Vous êtes sur la page 1sur 36

TUGAS

KEPERAWATAN DEWASA

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS


KANGKER PARU

OLEH KELOMPOK I :
Mega Sara Yulianti

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan
wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru-paru
yang mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat
1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi
kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan
173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki
peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor
paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena
sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui
tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya.
Sebagian besar kanker paru mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan pada
wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok
yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55
65 tahun. Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Kanker paru dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan
angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan
rehabilitatif.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan dengan pasien menderita penyakit cancer paru.

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum:
Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
2. Tujuan Khusus:
1. Menjelaskan konsep dasar dari penyakit kanker paru
2. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker paru
3. Menjelaskan etiologi dari penyakit kanker paru
4. Menjelaskan patofisiologi kanker paru
5. Menjelaskan Stadium kanker paru
6. Menjelaskan manifestasi klinis kanker paru
7. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada kanker
paru
8. Menjelaskan komplikasi pada kanker paru

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien kanker paru
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien kanker paru
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TUMOR PARU

A. Anaomi dan Fisiologi Paru


1. Anatomi Paru
Paru manusia terbentuk setelah embrio mempunyai panjang 3 mm.
Pembentukan paru di mulai dari sebuah Groove yang berasal dari Foregut.
Selanjutnya pada Groove ini terbentuk dua kantung yang dilapisi oleh suatu
jaringan yang disebut Primary Lung Bud. Bagian proksimal foregut membagi
diri menjadi 2 yaitu esophagus dan trakea.
Pada perkembangan selanjutnya trakea akan bergabung dengan primary lung
bud. Primary lung bud merupakan cikal bakal bronchi dan cabang-cabangnya.
Bronchial-tree terbentuk setelah embrio berumur 16 minggu, sedangkan alveoli
baru berkembang setelah bayi lahir dan jumlahnya terus meningkat hingga
anak berumur 8 tahun. Ukuran alveol bertambah besar sesuai dengan
perkembangan dinding toraks. Jadi, pertumbuhan dan perkembangan paru
berjalan terus menerus tanpa terputus sampai pertumbuhan somatic berhenti.
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni
saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui
paru-paru atau pernafasan external, oksigen di pungut melalui hidung dan
mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial
ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan
darah oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah
merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua
bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg
dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru, karbon dioksida,
salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler
dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea,
dinafaskan keluar melalui hidung dan mulut.
2. Fisiologi Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti
yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama
inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga
terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis
eksternus mengangkat iga-iga (Price,1994)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas
dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi,
dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga
toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih
tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara
mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi
sama kembali pada akhir ekspirasi (Price,1994)
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan
pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah
dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut
besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di
alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar
103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa
udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran
udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan
alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi
kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir
(Price,1994)
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler
darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu
kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal
memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis
paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin
tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi
tidak diakui sebagai faktor utama (Rab,1996).

B. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT


Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain adenoma,
hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik. Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal yang
cenderung menginvasi jaringan di sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat
jauh. Terdapar beberapa kategori kanker
Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan
disekitarnya dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi
karena profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi
pejamu. Istilah kanker menagcu pada lebih dari 100 bentuk penyakit. Meskipun
setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul melalui beberapa proses yang
sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan genetik secara krusial.
(elizabeth, 2008)

1. Definisi
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 1993, karsinoma bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut
Susan Wilson dan June Thompson, 1990, kanker paru adalah suatu
pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali
dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen
lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010)
Tipe Kanker Paru
Ada dua tipe utama kanker paru:
1) Small cell lung cancer carcinoma (SCLC) --- kanker paru jenis karsinoma
sel kecil (KPKSK)
2) Non-small cell lung cancer carcinoma ( NSCLC) --- kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yaitu terdiri dari:
o Adenokarsinoma yang mencakup 40% kanker paru, lebih banyak
muncul pada wanita.
o Squamous cell karsinoma lebih jarang dijumpai, dan mencakup 25%
dari kasus kanker paru serta paling banyak terjadi pada pria dan orang
tua.
o Large cell (kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil). Tipe kanker
paru yang paling jarang yang mencakup 10% kanker paru, tumbuh
lebih cepat dibanding tipe lain serta menyebar cepat dalam paru.
NSCLC adalah tipe yang paling umum dari kanker paru, mencakup 75 -80%
dari semua kasus. Membedakan NSCLC and SCLC sangatlah penting
karena kedua tipe kanker ini memerlukan terapi yang berbeda.
Stadium.
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru-paru: 1986 American Joint
Committee on Cancer.
Gambarn TNM Defenisi
Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer

Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi


bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada
radiogram atau bronkoskopi

TIS Karsinoma in situ

T1 Tumor dengan diameter 3 cm dikelilingi paru


paru atau pleura viseralis yang normal.

Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam


T2 setiap ukuran dimana sudah menyerang pleura
viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang
meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari
karina.

Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan


T3
langsung pada dinding dada, diafragma, pleura
mediastinalis, atau pericardium tanpa
mengenai jantung, pembuluh darah besar,
trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau
dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak
melibat karina.

Tumor dalam setiap ukuran yang sudah


T4 menyerang mediastinum atau mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea,
esofagus, koepua vertebra, atau karina; atau
adanya efusi pleura yang maligna.

Kelenjar limfe regional (N)


Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar
N0
limfe regional.

Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar


N1 kelenjar hilus ipsilateral.

Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau


N2 kelenjar limfe subkarina.

Metastasis pada mediastinal atau kelenjar


kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar
N3 kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.

Tidak diketahui adanya metastasis jauh


Metastasis jauh (M)
M0 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu
(seperti otak).
M1

Sputum mengandung sel sel ganas tetapi


Kelompok stadium tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer
Karsinoma tersembunyi TxN0M0 atau metastasis.

Karsinoma in situ.

Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa


Stadium 0 TISN0M0 adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe
regional atau tempat yang jauh.
Stadium I T1N0M0
T2N0M0
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan
terdapat bukti adanya metastasis pada kelenjar
Stadium II T1N1M0 limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.
T2N1M0
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau
tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe
peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada
Stadium IIIa T3N0M0 metastasis jauh.
T3N0M0
Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar
limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau
pada kelenjar limfe skalenus atau
supraklavikular; atau setiap tumor yang
Stadium IIIb Setiap T N3M0 termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa
T4 setiap NM0 metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada
metastasis jauh.

Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Stadium IV Setiap T, setiap


N,M1

2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih
belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari
bahan bahan karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan
kemungkinan perana predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau
ras serta status imunologis.
a. Merokok
Kejadian kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan
kira-kira 90% dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari
penggunaan tembakau. Risiko kanker paru-paru meningkat dengan jumlah
rokok-rokok yang dihisap melalui waktu; dokter-dokter merujuk risiko ini
dalam hal sejarah merokok bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus
rokok yang dihisap per hari dikalikan dengan jumlah tahun-tahun
penghisapan). Contohnya, seorang yang telah merokok dua bungkus rokok
per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah 20 bungkus tahunan.
Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan dengan suatu sejarah merokok
10 bungkus tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30 bungkus
tahunan atau lebih dipertimbangkan mempunyai risiko yang paling besar
mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang merokok dua bungkus
atau lebih rokok per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker
paru.
Menghisap pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun
risikonya tidak setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok
satu bungkus rokok per hari mempunyai suatu risiko mengembangkan
kanker paru yang 25 kali lebih tinggi daripada seorang yang tidak merokok,
perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai suatu risiko kanker paru yang
kira-kira 5 kali daripada seseorang yang tidak merokok.
Asap tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia,
banyak darinya telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen.
Dua karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-
kimia yang dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic
hydrocarbons. Risiko mengembangkan kanker paru berkurang setiap tahun
seiring dengan penghentian merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan
menggantikan sel-sel yang rusak didalam paru. Pada mantan-mantan
perokok, risiko mengembangkan kanker paru mulai mendekati yang dari
seorang bukan perokok kira-kira 15 tahun setelah penghentian merokok.
3) Merokok Pasif
Serat-serat asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers)
yang dapat menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan
paparan pada asbes-asbes. Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada
serat-serat asbes yang umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas
di masa lalu untuk kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas
dan akustik. Sekarang, penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak
negara-negara, termasuk Amerika. Kedua-duanya kanker paru
dan mesothelioma (suatu tipe kanker dari pleura atau dari lapisan rongga
perut yang disebut peritoneum) dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes.
Mehisap rokok secara dramatis meningkatkan kemungkinan
mengembangkan suatu kanker paru yang berhubungan dengan asbes pada
pekerja-pekerja yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes yang tidak merokok
mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker paru
daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok
mempunyai suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada
bukan perokok.
4) Radon Gas
Radon gas adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu
pemecahan produk uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur
membentuk produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang
mengionisasi. Radon gas adalah suatu penyebab kanker paru yang dikenal,
dengan suatu estimasi 12% dari kematian-kematian kanker paru diakibatkan
oleh radon gas, atau 15,000 sampai 22,000 kematian-kematian yang
berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di Amerika, membuat radon
penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika. Seperti dengan paparan
pada asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat besar risiko kanker
paru dengan paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak melalui tanah
dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara fondasi-fondasi,
pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka lainnya. The U.S.
Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa satu dari setiap 15
rumah-rumah di Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang
berbahaya. Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau, namun ia dapat
terdeteksi dengan kotak-kotak tes yang sederhana.
5) Kecenderungan Keluarga
Ketika mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap
tembakau, fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya mengembangkan
kanker paru menyarankan bahwa faktor-faktor lain, seperti kepekaan genetik
individu, mungkin memainkan suatu peran dalam menyebabkan kanker
paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa kanker paru
kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun yang
tidak merokok yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum.
Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu daerah pada lengan panjang
dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan mengandung suatu gen
yang memberikan suatu kepekaan yang meningkat mengembangkan kanker
paru pada perokok-perokok.
6) Penyakit-Penyakit Paru
Kehadiran penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive
pulmonary disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat
sedikit (empat sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk
mengembangkan kanker paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap
rokok serentak telah ditiadakan.
7) Sejarah Kanker Paru sebelumnya
Orang-orang yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang
lebih besar daripada populasi umum mengembangkan suatu kanker paru
kedua. Orang-orang yang selamat dari non-small cell lung cancers
(NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko tambahan dari 1%-2%
per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada orang-orang yang
selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko mengembangkan
kanker-kanker kedua mendekati 6% per tahun.
8) Polusi Udara
Polusi udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat
pembangkit tenaga (listrik) dapat meningkatkan kemungkinan
mengembangkan kanker paru pada individu-individu yang terpapar. Sampai
1% dari kematian-kematian kanker paru disebabkan oleh pernapasan udara
yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa paparan yang memanjang
(lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi dapat membawa suatu risiko
serupa dengan yang dari merokok pasif untuk mengembangkan kanker paru.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker paru-
paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang
dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya
sebagian kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada
wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat
bekerja. Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter,
gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru,
meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan
polusi udara sebagai penyebab kanker paru-paru masih belum jelas.
Beberapa kasus terjadi karena adanya pemaparan oleh gas radon di rumah
tangga. Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel
alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya telah memiliki jaringan parut
karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis dan fibrosis.
Kanker paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok.
Lebih dari 80% kanker paru berhubungan dengan perokok. Bagaimanapun,
tidak semua perokok akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari
merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko seseorang terkena
kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang
yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang dapat menjadi faktor risiko
terutama berkaitan dengan udara yang dihirup.
9) Kekurangan Vitamin A dan C
Suatu penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan
vitamin A dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner
dan kanker. Hal ini terkait dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai
antioksidan yang mampu melawan radikal bebas. Pencegahan kanker.
Kemampuan retinoid dalam memengaruhi perkembangan sel epitel dan
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan, berpengaruh terhadap pencegahan
kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara, dan kantong kemih.
Betakaroten bersama dengan vitamin E dan C telah berperan aktif sebagai
antioksidan untuk mencegah berbagai kanker.
Fakta bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi
telah terbukti menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel
itu sendiri tetap normal. Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika
kita sedang berusaha memerangi kanker namun menginginkan tubuh yang
normal tidak me-ngalami cedera. Frie dan Lawson berdiskusi seberapa
tinggi dosis vitamin C dapat meningkatkan produksi hydrogen peroksida,
yang diperkirakan merupakan zat utama yang menentukan sifat anti kanker
dari vitamin C.

2. Gejala klinis
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan
infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2
minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea,
hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena
cava superior syndroma).
Rata- rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 -5
tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke
daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi
penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.
a. Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi
bronkus
b. Gejala Umum
Menurut Price (1995), gejala umum pada klien dengan Ca paru antara lain
yaitu:

Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
kering tanpa membentuk sputum , tetapi berkembang sampai titik dimana
dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
infeksi sekunder .
Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi
Anoreksia, lelah , berkurangnya berat badan

4. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


1. Radiologi
a) Foto thorax posterior anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
b) Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a) Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b) Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c) Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3. Histopatologi.
a) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
c) Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.

d) Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e) Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
4. Pencitraan
a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b) MRI

5. Penatalaksanaan medis dan Keperawatan


Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan
hidup klien.
b. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan,
2000).
Penatalaksanaan klien dengan kanker paru adalah :
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak
tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi,
seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/
bronkus.
3. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas
serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.

6. Komplikasi
Paru-paru komplikasi kanker adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan
lain yang disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara
gejala dan komplikasi dari penyakit ini tidak jelas. Komplikasi mungkin karena
penyakit itu sendiri atau efek samping dari salah satu perawatan.
Kanker paru-paru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
a. Sesak napas.
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker
berkembang untuk menutup saluran udara yg utama.
b. Batuk darah.
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat
membuat Anda batuk darah (hemoptisis).
c. Nyeri.
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari
tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.
d. Cairan di dada (efusi pleura).
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi
paru-paru di rongga dada (ruang pleura).
e. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis).
Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya
berlawanan dengan paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal.
Kanker yang meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, `tau
tanda-tanda dan gejala lain bergantung pada organ yang terkena.
f. Kematian.
Sayangnya, tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan
penyakit ini sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran, jenis,
dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan
penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan runtuhnya
daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan
berkembang.
Penyebaran kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat
menyebabkan rasa sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan
hormon yang dapat menyebabkan gejala seperti memerah dan diare.

7. Patofisiologi.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan
adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia
dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia
dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa
diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KANKER PARU


A. Pengkajian
1. Riwayat :
Perokok berat dan kronis, terpajan terhadpa lingkungan karsinogen, penyakit
paru kronis sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut
dan fibrosis pada jaringan paru.
2. Pemeriksaan fisik :
a. Aktivitas/istirahat
Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe
karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.
b. Sirkulasi
Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial (menujukan
efusi) tachicardia?disritmia, jari tabuh.
c. Integritas Ego
Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah,
insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d. Eliminasi
Diare yang hilang timbul (ketidakseimbngan hormonal), Peningkatan
frekuesnsi/jumlah urine (Ketidakseimbngan Hormonal).
e. Makanan/cairan
Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,
kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan
Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot (tahap lanjut 0, Edema
wajah, periorbital (ketidakseimbangan hormonal), glukosa dalam urine .
f.Ketidaknyamanan/nyeri
Nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri
bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap
peningkatan hormon pertumbuhan, nyeri abdomen hilang/timbul.
g. Pernafasan
Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya, peningkatan produksi
sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis
pita suara, dan riwayat merokok. Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja,
peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(ganguan aliran udara). Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal
(area yang mengalami lesi) Hemoptisis.

h. Keamanan
Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.
i. Seksualitas
Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j. Penyuluhan/pembelajaran
Faktor resiko keluarga: adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk
membaik.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi bronkial
sekunder karena invasi tumor.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor
paru.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan
dan dyspnea
4. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum.
3. Rencana Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Tidak efektif bersihan jalan Bersihan jalan napas akan paten 1. Auskultasi paru akan ronkii, rales Lihat adekuatnya pertukaran gas dan luasnya
napas berhubungan dengan dengan kriteria batuk hilang, suara atau mengi. obstruksi jalan napas karena skeret.
obstruksi bronkial sekunder napas bersih, x ray bersih. Melihat keseimbangan asam dan basa dan
karena invasi tumor. 2. Monotr ABGs kebutuhan untuk terapi oksigen
Melihat adanya sel kanker
3. Monitor hasil sputum sitologi Sekret bergerak sesuai gravitasi sesuai perubaha
4. Beri posisi optimal kepala tempat posisi. Meninggikan kepala tempat tidur
tidru ditinggikan. memungkinkan diafragma untuk brkontraksi
Mensuplay oksigen dan mengurangi kerja
pernapasan
5. Atur humifier oksigen Sekret bergerak sesuai perubahan tubuh terhadap
gravitasi
6. bantu pasien dengan ambulasi atau Mengencerkan sekret
ubah posisi
7. anjurkan intake 1,5 2 L/hari Batuk mengeluarkan sekret yang menunmpuk
kecuali kontraindikasi
8. Bantu pasien yang batuk
2. Gangguan rasa nyaman Mendemonstrasikan bebas nyeri 1. Beri analgesik dan evaluasi keefektifannya Rasa nyaman merupakan prioritas dalam
nyeri berhubungan dengan dengan kriteria ekspresi wajah rileks, pemberian perawatan pasien demgam tumor.
penekanan saraf oleh tumor pengembangan paru optimal, Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis tinggi.
paru. menyatakan nyeri hilang 2. Untuk meminimalkan nyeri dada pleural : Napas dalam dan batuk kuat meregangkan
anjurkan untuk menahan dada dengan kedua membran pleura dan menimbulkan nyeri dada
tangan atau dengan bantal saat batuk, dorong pleuritik. Nikotin dari tembakau bisa
pasien untuk berhenti merokok, dan berikan menyebabkan konstriksi bronkial dan menuruhkan
pelembab udara sesuai order dan obat antitusif gerakan silia yang melapisi saluran pernapasan.
Anti batuk menekan pusat batuk di otak
3. Untuk meminimalkan nyeri tulang : mmembalik Metastase ke tulang menyebabkan nyeri hebat.
hati - hati dan berikan dukungan, hindari menarik Pada banyak pasien bahkan sentuhan ringan
ekstremitas, berikan matras yang lembut, ubah dapat menimbjlkan rasa nyeri.
posisi tiap 2 jam.
3. Perubahan nutrisi kurang Status nutrisi ditingkatkan dengan 1. Kaji diet harian dan kebutuhannya Bantu menentukan diet individu
dari kebutuhan tubuh kriteria BB bertambah, makan sesuai 2. Timbang BB tiap minggu Sesuai penngkatan nutrisi.
berhubungan dengan diet seimbanmg, albumin, limfosit 3. Kaji faktor psikologi Mengidentifikasi efek psikologis yang
kelelahan dan dyspnea normal, lingkar lengan normal mempengaruhi menurunnya makan dan minum
Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun
4. Moniitor albumin dan limfosit Mengurangi dyspnea denan mengurangi kerja
paru
5. Beri oksigen selama makan sesuai keperluan Menghilangkan rasa sputum yang bisa
6. Anjurkan oral care sebelum makan mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi napsu
7. Atur anti emetik sebelum makan makan
Mendukung sistem imun
8. Berikan diet TKTP Sebagai diet suplemen atau tambahan
9. Atur pemberian vitamin sesuai order
4. Aktivitas intolerans Pasien mampu melakukan akvitas 1. Observasi respon terhadap aktivitas Melihat kemapuan beraktivitas
berhubungan dengan tanpa keleahan atau dyspnea dengan 2. Identifikasi faktor yang mempengaruhi intolerans Intevensi dilaksanakan sesuai faktor yang
kelemahan secara umum. kriteria hasil mampu melakukan seperti stres, efek samping obat mempengaruhi
aktivitas hariannya. 3. rencanakan periode istirahat di antara waktu
bekerja Mengurangi kelelahan melalui isitirahat yang
4. anjurkan untuk lakukan aktivitas sesuai cukup
kemampuan pasien Menemukan pasien kebutuhannya ttanpa
5. berikan program latihan aktivitas sesuai toleransi menyebabkan kelelahan
6. Rencanakan bersama keluarga mengurangi energi Meningkatkan independensi pasien sendiri
yang berlebihan saat melakukan aktivitas harian Identifikasi menyimpan energi .
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2010
http://kankerparu.org/main/index.php?
option=com_content&task=view&id=19&Itemid=3, diakses 17 November 2010
jam: 19.26
Anonymous. 2010 http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer2.html,diakses 17
November 2010 jam: 18.35
Anonymous. 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru, diakses tanggal 17
November 2010 jam: 16.41
Carpenito, L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. EGC:Jakarta
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses
Holistik. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung.
Price, Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-
proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta:
B First
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.

Underwood, J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2. EGC:Jakarta

Betz, Cecily L., Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 3, Jakarta, EGC, 2002

Dudley, H.A.F., Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press, 1992.

Ludman, Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta,
Hipokrates, 1996

Smeltzer, Suzanne C., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,
edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.

Phipps, Wilma. et al, (1991), Medical Surgical Nursing : Concepts and Clinical
Practice, 4th edition, Mosby Year Book, Toronto
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa
Suharyati S, volume 1, EGC, Jakarta
Tucker, Martin dkk, (1999), Standar Perawatan Pasient,alih bahasa Yasmin Aih dkk,
volume 4, edisi V, EGC, Jakarta
Alsagaff, Hood, dkk. (1993), Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University
Press, Surabaya.
Lab/UPF Ilmu Penyakit Paru, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi RSUD Dokter
Soetomo, Surabaya
Wilson, Susan and Thompson, June (1990), Respiratory Disorders, Mosby Year
Book, Toronto.
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN TN. MOCH. ZEN DENGAN TUMOR PARU
DI RUANG PARU LAKI RSDS SURABAYA
TANGGAL 12 16 NOPEMBER 2001

Tgl. MRS : 12 11 2001


No. Register : 10103611

Tempat/tanggal pengkajian :PARU LAKI,13 11 - 2001

I. PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas pasien
1. Nama : Tn. Moch. Zen (Laki laki /65 tahun)
2. Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
3. Agama : Islam
4. Status perkawinan : kawin
5. Pendidikan/pekerjaan : SD/petani.
6. Bahasa yang digunakan : Jawa dan Indonesia
7. Alamat : Kali Sampurno Rt 1 Rw 1 Sidoarjo
8. Kiriman dari : datang sendiri
B. Penanggung jawab pasien
Penanggung jawab pasien adalah pasien sendiri dan anak anaknya.
II. Alasan masuk rumah sakit
A. Alasan dirawat :
Nyeri dada yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri terasa terutama pada kanan
atas dan tembus ke skapula dan napsu makan menurun.
B. Keluhan utama :
Pasien mengatakan ia merasa nyeri pada dada kanan atas. Menurut pasien penyebab
nyeri tidak diketahui, dimana faktor yang memperberat adalah lingkungan yang
dingin terutama di malam hari. Usaha yang dilakukan adalah duduk tenang, mernarik
napas dalam. Nyeri dirasakan seperti tertekan dan rasa terbakar. Lokasinya pada dada
kanan atas dan menyebar ke skapula (belikat), serta lengan kanan. Skala keparahan
yaitu angka 5 pada skala 5. Timbulnya nyeri tidak tentu, kadang-kadang dan lamanya
kira kira 5-10 menit.
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
Pasien tidak pernah menderita penyakit apapun. Pasien merupakan penggemar dalam
hal merokok, sehari bisa 2-3 bungkus. Hal ini dijalani selama 30 tahun. Pasien tidak
pernah dirawat di rumah sakit dan sekarang ini merupakan hal yang bagi pasien.
Tidak ada alergi makanan ataupun obat.
B. Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan bahwa sejak 1 dada kanan atas terasa sakit sekali. Kadang-
kadang batuk Berusaha minum jamu tetapi tidak membantu. Membeli obat (pasien
lupa nama) kurangi nyeri tetapi bersifat sementara saja. Karena nyeri tidak bisa
ditahan lagi akhirnya oleh keluarga dianjurkan untuk dibawa ke IRD dan oleh dokter
dianjurkan untuk opname.
C. Riwayat kesehatan keluarga :
Kakek, nenek, saudara kandung pasien tidak ada yang sakit.
Genogram :

IV. Informasi khusus


A. Masa balita
1. Keadaan bayi lahir
Pasien waktu lahir normal dan sehat. Tidak tahu APGAR score, BB dan PB lahir, dan
lingkar kepala dan dada.
2. Riwayat sehari hari
Pasien mengatakan sebagai anak desa ia tumbuh dan berkembang sebagaimana
layaknya teman teman yang lain selama dalam proses tumbuh kembang.
B. Klien wanita
Tidak dikaji
V. Aktivitas hidup sehari hari
Aktivitas sehari Pre masuk RS Di rumah sakit
hari
A. Makan dan
minum Pasien makan tiga kali sehari, Pasien mengatakan napsu makan
1. Nutrisi tidak ada makanan pantangan, menurun, tidak bisa
napsu makan menurun sejak menghabiskan porsi yang
1 bulan yang lalu. disiapkan.
Mengatakan berat badannya Pasien suka minum susu yang
turun. disiapkan oleh rumah sakit.
2. Minum Pasien minum air putih 6 8
gelas/hari kadang - kadang
minum jamu
B. Eliminasi
1. BAB 1 kali sehari, tidak konstipasi, Sejak masuk BAB normal dan
warna dan jumlah normal tidak ada kelainan.
serta tidak ada kelainan dan
bau
2. BAK BAK 2 kali/hari, tidak ada BAK 2 kali perhari, jumlah tidak
kelainan tentu, warna kuning dan tidak
ada kelainan
3. Keringat Berkeringat terutama pada Berkeringat terutama pada
malam hari malam hari
C. Istirahat dan
tidur Siang istirahat siang jam Istirahat di tempat tidur.
1. Istirahat 11.00-13.00, malam jam
19.00-21.00
Siang tidur jam 22.00 Pasien mengatakan tadi malam
2. Tidur 05.00. kesulitan tidur yaitu tidurnya tidak cukup karena jam
bila timbul nyeri dan keringat 23.00 01.00 merasa nyeri yang
dingin. Cara mengatasi sekali. Pasien hanya bisa duduk
bangun dan duduk. saja.
D. Aktivitas Pasien pagi-pagi sudah ke Pasien hanya duduk dan tidur-
sawah sebagai seoragn petani. tiduran saja.
Waktu perjalanan ke tempat
kerja 15-20 menit dengan
jalan kaki.
E. Kebersihan Pasien mandi 2 X/hari, tidak Pasien mandi pagi dan sore,
diri ada hambatan dalam menggosok gigi. Melakukan
melakukan personal hygiene personal hygiene di kamar
mandi.
F. Rekreasi Pasien menonton tv, Tidak bisa dilakukan karena
mendengar tape dan juga masuk rumah sakit
radio

VI. Psikososial
A. Psikologis
1. Persepsi klien terhadap penyakit :
Pasien mengatakan belum mengetahui proses penyakit yang diderita sekarang ini.
Sebab dokter mengatakan pengobatan sekarang ini adalah untuk mengurangi nyeri.
2. Konsep diri :
Pasien mengatakan sebagai kepala keluarga perannya terganggu.
3. Keadaan emosi :
Pasien nampak pasrah saja terhadap apa yang dialaminya, mengatakan apa saja yang
dilakukan terhadapnya akan diterima dengan senang hati.
4. Kemampuan adaptasi :
Pasien mampu beradaptasi terhadap apa yang dialaminya sekarang.
5. Mekanisme pertahanan diri :
Pasien pasrah pada keadaannya, dan berdoa.
B. Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan keluarga lain harmonis, dimana anak-anaknya
scara bergantian menunggu dan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Saat berinteraksi dengan perawat, pasien kontak mata.
C. Spiritual
Pelaksanaan ibadah : pasien beribadah 5 waktu. Keyakinan tentang kesehatan penting
memperhatikan kebersihan dan makan yang cukup.
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum :
Nampak berusaha tenang, kesadaran baik, tampak sakit sedang : lemah. Tingkat
kesadaran compos mentis, GCS : 4 5 6. TB 159 cm dan BB 40 Kg. Ciri tubuh
kulit pucat dan sawo matang, rambut air. Tanda vital : nadi 108 X/menit, RR 24
X/menit, tekanan darah 130/80 mmHg dan suhu 367 oC.
B. Head to toe
1. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada luka atau cedera kepala dan kulit kepala tidak ada
kotoran atau bersih.
2. Rambut
Rambut lurus, warna putih sebagian, nampak bersih, tidak ada ketombe, tidak tertata
rapih (awut-awutan).
3. Mata (penglihatan).
Visus normal, tidak menggunakan alat bantu. Konjungtiva anemis. Kelopak mata
bawah nampak membengkak.
4. Hidung (penciuman).
Bentuk normal, tidak ada kelainan seperti deviasi septum, mempunyai dua lubang,
peradangan mukosa dan polip tidak ada, sedangkan fungsi penciuman normal.
5. Telinga (pendengaran).
Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal : simetris kiri dan kanan, fungsi
pendengaran baik, tidak ada serumen dan cairan, serta alat bantu tidak ada.
6. Mulut dan gigi.
Bentuk bibir normal, bau mulut tidak holitosis. Tidak ada perdarahan dan peradangan
pada mulut. Jumlah gigi seri atas tanggal dua, ada karang/caries, tepi lidah tidak
hiperemik, tidak ada benda asing atau gigi palsu. Sedangkan fungsi pengecapan baik,
bentuk dan ukuran tonsil normal serta tidak ada peradangan pada faring.
7. Leher
Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran, leher membesar, tidak ada kaku
kuduk.
8. Thoraks (fungsi pernapasan)
Inspeksi : asimetris dimana dada kanan tertinggal, pengembangan dada kurang
optimal. Palpasi : hangat, ada vokal fremitus ekspirasi maksimal. Perkusi : ada bunyi
pekak pada dada kanan. Auskultasi : tidak ada ronchii, ataupun wheezing, bunyi
vesikuler menurun pada paru kanan.
9. Abdomen
Inspeksi : tidak ada massa abdomen, simetris, tidak ada jaringan parut, dilatasi vena
ataupun kemerahan. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, hati dan
limpa tidak teraba. Perkusi : normal. Auskultasi : bising usus normal (15 X/menit).
10. Reproduksi (alat kelamin)
Tidak dikaji.
11. Ekstremitas
Tidak ada luka pada tangan kiri dan kanan. Kekuatan cukup, dimana mampu
membolak balikan tangan dan menggerakan kakinya.
12. Integumen
Secara umum kulit kelihatan bersih, tidak ada penyakit kulit. Teraba hangat di dahi
dan daerah thoraks. Kulit kering, lemak subkutis kurang.
VIII. Pemeriksaan penunjang
A. Laboratorium :
Tanggal 12 11- 2001 : WBC 9,6 X 10,e9/L, Hb 14,5 gr/dl, Hct 47,0 dan PLT 405 X
10,e9/l
B. Radiologi : Foto thorax PA : 12 11- 2001 : jantung tampak terdorong
ke kiri dan ada bayangan massa pada daerah parahiler sampai
suprahiler kanan. Kesimpulan : tumor paru kanan, tumor pancoast.
C. USG : Tidak ada
D. Endoskopi : tidak ada
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Subyektif :
Pasien mengatakan belum mengerti proses Kurang terpapar Kurang
penyakitnya, menanyakan penyebab terhadap informasi pengetahuan
sakitnya.
Obyektif :
Pendidikan SD, belum pernah mendengar
penyakit tumor paru, tidak bisa menjawab
saat ditanyakan mengenai proses dan
penyebab penyakit serta pengobatan yang
akan dijalani.
Subyektif :
Mengatakan sebelum MRS napsu makan Intake inadekuat Perubahan nutrisi
menurun, mengatakan baju dam celana
yang dipakai longgar.
Obyektif :
Nampak lemah, konjungitva anemis, BB 40
Kg, menghabiskan porsi yang disiapkan,
kurus
Subyektif :
Mengatakan nyeri pada dada kanan atas, Penekanan saraf Gangguan rasa
merambat ke skapula, terasa seperti oleh tumor nyaman
tertekan dan terbakar, mengatakan angka 5
pada skala nyeri 5, mengatakan nyeri
muncul tidak tentu.
Obyektif :
Nampak lemah dan berusaha menahan
sakit, x-ray dada tumor pancoast, tidak mau
tidur, hanya duduk saja.
DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS)
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf
oleh tumor.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang inadekuat.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar terhadap
informasi.
II. RENCANA PERAWATAN
Diagnosa keperawatan Perencanaan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
No
1. Gangguan rasa nyaman nyeri Setelah diberikan tindakan 1. Tanyakan pasien tentang nyeri dan tentukan Evaluasi gejala nyeri karena kanker
berhubungan dengan penekanan saraf keperawatan, pasien karakteristiknya.
oleh tumor paru. menunjukkan 2. Kaji pengetahuan verbal dan non verbal Ketidaksesuaian antara pernunjuk verbal-non
/demonstrasikan bebas verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri,
nyeri dengan kriteria keefektifan intervensi.
ekspresi wajah rileks, Mengurangi nyeri
pengembangan paru 3. Dorong penggunaan teknik relaksasi Rasa nyaman merupakan prioritas dalam
optimal, menyatakan nyeri 4. Beri analgesik dan evaluasi keefektifannya pemberian perawatan pasien demgam tumor.
hilang (skala 1 atau 0) Kontrol rasa nyeri butuh narkotik dosis tinggi.
Napas dalam dan batuk kuat meregangkan
5. Untuk meminimalkan nyeri dada pleural : membran pleura dan menimbulkan nyeri dada
anjurkan untuk menahan dada dengan kedua pleuritik. Nikotin dari tembakau bisa
tangan atau dengan bantal saat batuk, dorong menyebabkan konstriksi bronkial dan
pasien untuk berhenti merokok. menuruhkan gerakan silia yang melapisi saluran
pernapasan. Anti batuk menekan pusat batuk di
otak
.
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Setelah 1 minggu 1. Kaji diet harian dan kebutuhannya Bantu menentukan diet individu
tubuh berhubungan dengan kelelahan perawatan status nutrisi 2. Timbang BB tiap 3 hari Sesuai penngkatan nutrisi.
dan dyspnea ditingkatkan dengan 3. Kaji faktor psikologi Mengidentifikasi efek psikologis yang
kriteria BB bertambah 1-2 mempengaruhi menurunnya makan dan minum
Kg, makan sesuai diet Indikasi adekuatnya protein untuk sistem imun
seimbanmg, menghabiskan 4. Moniitor albumin dan limfosit Mengurangi dyspnea denan mengurangi kerja
porsi yang disiapkan paru
5. Beri oksigen selama makan sesuai keperluan Menghilangkan rasa sputum yang bisa
6. Anjurkan oral care sebelum makan mengurangi napsu makan pasien
Mengurangi mual yang bisa mempengaruhi
7. Atur anti emetik sebelum makan napsu makan
Mendukung sistem imun
8. Berikan diet TKTP Sebagai diet suplemen atau tambahan
9. Atur pemberian vitamin sesuai order
Kurang pengetahuan tentang proses Setelah 3 kali pertemuan 1. Jelaskan tentang penyebab tumor Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
penyakit, dan penyebabnya pengetahun akan
paru dihubungkan dengan riwayat hidup
berhubungan dengan kurang terpapar meningkat dengan kriteria Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
pasien.
akan informasi mampu menjelaskan Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
2. Jelaskan kepada pasien proses penyakit
penyebab, proses penyakit Evaluasi efektifnya pendidikan kesehatan
tumor paru
dan penanganannya.
3. Jelaskan kepada pasien tentang pengobatan
tumor paru.
4. Evaluasi tingkat pengetahuan pasien dan
keluarga
III. PELAKSANAAN DAN EVALUASI
Dx.
Hari/tgl Implementasi Evaluasi
kep
Selasa, 1311
2001 Jam 20.30
1 15.00 1. Memberi codein 1 tablet peroral S : pasien mengatakan nyeri berkurang, skala 2
2. Meganjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi : tarik O : rileks, menghabiskan prosi yang disiapkan, minum tablet
napas dalam dan memeluk bantal. vitamin
19.00 1. Memberi minum codein 1 tablet A : masalah belum teratasi
2. Menganjurkan pasien untuk melakukan posisi yang P : rencana intervensi dipertahankan
dikehendakinya untuk kenyamanannya.

Jam 13.30
2. 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas S : pasien dan keluarga mengatakan dokter belum mengatakan
2. Menanyakan siapa saja yang merawat/menemani pasie selama diagnosa pasti, menanyakan apa yang harus dilakukan.
MRS O : napsu makan menurun, kontak mata kurang, mengekspresikan
3. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain perasaannya, kadang menarik diri
4. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan A : masalah belum teratasi
pasien P : rencana intervensi dipertahankan, kecuali tindakan nomor 2
5. Memberitahukan kepada pasien bila diagnosis pasti sudah
ditegakkan
Rabu, 07 11
2001 Jam 13.30
08.00 1. Menganjurkan untuk oral hygiene sebelum makan seperti S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat, mengatakan
1 kumur kumur dan sikat gigi bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah sakit.
2. Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang,
protein kepada pasien BB 42 Kg, nampak lemah,
3. Memberi minum Roborantia 1 tablet. A : masalah belum teratasi
4. Menganjurkan untuk duduk setelah makan P : rencana intervensi dipertahankan
5. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau
biskuit
6. Menimbang berat badan pasien

Jam 13.30
2 10.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas S : pasien mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan
2. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain memahami keadaan penyakitnya yang membutuhkan waktu untuk
3. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan menegakkan diagnosis pasti.
pasien O : istirahat cukup, menerima keadaannya, lebih banyak berdiam diri
4. Memberitahukan kepada pasien bila diagnosis pasti sudah A : masalah belum teratasi
ditegakkan P : tindakan keperawatan dipertahankan sampai diagnosis ditegakkan

Jumat, 08 11
2001 Jam 13.30
1 08.00 1. Mengingatkan pasien untuk oral hygiene sebelum makan S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat, mengatakan
seperti kumur kumur dan sikat gigi bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah sakit, tidak
2. Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi merasa cepat penuh.
protein kepada pasien O : konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang, nampak
3. Memberi minum Roborantia 1 tablet. masih lemah, jalan pelan - pelan
4. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau A : masalah belum teratasi
biskuit P : rencana intervensi dipertahankan

Jam 13.30
2 11.00 1. Mengobservasi napsu makan, pola tidur dan tingkat aktivitas S : pasien mengatakan napsu makan meningkat, mengatakan
2. Monitor perubahan komunikasi dengan orang lain memahami keadaan penyakitnya, mengatakan sudah
3. Mendengarkan dan menerima ketakutan dan kemarahan mendengarkan dari dokter sakit yang sedang dideritanya.
pasien O : tenang, rileks, menerima keadaannya, bercerita dengan pasien di
4. Memberitahukan kepada pasien tentang diagnosis pasti samping tempat tidurnya.
berdasarkan hasil biopsi PA A : masalah teratasi
P : tindakan keperawatan dihentikan

Sabtu, 10 -11
2001 Jam 13.30
1 08.30 1. Menganjurkan untuk oral hygiene sebelum makan seperti S : pasien mengatakan napsu makan mulai meningkat, mengatakan
kumur kumur dan sikat gigi bisa menghabiskan porsi yang disiapkan dari rumah sakit.
2. Membantu menyiapkan makanan tinggi kalori dan tinggi O : Hb 9 g/dl, konjungtiva anemis, pucat, lemak subkutis berkurang,
protein kepada pasien BB 42 Kg
3. Memberi minum Roborantia 1 tablet. A : masalah belum teratasi
4. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering seperti roti atau P : rencana intervensi dipertahankan
biskuit
5. Menimbang berat badan
A. PELAKSANAAN DAN EVALUASI
DP HR/TGL/JAM I M PLE M E N TAS I E VALUAS I

Vous aimerez peut-être aussi