Vous êtes sur la page 1sur 11

Teori dan Konsep Penganggaran Sektor Publik;

Sejarah dan Perkembangan Penganggaran di Pemerintahan Indonesia

Tugas Mata Kuliah


Akuntansi Sektor Publik

Oleh:

Rachmawati Yudiani
150810301092

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2017
PENDAHULUAN

Dalam membuat suatu anggaran keuangan khususnya pada sektor publik kita
harus mengetahui teori maupun konsep sebelum membuat anggaran tersebut. Guna kita
dapat mengerti dan memahami konsep-konsep dalam pembuatan anggaran keuangan
pada sektor publik. Sehingga kita dapat mengetahui tujuan maupun karakteristik
pembuatan anggaran keuangan sektor publik yang telah terjadi. Memahami prinsip
umum maupun prinsip utama guna melakukan pendekatan-pendekatan yang
mencerminkan perkembangan teori.
Membuat anggaran sektor publik di Indonesia, tidak luput dari perkembangan-
perkembangan yang telah terjadi dari masa lalu hingga masa sekarang. Dimana kita
perlu mengetahui sejarah terciptanya pembuatan anggaran yang hingga saat ini masih
digunakan.
Mempelajari sejarah dan perkembangan penganggaran di Indonesia akan
memiliki hubungan ketika kita akan mempelajari teori dan konsep penganggaran sektor
publik Indonesia. Dengan kita mempelajari atau mengetahui sejarah maupun
perkembangan penganggaran keuangan pemerintah Indonesia, kita akan memahami asal
usul terjadinya fungsi, tujuan, karakteristik, maupun pendekatan yang digunakan pada
anggaran sektor publik negara Indonesia.
PEMBAHASAN

A. Teori dan Konsep Penganggaran di Indonesia


1. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo tahun 2009, anggaran meruakam pernyatan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalan ukuran finansial,...
Menurut Batian tahun 2006, ...sebagai paket pernyataan perkiraan
penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau
beberapa periode mendatang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa definisi anggaran ialah dokumen yang
berisi estimasi kerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran, yang disajikan
dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan
menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kerja.

2. Fungsi Anggaran Sektor Publik


Menurut Mardiasmo tahun 2009, mengidentifikasi beberapa fungsi
anggaran dalam manajemen sektor publik adalah sebagai berikut
a. Anggaran sebagai alat perencanaan. Untuk mencapai tujuan organisasi
sehingga organisasi akan tahu apa yang harus dilakukan dan kearah mana
kebijakan akan dibuat.
b. Anggaran sebagai alat pengendalian. Untuk menghindari adanya
pengeluaran yang terlalu besar, terlalu rendah, salah sasaran, atau adanya
penggunaan yang tidak semestinya.
c. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal. Untuk menstabilkan ekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi.
d. Anggaran sebagai alat politik. Untuk memutuskan prioritas-prioritas dan
kebutuhan keuangan terhadap prioritas tertentu.
e. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi. Dapat digunakan
sebagai alat koordinasi dan komunikasi antara dan seluruh bagian dalam
pemerintahan.
f. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja. Kinerja manajer publik dinilai
berdasarkan beberapa hasil yang dicapai dikaitkan dengan anggaran yang
telah ditetapkan.
g. Anggaran sebagai alat motivasi. Untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai
target dan tujuan organisasi yang ditetapkan.
h. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik. Fungsi ini hanya
berlaku pada organisasi sektor publik, karena pada organisasi swasta
anggaran merupakan dokumen rahasia yang tertutup untuk publik.

3. Tujuan dan Karakteristik Anggaran Sektor Publik


Karakteristik anggaran sektor publik yaitu.
a. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan
b. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau beberapa
tahun, jangka pendek, menengah atau panjang.
c. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan.
d. Usulan anggaran ditelaah dan disetujui oleh pihak berwenang yang lebih
tinggi dari penyusun anggaran.
e. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

4. Prinsip-prinsip dalam Penganggaran Sektor Publik


Menurut Mardiasmo tahun 2009, prinsip dalam penganggaran sektor publik,
yaitu.
a. Otorisasi oleh Legislatif. Mendapatkan otorisasi dari legislatif sebelum
eksekutif dapat menggunakan anggaran tersebut.
b. Komprehensif/menyeluruh. Harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran pemerintah.
c. Keutuhan anggaran. Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah
tercakup dalam dana umum.
d. Nondiscretionary appropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan
legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisiensi, dan efektif.
e. Periodik. Merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan
atau multitahunan.
f. Akurat. Tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi yang dapat
menyebabkan terjadinya pemborosan dan ketidakefisienananggaran.
g. Jelas. Anggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami oleh masyarakat.
h. Transparan. Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

5. Pendekatan Penganggaran pada Sektor Publik


a. Pendekatan Tradisional
Memiliki ciri-ciri yaitu, cara penyusunan anggaran berdasarkan
pendekatan incrementalism (yaitu jumlah anggaran tahun tertentu
dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan tingkat kenaikan
tertentu tanpa melakukan kajian yang mendalam), struktur dan susunan
anggaran yang bersifat line-item (atas dasar sifat dari penerimaan dan
pengeluaran, sehingga dianggap paling tua dan banyak mengandung
kelemahan, namun sangat populer karena pengguanaannya dianggap
mudah untuk dilaksanakan), cenderung sentralistis, bersifat spesifikasi,
tahunan, dan menggunakan prinsip-prinsip anggaran bruto.
b. Pendekatan New Public Management.
Memiliki karakteristik komprehensif/komparatif, terintegrasi dan
lintas departemen, proses pengambilan keputusan yang rasional, bersifat
jangka panjang, spesifikasi tujuan dan pemeringkatan prioritas, analisis
total cost dan benefit, berorientasi pada input; output; dan outcome, dan
adanya pengawasan kinerja.
Teknik penganggaran dalam sektor publik paradigma new publik
management.
1) Anggaran kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang
terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang
disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan
publik.
2) Program budgeting disusun berdasarkan pekerjaan atau tugas yang
akan dijalankan, menekankan bahwa keputusan penganggaran harus
didasarkan pada tujuan-tujuan atau output-output dari aktivitas
pemerintahan daripada input untuk menghasilkan barang dan jasa
pemerintah.
3) Zero based budgeting (ZBB) penggunaan pendekatan ini dapat
mengatasi kelemahan pendekatan incrementalism dan line-item.
Kelebihan pendekatan ini adalah dapat menghasilkan alokasi sumber
daya secara efisien, fokus pada value for money, dan memudahkan
untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektifan
biaya.
4) Planning, programming and budgeting system (PPBS) merupakan
suatu anggaran dimana pengeluaran secara primer dikelompokkan
dalam aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada program kerja dan
secara sekunder didasarkan pada jenis atau karakter objek dan
kinerja.

6. Perkembangan Teori Penganggaran Sektor Publik


Gibran dan Sekwat menyarankan empat argumentasi berikut.
a. Teori penganggaran seharausnya selalu sadar bagaimana individu bereaksi,
lokasi mereka, fungs dan interaksi pada sebuah sistem yang lebih besar.
b. Kajian tentang penganggaran seharusnya ditujukan ke makro, konteks
mikro sistem penganggran seharusnya memandang anggaran hanya
sebagai hasil dari sistem yang dinamis dari multi rasionalitas yang
mengoperasikan secara berbeda hasil dari sistem yang dinamis dari multi
rasionalitas yang mengoperasikan secara berbeda dalam bagian yang
berbeda atas proses penganggaran.
c. Sebuah teori tentang penganggaran seharunya menjelaskan pada
subsistem bagaimana interkasi antara tingkat makro pemerintah
memengaruhi perilaku partisipan pada subsistem penganggaran dan
membantu untuk menentukan kekuatan apa yang memengaruhi tujuan
kebijaksanaa, bagaimana tujuan penganggaran dipandang, dan apa yang
cocok serta hasil yang dihasilkan interaksi ni.
d. Tingkat pemisahan atas subsistem penganggaran dengan menerapkan
tingkat rasionalitas yang berbeda, model ini menyediakan kita dengan
sebuah metode yang menguatkan beberapa masalah metodologi pada
teori penganggaran tradisional.

7. Penganggaran dan Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Tahapan mekanisme penganggaran kegiatan untuk tercapainya SPM:
a. Menyelaraskan antara capaian SPM yang terdapat di RPJMD dengan
program-program urusan wajib pemerintah kedalam kebijakan umum
anggaran (KUA) serta prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS)
b. Menyusun rincian kegiatan untuk masing masing program dalam
rangka pencapaian SPM dengan mengacu pada indikator kinerja, dan
batas waktu pencapaian SPM yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Menentukan urutan prioritas kegiatan untuk mencapai SPM, salah satu
metodenya yaitu analytic hierarchy process
d. Menentukan besarnya plafon anggaran untuk masing masing kegatan
dengan menggunakan ASB

B. Sejarah dan Perkembangan Penganggaran di Pemerintahan Indonesia


1. Penganggaran di Era Prareformasi
Ciri-ciri pengelolaan keuangan daerah pada periode ini adalah
a. Pengertian pemerintah daerah adalah kelapa daerah dan DPRD.
b. Perhitungan APBD berdiri sendiri, terpisah dari pertanggungjawaban kepala
daerah.
c. Bentuk laporan perhitungan APBDterdiri atas perhitungan APBD, nota
perhitungan, perhitungan kas dan pencocokan antara sisa kas dan sisa
perhitungan.
d. Pinjaman pemerintah daerah dan BUMD dihitung sebagai pendapatan
pemerintah daerah.
e. Yang terlibat penyusunan APBD adalah kepala daerah dan DPRD
f. Bentuk dan sususan APBD pada periode ini mengalami dua kali perubahan.
g. Indikator kinerja pemerintah daerah mencakup perbandingan antara
anggaran dengan realisasinya, perbandingan antara standar biaya dengan
realisasinya, dan target dan presentase fisik proyek.
h. Pertanggungjawaban atas pengelolaan anggaran lebih ditunjukkan kepada
pemerintahan yang lebih tinggi.
i. Proses penyusunan anggaran menggunakan sistem tradisional dengan
pendekatan inkremental dan line item yang menekankan pada
pertanggungjawaban setiap input yang dialokasikan. Tujuaannya untuk
mengendalikan setiap pengeluaran yang dilakukan.
j. Sistem pencatatan yang dilakukan masih sangat sederhana, yaitu
menggunakan sistem tata buku unggal berbasis kas. Akan tetapi memiliki
kekurangan yaitu pada laporan perhitungan anggaran menjadi tidak relevan
lagi digunakan sebagai instrument untuk mengevaluasi kinerja pemerintah
daerah pada saat itu.
k. Pengawasan terhadap pengeluaran daerah dilakukan berdasarkan ketaatan
terhadap tiga unsur utama, yaitu unsur ketaatan pada peraturan perundang-
perundangan yang berlaku, kehematan dan efisiensi, serta hasil program.

2. Penganggaran di Era (Pasca)-Reformasi (Periode 1999-2004)


Gerakan reformasi ini tidak hanya sekedar menghasilkan pergantian
kekuasaan, melainkan juga diikuti gerakan reformasi disegala bidang. Sistem
desentralisasi melahirkan otonomi daerah, otonomi daerah adalah wewenang
yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur masyarakatnya menurut kehendak
sendiri berdasarkan aspirasi rakyat. Kondisi didalam negeri mengindikasikan
bahwa rakyat menghendaki keterbukaan dan kemandirian. Masa reformasi
memiliki perbedaan dengan masa prareformasi, seperti.
a. Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya, sebagai
badan eksekutif, sedangkan DPRD sebagai badan legislatif. Akibatnya,
laporan pertanggungjawaban kepala daerah pada akhir tahun anggaran yang
bentuknya laporan perhitungan APBD dibahas oleh DPRD.
b. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggraran terdiri atas
laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas, dan
neraca daerah.
c. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos pendapatan, melainkan masuk
dalam pos penerimaan.
d. Proses penyususnan APBD melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat,
selain penda dan DPRD.
e. Bentuk dan susunan APBD terdiri atas tiga bagian yaitu pendapatan, belanja
dan pembiayaan.
f. Indikator kinerja pemda tidak hanya mencakup tiga hal sebagaimana pada
masa prareformasi.
g. Terdapat perubahan mendasar dalam pengelolaan anggaran.
h. Kegiatan akuntansi keuangan daerah pada masa kini masih bersifat
sentralisasi ditingkat satuan kerja pengelolaan keuangan daerah,
sehinggapenyajian laporan keuangan masih hanya pada tingkat
pemerintahan daerah, belum pada tingkat satuan kerja perangkat daerah.

3. Penganggaran di Era Pasca-Reformasi Lanjutan (periode 2004-Sekarang)


Melanjutkan reformasi pengelolaan keuangan negara diterbitkan 3 paket
undang-undang, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004,
dan UU Nomor 15 Tahun 2004. Terdapat beberapa UU yang digantikan
dengan UU tterbaru, seperti UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU
Nomor 22 Tahun 1999, UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti UU
Nomor 25 Tahun 1999.
Adanya paket undang-undang tentang keuangan negara yang baru, maka
perlu mengubah atau merivisi peraturan pemerintah, seperti PP Nomor 105
Tahun 2000 diganti dengan PP Nomor 58 Tahun 2005, Kepmendagri Nomor
29 Tahun 2002 diganti Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006. Beberapa
perubahan dasar yang terjadi pada periode ini adalah:
a. Dikenalkan kembali bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.
b. Pengelompokan belanja diganti dari belanja aparatur, menjadi belanja
langsung dan belanja tidak langsung
c. Diterapkannya konsep multi terms expenditure framework
d. Perlunya penyusunan sistem akuntansi keuangan daerah yang
mensyaratkan adanya standar akuntansi pemerintahan.
e. SKPD menjadi entitas akuntansi yang harus melaksanakan akuntansi
sebagai bagian dari entitas pelaporan.
Diterapkannya PP Nomor 71 Tahun 2010 dan menggantikan PP Nomor 24
Tahun 2005. PP Nomor 71 Tahun 2010 merupakan amanat dari UU Nomor 71
Tahun 2003 Pasal 36. Selain itu PP Nomor 71 Tahun 2010hanya
memberlakukan basis akrual, masih memberlakukan basis kas, dan merupakan
agenda dimasa mendatang bagi entitas.

4. Agenda di Masa Mendatang


Agenda masa mendatang adalah bagaimana menyusun konsep dan aplikasi
penganggaran berbasis akrual yang merupakan syarat diterapkannya akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Jika anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaannya masih berbasis kas sedangkan realisasinya berbasis akrual,
maka antara anggaran dan relisasinya tidak dapat diperbandingkan. Selain
pembahasan konsep dan aplikasi nya sangat rumit dalam lingkungan
pemerintahan, juga diperlukan dukungan SDM yang banyak yang benar-benar
berkompeten dan ahli memahami dalam pengelolaan keuangan pemerintahan.
Oleh karena itu, perlu adanya komitmen dan dukungan politik dari para
pengambil keputusan dalam pemerintaha daerah, karena upaya penerapan
akuntansi berbasis akrual memerlukan dana yang besar dan waktu yang
panjang, bahkan lebih panjang daripada masa periode jabatan kepala daerah
dan anggota DPRD.
KESIMPULAN

Pada bab teori dan konsep penganggaran sektor publik diketahui bahwa anggaran
dapat berfungsi sebagai alat untuk merencanakan, mengendalikan, menilai, dan lain
sebagainya. Anggran juga memiliki karakteristik seperti anggaran dinyatakan dalam
satuan keuangan; anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu; anggaran berisi
komitmen atau kesanggupan manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan,
prinsip-prinsip seperti periodik; akurat; jelas; transparan, maupun pendekatan seperti
pendekatan tradisional dan pendekatan new public management. Dengan mengerti
komponen teori serta konsep, akan lebih mudah untuk memahami perkembangan
terorinya, seperti yang dikatakan Gibran dan Sekwat, seperti salah satunya Teori
penganggaran seharausnya selalu sadar bagaimana individu bereaksi.
Sejarah yang terjadi pada penganggaran di pemerintahan Indonesia menunjukkan
bahwa penganggaran di pemerintahan Indonesia mengalami kemajuan atau
perkembangan dalam penyusunannya. Dapat dibuktikan bahwa penganggaran yang
terjadi saat era prareformasi berubah pada saat era (pasca-)reformasi (periode 1999-
2004) yang ditunjukkan seperti halnya pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos
pendapatan, melainkan masuk dalam pos penerimaan; proses penyususnan APBD
melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat, selain penda dan DPRD; bentuk dan
susunan APBD terdiri atas tiga bagian yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan;
indikator kinerja pemda tidak hanya mencakup tiga hal sebagaimana pada masa
prareformasi; terdapat perubahan mendasar dalam pengelolaan anggaran.
Pada masa era pasca-reformasi lanjutan (periode 2004-sekarang) juga
menunjukkan perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari berubahnya atau terjadi
perubahan pada Undang-undang, Peraturan Perundang-undangan, Kepmendagri,
maupun Permendagri yang terus mengikuti perkembangan tahun. Sehingga dengan
adanya perkembangan-perkembangan tersebut, akan terciptanya agenda dimasa
mendatang dalam mengatur anggaran keuangan di pemerintahan Indonesia ini.

Vous aimerez peut-être aussi

  • Asp - RTM 12
    Asp - RTM 12
    Document12 pages
    Asp - RTM 12
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 11
    Asp - RTM 11
    Document18 pages
    Asp - RTM 11
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 10
    Asp - RTM 10
    Document12 pages
    Asp - RTM 10
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 2
    Asp - RTM 2
    Document11 pages
    Asp - RTM 2
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 7
    Asp - RTM 7
    Document11 pages
    Asp - RTM 7
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 10
    Asp - RTM 10
    Document12 pages
    Asp - RTM 10
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 9
    Asp - RTM 9
    Document12 pages
    Asp - RTM 9
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 5
    Asp - RTM 5
    Document11 pages
    Asp - RTM 5
    Rachmawati Yudiani
    100% (1)
  • Asp - RTM 9
    Asp - RTM 9
    Document12 pages
    Asp - RTM 9
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 4
    Asp - RTM 4
    Document12 pages
    Asp - RTM 4
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 3
    Asp - RTM 3
    Document11 pages
    Asp - RTM 3
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Asp - RTM 2
    Asp - RTM 2
    Document11 pages
    Asp - RTM 2
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Kasus 1
    Kasus 1
    Document3 pages
    Kasus 1
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Teori - PPT Aset
    Teori - PPT Aset
    Document13 pages
    Teori - PPT Aset
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Jurnal - Semua Transaksi - 1092
    Daftar Jurnal - Semua Transaksi - 1092
    Document2 pages
    Daftar Jurnal - Semua Transaksi - 1092
    Rachmawati Yudiani
    Pas encore d'évaluation