Vous êtes sur la page 1sur 25

Asuhan Keperawatan Tn.

K dengan Post Op Katarak Hari-1


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K
DENGAN POST OP KATARAK H-1
DI RUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS

Disusun Oleh
Rahayu Wijayanti
12.098

AKADEMI KEPERAWATAN SERULINGMAS CILACAP


MAOS CILACAP

2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,
2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah usia,
tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti
diabetes), merokok dan herediter (Vaughan & Asbury, 2007). Berdasarkan studi potong lintang
prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini meningkat hingga 70% pada
usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2007).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat mengakibatkan
kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab kebutaan yang paling
utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia. Setidaknya terdapat delapan belas
juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di Indonesia sendiri berdasarkan hasil
survey kesehatan indera 1993-1996, katarak juga penyebab kebutaan paling utama yaitu sebesar
52%.
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada
banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain
adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan dengan
radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan beta karoten),
dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemik
seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan
gangguan sistem penginderaan katarak

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan katarakdari aspek bio,
psikososial, dan spiritual.
b. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan dan menentukan prioritas masalah pada klein
dengan gangguan katarak.
c. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan serta dapat
melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan katarak.
d. Dapat mengevaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien
dengan gangguan katarak.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi rumah sakit
Memberikan informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan katarak, sehingga dapat membantu meningkatkan pelayanan rumah sakit.
2. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah masukan dan merupakan sumber informasi nyata tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguankatarak dilahan pratek. Sehingga dapat
mendorong kearah peningkatan kualitas ahli madya keperawatan yang akan dihasilkan.
3. Bagi institusi keperawatan
Diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi keperawatan tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien gangguan katarakdan pendokumentasiannya, sehingga pada
gilirannya mampu meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi lensa atau dapat juga akibat dari kedua keduanya
yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif (Mansjoer. 2000).
Menurut prof. Dr. Sidarta ilyas, DSM. Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata
yang biasanya jernih dan bersih menjadi keruh. Sedangkan menurut Daniel G. Vaughman,
katarak adalah kekeruhan lensa.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian katarak adalah kekeruhan lensa atau mengubah
gambaran yang diproyeksikan pada retina.

2. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat menderita katarak yang biasanya
merupakan penyakit yang diturunkan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak
kongenital. Penyebab katarak lainnya adalah:
a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah kesehatan, khususnya steroid
d. Gangguan metabolisme seperti DM
e. Gangguan pertumbuhan
f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam jangka waktu lama
g. Rokok dan alkohol
h. Trauma pada mata; dan faktor lain yang belum diketahui

3. Manifestasi klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam penglihatan secara progresif (seperti
rabun jauh memburuk secara progresif). Penglihatan seakaan melihat asam dan pupil akan
tampak benar benar putih. Sehingga reflek cahaya pada mata menjadi negative (-).
Bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa glukoma dan uveitis.
Gejala umum gangguan katarak, meliputi:
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghilangi objek
b. Peka terhadap sinar dan cahaya
c. Dapat melihat double pada satu mata
d. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
e. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
f. Penglihatan buram atau berkabut, bahkan sampai tidak bisa melihat
g. Penglihatan semakin buram pada sore hari
4. Klasifikasi
Katarak dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah keekeruhan lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa.
Kekeruhan sudah terlihat pada waktu bayi lahir. Dan sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang menderita rubella, DM, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme, galaktosemia.
b. Katarak proses degeneratif
a. Katarak primer menurut umur ada 3 golongan :
1) Katarak juvenilis (umur < 20 tahun)
2) Katarak presenilis (umur 20 50 tahun)
3) Katarak senilis (umur > 50 tahun)

Katarak primer, dibagi menjadi 4 stadium yaitu:


1) Stadium insipien
Katarak stadium dini, visus belum terganggu, kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer
berupa bercak seperti jari jari roda.
2) Stadium immature
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terjadi hidrasi korteks yang menyebabkan
lensa konvek sehingga indeks refraksi berubah dan mata menjadi miopia (intumesensi).
Konveksnya lensa mendorong iris kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit
dan menimbulkan komplikasi glukoma.
3) Stadium matur
Terjadi pengeluaran air sehingga lensa berukuran normal kembali, lensa telah keruh seluruhnya
sehingga semua sinar yang masuk pupil dipantulkan kembali, di pupil tampak lensa seperti
mutiara.
4) Stadium dismatur
Korteks lensa yang seperti bubur mencair, sehingga nukleus lensa turun karena daya beratnya.
Memulai pupil nukleus kelihatan sebagai setengah lingkaran dibagian bawah dengan warna
berbeda dari yang diatasnya yaitu kecoklatan. Terjadi kerusakan kapsul lensa yang lebih
permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis.
b. Katarak komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder/komplikasi dari penyakit lain seperti : gangguan okuler
(retinitis pigmentosa, glukoma, ablasio retina, uveitis, myopia maligna penny), sistemik (DM,
hipoparatiroid, sindrom down mongoloid, dermatitis atopik) trauma (trauma tumpul, pukulan,
benda asing dalam mata, sinar x, radioaktif, toksis kimia dan merokok, minuman keras
meningkatkan risiko berkembangnya katarak.

5. Patofisiologi
Lensa mata yang normal maka akan transparan dan mengandung banyak air, sehingga
cahaya dapat menembusnya dengan mudah. Tapi setelah mengalami gangguan maka lensa akan
mengalami kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomaligeometri. Pada orang yang mengalami
lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, peningkatan poliferasi dan
kerusakan kontinuitas normal serat serat lensa. Secara umum lensa bervariasi sesuai stadium
perkembangan katarak.
Katarak immature (insipien) hanya sedikit opal. Katarak mature yang keruh total
mengalami sedikit edema. Apabila kandungan air maksimum dan kapsul lensa terekam katarak
disebut mengalami intumesensi (membengkak)
Katarak hipermature. Air telah keluar dari lensa dan meninggalkan lensa yang sangat
keruh, relative mengalami dehidrasi dengan kapsul berkeriput.
Secara kimiawi pembentukan karatak dapat disebabkan oleh penurunan penyerapan
oksigen dan mula mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan
natrium dan kalsium meningkat, kandungan kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Pada
lensa yang mengalami katarak juga tidak ditemukan glutation.
Peningkatan kandungan air akan mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar.
Protein yang berkurang dapat merusak dan menggumpal sehingga membentuk endapan
yang menghalangi masuknya cahaya ke retina mata.

6. Pathway
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Retrometri : Tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah penglihatan yang turun itu
disebabkan katarak atau tidak.
b. Keratometri
c. Pemeriksaan lampu slit
d. Oftalmoskopis : dengan melihat refleks merah di dalam manik mata atau pupil. Apabila tidak
ada katarak maka akan terlihat reflek merah pada pupil yang merupakan reflek retina yang
terlihat melalui pupil. Bila terdapat katarak atau kekeruhan padat pada pupil maka refleks merah
ini tidak akan terlihat.
e. A-scan ultrasound (Echography)
f. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi dan implantasi.

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Solusi untuk menyelamatkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan jalan operasi.
Penilaian bedah didasarkan pada lokasi, ukuran dan kepadatan katarak. Katarak akan dibedah
bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata diangkat
dan diganti lensa buatan (lensa intraokuler). Pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan
lensa yang keruh. Lensa dapat dikeluarkkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan.
Kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan menghisap keluar. Adapun teknik
yang digunakan pada operasi katarak adalah:
1) Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini, hanya dengan melakukan sayatan (3mm) pada kornea.
Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi digunakan untuk mengambil lensa yang mengalami
katarak. Lalu kemudian diganti dengan lensa tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil
sayatan pada kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, sehingga pemulihan segera dapat
dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit dan hanya memerlukan
pembiusan topikal atau tetes mata selama operasi.
2) Ekstra kapsuler
Dengan ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat mengeluarkan inti lensa
secara utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi. Lensa mata yang telah diambil digantikan
dengan lensa tanam permanent. Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
a) Ekstra capsular catarak ekstrakte (ECCE)
Korteks dan nukleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk mencegah prolaps viterus,
melindungi retina dari sinar ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa
intraokuler.
b) Intra capsular catarak ekstraktie (ICCE)
Lensa diangkat seluruhnya, keuntungannya prosedur mudah dilakukan dan kerugiannya mata
berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya retina)
b. Pelaksanaan terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan pada pasien
dengan katarak yang belum begitu parah. Senyawa aktif dalam obat tetes mata dari keben yang
bertanggung jawab terdapat penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini
memiliki efek meningkatkan aktivitas proteasome yaitu protein yang mampu mendegenerasi
berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah
lapisan protein keluar dari mata berupa cairan kental warna putih kekuningan. Dan saran untuk
mencegah penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah buahan yang banyak
mengandung vitamin C, vitamin A, dan vitamin E.

9. Pengkajian
a. Anamnesa
Yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah:
1) Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi sebagai gambaran kondisi lingkungan dan
keluarga dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
2) Riwayat identitas pasien
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
a) Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejela utama katarak)
b) Mata tidak merasa sakit, gatal, dan merah
c) Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
d) Perubahan daya lihat warna
e) Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
f) Sering meminta ganti resep kacamata
g) Lihat ganda; baik melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia)
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien : Diabetes Melitus,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu resiko
katarak. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan
endoksin dan diabetes, serta riwayat terpajang radiasi, steroid/ toksisitas fenotiazin.

4) Riwayat kesehatan keluarga


Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan vaskuler, kaji riwayat stres.
b. Pemeriksaan fisik
1) Ketajaman penglihatan
Cara termudah mengkaji penglihatan jarak dekat dalah meminta klien membaca materi
yang dicetak dibawah pencahayaan yang adekuat. Jika klien memakai kacamata, kacamata
dipakai saat pemeriksaan. Pemeriksaan penglihatan jarak jauh dengan menggunakan shellen
chart. Klien diminta duduk atau berdiri 6,1m dari snellen chart untuk membaca semua huruf
dimulai dari garis mana saja. Pertama skor ketajaman penglihatan dicatat untuk setiap mata dan
kedua mata. Mata normal dapat membaca dengan penbandingan 20/20.
2) Gerakan ekstraokuler
Meminta klien untuk menatap ke kiri dan ke kanan, atau minta klien duduk dan perawat
mengangkat jari pada jarak (15 30cm) lalu pasien mengikuti gerakan jari hanya dengan mata
3) Lapang pandang
Pada saat seorang memandang lurus kedepan, semua benda dibagian tepi normalnya
dapat terlihat tanpa mata bergerak mengikuti benda (pandangan lurus)
4) Struktur mata ekstre
a) Posisi dan kesejajaran mata
Adakah benjolan (eksoftalamus) dan Tumor atau inflamasi
b) Alis
Simetris dan distribusi rambut
c) Kelopak mata
Posisi, warna, kondisi permukaan, kondisi dan arah bulu mata, kemampuan klien untuk
membuka, menutup dan berkedip.
d) Aparatus laktrimal
Inspeksi : adanya edema atau kemerahan dan palpasi : normalnya tidak teraba
e) Konjungtiva kemerahan dan sklera putih
f) Pupil : normal hitam, bulat, regular, sama ukurannya. Iris : jernih. Perrla (pupil sama bulat,
reaktif terhadap cahaya dan akomodasi)
5) Struktur interna mata
Bagian interna mata tidak dapat diobservasi tanpa bantuan alat untuk menerangi struktur -
strukturnya yaitu oftalmoskop, digunakan untuk menginspeksi fundus yang mencakup retina,
koroid, discus saraf optikus, macula, fovea sentralis dan pembuluh retina.

10. Diagnosa Keperawatan


Pre Operasi
1. Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori.
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi.
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
2. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan (ketidakmampuan dalam
memodifikasi pencahayaan)

11. Intervensi Keperawatan


Pre Operasi
Tujuan dan
No.Dx intervensi Rasional
kriteria
1. Setelah dilakukan NIC: Anxiety
tindakan Reduction
keperawatan 1. Gunakan
selama ...x24 jam, pendekatan 1. Mengetahui
diharapkan klien yang kecemasan yang
tidak mengalami menenangkan dialami pasien
ansites. Kriteria
2. Jelaskan 2. Mengurangi
hasil: semua rasa kecemasan
1. Melaporkan prosedur & pasien
intensitas apa yang 3. mengurangi
kecemasan dirasakan rasa kecemasan
2. Melaporkan tidak selama pasien
adanya gangguan prosedur 4. memberi
persepsi sensori 3. Berikan motivasi/mengur
3. Menggunakan obat untuk angi rasa
strategi koping mengurangi kecemasan yang
effektif rasa dialami pasien
kecemasan 5. mengetahui
4. Temani seberapa pasien
pasien untuk takut
memberikan
keamanan
dan
mengurangi
takut
5. Dorong
pasien untuk
mengungkap
kan perasaan,
ketidaktakuta
n, persepsi
2. Setelah dilakukan
1. Tentukan 1. Mengetahui
tindakan ketajaman proses
keperawatan penglihatan penyemuhan
selama ..x24 jam, operasi
diharapkan 2. Perhatikan2. Mengetahui
penglihatan tentang keberhasilan
normal. Kriteria penglihatan operasi
hasil: kabur
1. Berpartisipasi 3. Letakkan 3. Memudahkan
dalam program barang yang pasien
pengobatan dibutuhkan mengambil
2. Mempertahankan barang yang
ketajaman diperlukan
penglihatan
3. Setelah dilakukan NIC:
tindakan Teaching:
keperawatan Disease
selama ...x24 jam, Process 1. Meningkatkan
diharapkan 1. Berikan pengetahuan
pengetahuan penilaian pasien dan
meningkat. Kriteria tentang keluarga pasien
Hasil: tingkat 2. Meningkatkan
1. Mendeskripsikan pengetahuan pengetahuan
faktor penyebab pasien pasien dan
2. Mendeskripsikan tentang keluarga pasien
faktor risiko proses 3. Meningkatkan
3. Mendeskripsikan penyakit pengetahuan
proses penyakit 2. Gambaran pasien dan
proses keluarga pasien
penyakit 4. Memberi
dengan cara kesempatan
yang tepat pasien atau
keluarga pasien
untuk memilih
3. Gambaran
tanda dan
gejala yang
biasa muncul
penyakit,
dengan cara
yang tepat
4. Diskusikan
pilihan terapi
atau
penanganan

Post Operasi
Tujuan dan
No.Dx intervensi Rasional
kriteria
1. Setelah NIC: Paint
dilakukan Managemen
tindakan 1. Lakukan
keperawatan pengkajian 1. Mengurangi
selama ...x24 secara nyeri yang
jam, diharapkan komprehensif sedang dialami
nyeri dapat pasien
teratasi . Kriteria
2. Observasi 2. Mengetahui
Hasil: reaksi nonverbal nyeri yang
1. Melaporkan dari dialami pasien
adanya nyeri ketidaknyamanan
3. Mengurangi/
2. Frekuensi nyeri3. Tingkatkan mengalihkan
3. Ekspresi nyeri istirahat perhatian lewat
pada wajah tidur
4. Agar pasien
4. Ajarkan mengetahui
tentang teknik mengurangi
non farmakologis nyeri tanpa
obat
5. Mengurangi
5. Berikan nyeri
analgetik
2. Setelah NIC: Infection
dilakukan Control
tindakan 1. Membatasi
keperawatan pengunjung 1. Mengurangi
selama ...x24jam, adanya infeksi
diharapkan dari luar
terbebas dari
2. Menyediakan 2. Mengurangi
risiko terhadap tempat tidur yang resiko infeksi
cedera. Kriteria nyaman dan
Hasil: bersih
1. pengetahuan 3. Menganjurkan3. Agar pasien
tentang risiko keluarga untuk terkontor
2. menghindari menemani pasien kebersihannya
paparan yang
4. Memberikan 4. Memberikan
yang bisa penerangan yang kenyamanan
mengancam cukup pasien
kesehatan 5. Menghindari 5. Mengurangi
lingkungan yang risiko infeksi
berbahaya pada pasien
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Pasien bernama Tn.K berumur 76 tahun, berjenis kelamin laki laki, bertempat tinggal di
Piasa Kulon, pasien sudah menikah, beragama islam. Pasien merupakan suku jawa, pendidikan
terakhir pasien SD, pasien tidak bekerja dan seharian hanya dirumah. Pasien masuk rumah sakit
tanggal 24 Februari 2014. Pengkajian pada pasien di lakukan pada tanggal 24 Februari 2014,
sumber informasi di dapat dari pasien dan keluarga pasien secara langsung melalui wawancara.

II. Riwayat Penyakit


Pada saat masuk rumah sakit pasien mengatakan keluhan utama yang paling dirasakan adalah
nyeri setelah dioperasi. Pasien mengatakan awalnya periksa di puskesmas dengan keluhan
pandangan mata menjadi kabur dan ada bercak putih di matanya. pasien disarankan untuk
periksa di poli mata RSUD Banyumas tanggal 4 Februari 2014. Dilakukan pemeriksaan cek
darah lengkap dan gula darah sewaktu. Dengan hasil GDS 129 mg/dl. Pasien dioperasi dan rawat
inap pada tanggal 24 februari 2014.

III. Pengkajian Saat Ini


Persepsi dan pemeliharaan pasien terhadap kesehatan Pasien mengatakan kesehatan itu
penting, bila pasien sakit maka pasien meminum obat yang dibelinya di warung atau apotik.
Pola nutrisi metabolic makan/nutrisi dan cairan. Pasien mengatakan sebelum sakit pasien
berselera makan, makan 3x sehari, sebanyak 1 porsi dan jenis makanan nasi dan lauk pauk.
Selama sakit nafsu makan pasien berselera makan, sehari makan 3x sehari, habis 1 porsi dan
jenis makanan nasi dan lauk pauk.
Intake cairan, Pasien mengatakan sebelum sakit minum 8 gelas sehari berupa air putih, teh,
dan kopi. Selama sakit minum 8 gelas sehari berupa air putih.
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB lancar 1x sehari, BAB lancar dan konsistensinya
lembek. Selama sakit BAB lancar 1x sehari, BAB lancar dan konsistensinya lembek.
Pasien mengatakan sebelum sakit BAK lancar 5 6x sehari, jumlah normal seperti biasanya,
warna kuning, bau khas amoniak dan tidak sakit saat buang air kecil. Selama sakit BAK 5 6x
sehari, warna kuning biasa, jumlah normal seperti biasa, bau khas amoniak dan tidak sakit saat
buang air kecil.
Pasien mengatakan Pola aktivitas dan latihan seperti makan, minum, mandi, toileting,
berpindah dan berpakaian dilakukan secara mandiri.
Pola tidur dan istirahat sebelum sakit pasien mengatakan tidurnya nyenyak, tidak ada
gangguan tidur, tidur selama 6-8 jam sehari tidur siang jarang. Selama sakit sakit pasien
mengatakan tidurnya tidak nyenyak, sebentar bentar bangun.
Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi) Sebelum sakit pasien
mengatakan semua indra pendengaran, pengecap, dan sensasi berfungsi dengan baik. namun
indra penglihatan tidak berfungs dengan baik karena ada bintik putih seperti kaca susu.
Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri) Sebelum sakit
pasien mengatakan tidak mencemaskan keadaannya, semua penyakit pasti ada obatnya, dan
percaya bahwa tuhan memberikan yang terbaik kepada hambanya. Selama sakit pasien
mengatakan tidak mencemaskan penyakitnya dia pasrah pada Allah SWT, dan pasien yakin
bahwa ia akan sembuh dari sakitnya.
Pola seksualitas dan reproduksi pasien mengatakan berjenis kelamin laki laki.
Pola peran hubungan, pasien mengatakan hubungan dengan keluarganya dan tetangganya
baik.
Pola management koping dan stress pasien, pasien mengatakan bila ada masalah selalu
dikomunikasikan dengan keponakannya
System nilai dan keyakinan pasien, pasien mengatakan beragama islam.

IV. Pemeriksaan Fisik


Kesadaran pasien Compos Mentis , Tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 80 x/m, Respirasi 20
x/m, Suhu 360 C, Bentuk kepala pasien mesochepal, rambutnya berwarna beruban dan lurus
kondisi kepala kotor. Kondisi sebelum dioperasi ada bintik putih seperti kaca susu, bentuk mata
kanan dan kiri simetris. Pemeriksaan mata secara sederhana mata kanan pasien tidak dapat
melihat jelas/kabur. setelah di operasi dilakukan pemeriksaan mata, pasien hanya dapat
menghitung jari dengan jarak 30cm. mata kanan terdapat oedem palpebral, mata tampak merah
terdapat jahitan halus pada kornea jahitan sebanyak 5 simpul dan mata kanan tertutup kasa steril.
Hidung kondisinya bersih, bentuknya simetris, tidak menggunakan cuping hidung ketika
bernafas dan tidak ada polip. Bentuk telinga simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak ada
serumen. Tidak terdapat pembesaran tiroid pada leher.
Pemeriksaan Thorax meliputi payudara, jantung dan paru. Hasil pemeriksaan fisik payudara
tidak di temukannya benjolan yang abnormal dan bentuknya simetris antara payudara kanan dan
kiri. Untuk pemeriksaan fisik dada terdapat pemeriksaan paru dan jantung, yang meliputi empat
cara yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pemeriksaan fisik paru dengan cara inspeksi menujukan bentuk dada simetri. Palpasi
diafragma sama antara kanan dan kiri, vocal fermitus sama antara kanan dan kiri. Auskultasi
vesikuler. Dan perkusi terdengar sonor.
Pemeriksaan fisik jantung dengan cara inspeksi menunjukan hasil denyut jantung tidak
terlihat, tidak ada jejas. palpasi denyut jantung teraba/tidak ada pembesaran jantung. perkusi
terdapat bunyi pekak, auskultasi tidak terdpat bunyi murmur dan gallop.
Pemeriksaan fisik abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Inspeksi
menunjukan tidak ada jejas atau pembesaran abdomen. Auskultasi menunjukan terdengar bunyi
bising usus 8 x/m. Perkusi terdengar bunyi suara tympani, dan palpasi terdapat nyeri tekan dan
nyeri lepas.
Pemeriksaan fisik Genetalia bersih, berjenis kelamin laki laki , tidak terpasang kateter.
Ekstermitas atas terpasang infuse RL 20 tpm di tangan kiri, ekstremmitas bawah tidak terdapat
udema.

V. Program Terapi
1. Cefadroxil : 2 x 500mg tablet
2. Dexamethasone :220
3. Natrium Diclofenac : 2x1 tablet

VI. Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium darah/hematologi menunjukan beberapa komponen darah tidak
normal diantaranya kadar neutrofil 7.67%, monosit .866%, hematokrit 36.4%, MCV 80.9fL,
MCHC 36.1 g/d, RDW 11.3%, PLT 403 10e3/UL, MPV 5.01fL.

A. Analisa Data
No Symtomp Etiology Problem
1DS : Pasien mengatakan nyeri di Agen Injury Fisik Nyeri Akut
mata kanan
DO :
- Tampak menahan nyeri
- P: disebabkan oleh
operasi, Q: tertusuk tusuk,
R: mata kanan, S: 4, dan T:
hilang timbul

2DS: Pasien mengatakan nyeri Insisi Pembedahan Risiko


pada area mata kanan Infeksi
DO : mata pasien tampak merah
saat balutan di lepas, mata
tampak merah terdapat
jahitan halus pada kornea
jahitan sebanyak 5
simpul dan Hasil Darah
Lengkap leukosit 9,92

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan
DS : Pasien mengatakan nyeri di area luka operasi
DO : Tampak menahan nyeri, P: disebabkan oleh operasi, Q: tertusuk tusuk, R: mata
kanan, S: 4, dan T: hilang timbul
2. Risiko Infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan ditandai dengan
DS: Pasien mengatakan nyeri pada area mata kanan
DO : mata pasien tampak merah saat balutan di lepas

C. Focus Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri teratasi. Kriteria
hasil:
Indikator IR ER
Melaporkan adanya nyeri 4 5
Frekuensi nyeri 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah 4 5

Intervesi :
a. Lakukan pengkajian secara komprehensif
Rasional : Mengurangi nyeri yang sedang dialami pasien
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Mengetahui nyeri yang dialami pasien
c. Tingkatkan istirahat
Rasional : Mengurangi/mengalihkan perhatian lewat tidur
d. Ajarkan tentang teknik non farmakologis
Rasional : Agar pasien mengetahui mengurangi nyeri tanpa obat
e. Berikan analgetik
Rasional : Mengurangi nyeri
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Indikator IR ER
Pengetahuan tentang risiko 4 5
Memonitor faktor risiko dari perilaku personal 4 5
Memonitor faktor risiko dari lingkungan 4 5

Intervensi
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Rasional : Mencegah terjadinya risiko infeksi
b. Batasi pengunjung bila perlu
Rasional : Mencegah terjadinya risiko infeksi
c. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Rasional : Mencegah terjadinya risiko infeksi
d. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Rasional : Mencegah terjadinya risiko infeksi
e. Cuci tngan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Rasional : Mencegah terjadinya risiko infeksi

D. Implementasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Senin, 24 Februari 2014
Pukul 16:00WIB : Mengkaji nyeri secara komprehensif
Respon Ds : Pasien mengatakan nyeri diarea luka operasi
Do : P : disebabkan oleh operasi,
Q: nyeri seperti tertusuk tusuk,
R: mata kanan,
S: 3, dan
T : hilang timbul
Pukul 17:00WIB : Mengobservasi nyeri dari ketidaknyamanan
Respon Ds : Pasien mengatakan sudah tidak begitu nyeri
Do : Tampak rileks

Selasa, 25 Februari 2014


Pukul 14:00WIB : Mengobservasi nyeri dari ketidaknyamanan
Respon Ds :-
Do : Tampak rileks
Pukul 14:20 WIB : Melakukan / mengkaji nyeri secara komprehensif
Respon Ds :-
Do : P : disebabkan oleh operasi,
Q: nyeri seperti tertusuk tusuk,
R: mata kanan,
S: 1, dan
T : hilang timbul

b. Risiko Infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan


Senin, 24 Februari 2014
Pukul 18:00 WIB : Membatasi pengunjung
Respon Ds :-
Do : Pasien tampak rileks

E. Evaluasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Senin, 24/2/2014
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : P : disebabkan oleh operasi
Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
R : mata kanan
S:2
T : hilang timbul
A : Masalah nyeri belum teratasi
Indikator IR ER
Melaporkan adanya nyeri 4 5
Frekuensi nyeri 4 5
Ekspresi nyeri pada wajah 4 5
P : Lanjutkan intervensi no. 1 dan 2
Selasa, 25/2/2014
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : P : disebabkan oleh operasi
Q : nyeri seperti tertusuk tusuk
R : mata kanan
S:1
T : hilang timbul
A : Masalah nyeri teratasi

Indikator IR ER
Melaporkan adanya nyeri 5 5
Frekuensi nyeri 5 5
Ekspresi nyeri pada wajah 5 5
P : Hentikan intervensi. Pasien boleh pulang atas ijin dokter.
b. Risiko Infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan
Senin, 24 Februari 2014
S : Pasien mengatakan merasa rileks
O : Terdapat balutan luka
A : masalah resiko infeksi teratasi
Indikator IR ER
Pengetahuan tentang risiko 5 5
Memonitor faktor risiko dari perilaku personal 5 5
Memonitor faktor risiko dari lingkungan 5 5
P : Hentikan intervensi. Pasien boleh pulang atas ijin dokter.

F. DISCHARGE PLANNING
1. Menjelaskan apa saja yang harus diperhatikan setelah operasi
a. Tidak diperbolehkan memakai baju kaos sampai pemeriksaan ke dua post operative (selama
satu minggu).
b. Jauhkan mata Anda dari asap pembakaran sampah.
c. Jangan menggosok mata/mencuci muka/menyentuh mata selama satu minggu.
d. Tidak diperbolehkan mengangkat beban yang bobotnya lebih dari 5 kg dan melakukan gerakan
yang berupa hentakan.
e. Tidak diperbolehkan menaiki kendaraan terbuka / angin kencang (sepeda motor, becak atau
angkot yang terbuka) selama satu minggu.
f. Jika keluar rumah gunakan kacamata yang telah diberikan
g. Tidak diperbolehkan menaiki kendaraan terbuka / angin kencang (sepeda motor, becak atau
angkot yang terbuka) selama satu minggu.
h. Tetap memakai kacamata di malam hari dan dop penutup mata sewaktu tidur selama 1 minggu
i. Kalau mata terasa sakit boleh diberikan obat mata (satu tetes saja)
j. Tidak diperkenankan menggunakan make up
k. Tidak ada larangan untuk membaca, menonton televisi atau membungkuk.
l. Tidak ada larangan atau pantangan makan yang berhubungan dengan post operative katarak,
Kecuali larangan dari Dokter Spesialis lain.
m. Pasien diperbolehkan mandi dari leher kebawah.
2. Melakukan ganti balut dilakukan di klinik sekitar rumah. Balutan di ganti 2 hari sekali.
3. Gunakan obat yang sudah diresepkan dokter
a. Obat tambahan Tobroson 6 x sehari (setiap 3 jam )
b. Cefadroxil 2 x sehari, dexamethasone 2 2 0, dan Natrium diclofenac 2 x sehari.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Setelah penulis melakukan pengkajian terhadap pasien dan pemeriksaan fisik head to toe
terhadap pasien hampir semua hasil pengkajian yang penulis lakukan terhadap pasien dengan
gangguan penglihatan seperti katarak mendukung teori yang di kemukakan. Penulis melakukan
asuhan keperawatan selama 2 hari. Penulis akan membahas masalah keperawatan yang muncul
selama pemberian asuhan keperawatan. Pengumpulan data pada saat pengkajian Pasien baik
subyektif atau obyektif pada gangguan sistem penginderaan katarak.
Dalam penulisan teori dan kasus saling mendukung. Namun ada juga yang tidak sesuai
dengan teori, yaitu diagnosa kecemasan. Pasien yang akan dioperasi terlihat rilek, tidak terlihat
cemas. Mungkin kecemasan orang berbeda - beda ini yang membuat diagnosa kecemasan ada
yang dimunculkan dan ada yang tidak dimunculkan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnose keperawatan yang ditemukan pada kasus yang sesuai dengan teori
Adalah nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Diagnose keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus nyata tetapi ada di konsep teori adalah
kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kekuatan dan kelemahan saat pengelolaan kasus


Kekuatan selama penulis melakukan pengelolaan kasus adalah observasi secara obyektif
atau tanda-tanda yang dapat di observasi dengan cara melihat dan melakukan pemeriksaan pada
pasien lebih mudah di kenali dan lebih mudah di observasi. Diantara tanda-tanda yang mudah di
observasi tanda-tanda vital pasien dan pemeriksaan mata

Kelemahan selama penulis melakukan pengelolaan kasus adalah mendapatkan data-data


subyektif secara langsung melalui wawancara terhadap pasien. Hal ini terkendala karena pasien
kesulitan berkomunikasi dengan bahasa indonesia, sehingga menyulitkan penulis untuk
mendapatkan data yang lengkap. Terutama data mengenai apa yang pasien rasakan dan alami
selama sakit. Meskipun data juga di dapatkan dari keluarga pasien namun data yang
berhubungan langsung dengan pasien tidak bisa di dapatkan dari orang lain.

B. Saran
Saran penulis tunjukan kepada pihak rumah sakit, perawat, teman sejawat dan profesi
untuk bersikap ramah dan tersenyum kepada pasien dan keluarga pasien. Sikap ramah dan
tersenyum yang di tujukan para tenaga medis di rumah sakit terhadap pasien dan keluarga ketika
memberikan pelayanan dapat memberikan motivasi dan perasaan tenang pada pasien dalam
menghadapi penyakitnya. Bentuk pelayanan ini memotivasi pasien untuk cepat sembuh dari
sakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Doengeos.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Ilyas, Sidarta, dkk.2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Agung Seto
Ilyas, Sidarta. 1997. Katarak (Lensa Mata Keruh). Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry.2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Vaughan, Daniel G,dkk. 2000. Oftalmogis Umum. Jakarta : Widya Medika
Nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35543-kepsensoridanpersepsi
askepkatarak.html dikutip 25 Februari 2014 pukul 12:17 WIB

Vous aimerez peut-être aussi