Vous êtes sur la page 1sur 10

ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN, REPRODUKSI DAN FOOD

HABITS) IKAN NILA (Oreochomis niloticus)

Alifia N Hanifa, Ayu Rizky*, dan Indriyani Rahayu

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan


Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Hegarmanah, Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat 45363 Telepon: (022) 84288828
farahhazzelia@gmail.com

ABSTRAK

Ikan nila merupakan ikan yang mempunyai keunggulan antara lain : laju pertumbuhan,
cepat toleransi, tahan terhadap penyakit. Praktikum ikan nila yang dilakasanakan pada
Rabu, 10 Oktober 2017 di Laboratoriun Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Ikan nila dari
alam ini berasal dari Waduk Jatigede, Sumedang, Jawa Barat digunakan dengan tujuan
untuk mengetahui proses pertumbuhan, reproduksi, kebiasaan makan dan morfologi
pada ikan nila terutama pada waduk tersebut. Serta mengetahui ciri-ciri ikan saat
ataupun sebelum memijah dan mengetahui indeks kematangan gonad pada ikan nila.
Parameter yang dihitung pada pertumbuhan yaitu SL, FL dan bobotnya sebesar.
Reproduksi sendiri parameternya yaitu IKG dan TKG juga rasio kelamin ikan.
Pertumbuhan ikan jantan sendiri lebih cepat dibandingkan ikan betina. Ikan nila adalah
ikan omnivore namun pada praktikum ini ikan nila yang berasal dari Waduk Jatigede
pakan utama di waduk tersebut yaitu detritus. Hasil ini berdasarkan indeks propenderan.

Kata kunci : ikan nila, kebiasaan makan, pertumbuhan, reproduksi

ABSTRACT

Tilapia fish is a fish that has advantages, such as: growth rate, rapid tolerance, resistance
to disease. Practical fish tilapia that was held on Wednesday, October 10, 2017 at the
Laboratory of aquaculture, Faculty of fisheries and marine science, Universitas
Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, West Java. Tilapia fish from nature comes from
Reservoirs Jatigede, Sumedang, West Java are used with the purpose to know the
process of growth, reproduction, eating habits and morphology on the fish tilapia are
mainly on the reservoir. As well as knowing the characteristics of the fish when or before
the memijah knowing the maturity index and the gonads in the fish tilapia. The calculated
parameters on growth i.e. SL, FL and does it weigh. Own reproductive parameters i.e.,
the IKG and the sex ratio is also fish WGP. The growth of the Milter itself faster than the
female fish. Fish tilapia fish is omnivore but on practical work, this fish tilapia which
comes from Reservoirs in the main reservoirs feeding Jatigede, detritus. These results
are based on the index propenderan.

Keywords: food and feeding habits of the fish, growth, reproductive, tilapia

Pendahuluan

Ikan nila (Oreochomis niloticus) merupakan ikan yang mempunyai keunggulan antara
lain: laju pertumbuhan cepat,toleransi tinggi, tahan terhadap penyakit, nilai ekonomi yang
tinggi (Charraborty banerjee 2009). Habitatnya di perairan, bernapas dengan insang dan
menjaga keseimbangan tubuh menggunakan sirip, sirip-sirip tersebut bersifat
poikilotermal (Dwisang 2008). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline
(dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebar), ini menunjukkan ada ikan nila di perairan
payau. Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal,
kolam, sungai dan danau. Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke
samping memanjang. Badan relatif lebih tebal dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis
lateralis (gurat sisi di tengah tubuh) terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak
lebih bawah (Susanto, 2007). Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang
atau berat dalam satuan waktu, sedangkan pertumbuhan pada suatu populasi
merupakan pertumbuhan jumlah ( Effendi 1997 ). Ikan nila jantan lebih cepat
pertumbuhannya dibandingkan ikan betina. Ikan nila sendiri bersifat beranak pinak juga
pertumbuhannya cepat. Ketika sebelum memijah, ikan nila jantan selalu membuat sarang
berupa lekukan berbentuk bulat di dasar perairan. Diameter lekukan setara dengan
ukuran ikan nila jantan. Ikan yang digunakan saat praktikum ini menunjukkan
pertumbuhan ikan yang baik

Proses pemijahan ikan nila yaitu pertama pembuatan sarang oleh ikan jantan berupa
lekukan berbentuk bulat dengan diameter sebanding seukuran tubuhnya ( jantan ) di
dasar perairan dalam daerah teritorial. Ikan nila umumnya hidup di perairan tawar, seperti
sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, juga perairan payau, Proses
pemijahan sendiri beralngsung cepat. Setelah dibuahi maka ikan akan dierami dalam
mulut ikan betina 4-5 hari hingga menjadi larva dan diasuh selama 11 hari. Indeks
Kematangan gonad yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat
gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad. Perbedaan nilai IKG dapat disebabkan
perubahan tingkat metabolisme pada suhu yang berbeda (Masonjones 2001). Ikan nila
yang digunakan saat praktikum ini di dominasi TKG II, ini menunjukkan bahwa ikan yang
digunakan belum siap untuk memijah.

Kebiasaan makan ikan (food habits) mencangkup jenis, kualitas, dan kuantitas makanan
dimakan oleh ikan. Kebiasaan makanan dan cara makan ikan secara alami bergantung
kepada lingkungan tempat ikan itu hidup (Effendie 1997). Ikan nila tergolong ikan
pemakan segala atau omnivora, karena itulah, ikan ini sangat mudah dibudidayakan.
Ketika masih benih,makanan yang disukai ikan nila adalah zooplankton (plankton
hewani), seperti Rotifera sp, Monia sp atau Daphnia sp. Selain itu, juga memakan alga
atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya. Ikan nila dewasa
ataupun induk pada umumnya mencari makanan di tempat yang dalam. Jenis makanan
yang disukai ikan dewasa adalah fitoplankton, seperti algae berfilamen, tumbuh-
tumbuhan air, dan ooganisme renik yang melayang-layang dalam air (Rukmana 1997:
24). Perairan yang terdapat di Waduk Jatigede kaya akan fitoplankton, ini disebabkan
ada pengkayaan unsur hara akibat adanya bahan bahan terlarut yang berasal dari
beberapa sumber.

Bahan dan Metode

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain: ikan nila digunakan
sebagai sampel praktikum dan larutan aquades digunakan untuk melarutkan usus.

Alat

Adapun alat yang digunakan antara lain : timbangan digunakan untuk menimbang, pinset
digunakan untuk mengambil organ-organ ikan, pisau digunakan untuk membedah ikan,
gunting digunakan untuk menggunting, cawan petri digunakan untuk menyimpan organ
dalam ikan, mikroskop digunakan untuk melihat benda-benda renik, gelas ukur
digunakan untuk mengukur larutan yang diperlukan, mistar digunakan untuk menghitung
mengukur, sonde digunakan untuk mematikan ikan, cover glass digunakan untuk
menutup objek yang telah diletakkan diatas kaca preparat, kamera digunakan untuk
mendokumensikan kegiatan praktikum, counting camber digunakan untuk membantu
melihat benda-benda renik di mikrosop.
Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum berupa metode observasi yaitu pengamatan
terhadap suatu sampel atau populasi. Data diolah dengan metode analisis data deskriptif
kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil observasi kelompok dan kelompok lainnya
lalu di analisis.

Hasil dan Pembahasan

Hasil
Hasil pengamatan aspek pertumbuhan angkatan ikan nila di Waduk Jatigede disajikan
dalam bentuk grafik. Berikut adalah grafik distribusi panjang, distribusi bobot,

DITRIBUSI PANJANG IKAN NILA


120.00%
100.00%
100.00%
Persentase (%)

80.00%
60.00%
40.54%
40.00% 32.43%
16.22%
20.00% 5.41% 2.70% 2.70%
0.00%
158 - 189 - 220 - 251 - 282 - 313 -
188 219 250 281 312 343
Interval (mm)

Gambar 1. Grafik distribusi panjang ikan nila.

Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan
misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak dan sebagainya. Ikan nila yang
berasal dari Waduk Jatigede melakukan pengamatan aspek pertumbuhan secara garis
besar yang diukur dari SL, TL, dan bobot ikan. Berdasarkan data tersebut interval
tertinggi yaitu 220-250 dengan 40.54% dan yang terendah pada interval 282-312 dan
313-343 dengan presentase 2.70%. Ini menunjukkan bahwa sampel memiliki panjang
yang beragam.
DISTRIBUSI BOBOT TUBUH IKAN NILA
45.00% 40.54%
40.00%
35.00%
Persentase (%)

30.00%
24.32%
25.00%
18.92%
20.00%
15.00% 10.81%
10.00%
5.00% 2.70% 2.70%
0.00%
78 - 134 135 - 192 193 - 249 193 - 249 250 - 306 365 - 421
Interval (mm)

Gambar 2. Grafik distribusi bobot ikan nila.


Berdasarkan data angkatan 2016 didapatkan distribusi bobot total ikan nila angkatan
2016 terbanyak ada pada interval 193-249 mm sebanyak 40.54%. Sedangkan interval
yang teredah pada 250-306 dan 365-421.Bobot ikan betina lebih besar ikan jantan. Ikan
sampel ini mengalami alometrik negatif sehingga panjang lebih kecil dibandingkan bobot
jadi ikan terlihat lebih ramping.

HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN NILA


1.2

0.8
berat

0.6

0.4

0.2

0
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
panjang y = 0.0027x + 0.1978
R = 0.0087

Gambar 3. Grafik hubungan panjang bobot ikan nila.

Menurut Richter 2007 menyebutkan bahwa pengukuran panjang bobot ikan bertujuan
untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan sebagai suatu petunjuk
tentang kegemukan, produktivitas dan kondisi perkembangan gonad. Hubungan panjang
bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Dengan kata lain hubungan ini dapat
dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang (Effendie 1979). Berdasarkan hasil
praktikum dapat dilihat bahwa pola pertumbuhan ikan nila b < 3, ini menunjukan bahwa
tipenya allometrik negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian Sulawesty et al. (2014) bahwa
pola pertumbuhan ikan nila, pertumbuhan beratnya cenderung lebih lambat dibanding
pertumbuhan panjangnya. Hal ini terjadi karena pertumbuhan allometrik negatif
menggambarkan bahwa energi pada ikan cenderung lebih banyak digunakan untuk
aktivitas fisiologis. Semakin luas lingkungan tempat ia bernaung semakin besar pula
energi yang dipergunakan untuk pergerakan sehingga penyerapan nutrisi untuk
pertumbuhan berkurang (Kusmini et al. 2014).

Faktor Kondisi Ikan Nila


1.2
0.983653315 1.029323886 1.036409376 1.024017651 1.001780783
1 0.858788888
Faktor Kondisi

0.8
0.6
0.4
0.2
0
158-188 189-219 220-250 251-281 282-312 313-343
Interval Panjang Total (mm)

Gambar 4. Grafik faktor kondisi ikan nila.


Menurut Okgermen (2005) bahwa kajian hubungan panjang berat penting diketahui
karena dengan adanya informasi ini dapat diketahui pola pertumbuhan ikan di alam.
Lebih lanjut Forsenca dan Torres (2005) menambahkan bahwa nilai faktor kondisi dapat
menggambarkan keadaan fisiologis dan morfologis spesies berkenaan misalnya bentuk
tubuh, kandungan lemak dan tingkat pertumbuhan. Faktor kondisi juga dapat
mengambarkan ketersediaan makanan di alam atau keseimbangan antara predator dan
mangsa. Faktor kondisi yang tinggi pada ikan betina dan jantan menunjukkan ikan dalam
tahap perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi yang rendah mengindikasikan
ikan kurang mendapat asupan makanan (Effendie 1979). Berdasarkan data diketahui
bahwa ikan nila dalam kondisi yang tinggi dengan keadaan yang seimbang disetiap
interval, ini menandakan ikan di daerah tersebut sedang perkembangan gonad yang baik.

Rasio Kelamin Ikan Nila

13

24

betina jantan

Gambar 5. Grafik rasio kelamin ikan nila.

Data tersebut didapatkan bahwa ikan jantan lebih mendominasi dibandingkan ikan betina
pada sampel yang berasal dari Waduk Jatigede. Ikan nila bersifat poligami dimana ikan
betina harus lebih banyak dari jantan, dan data menunjukkan pada perairan tersebut ikan
betina lebih banyak dibandingkan ikan jantan. Hal ini menujukkan hasil yang seharusnya
walaupun perairan tersebut bukan perairan budidaya yang tidak harus terkontrol.

TKG Terhadap Inteval Panjang Ikan Nila TKG Terhadap Inteval Panjang Ikan Nila
Jantan Betina

7 7 7
4
2 3
1 1 11 1 1 1

137-195 196-254 255-313 314-372 137-195 196-254 255-313 314-372

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

Gambar 6. Grafik tingkat kematangan gonad ikan nila jantan dan betina.

Pengamatan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan 2 cara,yang pertama dengan


cara histologi yang dilakukan di laboraturium dan yang kedua dengan cara pengamatan
morfologis dilapangan. Penentuan tingkat kematangan gonad dilakukan pengamatan
secara morfologi dengan mengacu pada TKG menurut Effendi (1979). Data menunjukkan
bahwa TKG jantan banyak pada TKG I dan II yang ada pada interval 137-195 dan 196-
254, hal ini menunjukkan sampel yang digunakan ada yang belum matang gonad.
Berbeda dengan betina yang kebanyakan pada TKG IV yang berada pada interval 196-
256, hal ini menunjukkan ikan tersebut siap memijah. IV. Perbedaan TKG bisa
disebabkan oleh perbedaan bobot ikan dan bobot gonad (Effendie 1978).
IKG IKAN NILA JANTAN IKG IKAN NILA BETINA
4.000 3.56 16 14.32
3.500 14
3.000 12
2.500 10
2.000 8
IKG IKG
1.500 1.054 6
1.000 0.674 3
0.56 4 2.36
0.500 0.213 2 0.443 0
0.000 0
TKG 1TKG 2TKG 3TKG 4TKG 5 TKG 1 TKG 2 TKG 3 TKG 4 TKG 5

Gambar 7. Grafik indeks kematangan gonad jantan dan betina.

IKG paling tinggi pada TKG tingkat ke IV sebesar 3.56 pada jantan dan TKG I pada
betina sebesar 14.32. Semakin tinggi indeks kematangan gonad maka semakin siap pula
ikan itu untuk memijah. Sebagaimana diketahui IKG suatu nilai dalam persen sebagai
hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad. IKG dan TKG
sendiri saling berhubungan, dimana saat IKG tinggi maka TKG pun akan tinggi. Namun
pada kasus ini dilihat sesuai interval yang ada pada grafik sebelumnya. Effendie (1978)
mengemukakan bahwa Indeks Kematangan Gonad antara satu spesies ikan dengan
spesies lainnya akan saling berbeda. Hal ini disebabkan karena indeks kematangan
gonad suatu spesies ikan dipengaruhi oleh berat gonad dan berat tubuh ikan itu sendiri.
Peningkatkan nilai IKG ini bisa berkaitan dengan tercukupinya kandungan gizi pakan ikan
terutama kandungan proteinnya yang diperoleh dari pakan alternatif (Kawatu 1999).

HSI per IKG IKAN NILA


20.0
15.9
15.0 12.13
IKG
10.0
5.29 5.05 HSI
3.533 3.53 4.36
5.0 2.03
0.56
0.5
0.0
1 2 3 4 5

Gambar 8. Grafik HSI per IKG ikan nila.

IKG dihitung dengan membagi berat gonad dengan berat total ikan dikali 100 persen
(Effendie 2002) dan pemijahan ikan (Mijah) dihitung berdasarkan persentase jumlah ikan
TKG IV setiap bulan. TKG IV ditentukan berdasarkan kriteria tingkat kematangan gonad ikan
nila.Data HSI diatas menunjukkan grafik naik pada saat IKG IV dan menurun kembali saat
TKG V sedangkan IKG tinggi pada TKG I dan menurun pada TKG V, hal ini disebabkan
karena pada saat sudah berada di TKG V maka energi yang digunakan untuk berkembang
oleh ikan tidak dibutuhkan lagi karena bentuk sudah mencapai tingkat yang sempurna. Energi
yang didapatkan tentunya didapatkan dari pakan yang nantinya dihasilkan protein.
80 72.62569832
70

Indeks Preponderan (%)


60
50
40
30 21.86751796
20
10 2.71348763 0.239425379 2.55387071
0
fitoplankton Zooplankton BH BT Detritus
Komposisi Makanan Ikan Nila (%)

Gambar 9. Grafik indeks preponderan ikan nila.

1.2 Indeks Pilihan Ikan Nila


1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
-0.2
-0.4

Gambar 10. Grafik indeks pilihan ikan nila.

Pada pengamatan kebiasaan makan dan cara makan ikan nila termasuk jenis ikan yang
bersifat ominivora, yaitu ikan yang memakan berbagai jenis makanan, baik hewan
maupun tumbuhan. Ikan ini memakan plakton, detritus, organisme dasar (bentos) seperti
larva, serangga air, kijing, siput, dan lain-lain. Dan ikan ini sangat responsif terhadap
pakan buatan (pellet), baik terapung maupun tenggelam. Berdasarkan data diketahui
bahwa Waduk Jatigede mengandung banyak detritus. Ini menunjukkan di Waduk
Jatigede menjadikan detritus sebagai pakan utama bagi ikan karena dari data di atas
detritus melebihi 25 % dimana apabila lebih dari 25% disebut sebagai pakan utama di
perairan tersebut. Data indeks pilihan ikan nila juga menunjukkan bahwa ikan di perairan
tersebut menggemari detritus dibandingkan dengan zooplankton.

Kesimpulan dan Saran.

Kesimpulan

1. Pertumbuhan ikan nila sebagian besar ditunjukkan dengan bobot pada interval
193-249 mm sedangkan untuk panjang pada interval 220-250. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan nila yang digunakan sebagai praktikum
kali ini mengalami pertumbuhan yang baik. Sedangkan faktor kondisinya sendiri
dalam keadaan yang tinggi yaitu sedang dalam perkembangan gonad.
2. Pada umumnya reproduksi pada praktikum kali ini didominaasi oleh jantan dan di
dominasi dengan TKG I dan II, ini menunjukkan bahwa ikan nila yang digunakan
pada praktikum ini belum siap untuk memijah pada jantan.
3. Sampel ikan nila yang berasal dari Waduk Jatigede ini kebanyakan
mengkonsumsi detritus, ini disebabkan ikan nila diperairan tersebut lebih
menggemari detritus dibandingkan jenis pakan yang lain.
Saran
Sebaiknya penelitian mengenai analisis aspek biologi pada ikan nila (Oreochromis
niloticus) lebih banyak lagi dilakukan dan lebih intensif oleh pihak-pihak terkait, agar data-
data yang masih belum ada dapat dilengkapi lagi. Dengan demikian, diharapkan
pengetahuan mengenai aspek biologi ikan Nila dapat bertambah lagi di masa depan.

Daftar Pustaka

Chakraborty, P. dan Banerjee, S., 2009, Optimization of extrusion process for production
of expanded product from green gram and rice by response surface
methodology, Journal of Scientific & Industrial Research, vol. 68, pp. 140-
148.

Dwisang, 2008. Struktur Tubuh Ikan Nila: Yogyakarta

Effendi, M.I., 1978. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta.

Effendie. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Fonseca JF, Torres CAA, Maffili VV, Borges AM, Santos ADF, Rodrigues MT, Oliviera
RMF. 2005. The hypoosmotic swelling test in fresh goat spermatozoa. Anim
Reprod 2 (2): 139-144.

Kawatu, M.Evie.1999. Pengaruh Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Gabus


(Ophiochephalus striatus, BL). Skripsi Manado: Program Sarjana IKIP Manado.

Kusmini, I,I., Gustiano R., Putri, P.F. 2014. Hubungan Panjang Berat Ikan nila Lokal, Best
F5 dan F6 Di Pangkep, Sulawesi Selatan pada umur 60 hari pemeliharaan.
Berita Biologi, 13(2) 121- 126.

Okgerman, H. 2005. Seasonal variation of the length weight and condition factor of Rudd
(Scardinius erythrophthalmus L) in Spanca Lake. International Journal of
Zoological Research, 1(1): 6-10.

Richter, T.J. 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip
sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries
Management, 27: 936-939.

Rukmana, R. 1997. Ikan Nila, Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta : Kanisius.

Sulawesty, F., Chrismadha, T., & Mulyana, E. (2014). Laju pertumbuhan ikan mas
(Cyprinus carpio L) dengan pemberian pakan lemna (Lemna perpusilla
TORR.) segar pada kolam sistem aliran tertutup. LIMNOTEK-Jurnal
Perairan Darat Tropis di Indonesia, 21(2), 117-184.

Susanto, H. 2007. Aturan Pembuatan Kolam Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi