Vous êtes sur la page 1sur 9

Sleman - Musim kemarau saat ini masih berlangsung.

Banyak daerah di Indonesia mengalami


kekeringan. Sumur kering, air sungai menusut dan sulit mencari sumber mata air lagi.

Namun kekeringan yang melanda sejumlah wilayah itu bukan berarti masyarakat tidak bisa berbuat apa-
apa. Ada sumber air yang bisa dimanfaatkan. Salah satunya air hujan. Air hujan yang melimpah di musim
penghujan bisa dimanfaatkan.

"Banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengatasi problem ini," ungkap dosen Teknik Sipil
Sekolah Vokasi (SV) UGM, Dr Agus Maryono kepada wartawan di kampus, Rabu (20/9/2017).

Menurutnya pada saat musim kemarau yang bisa dilakukan adalah mencari sumber mata air yang masih
tersisa, seperti di sekitar alur sungai, di kaki tebing sungai, ceruk sungai dan sumber air lainnya.

Sumber air lainnya yang bisa dicari masyarakat seperti sumber air di sungai bawah tanah, danau, telaga,
situ, sekitar rawa, dan sumber air sekitar daerah drainase. Cara lainnya masyarakat juga bisa merawat
dan menggali kembali sumur-sumur yang sudah mengering.

"Masyarakat jangan bergantung ke pemerintah, tetapi masyarakat juga harus mencari sumber air
seperti di dalam gua. Di muara sungai orang kemudian bisa memompa air. Itu cukup, paling masalahnya
jauh dari pemukiman. Masyarakat juga bisa memeriksa kembali mata air yang sudah mengering,"
katanya.

Sementara sebelum memasuki musim kemarau atau di saat musim penghujan, masyarakat bisa
mengantisipasi kekeringan dengan menggiatkan gerakan menampung air hujan. Dengan begitu saat
memasuki musim kemarau masyarakat masih memiliki cadangan air bersih yang cukup.

"Penyelesaian masalah kekeringan itu kan harus berbarengan dalam penyelesaian masalah banjir dan
kerusakan lingkungan. Caranya pada saat musim penghujan kita jangan banyak membuang air hujan,
dengan begitu kita sekaligus bisa mengurangi banjir saat musim penghujan," katanya.

Agar tidak banyak membuang air hujan kata dia, masyarakat bisa mengalirkan air ke Penampung Air
Hujan (PAH) atau diresapkan ke sumur-sumur milik warga. Oleh karenanya harus ada gerakan
masyarakat yang terorganisir untuk mensukseskan gerakan memanen air hujan ini.

"Kewajiban mengelola air hujan itu sebenarnya adalah kewajiban asasi. Makanya harus ada gerakan
TRAP, yakni tampung, resapkan, alirkan dan pelihara. Adanya gerakan (masyarakat) untuk meninggalkan
menampung air hujan itu harus distop, itu gerakan yang salah," pungkasnya.

https://news.detik.com/jawatengah/3651250/pakar-air-hujan-bisa-dimanfaatkan-saat-musim-kemarau
4. Pengelolaan sungai

Ilustrasi sungai.

Di banyak negara, sungai yang rawan banjir kebanyakan dipasangi tanggul,


pematang, waduk, dan bendungan yang bisa digunakan untuk mencegah
luapan air sungai, ini adalah salah satu cara mengatasi banjir. Jika hal
tersebut tidak berhasil, maka biasanya akan ditambahkan tembok di
sekeliling bantaran sungai

Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah


tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia.
Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan
tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk
mengatur suplai air demi pencegahan banjir
Drainase Sistem Gravitasi

Drainse sistem gravitasi adalah sistem drainase yang paling sederhana,


yaitu pengaliran air dari tempat yang lebih tinggi ke lebih rendah. Pada
daerah perbukitan biasanya kemiringan tanahnya cukup curam dan
menyebabkan kecepatan aliran di saluran melampui batas maksimum,
sehingga diperlukan bangunan terjun agar tidak merusak permukaan
saluran

Drainase Sistem Sub Surface

Drainase sistem sub surfaceyaitu sistem pematusan permukaan tanah


akibat adanya curah hujan dengan cara meresapkan ke dalam tanah untuk
kemudian ditampung, disalurkan melalui pipa berpori (dengan kedalaman
tertentu) ke sistem jaringan drainase yang ada disekitar lokasi pori tersebut.
Penentuan kedalaman pipa berdasarkan pada perbedaan muka tanah dan
muka air banjir. Semakin dalam pipa maka jarak antara pipa semakin jauh.
Apabila kedalaman pipa dangkal, maka jarak pipa semakin dekat. Untuk
pertimbangan ekonomi sehingga perlu dicari kedalaman pipa yang paling
murah dan mudah dilaksanakan (Sugiyanto, 2001).

Perhitungan sub surface drainase berdasarkan asumsi sebagai berikut:

Tidak adanya aliran runoff(aliran permukaan).


Kondisi lapisan dan permukaan kering.
Tidak ada air yang keluar / masuk daerah tangkapan.
Drainase Sistem Polder

Drainase sistem polder digunakan apabilapenggunaan drainase sistem


gravitasi sudah tidak memungkinkan lagi, walaupun biaya dan operasinya
lebih mahal. Drainase sistem polder akan digunakan pada kondisi sebagai
berikut ini:

1. Elevasi atau ketinggian muka tanah lebih rendah dari pada elevasi
muka air laut pasang. Pada daerah tersebut sering terjadi genangan
akibat air pasang
2. (rob).
3. Elevasi muka tanah lebih rendah dari pada muka air banjir di sungai
yang merupakan outlet saluran drainase kota.
Daerah yang mengalami penurunan, sehingga daerah tersebut yang
semula lebih tinggi dari muka air laut pasang maupun muka air banjir
di sungai diprediksikan akan tergenang.

Sesuai dengan kondisi di lapangan, maka ada enam bentuk sistem polder
yaitu:

Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam


retensi di satu tempat. Digunakan apabila lahan untuk keperluan
kolam retensi tidak ada masalah.
Drainase sistem polder dengan menggunakan pompa dan kolam
retensi. Digunakan apabila kondisi di lapangan tidak memiliki lahan
yang cukup (pemukiman padat).
Drainase sistem polder dengan pompa dan tampungan memanjang.
Drainase sistem polder dengan pompa dan kolam retensi tidak di satu
tempat.
Drainase sistem polder dengan kolam retensi dan kolam air.
Drainase sistem polder tanpa kolam retensi dan kolam air

http://ath-anekatanamanhias.blogspot.co.id/2015/01/macam-macam-drainase.html
ISTEM PENGOLAHAN SAMPAH

SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaur-ulangan , atau


pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam .
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian
khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang , berbeda juga
antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan dengan
daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah. Metode pengelolaan
sampah berbeda beda tergantung banyak hal , diantaranya tipe zat sampah , tanah yg digunakan untuk
mengolah dan ketersediaan area.

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan :

mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis , atau


mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup.

Metoda Pembuangan
Penimbunan darat
Penimbunan darat sampah di Hawaii.

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak
terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yg
dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan
murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya
hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah)

Kendaraan pemadat sampah

Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air
sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk
menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus).
Banyak penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas
yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut
sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk
diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode
metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan
kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk
digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium , kaleng baja makanan/minuman,
Botol dan pet , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC,
LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau
mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis
bahannya.

Pengolahan biologis

Pengkomposan
Pengkomposan.

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan.Hasilnya adalah
kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Pro di Toronto,
Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur dan potongan tanaman
dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

Pemulihan energi
Sampah menjadi Energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya
bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-
ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar
memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang
berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini
biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah
sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasmas yang canggih digunakan
untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon
monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.

Metode penghindaran dan pengurangan

Minimilisasi Sampah

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk , atau
dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau
bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng
minuman).

Konsep pengelolaan sampah

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya, antara
negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang digunakan adalah:

Diagram dari hirarki limbah.

Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah, menggunakan
kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai
dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap menjadi dasar dari
sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hirarki adalah untuk mengambil
keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum
limbah.
Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer Responsibility (EPR).(EPR)
adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang
berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-
pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang
dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan
diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual
produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta
selama manufaktur.
prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan
limbah, ini umumnya mer

http://novitadwikurnia.blogspot.co.id/2012/12/sistem-pengolahan-sampah_30.html

Vous aimerez peut-être aussi