetap menjadi perhatian utama bagi para lansia.
f. Sistem Genitourinaria
g. Perubahan sistem genitourinaria mempengaruhi fungsi dasar tubuh dalam BAK dan
penampilan seksual. Kepercayaan yang dipegang masyarakat bahwa masalah pada
sistem genitourinaria merupakan hal yang wajar seiring pertambahan usia.akibatnya
ketika terjadi masalah pada sistem ini lanjut usia terlambat mencari pertolongan.
h. Perubahan Sistem Persarafan
i. Perubahan pada sistem saraf mempengaruhi semua sistem tubuh termasuk sistem
vaskuler, mobilitas, koordinasi, aktivitas visual dan kemampuan kognitif.
j. Sistem sensori
Sistem sensori seperti pengelihatan, peraba, penciuman, dan perasa memfasilitasi
kounikasi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Penurunan fungsi organ sensori
mempengaruhi kemampuan dan kualitas hidup lansia.

7. Masalah Yang Dialami Lansia


a. Permasalahn berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia
Berkaitan dengan factor ekonomi, kesehatan, maupun gizi

b. Masalah kesehatan utama


Peningkatan kesehatan lansia sangat minim dan maslah utama dari kesehatan tersebut
adalah perhatian dari berbagai pihak yang sangat minim.
c. Peningkatan stressor
Peningkatan stressor pada lansia sangatlah berat. Hal ini dikarenakan masalah yang
dihadpi dan kondisi lansia yang berbeda
d. Respon obat
Respon obat pada lansia sangat lambat karena lansia mengalami degenerasi perubahan
se-sel tubuh terhadap dirinya
e. Respon power syndrome
Adalah keadaan maladjustment dari seseorang yang mempunai kedudukan dari ada
menjadi tidak ada dan menunjukkan gejal-gejala diantaranya: frustasi depresi dan
lainnya pada orang yang bersangkutan.

8. Asuhan keperawatan pada lansia


a. Data dasar pengakajian
1) Aktivitas dan istirahat
Pada pola aktivitas dan istirahat didapatkan data tanda malaise, keterbatasan
rentang gerak sendi, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot
2) Kardiovaskuler
Gejala yang Nampak pada system kardiovaskuler adalah pucat, sianosis, kemerahan
pada jari sebelum warna kembali normal
3) Makanan dan cairan
Gejala yang Nampak, ketidakmampuan mengkonsumsi makanan dan cairan secara
adekuat, mual, anoreksia. Tanda adnya kesulitan untuk mengunyah, penurunan BB,
kekeringan pada mukosa
4) Hygiene
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi, ketergantungan
pada oaring lain
5) Neurosensory
Merasakan kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensai pada jari tanan
6) Nyeri
Gejala pada fase akut nyeri mungkin tidak disertai pembengkakan jaringan lunak
pada sendi. Pada nyeri kronis disertai ekauan sendi terutama pada pagi hari
7) Keamanan
Pada kulit Nampak mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, demam ringan
menetap dan kekeringan mukosa dan pada mata
8) Interaksi soial
Terjadi perubahan interaksi social dengan keluarga orang lain, perubahan peran dan
isolasi
9) Pemeriksaan diagnosik
LED umumnya meningkat pesar (80-100 mm/h)
Protein c-reaktif: positif selama masa eksaserbasi
b. Diagnose dan intervensi
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan ybd nutrisi kurang adekuat akibat
anoreksia
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat
KH:menunjukkan peningkatan BB
Intervensi:
a) Buat tujuan BB ideal dan kebutuhan nutrisi harian yang adekuat
R/ nutrisi yang adekuat menghindari adnya malnutrisi
b) Timbang setiap minggu
R/ deteksi dini perunahan BB dan masukan nutrisi
c) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
R/ dengan pemahan yang benar aka memotivasi klien untuk masukan
nutrisinya
d) Ajarkan individu menggunakan penyedaprasa
Aroma yan enak akan membangkitkan selera makan
2) Risiko cidera ybd penurunan fungsi tubuh, nyeri dan lingkungan yang kurang baik
Tujuan: klien akan memperlihatan kemampuan terhindar dari tanda-tanda infeksi
KH: tanda peradangan tidak ditemukan, panas bengkak, nyeri, merah, gangguan
fungsi
Intervensi:
a) Kaji tanda-tanda radang umum secara teratur
R/ mendeteksi dini untuk mencegah terjadinya radang
b) Ajarkan tentang perlunya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
R/ mencegah terjadinya akibat lingkungan dan kebersihan diri yang kurang
sehat
c) Tingkatkan kemampuan supan tktp
R/ meningkatkan kadar protein dalam tubuh sehingga meningkatkan
kemampuan kekebalan dalam tubuh
d) Perhatikan penggunaan obat-obatan jangka panjang
R/ menurunkan resiko terjadinya infeksi
3) Risiko tinggi infeksi ybd penurunan asupan kalori dan protein
Tujuan: tidak terjadi cedera setelah diberikan keperawatan
KH: nyeri berkurang dan dapat berjalan
a) Anjurkan klien menggunakan alat bantu berjalan
R/ tongkat dapat menjadi media yang dapat menahan beban agar tidak jatuh
b) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas pada pencahayaan yang baik
R/ agar terhindar dari bahaya dan cidera
c) Jelaskan tentang factor yang mempengaruhi risiko cidera
R/ agar klien dapat mengerti dan mengenal factor-faktor risiko cidera dan dapat
beraktifitas dengan hati-hati
d) Anjurkan keluarga untuk membantu klien ke kamar mandi
R/agar klien tidak jatuh
e) Pantau dan control keadaan lingkungan tempat tinggal klien
R/ keadaan lingkungan tempat tinggal yang tidak memenuhi ayarat dapat
berisiko terjadi cedera
9. Pohan masalah
Lansia

Perubahan Penuruna daya ingat Perubahan Perubahan cara


biologis/fisik social hidup (PSTW

Tingkat pendidikan Sumber keuangan


Penurunan rendah Perubahan
menurun
aktifitas psikologis

Fungsi intelektual Membahagi Menarik


Penurunan fungsi Fungsi social akan diri dari sosial
sendi, otot, menurun, sendiri
pendengaran, kehilangan hub.
penglihatan Dimensia Family

Penurunan Perasaan sedih Mudah Depresi


kejiwaan marah/tersinggu
ng
Merasa kurang
Takut
diperhatikan
(ansietas

Perasaan tak tenang Gangguan istirahat / tidur


B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg
untuk usia diatas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal
sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg
dapat diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah normal, tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikatagorikan sebagai
primer atau esensial (hampir 90% dari semua kasus) dan hipertensi sekunder terjadi
sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki
(Joint National Commite On Prevention, Detection, Evaluation and treatment of high
Blood Prelssure VI / JNC VI, 2001).
Hipertensi dapat diartikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darahnya
diatas 140/90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistoliknya
160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 2002).
Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung,
serangan jantung, dan kerusakan ginjal (faqih, 2006).
Berdasarkan dari definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik lebih dari
140/90 mmHg, dimana sudah dilakukan pengukuran tekanan darah minimal dua kali
untuk memastikan keadaan tersebut serta hipertensi dapat menimbulakan resiko
terhadap penyakit stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

2. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
a. Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education Program merupakan
sebuah organisasi yang terdiri dari 46 professionalm sukarelawan, dan agen federal.
Mereka mencanangkan klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh 33
ahli hipertensi nasional Amerika Serikat (Sani, 2008).

Tabel 1
Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on Prevention, Detection,
Evaluatin, and Treatment of High Blood Pressure)

Kategori Kategori Tekanan dan/ Tekanan


Tekanan Darah Tekanan Darah Darah Sistol atau Darah Diastol
menurut JNC 7 menurut JNC 6 (mmHg) (mmHg)
Normal Optimal < 120 Dan < 80
Pra-Hipertensi 120-139 Atau 80-89
- Nornal < 130 Dan < 85
- Normal-Tinggi 130-139 Atau 85-89
Hipertensi: Hipertensi:
Tahap 1 Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Tahap 2 - 160 Atau 100
- Tahap 2 160-179 Atau 100-109
Tahap 3 180 Atau 110

Data terbaru menunjukkan bahwa nilai tekanan darah yang sebelumnya


dipertimbangkan normal ternyata menyebabkan peningkatan resiko komplikasi
kardiovaskuler. Data ini mendorong pembuatan klasifikasi baru yang disebut pra
hipertensi (Sani, 2008).

b. Klasifikasi Menurut WHO (World Health Organization)


WHO dan International Society of Hypertension Working Group (ISHWG) telah
mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-tinggi,
hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).

Tabel 2
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistol (mmHg) Diatol (mmHg)
Optimal
Normal < 120 < 80
Normal-Tinggi < 130 < 85
130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) 180 110
Hipertensi sistol terisolasi 140 < 90
(Isolated systolic hypertension)
Sub-group: perbatasan 140-149 <90
c. Klasifikasi menurut International Society on Hypertension in Blcks (ISHIB)
(Douglas JG, 2003)
Klasifikasi yang dibuat oleh ISHIB adalah:
1) Jika tekanan darah sistol dan diastole pasien termasuk ke dalam dua kategori
yang berbeda, maka klasifikasi yang dipilih adalah berdasarkan kategori yang
lebih tinggi.
2) Diagnosa hipertensi pada dasarnya adalah rata-rata dari dua kali atau lebih
pengukuran yang diambil pada setiap kunjunga.
3) Hipertensi sistol terisolasi dikelompokkan pada hipertensi tingkat 1 sampai 3
berdasarkan tekanan darah sistol ( 140 mmHg) dan diastole ( < 90 mmHg).
4) Peningkatan tekanan darah yang melebihi target bersifat kritis karena setiap
peningkatan tekanan darah menyebabkan resiko kejadian kardiovaskuler.

Tabel 5
Klasifikasi Hipertensi Menurut ISHIB

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 dan < 80


Normal < 130 dan/atau < 85
Normal-Tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Tahap 3 180 dan/atau 110
Hipertensi Sistol 140 dan < 90
terisolasi

d. Klasifikasi berdasarkan hasil konsesus Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Sani,


2008).
Pada pertemuan ilmiah Nasional pertama perhimpunan hipertensi Indonesia 13-
14 Januari 2007 di Jakarta, telah diluncurkan suatu konsensus mengenai pedoman
penanganan hipertensi di Indonesia yang ditujukan bagi mereka yang melayani
masyarakat umum:
1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan
ditujukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan diambil
dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan data penelitian
hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan meliputi jumlah penderita
yang banyak masih jarang.
2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik
dan diastolik dengan merujuk hasil JNC dan WHO.
3) Penentuan stratifikasi resiko hipertensi dilakukan berdasarkan tingginya
tekanan darah, adanya faktor resiko lain, kerusakan organ target dan penyakit
penyerta tertentu.

Tabel 6
Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Kategori Tekanan Darah dan/atau Tekanan Darah
Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Tahap 2 160-179 Atau 100
Hipertensi Sistol 140 Dan <90
terisolasi

e. Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya


dibagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder:
1) Hipertensi primer
Penyebab hipertensi primer adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik bersifat poligenik dan terlihat adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan hipertensi yakni, makan garam/natrium berlebihan, stress
psikis,dan obesitas.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dll.

f. Klasifikasi hipertensi menurut gejala


dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi Benigna dan hipertensi Maligna.
Hipertensi Benigna adalah keadaan hipertensi yang tidak menimbulkan gejala-
gejala, biasanya ditemukan pada saat penderita dicek up. Hipertensi Maligna
adalah keadaan hipertensi yang membahayakan biasanya disertai dengan keadaan
kegawatan yang merupakan akibat komplikasi organ-organ seperti otak, jantung
dan ginjal.

3. Penyebab
a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol
1) Umur
Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar
risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko
terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi
lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi
yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun.38
Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya dan tekanan darah seiring
bertambahnya usia, kebanyakan orang hipertensinya meningkat ketika
berumur lima puluhan dan enampuluhan. Dengan bertambahnya umur, risiko
terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala
usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih.
Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat dengan
bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami pada jantung,
pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-
faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka
yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera
Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di
Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Ahli lain
mengatakan pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita
dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.38
Sedangkan menurut Arif Mansjoer, dkk, pria dan wanita menapouse
mempunyai pengaruh yang sama untuk terjadinya hipertensi. Menurut MN.
Bustan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria,
hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita.

3) Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai
hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang
menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena
hipertensi terutama pada hipertensi primer. Keluarga yang memiliki
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.
4) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50
tahun akan timbul tanda dan gejala.

b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol


1)Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari
lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap
perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih
rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia
beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok,
yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh
darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah
segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru
dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah
mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang
saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.
Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah
berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan
menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun
pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang
hari.
2)Konsumsi Asin/Garam
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam
dengan hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada
mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi
melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah.
Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam
sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada
faktor lain yang berpengaruh. Reaksi orang terhadap natrium berbeda-beda.
Pada beberapa orang, baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi,
walaupun mereka mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap
tekanan darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain,
terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu
terjadinya hipertensi. Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam
patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku
bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3
gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan
jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi
melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik
cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang
ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-
8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi. Konsumsi garam yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau
2400 mg/hari. Asupan natrium akan meningkat menyebabkan tubuh
meretensi cairan yang meningkatkan volume darah.

3)Konsumsi Lemak Jenuh


Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah.
4)Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk
menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak.
5)Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum
diketahui secara pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu sering atau
yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu
yang tidak minum atau minum sedikit. Menurut Ali Khomsan konsumsi
alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10 % kasus
hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol.31 Mekanisme peningkatan
tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan
kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan
darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.
6)Obesitas
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi.
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Obesitas erat kaitannya dengan
kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak.
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab.
Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah
yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi
tekanan lebih besar pada dinding arteri. Kelebihan berat badan juga
meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah.
Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.

7)Olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena
olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas
pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan
memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan
risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat
badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa,
makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri.
8)Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila
stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap
tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang
percobaan yang diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat
binatang tersebut menjadi hipertensi.
9)Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum
ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena
estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal
estrogen.MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian
kontrasepsi estrogen ( 12 tahun berturut-turut), akan meningkatkan tekanan
darah perempuan.

4. Patofisiologi
Penyebab hipertensi sangat beragam, diantaranya disebabkan karena diet tinggi
garam, konsumsi garam yang berlebih dapat meningkatkan natrium vaskuler
akibatnya cairan tertarik ke vaskuler, volume darah meningkat sehingga terjadi
peningkatan volume diastolik-akhir dan peningkatan volume sekuncup
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Darah sistemik menurun menyebabkan baroresptor merespon untuk melepaskan
renin dan mengaktifkan system saraf simpatis. Renin (diproduksi oleh ginjal) akan
mengubah protein angiotensinogen menjadi angiotensin I. Enzim ACE menguraikan
angiotensin I menjadi angiotensin II. ACE ini memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Angiotensin II mempengaruhi vasokontriksi
pembuluh darah untuk melepaskan aldosteron dan meningkatkan resistensi perifer.
Aldosteron dilepas menyebabkan reabsorbsi natrium dan air diginjal sehingga
volume darah meningkat, volume diastolik akhir meningkat akibatnya volume
sekuncup meningkat dan akhirnya tekanan darah meningkat. Sedangkan aktifnya
sistem saraf simpatis meningkatkan kontraksi, frekuensi jantung dan kontraksi
pembuluh darah sehingga meningkatkan resistensi perifer total akibatnya tekanan
darah meningkat. Selain itu juga akibat sistem saraf simpatis aktif mengakibatkan
aliran darah ke ginjal berkurang, produksi urin berkurang, sehingga volume darah
meningkat dan tekanan darah meningkat yang berujung hipertensi.
Pada kasus diabetes melitus tubuh tidak mampu memecah glukosa sebagai energi
maka terjadi glukoneogenesis oleh hati (asam amino, asam lemak, glikogen)
sehingga lemak dipembuluh darah meningkat. Selain pada penyakit diabetes militus
juga terjadi pada obesitas, karena orang dengan obes lemak dipembuluh darahnya
pasti meningkat sehingga LDL dan VLDL akan membawa lemak masuk ke sel, dan
endotel arteri menyebabkan oksidasi kolesterol dan trigliserida yang mana dapat
membentuk radikal bebas dan dapat merusak sel endotel. Sel endotel rusak
menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan berkibat aterosklerosis, selain itu
rusaknya sel endotel menyebabkan reaksi inflamasi dan imun yaitu berpengaruh
pada leukosit dan trombosit, dimana leukosit tertarik ke area cedera dan menempel
serta berimigrasi ke interstitial yang akan melepaskan sitokin proinflamatori
sehingga merangsang prolifirasi sel otot polos, sel otot polos tumbuh di tunika
intima mengakibatkan aterosklerosis. Sedangkan trombosit tertarik kearea cedera
menyebabkan aktifasi pembekuan dan fibrosis sehingga terbentuk pembekuan darah
dan berakibat terjadinya aterosklerosis. Dari aterosklerosis (pertumbuhan sel otot
polos, trombus, jaringan parut penimbunan lemak) tersebut menyebabkan lumen
vaskuler menyempit yang berakibat terhadap meningkatnya resistensi perifer dan
peningkatan tekanan darah sehingga terjadi hipertensi. Dengan keadaan hipertensi
maka mendorong plak aterosklerosis untuk menyumbat arteri kecil termasuk arteri
koroner yang berakibat terjadinya infark.
Selain penyebab diatas stresor fisik dan emosianal juga berpengarh terhadap
terjadinya hipertensi, dimana akan mengaktifkan sistem saraf simpatis dan saraf
simpatis ini akan melepaskan katekolamin yaitu epinefrin dan norepinefrin.
Epinefrin ini berikatan dengan reseptor 1 sehingga terjadi peningkatan frekuensi
dan kontraktilitas jantung, sedangkan norepinefrin berikatan dengan reseptor 1
menyebabkan vasokontriksi otot polos. Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak
dibuktikan, karena dengan merokok struktur dan fungsi pembuluh darah berubah
yang menyebabkan penurunan elastisitas dan daya regang sehingga terjadi
ketidakmampuan menggeser aliran darah menuju perifer dan aliran darah menurun
akibatnya terjadi penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak, menimbulkan gejala
pening dan bingung, selain itu penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otot rangka
akan terjadi metabolisme anaerob yang berakibat terjadinya peningkatan timbunan
asam laktat dan menyebabkan fatique.
5. Pathway

RESIKO TINGGI
PENURUNAN CURAH
JANTUNG
6. Tanda Dan Gejala
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
tekanan darah intrakranium.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
c. Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler.
f. sakit kepala
g. marah
h. telinga berdengung
i. rasa berat ditengkuk
j. sukar tidur
k. mata berkunangkunang dan pusing

7. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
1) Pemekaran pembuluh darah
2) Perdarahan
3) Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
1) Malam banyak kencing
2) Kerusakan sel ginjal
3) Gagal ginjal
c.Jantung
1) Membesar
2) Sesak nafas (dyspnoe)
3) Cepat lelah
4) Gagal jantung

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1)Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2)Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3)Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4)Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5)Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6)Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler).
7)Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
8)Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
9)Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.
10)Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11)Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12)EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan,
dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
13)Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
1)IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
2)CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3)IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
4)Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
5) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet - diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
2) Penurunan berat badan
3) Penurunan asupan etanol
4) Menghentikan merokok
5) Latihan Fisik
6) Edukasi Psikologis

b. Penatalaksanaan Farmakologis
perhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1) Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2) Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a) Dosis obat pertama dinaikkan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultasi
c) Follow Up untuk mempertahankan terapi

10. Pencegahan
a.Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan
konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
b.Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2) Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal
dan stabil mungkin.
3) Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
4) Batasi aktivitas.

11. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit
serebrovaskuler
Tanda: kenaikan TD, nadi : denyutan jelas, frekuensi / irama : takikardia, berbagai
disritmia, bunyi jantung : murmur, distensi vena jugularis, ekstermitas Perubahan warna
kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), Peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala: Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan
kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan diuretik
Tanda: BB normal atau obesitas, edema, kongesti vena, peningkatan JVP, glikosuria
f. Neurosensori
Gejala: Keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas, kelemahan pada satu sisi
tubuh, gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ), episode epistaksis
Tanda: Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan ), respon motorik : penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik
g.Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal
proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokokTanda: Distress respirasi/
penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan ( krekles, mengi ),
sianosis
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda: Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala: Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,
penyakit serebrovaskuler, ginjal. Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon
lain. Penggunaan obat / alkohol

12. Diagnosis Keperawatan


1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan suplai
oksigen
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2
4. Gangguan rasa nyaman (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
5. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing, bingung
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi
13. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh
darah.
Tujuan: Penurunan curah jantung tidak terjadi
Kriteria Hasil: Klien dapat beristirahat dengan tenang , Irama dan frekuensi jantung
stabil dalam batas normal (80 100 x / menit dan reguler) Tekanan darah dalam batas
normal (TD <140/90 mmHg, N = 80 -100x/menit, R = 16 22 x/menit, S = 36 -37o
Intervensi
a. Observasi tekanan darah
Rasional: perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional: Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati /
palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.
d. Rasional: S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan
kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru
e. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung.
f. Catat adanya demam umum / tertentu.
Rasional: Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.
g. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan
lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan
relaksasi.
h. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat
efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.
i. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therapi anti hipertensi,deuritik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.
2. Resiko tinggi ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
suplai oksigen
Tujuan: perfusi jaringan efektif
Kriteria Hasil: tanda tanda vital dalam batas normal, tidak sesak nafas
Intervensi:
a. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional: Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan untuk kebutuhan
seluer

b. Kaji pengisian kapiler, warna kulit, memberan mukosa, dan dasar kuku.
Rasional: Keadekuatan perfusi jaringan membantu menentukan kebutuhan
intervens
c. Observasi dan catat tanda-anda vital dan klainan yang muncul.
Rasional: Keadekuatan perfusi jaringan membantu menentukan kebutuhan
intervens
d. Berikan HE tentang penyakit yang diderita
Rasional: Informasi yang didapat dapat menambah wawasan pasien dan keluarga
e. Kolaborasi dalam pemberian: Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional: oksigen memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan O2
Tujuan: Aktivitas klien tidak terganggu
Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
Intervensi:
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD,
dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau
pingsan.
Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung.
b. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan
perawatan diri.
c. Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat
aktivitas individual.
d. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri.
Rasional : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat
meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah
peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
e. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional : teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
f. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan
mencegah kelemahan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial
Tujuan: Klien merasa nyaman
Kriteria Hasil: Sakit kepala hilang, Pusing/pening hilang
Intervensi
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
b. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya :
kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi.
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya.
c. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk.
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional : Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan
yang memperberat kondisi klien.
e. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan.
Rasional : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
Rasional : Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis.
5. Resiko jatuh berhubungan dengan pusing,bingung
Tujuan: tidak terjadi jatuh
Kriteria Hasil: tidak pusing, tidak bingung, gaya berjalan mantap
Intervensi:
a. Orientasi pasien terhadap sekeliling
Rasional: informasi tentang keadaan disekitar
b. Gunakan lampu malam
c. Anjurkan kepada individu untuk meminta bantuan apabila gejala yang dirasa
semakin berat
d. Gunakan tempat tiduur yang rendah dengan pagar tempat tidur terpasang
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita klien
Tujuan: cemas pasien berkurang
Kriteria Hasil: Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas teknik nafas dalam,
Postur tubuh pasien rileks dan ekspresi wajah tidak tegang, Mengungkapkan cemas
berkurang, TTV dbn TD = <120/<80 mmHg, RR = 14 24 x/ menit, N = 60 -100 x/
menit, S = 365 375 0C
Intervensi:
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
e. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
f. Dorong keluarga untuk menemani
g. Lakukan back / neck rub
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
k. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
l. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
m. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnya
informasi
Tujuan: pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil: Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan, Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan secara benar, Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi
a. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat
diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup
monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur)
pola hidup penuh stress.
Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang
hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
b. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional : kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk
mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima
realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak
akan dipertahankan.
c. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional : mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi
dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
d. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi(pengertian,penyebab,tanda
dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi.

BAB III
LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


Jl. Karimata no 49 Telp. (0331) 332240, Fax. (0331) 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121
Website:http://www.unmuhjember.ac.id e-mail: Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA


A. DATA BIOGRAFIS
Nama : Tn. K
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa/Madura
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Panti - Rambipuji
Orang terdekat yang dihubungi :-
B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan
Pasangan telah meninggal, pada tahun 2006 karena sakit
Penyebeb kematian : karena sakit hipertensi
2. Anak anak
Apabila anak masih hidup,
Nama dan alamat : klien mengatkan anaknya bernama Ny. Y alamat anaknya di Panti
Rambipuji.
Apabila anak yang sudah meninggal,
Tahun meninggal : klien mengatkan anak pertama 1972, kedua 1980, ketiga 1986, yg
ke empat 1990
Penyebab kematian kejang

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak berkerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Klien mengatakan pekerjaan sebelumnya yaitu sebagai
petani
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : tidak ada
D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
1. Tipe tempat tinggal : Permanen
2. Jumlah kamar : 4 kamar
3. Jumlah tingkat : Tidak ada
4. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 6 orang
5. Derajat privasi : Klien tinggal bersama 2 orang temannya dalam satu
kamar
6. Tetangga terdekat : Klien tinggal bersama 8 orang dalam satu wisma Cempaka,
tetangga dekatnya adalah teman-teman lansia yang berada disamping kamarnya.
E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Klien mengatakan jika hobi olahraga
2. Keanggotaan kelompok : Klien mengikuti senam setiap hari jumat
3. Liburan/perjalanan : Klien mengatakan liburan jika panti mengadakan
liburan, jikat tidak ada kegiatan liburan klien hanya diam saja di wisma.
F. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
1. Dokter : Dokter yang berada di PSLU datang seminggu
sekali
2. Rumah sakit : Tidak pernah
3. Klinik : Pelayanan kesehatan PSLU, perawat sebagai tenaga
kesehatannya.
4. Pelayanan kesehatan di rumah : Tidak pernah
G. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Penyakit
a. Penyakit yang diderita 1 tahun terakhir (dapat lebih dari satu)
Klien mengatakan mempunyai penyakit darah tinggi dan rematik.
b. Penyakit yang diderita saat ini (dapat lebih dari satu)
Hipertensi dan rematik
2. Keluhan
a. Keluhan yang dialami 1 tahun terakhir
Klien mengatakan dalam satu tahun terakhir ini sering mengeluh pusing dan nyeri
kepala dibagian belakang
b. Keluhan saat ini
Klien mengatakan sering pusing klien juga mengatakan suka sekali makan ikan
asin. Kepala bagian belakang / tengkuk terasa berat dan sakit.
Nyeri seperti ditusuk tusuk dari skala 1-10 klien memilih skala nyeri 6.
3. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan (mis. Diet khusus,
mengganti balutan: Klien mengetahui cara meminum obat sesuai dengan anjuran
dokter. Misalnya obat catropil diminum 2x sehari setelah makan. Dan obat maag yaitu
antasida diminum sebelum makan. Klien mengetahui makanan yang harus di hindari
untuk penderita hipertensi yaitu makanan tinggi garam.
4. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan diagnosa medis:
Klien memeriksakan penyakitnya ke petugas PSLU yaitu pelayanan kesehatan/ klinik
PSLU
5. Penggunaan obat-obatan
Captopril diminum 2xdalam sehari antasida diminum 3xsehari sebelum makan dokter
yang menginstrusikan tanggal resep 14 mei 2016
6. Status imunisasi (catat tanggal terbaru imunisasi)
Tetanus, difteria : Tidak pernah
PPD : Tidak pernah
Influenza : Tidak pernah
Pneumovaks : Tidak pernah
7. Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
Klien tidak mempunyai alergi apapun baik itu dari obat-obatan makanan kontak
substansi dan maupun lingkungan
8. Nutrisi ( ingat kembali diet 24 jam, termasuk intake cairan )
Kebiasaan makan (tinggi garam, kolesterol, purin) :
Makan 3 kali sehari sesuai jam pembagian jatah dari PSLU, makan 1/2 porsi, tidak
ada keluhan setelah makan. Minum klien 1 gelas besar perhari sebanyak 6-8 x. klien
senang dan suka sekali makan ikan asin tahu dan tempe
Diet khusus, pembatasan makanan :
Tidak makan makanan dengan lauk ikan laut daging ayam sayur berkuah dan
bersantan karena bias mual dan muntah
Riwayat peningkatan/penurunan berat badan : berat badan menurun
Indeks Masa Tubuh: BB/(TB)2
BB 40 Kg TB 150 cm
IMT = 40 / (1,5) 2
= 1,7 Termasuk kategori underweight
Pola konsumsi makanan (misal frekuensi, sendiri/dengan orang lain)
Klien mengatakan makan 3x sehari dengan teman satu kamarnya. Makan hanya
sedikit.
Masalah yang mempengaruhi intake makanan (mis. Pendapatan tidak adekuat, kurang
transportasi, masalah menelan/mengunyah, stres emosional,dll)
Klien sering tidak enak makan karna tidak nafsu makan
9. Pola istirahat tidur
Lama tidur
Tidur siang 1 jam
Tidur malam 6- 7 jam
Gangguan tidur yang sering dialami : klien sering terjaga saat tidur jika dengar suara-
suara gaduh
H. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit masa kanak-kanak :
Tidak pernah sakit
2. Penyakit serius/kronik
Klien mengatakan bahwa tidak mempunyai penyakit yang serius
3. Trauma
Klien mengatakan hampir terjatuh dikamar mandi saat ingin BAK di wisma Cempaka
4. Pembedahan
Tidak pernah
5. Riwayat obsetri
Klien mengatkan memiliki 5 anak yang pertama melahirkan sontan perempuan, yang
kedua melahirkan dibidan perempuan, yg ketiga melahirkan spontan dibidan dengan
BB 2800gr, yang keempat melahirkan spontan dibidan dengan BB 330gr, yang kelima
melahikan spontan dengan BB 2500gr.
I. RIWAYAT KELUARGA
1. Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi, saudara
kandung, pasangan, anak-anak)

Keterangan:
Laki-laki meninggal
Perempuan meninggal
Perempuan hidup
Laki-laki hidup
Klien
Garis pernikahan
Garis keturunan

2. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga


Klien mengatakan suaminya meninggal karena sakit darah tinggi
J. TINJAUAN SISTEM
1. Tingkat kesadaran : Composmetis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 160/90 mmHg Nadi: 96 x/menit Suhu: 36,6C RR:20x/menit
3. Penilaian umum
Kelelahan : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan BB satu tahun yang lalu : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya ( ) tidak
Demam : ( ) ya ( ) tidak
Keringat malam : ( ) ya ( ) tidak
Kesulitan tidur : ( ) ya ( ) tidak
Sering pilek, infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : ( ) ya ( ) tidak
Kemampuan melakukan ADL : ( ) ya ( ) tidak
4. Integumen
Lesi/luka : ( ) ya ( ) tidak
Pruritus : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan pigmentasi : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan tekstur : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan nevi : ( ) ya ( ) tidak
Sering memar : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan rambut : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan kuku : ( ) ya ( ) tidak
Kalus : ( ) ya ( ) tidak
Pemajanan lama terhadap matahari : ( ) ya ( ) tidak
Turgor : < 2 detik
Pola penyembuhan lesi, memar : tidak ada
5. Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal : ( ) ya ( ) tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : ( ) ya () tidak
Anemia : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) ya ( ) tidak
6. Kepala
Sakit kepala : ( ) ya ( ) tidak
Trauma : ( ) ya ( ) tidak
Pusing : ( ) ya ( ) tidak
Gatal pada kulit kepala : ( ) ya ( ) tidak
7. Mata
Perubahan penglihatan : ( ) ya ( ) tidak
Kacamata/lensa kontak : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri : ( ) ya ( ) tidak
Air mata berlebihan : ( ) ya ( ) tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) ya ( ) tidak
Floater : ( ) ya ( ) tidak
Diplopia : ( ) ya ( ) tidak
Pandangan kabur : ( ) ya ( ) tidak
Fotofobia : ( ) ya ( ) tidak
Skotomata : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : tidak pernah
Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir tidak pernah
Dampak pada penampilan ADL : klien sering mengerutkan kedua matanya agar dapat
melihat lebih jelas
8. Telinga
Perubahan pendengaran :( ) ya ( ) tidak
Rabas :( ) ya ( ) tidak
Tinitus :( ) ya ( ) tidak
Vertigo : ( ) ya ( ) tidak
Sensitivitas pendengaran :( ) ya ( ) tidak
Alat-alat protesa :( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi :( ) ya ( ) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : tidak pernah
Kebiasaan perawatan telinga : membersihkan telinga dengan cotton batt
Dampak pada penampilan ADL : .tidak ada
9. Hidung dan sinus
Rinorea : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Epistaksis : ( ) ya ( ) tidak
Obstruksi : ( ) ya ( ) tidak
Mendengkur : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri pada sinus : ( ) ya ( ) tidak
Drip postnasal : ( ) ya ( ) tidak
Alergi : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : tidak ada
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ( ) ya ( ) tidak
Lesi/ulkus : ( ) ya ( ) tidak
Serak : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan suara : ( ) ya ( ) tidak
Kesulitan menelan : ( ) ya ( ) tidak
Perdarahan gusi : ( ) ya ( ) tidak
Karies : ( ) ya ( ) tidak
Alat-alat protesa : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : tidak pernah
Pola menggosok gigi :selalu menggosok gigi saat mandi
Pola flossing : tidak ada
Masalah dan kebiasaan membersihkan : selalu membersihkan gigi dengan teratur
Gigi palsu : ( ) ya ( ) tidak
11. Leher
Kekuan : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya ( ) tidak
Benjolan/ massa : ( ) ya ( ) tidak
Keterbatasan gerak : ( ) ya ( ) tidak
12. Payudara
Benjolan/ massa : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya ( ) tidak
Bengkak : ( ) ya ( ) tidak
Keluar cairan dari puting susu : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan pada puting susu : ( ) ya ( ) tidak
Pola pemeriksaan payudara sendiri : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir :tidak ada
13. Pernafasan
Batuk : ( ) ya ( ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya ( ) tidak
Hemoptisis : ( ) ya ( ) tidak
Sputum : ( ) ya ( ) tidak
Asma/alergi pernafasan : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir: tidak pernah
14. Kardiovaskular
Ditensi vena jugularis : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : ( ) ya ( ) tidak
Palpitasi : ( ) ya ( ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya ( ) tidak
Dispnea nocturnal paroksimal : ( ) ya ( ) tidak
Ortopnea : ( ) ya ( ) tidak
Murmur : ( ) ya ( ) tidak
Edema : ( ) ya ( ) tidak
Varises : ( ) ya ( ) tidak
15. Gastrointestinal
Disfagia : ( ) ya ( ) tidak
Tidak dapat mencerna : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri ulu hati : ( ) ya ( ) tidak
Mual/muntah : ( ) ya ( ) tidak
Hematemesis : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya ( ) tidak
Intoleransi makanan : ( ) ya ( ) tidak
Ulkus : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri : ( ) ya ( ) tidak
Ikterik : ( ) ya ( ) tidak
Benjolan/massa : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan kebiasaan defekasi : ( ) ya ( ) tidak
Diare : ( ) ya ( ) tidak
Konstipasi : ( ) ya ( ) tidak
Melena : ( ) ya ( ) tidak
Hemoroid : ( ) ya ( ) tidak
Perdarahan rektum : ( ) ya ( ) tidak
Pola defekasi biasanya : BAB 1 hari seklai
16. Perkemihan
Disuria : ( ) ya ( ) tidak
Frekuensi BAK : 3-4 x sehari
Urine menetes : ( ) ya ( ) tidak
Dorongan miksi : ( ) ya ( ) tidak
Hematuria : ( ) ya ( ) tidak
Poliuria : ( ) ya ( ) tidak
Oliguria : ( ) ya ( ) tidak
Nokturia : ( ) ya ( ) tidak
Inkontinensia : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri saat berkemih : ( ) ya ( ) tidak
Batu infeksi : ( ) ya ( ) tidak
17. Genitalia pria
Lesi : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri testikular : ( ) ya ( ) tidak
Massa testikular : ( ) ya ( ) tidak
Masalah prostate : ( ) ya ( ) tidak
Penyakit kelaminn : ( ) ya ( ) tidak
18. Genitalia wanita
Lesi : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Dispareuni : ( ) ya ( ) tidak
Perdarahan pasca senggama : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri pelvis : ( ) ya ( ) tidak
Sistokel/rektokel/prolpas : ( ) ya ( ) tidak
Penyakit kelamin : ( ) ya ( ) tidak
Infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat menstruasi (usia awitan, tanggal periode menstruasi) selama menstruasi
tidak pernah memiliki masalah, saat ini klien sudah menopause
Riwayat menopouse (usia, gejala, masalah pasca menopouse) klien menopause usia
50 tahun, tidak ada gejala apapun saat akan menopause
Tanggal dan hasil pap smear paling akhir
Tidak pernah melakukan pap smear
19. Muskuloskeletal
Nyeri persendian : ( ) ya ( ) tidak
Kekakuan : ( ) ya ( ) tidak
Pembengkakan sendi : ( ) ya ( ) tidak
Deformitas : ( ) ya ( ) tidak
Spasme : ( ) ya ( ) tidak
Kelemahan otot : ( ) ya ( ) tidak
Masalah cara berjalan : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri punggung : ( ) ya ( ) tidak
Prostesa : ( ) ya ( ) tidak
Kekuatan otot :
5 3
5 3
Tes koordinasi/keseimbangan
No. Aspek penilaian Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 3 3
2 Berdiri dengan postur normal (dengan mata tertutup) 1 1
3 Berdiri dengan satu kaki Kanan :3 4
Kiri :1
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke posisi netral 2 2
5 Berdiri, lateral dan fleksi trun 2 2
6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit di depan jari kaki yang 1 1
lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus 1 1
8 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai 1 1
9 Berjalan mundur 1 1
10 Berjalan mengikuti lingkaran 1 1
11 Berjalan dengan tumit 1 1
12 Berjalan dengan ujung kaki 1 1
JUMLAH 19
Kriteria penilaian keterangan:
4 :melakukan aktifitas dg lengkap 42-54: melakukan aktivitas dg lengkap
3 :sedikit bantuan (untuk keseimbangan) 28-41: sedikit bantuan (untuk keseimbangan)
2 :dg bantuan sedang maksimal 14-27: dengan bantuan sedang sampai maksimal
1 :tidak mampu melakukan aktivitas <14: tidak mampu melakukan aktivitas
Dampak pada penampilan ADL : klien menggunakan kursi plastic sebagai alat bantu
dan tumpuan saat berjalan
20. Sistem saraf pusat
Sakit kepala : ( ) ya ( ) tidak
Kejang : ( ) ya ( ) tidak
Sinkope/serangan jatuh : ( ) ya ( ) tidak
Paralisis : ( ) ya ( ) tidak
Paresis : ( ) ya ( ) tidak
Masalah koordinasi : ( ) ya ( ) tidak
Tc/tremor/spasme : ( ) ya ( ) tidak
Masalah memori : ( ) ya ( ) tidak
21. Sistem endokrin
Intoleransi panas : ( ) ya ( ) tidak
Intoleransi dingin : ( ) ya ( ) tidak
Goiter : ( ) ya ( ) tidak
Pigmentasi kulit/tekstur : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan rambut : ( ) ya ( ) tidak
Polifagia : ( ) ya ( ) tidak
Polidipsia : ( ) ya ( ) tidak
Poliuria : ( ) ya ( ) tidak

K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( ) ya ( ) tidak
2. Stabilitas emosi
a. Labil b. Stabil c. Iritable d. Datar
Jelaskan:
klien mampu berkomunikasi dengan baik dalam suasana apapun komunikasi focus.
klien juga mengatakan cemas akan masa tuanya ini karena klien tidak memiliki siapa
siapa, suami klien meninggal dan anaknya sudah banyak yang meninggal dan berkerja
di luar pualau

3. Permasalahan emosional

Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur Ya
(2) Apakah klien merasa gelisah Ya
(3) Apakah klien murung menangis sendiri Tidak
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir Tidak
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama dengan jawaban 1 ya
Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan Ya
(2) Ada masalah atau banyak pikiran Ya
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain Ya
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter Tidak
(5) Cenderung mengurung diri ? Ya
Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah emosional ada atau
ada gangguan emosional
4. Insomnia : ( ) ya ( ) tidak
5. Gugup : ( ) ya ( ) tidak
6. Takut : ( ) ya ( ) tidak
7. Stres : ( ) ya ( ) tidak
8. Mekanisme koping yang biasa digunakan : klien biasanya bersabar dengan masalah
yang dihadapi, klien lebih memilih untuk berdoa kepada Allah SWT
9. Pola respon seksual : -

L. STATUS FUNGSIONAL
Indek barthel
No Jenis aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 15
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, dll 0 5 5
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 10
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 10
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 10
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 85
Keterangan :
0 20 : Ketergantungan penuh/total
21 61 : Ketergantungan berat
62 90 : Ketergantungan moderat
91 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
M. STATUS KOGNITIF
Short Portable Mental Status Questsionnaire
Benar Salah Nomor Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Di mana alamat Anda?

5 Kapan Anda lahir?


6 Berapa umur Anda?

7 Siapa presiden Indonesia sekarang?

8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?


9 Siapa nama ibu Anda?
10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3
1 5 Jumlah

Keterangan :
Salah 0 3: fungsi intelektual utuh Salah 4 5: kerusakan intelektual ringan
Salah 6 8: kerusakan intelektual sedang Salah 9 10: kerusakan intelektual berat

Mini Mental Status Exam (MMSE)


ITEM TES NILAI MAX NILAI
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5 2
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), 5 5
(lantai/kamar)
3 REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, 3 3
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan
benar dan catat jumlah pengulangan

4 ATENSI DAN KALKULASI 5 0


Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
DUNIA (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum
kesalaahn; misalnya aiund=3

5 MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3 3
6 BAHASA
7 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2 2
8 buku)
Klien diminta mengulang kata-kata namun, tanpa, bila 1 1
9 Klien diminta melakukan perintah : Ambil kertas ini dengan 3 3
10 tangan Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di lantai
11 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah Pejamkan mata 1 1
Anda 1 0
Klien disuruh menulis dengan spontan 1 0
Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini

TOTAL 30 20

Keterangan :
Skor 24-30 = normal
Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat

N. STATUS FUNGSI SOSIAL


APGAR Keluarga
1. Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) saya untuk membantu saya pada waktu
sesuatu menyusahkan saya ( 2 )
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya membicarakan sesuatu dan
mengungkapkan maslah dengan saya ( 2 )
3. Saya puas bahwa keluarga ( teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas ( 1 )
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau mencintai ( 1 )
5. Saya puas dengan cara teman saya menyediakan waktu bersama-sama ( 2 )

Pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin
0)
Keterangan
Nilai < 3 : disfungsi keluarga tinggi
Nilai 4 6 : disfungsi keluarga sedang
ANALISA DATA

TGL/ PENGELOMPOKAN DATA MASALAH KEMUNGKINAN


JAM PENYEBAB
15/03/ DS: klien mengatakan pusing terutama Ketidakefektifan Hipertensi
2016 kepala bagian belakang terasa berat., perfusi jaringan
dari skala 1-10 klien memilih skala nyeri perifer
6.

DO:
- Skala nyeri 6
- Klien tampak memijat tengkuknya
yang sakit
- Wajah klien tampak meringis
- Klien sering makan ikan asin dan
kecap
- TD 160/100 mmHg
N 100 x/menit
S 36,6 C
RR 20 x/menit

15/03/ DS: klien mengatakan hampir jatuh Risiko cidera Kelemahan otot dan
2016 dikamar mandi karena saat berjalan, (jatuh) tulang karena proses
klien menggunakan alat bantu kursi. manua
DO:
- Penampilan klientegak dibantu
kursi untuk berjalan
- Cara berjalan tertatih dan pelan
- Sakit kepala terutama didaerah
tengkuk
- TD 160/100 mmHg
- Kelelahan
- Kekuatan otot
5 3
5 3

- Nilai keseimbangan 19 yang


artinya sedikit bantuan sedang s/d
maxsimal
15/03/ DS:klien mengatakan bahwa kakinya Risiko Sindrom Penurunan kekuatan
2016 sering kram otot sehingga keadaaan mau lansia lemah otot oleh proses
gerak menjadi lemah menua
DO:
- Tes koordinasi menunjukan nilai 19
(klien membutuhkan bantuan
sedang s/d maximal)
- Nyeri persendian (+)
- Kelemahan otot (+)
- Nyeri pungggung (+)
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH KOLABORATIF
BERDASARKAN URUTAN PRIORITAS

NO. TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH PARAF


KOLABORATIF
1 15/03/2016 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang
berhubungan dengan Hipertensi
2 15/03/2016 Risiko cidera (jatuh) yang berhubungan dengan
kelemahan otot dan tulang karena proses manua
3 15/03/2016 Risiko sindrom lansia lemah yang berhubungan dengan
dengan penurunan kekuatan otot proses penuaan
PERENCANAAN

DIAGNOSA
TGL / KEPERAWATAN / TUJUAN DAN KRITERIA
RENCANA TINDAKAN RASIONAL TTD
JAM MASALAH HASIL
KOLABORATIF
15/03/ Ketidakefektifan Tujuan: 1. Batasi gerakan pada kepala, leher 1. Untuk mencegah terjadinya
2016 perfusi jaringan Sirkulasi darah ke otak dan punggunng pusing yang berlebihan
perifer yang lancar setelah dilakukan 2. Ajarkan teknik nafas dalam 2. Nafas dalam membantu
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama sebelum berpindah tempat mengurangi nyeri
hipertensi 2 x 24 jam 3. Observasi tanda-tanda vital 3. Mengetahui kondisi pasienn
dan untuk menentukan
Kriteria hasil: tindakan selanjutnya
- Keadaan umum klien 4. Anjurkan klien untuk diet rendah 4. Mengurangi peningkatan
membaik garam tekanan darah
- Klien mengatakan
pusing berkurang 5. Memberikan penjelasan mengenai 5. Menambah pengetahuan klien
- Ekspresi wajah klien tekanan darah tinggi tentang tekanan darah tinggi
tenang tidak meringis
kesakitan
- Skala nyeri 1 6. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Analgetik mampu meredahkan
- TTV dalam batas normal nyeri
TD 100-120/ 60-90 mmHg
N 60-100 x/menit
S 36-37 C
RR 16-24 x/menit
15/03/ Risiko cidera (jatuh) Tujuan: 1. Kaji ulang adanya factor-faktor 1. Meningkatkan keamanan klien
2016 yang berhubungan Risiko jatuh berkurang resiko jatuh pada klien untuk meningkatkan keamnaan
dengan kelemahan Setelah dilakukan tindakan sepanjang hayat hidup
otot dan tulang karena keperawatan selama 3x24 jam 2. Lakukan modifikasi lingkungan 2. Sebagai bentuk pencegahan
pross menua. , klien agar lebih aman seperti cidera pada klien
memasang pinggiran tempat tidur
Kriteria hasil: 3. Anjurkan klien untuk 3. Membatu klien melakukan
- Mampu mengidentikasi menggunakan alat bantu berjalan aktivitas
bahaya lingkungan yang 4. Anjurkan klien untuk 4. Lensa kontak atau kaca mata
dpat meningkatkan menggunakan lensa kontak / kaca dapat membatu memperjelas
kemungkina terjadinya mata penglihatan
cidera 5. Berikan pendidikan kesehatan 5. Sebagai sumber informasi
- Mampu mengidentifikasi mengenai upaya pencegahan yang dapat meningkatkan
tindakan preventif atas cidera (jatuh) seperti pencahyaan pengetahuan klien
bahaya tertentu yang baik, memasang penghalang
- Melaporkan penggunaan tempat tidur, menempatkan
cara yang tepat dalam tempat berbahaya ditempat yang
melindungi diri dari aman
cidera
15/03/ Risiko sindrom lansia Tujuan: 1. Berikan terapi gerakan senam 1. Terapi gerakan senam ringan
2016 lemah yang Srisiko sindrom lansia teratasi ringan pada lansia/ gerakan pada dapat meningkatkan masa otot
berhubungan dengan etelah dilakukan tindakan daerah yang nyeri 1 minggu klien
penurunan kekuatan keperawatan selama 3x24 jam 2. Monitoring kelemahan dan 2. Suntuk memantau kelemahan
otot karena proses kekuatan otot dan kekuatan otot
penuaan. Kriteria hasil: 3. Berikan motivasi keada klien agar 3. Motivasi dapat membangun
- Kelemahan otot ( - ) semangat dalam melakukan semngat pada lansia tersebutu
- Kekuatan otot ( + ) latihan gerakan ringan agar dapat melatih gerakan
- Nyeri persendian ( - ) 4. Beri rom aktif ringan
4. Rom aktif untuk fisioterapi dan
fisik agar tidak lemah
PELAKSANAAN

MASALAH TGL /
TINDAKAN PARAF
KOLABORATIF JAM
15/03/2016
Selasa
1,2,3 08.00 1. Membina hubungan saling percaya
R/ klien berjabat tangan dan tersenyum
pada perawat
1 08.15 2. Membatasi gerakan pada kepala dan
leher serta punggung
R/ klien mengerti dengan yang
dijelaskan oleh perawat
1 08.20 3. Mengajarkan distraksi nafas dalam
R/ klien tampak mengikuti instruksi
1 08.30 4. Menganjurkan klien untuk diet rendah
garam dan kue- kue yang asin
1 08.45 5. R/ klien mengerti dengan peerintah
1 08.50 6. Memberikan penjelasan mengenai
tekanan darah tinmggi upaya
pencegahan cidera jatuh
R: klien kooperatif mendengarkan
penjelasan tetapi saat ditanya untuk
menjelaskan apa yang tadi sudah
disampaikan klien tidak mengingat
1 08.55 7. mengobservasi tanda-tanda vital
R: TD 160/100 mmHg N 100 x/mnt RR
20 x/mnt S 36,6 C

2 09.00 8. Mengkaji adanya faktor-faktor jatuh


pada klien
R/ lantai dan kamar mandi tidak licin
2 10.00 9. Memberikan lingkungan aman dan
nyaman
2 10.10 R/ benda benda dilantai diletakkan
pada tempatnya
2 10.15 10. Meletakkan benda-benda sesuai
tempatnya
R: benda benda ada ditempatnya
3 10.20 11. Memberikan terapi gerakan gerakan
ringan otot dan pesendian tangan
R/ klien tampak mengikuti perintah
3 10.30 12. Memberikan motivasi kepada klien agar
semngat dalam melakukan latihan
gerakan ringan.
R/ klien tampak bersemngat
11.30 13. Membantu memberikan makan siang
pada klien
R/ klien tampak tidak semngat makan

1 12.40 14. Berkolaborasi dalam pemberian obat


analgetik
R: klien mendapat obat captopril

3 13.00 15. mengevaluasi kekuatan otot


R/ kekuatan otot klien lemah, klien
tampak berusaha menggenggam tangan
perawat

3 13.20 16. memberikan rom aktif pada klien


R/ klien melakukan latihan sendiri

16/03/2016
Rabu
1 07.30 1. Membatasi gerakan pada kepala dan
leher serta punggung
R/ klien mengerti dengan yang
dijelaskan oleh perawat

3 07.45 2. Memberikan terapi gerakan gerakan


ringan otot dan pesendian tangan
R/ klien tampak mengikuti perintah

3 08.30 3. Memberikan motivasi kepada klien agar


semngat dalam melakukan latihan
gerakan ringan.
R/ klien tampak bersemangat

3 09.00 4. mengevaluasi kekuatan otot


R/ kekuatan otot klien lemah, klien
tampak berusaha menggenggam tangan
perawat

3 09.15 7. memberikan Rom aktif pada klien


R/ klien tampak berlatih sendiri

8. mengobservasi tanda tanda vital klien


R/ TD 150/100 mmhg, N 90x/m RR: 20
x/m, S : 36 C
17/3/2016
Kamis
1 08.00 1. Membatasi gerakan pada kepala dan
leher serta punggung
R/ klien mengerti dengan yang
dijelaskan oleh perawat

3 08.20 2. Memberikan terapi gerakan gerakan


ringan otot dan pesendian tangan
R/ klien tampak mengikuti perintah
3
08.35 3. mengevaluasi kekuatan otot
R/ kekuatan otot klien lemah, klien
3 tampak berusaha menggenggam tangan
perawat

3 09.00 4. memberikan rom aktif pada klien


R/ klien tamapk belajar

1 10.00 5. mengobservasi tanda tanda vital pada


klien
R/ TD : 140/90 mmhg, N: 90 x/m , S :
36 , RR: 20 X/M.
EVALUASI

MASALAH TANGGAL/
CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KOLABORATIF JAM
Ketidakefektifan 15/03/2016 S: klien mengatakan pusing pada kepala
perfusi jaringan 14.00
bagian belakang skala 4
perifer yang
O:
berhubungan
dengan Hipertensi - Keadaan umum klien membaik
- Klien mengatakan pusing berkurang
- Ekspresi wajah klien tenang tidak
meringis kesakitan
- TD 160/100 mmHg
- N 100 x/mnt
- RR 20 x/mnt
- S 36,6 C
- Klien tampak memegang tengkuk
yang sakit

A: masalah teratasi sebagian


P: intervensi dilanjutkan 2,3,4,5
Risiko cidera (jatuh) 15/03/2016 S: klien mengatakan sudah tidak
yang berhubungan 14.00 terhalang oleh benda-benda saat
dengan kelemahan berjalan dan dapat kekamar mandi
otot dan tulang
sensiri menggunakan alat bantu kursi.
karena proses
manua
O:
- lingkungan klien aman
- klien menggunakan kursi untuk
keamanaan nya sendriri
- klien mampu menggunakan alat
bantu dengan cara yang tepat

A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
Risiko sindrom 15/03/2016 S:klien mengatakan tangan kirinya masih
lansia lemah yang 14.00
susah untuk menggenggam.
berhubungan
O:
dengan dengan
penurunan kekuatan - Kelemahan otot ( - )
otot proses penuaan - Kekuatan otot ( + )
- Nyeri persendian ( - )

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 1,2,4
Ketidakefektifan 16/03/2016 S: klien mengatakanpusing pada kepala
perfusi jaringan 14.00 bagian belakang skala 3
perifer yang O:
berhubungan
- Keadaan umum klien membaik
dengan Hipertensi
- Klien mengatakan pusing berkurang
- Ekspresi wajah klien tenang
- TD 150/100 mmHg
- N 90x/mnt
- RR 20 x/mnt
- S 36C
- Klien tampak memegang tengkuk
yang sakit

A: masalah teratasi sebagian


P: intervensi dilanjutkan 2,3,4,5
Risiko sindrom 16/03/2016 S:klien mengatakan tangan kirinya masih
lansia lemah yang 14.00
susah untuk menggenggam.
berhubungan
dengan dengan
O:
penurunan kekuatan
otot proses penuaan - Kelemahan otot ( - )
- Kekuatan otot ( + )
- Nyeri persendian ( +)

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 1,2,4
Ketidakefektifan 17/03/2016 S: klien mengatakanpusing pada kepala
perfusi jaringan 14.00
bagian belakang skala 3
perifer yang
O:
berhubungan
dengan Hipertensi - Keadaan umum klien membaik
- Klien mengatakan pusing berkurang
- Ekspresi wajah klien tenang
- TD 140/90 mmHg
- N 90x/mnt
- RR 20 x/mnt
- S 36C
- Klien tampak memegang tengkuk
yang sakit

A: masalah teratasi sebagian


P: intervensi dilanjutkan 2,3,4,5
Risiko sindrom 17/03/2016 S:klien mengatakan tangan kirinya masih
lansia lemah yang 14.00
susah untuk menggenggam.
berhubungan
dengan dengan
O:
penurunan kekuatan
otot proses penuaan - Kelemahan otot ( - )
- Kekuatan otot ( + )
- Nyeri persendian ( +)

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi 1,2,4

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pengkajian asuhan keperawatan terhadap klien didapatkan pada Tn. K


mengeluh sakit kepala. Riwayat penyakit sekarang pada Tn. K adalah pasien mengatakan
sakit kepala dan kepala terasa berat, dan kaki kiri dan tangan kiri terasa lemas. Hasil
pemeriksaan tanda tanda vital didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 108
x/menit, respirasi Rate 20x/menit, dan suhu 37,7oC. dank lien juga mengatakan
mempunyai riwayat penyakit dahulu adalah hipertensi. Dengan demikian, penulis
berasumsi bahwa pada klien dengan hipertensi selalu disertai dengan nyeri kepala dan
kadangkala disertai dengan kepala terasa berat.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg atau lebih untuk usia 13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg
untuk usia diatas 50 tahun. Dan harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal
sebanyak dua kali untuk lebih memastikan keadaan tersebut (WHO, 2001). Hipertensi
adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan
kerusakan ginjal (faqih, 2006).

Berdasarkan fakta dan teori diatas dapat diangkat diagnosa medis jika Tn. K
menderita hipertensi, terbukti dari klien mengatakan pusing terutama kepala bagian
belakang terasa berat., dari skala 1-10 klien memilih skala nyeri 6, klien tampak memijat
tengkuknya yang sakit, wajah klien tampak meringis, klien sering makan ikan asin dan
kecap, TD 160/100 mmHg, N 100 x/menit, S 36,6 C, RR 20 x/menit. hipetensi pada
klien diduga kerena riwayat penyakit dahulu klien yang mempunyai penyakit hipertensi
dan kurangnya menjaga pola makan.

Selama di PSLU klien sangat suka sekali menkonsumsi ikan asin, dan makanan
yang disediakan oleh PSLU. Klien juga jarang sekali memeriksakan kondisinya, bila
klien sakit klien hanya meminum obat yang diberikan oleh pihak PSLU. Hasil pengkajian
yang telah dilakukan oleh perawat dapat diketahui bahwa keadaan umum klien cukup
dengan berat badan sekarang 78 kg, pusing terutama kepala bagian belakang terasa berat,
nyeri kepala, klien tampak memijat tengkuknya yang sakit. Dari hasil pengkajian tersebut
perawat menegakkan diagnose keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
yang berhubungan dengan hipertensi. Intervensi yang telah dilakukan oeh perawat yaitu
batasi gerakan pada kepala, leher dan punggunng, ajarkan teknik nafas dalam sebelum
berpindah tempat, observasi tanda-tanda vital, anjurkan klien untuk diet rendah garam,
memberikan penjelasan mengenai tekanan darah tinggi.

Komplikasi dini dari hipertensi yang harus diperhatikan yaitu terjadinya


penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran dapat terjadi bila hipertensi tidak segera
ditangani, dan bias saja memicu penyakit penyerta lainnya (Mansjoer, 2009).

Dari hasil fakta dan teori di atas perawat mengangkat diagnosa keperawatan
risiko cidera (jatuh) yang berhubungan dengan kelemahan otot dan tulang karena proses
menua, dan risiko sindrom lansia lemah yang berhubungan dengan dengan penurunan
kekuatan otot proses penuaan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari
masalah belum teratasi, untuk itu perlu adanya kolaborasi dalam pemberian terapi yang
lebih optimal. Serta perlu adanya motivasi pada keluarga ataupun pihak PSLU untuk
memberikan terapi lanjutan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Klien mengatakan sering pusing klien juga mengatakan suka sekali makan ikan asin,
kepala bagian belakang / tengkuk terasa berat dan sakit, nyeri seperti ditusuk tusuk
dari skala 1-10 klien memilih skala nyeri 6.
2. Diagnosa keperawatan yang dapat diambil dalam kasus ini adalah :
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan Hipertensi
b. Risiko cidera (jatuh) yang berhubungan dengan kelemahan otot dan tulang karena
proses manua
c. Risiko sindrom lansia lemah yang berhubungan dengan dengan penurunan
kekuatan otot proses penuaan
3. Rencana tindakan keperawatan disusun untuk menyelesaikan masalah keperawatan
yang berfokus pada managemen penanganan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer,
risiko cidera (jatuh), risiko sindrom lansia lemah.
4. Implementasi keperawatan telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan mengatasi masalah pasien.
5. Evaluasi yang didapatkan pada Tn. K setelah dilakukan tindakan keperawatan
didapatkan hasil bahwa masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi
sebagian, risiko cidera (jatuh), risiko sindrom lansia lemah juga teratasi sebagian

B. Saran
1. Untuk pihak PSLU dan Keluarga
Memperhatikan pola makan klien dan kebiasaan klien
2. Untuk tenaga kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan harus memberikan penyuluhan tentang hipertensi,
pencegahan pencegahan, tanda-tanda gejala hipertensi, penatalaksanaan hipertensi
dan cara pencegahan hipertensi untuk memudahkan masyarakan mendapatkan
informasi yang baik tentang bagaimana proses terjadinya hipertensi.
b. Dapat menegakan diagnosa secara dini tentang hipertensi pada lansia untuk
mencegah adanya komplikasi akibat hipertensi.

3. Untuk institusi
Meningkatkan kualitas, kuantitas dan fasilitas dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat untuk menurunkan komplikasi akibat hipertensi.

Vous aimerez peut-être aussi