Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Barber Johnson graphic method is used to evaluate the hospital management especially for
services management. Indicators used is Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of Stay
(ALOS), Bed Turn Over (BTO) and Turn Over Interval (TO/).
The objective of this study is to find out the efficiency of hospital management according to
the B a h r Johnson Graphic criteria and problems in accommodating it. This is an explorative
study done in Syaiful Anwar Hospital, Malang and also used secondary data taken from East
Java Health Office Province.
The study found out that from 38 hospitals only 5%. lo%, 18% and 16% of them could
reached the efficiency area in 1994, 1995,1996 and 1997respectively.Some obstacles in applying
the method are: government policies regarding tariff, hospital classes and several "rare" cases in
patient made them stay longer than needed to give the medical student the opportunity to study
them.
*
Pusat Peneliliandan Pengembangan Pelayanandan Teknologi Kesehatan JI. lndrapura 17, Surabaya
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 41-52
Untuk kriteria pertama, landasan yang harus dikeluarkan. Hal ini akan
teoritis yang dapat digunakan adalah menyebabkan semakin rendahnya Bed
dengan 'quality assurance"yang saat ini Occupancy Rate, yang semuanya akan
mulai lebih disempurnakan dengan berakibat terhadap semakin mahalnya
melakukan pendekatan 'quality biaya sehingga semakin sulit untuk
improvement' yang lebih menyeluruh. dijangkau oleh masyarakat luas. Dengan
Quality improvement ini telah menyentuh semakin rendahnya pemanfaatan maka
pula sampai pada kepuasan penderita tempat tidur yang dapat digunakan
(patient satisfaction), efisiensi dan kembali juga semakin rendah (Bed Turn
jangkauan unit cost yang masih bisa Over) serta makin panjangnya tempat
terbayar oleh masyarakat banyak. tidur yang kosong (Turn Over of Interval).
Dengan makin tingginya kesadaran Keempat indikator tersebut secara
penderita dan keluarganya akan bersama-samatelah dijadikan salah satu
kebutuhan jaminan mutu medik maupun indikator untuk menilai efisiensi dengan
sikap dan keramahan saat penerimaan apa yang disebut Area Barber Johnson.
penderita sejak dari awal.
Efisiensi dituntut tidak hanya dari
aspek penyelenggaraan secara medis KONSEP AREA BARBER JOHNSON
tetapi juga aspek manajemen secara Konsep Barber Johnson di negara
administratif. Mutu pelayanan rumah sakit maju digunakan dalam manajemen
dari kaca mata penderita dan rumah sakit untuk menilai efisiensi
keluarganya justru lebih sulit dirasakan manajemen perawatan. Konsep ini
daripada aspek non medis (costumery) membutuhkan ketertiban sistem
sebagai perwujudan kepuasan pasien pencatatan dan pelaporan maupun sikap
sebelum selanjutnya mampu menilai penilaian kesembuhannya. Indikator-
mutu pelayanan itu sendiri secara medis. indikator yang digunakan meliputi antara
Arti efisiensi dalam pendekatan Hospital lain:
Management tidak lagi dapat diabaikan Bed Occupancy Rate (BOR) yaitu
begitu saja. persentase pemakaian tempat tidur pada
Kriteria yang berkaitan dengan satu satuan waktu tertentu, indikator ini
jangkauan pelayanan misalnya dengan mernberikan gambaran tentang tinggi
adanya berbagai fenomena yang rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
diketemukan di kota-kota besar tentang tidur di rumah sakit. Nilai parameter ideal
kecenderungan lamanya rawat inap dari BOR adalah antara 60-85s.
(lengthof stay), rendahnya pernanfaatan
tempat tidur dikarenakan masyarakat
,"-Lensthof-~(ALww *
rata lama rawatan seorang pasien. Indikator
akhirnya menjadi takut untuk berobat ini di samping mernberikan garnbarantingkat
dirumah sakit karena mahalnya biaya efisiensi juga dapat rnembenkan garnbaran
Penerapan Metode Barber Johnson (Titik Respati
Tabel 1. Nilai masing-masing indikator ALOS, BTO, BOR dan TO1 38 RS di Jawa Timur di tahun
1994.
Tabel 2 Nitai masingmasingindikator ALOS, BTO, BOR den TO1 38 RS di Jawa Timur di tahun
1995.
Panerapan Metode Barber Johnson (Titik Respati et al)
Tabel 3. Nilai masing-masing indikator ALOS, BTO, BOR dan TO1 38 RS di Jawa Timur di tahun
1996.
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 41 -52
Tabel 4. Nilai masing-masing indikator ALOS, BTO, BOR dan TO1 38 RS di Jawa Timur di tahun
1997.
Penerapan Metode Barber Johnson (Titik Respati et al)
6 rumah sakit yang masuk daerah RSU Gresik dan RS. Kepanjen Malang
efisiensi. Hal ini disebabkan karena telah mencapainya selama tiga tahun
keterkaitan dengan indikator lainnya, berturut-turut (tabel 5).
yaitu ada satu BTO yang lebih dari 80, Dari tabel 6 tampak bahwa range
nilai BOR c 75 serta nilai TO1 yang kurang antara nilai minimum dan maximum dari
dari 1 dan lebih dari 3. masing-masing indikator sangat lebar.
Rumah sakit di atas telah memenuhi Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
seluruh kriteria yang diperlukan untuk pengelola rumah sakit telah dapat
mencapai kriteria efisiensi berdasarkan mengoptimalkan sarana yang tersedia.
grafik Barber Johnson. RS. Pare, Kediri,
Tabel 5. Rumah sakit yang memenuhi standar efisiensi berdasarkan grafik Barber Johnson
berdasarkan tahun pencapaian
94 95 96 97
1. RS. Ngudi 1. RS. Haji, 1. RS. Dr. Sosodono, a. RS. Dr. Soetomo.
Waluyo, Blitar. Surabaya. Bojonegoro. b. RS. Genteng,
2. RS. Kertosono. 2. RS Pare, Kediri 2. RS. Magetan. Banyuwangi.
Nganjuk. 3. RS. Gresik 3. RS. DR. Soedomo, c. RS. Magetan.
4. RS. Kepanjen Trenggalek. d. RS. Pare, Kediri.
4. RS. Nganjuk. e. RS. Gresik.
5. RS. Pare, Kediri f. RS. ~~~~~j~~
6. RS. Gresik.
7. RS. Kepanjen
-
Tabel 6. Nilai maksimum dan minimum dari indikator ALOS, BTO, BOR dan TO1 berdasarkan
tahun
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 4. No. 1 Juni 2001: 41-52