Vous êtes sur la page 1sur 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PENYAKIT

JANTUNG KORONER
Oleh : Drs.Julianus Ake, SKp, M.Kep.

Otot jantung harus memperoleh suplai darah yang adekuat agar dapat berkontraksi
dengan baik.
Arteri koroner bertanggung jawab mensuplai darah dan oksigen ke otot jantung. Pada
saat arteri koroner mengalami penyempitan atau sumbatan, maka area yang menerima
suplai akan mengalami iskemia, injury atau infark.

Gangguan utama akibat gangguan suplai darah pada otot jantung adalah angina pektoris
dan infark jantung.
Penyakit yang terjadi akibat gangguan suplai darah/oksigen dari arteri koroner disebut
penyakit jantung koroner = Coronary Artery Disease (CAD) = Coronary Heart Disease
(CHD)= Ischemic Heart Disease (IHD).

INSIDEN
Merupakan salah satu penyebab kematian utama.
Pada umumnya setelah usia 40 tahun.
Angka kematian dapat ditekan :
1. meningkatnya tehnologi dan penanganan/pengobatan pada klien penyakit
kardiovaskular.
2. penggunaan obat thrombolytic pada akut myikard infark.
3. meningkatnya tehnologi pembedahan.
4. keberhasilan menghindari faktor risiko.

ETIOLOGI
Pada umumnya karena atherosclerosis yang menyebabkan arteri koroner mengalami
penyempitan/penyumbatan.

1
Atherosclerosis terjadi akibat gangguan metabolisma lemak yang ditandai adanya deposit
substansi lemak sepanjang lapisan intima dan proliferasi sel otot polos pembuluh darah.

FAKTOR RESIKO
A. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Usia :
Atherosclerosis terjadi pada usia pertengahan. Manifestasi klinik ditemukan pada
usia 40 50 tahun dan insiden ini akan meningkat terus setelah usia ini.

2. Gender :
Insiden terbanyak pada pria dibanding wanita. Pada wanita usia subur
(premenopause) ditandai dengan meningkatnya hormon estrogen yang
berpengaruh pada High Density lipoprotein (HDL) sehingga mencegah terjadinya
insiden atherosclerosis. Stelah menopause barulah insiden CAD meningkat pada
wanita.
3. Ras
CAD meningkat pada kelompok ras kulit putih. Hipertensi diketahui mempunyai
risiko dua kali.

4. Genetik
Ditemukan pada riwayat keluarga pasien CAD. Diabetes mellitus dan hipertensi
adalah dua contoh yang dipercaya merupakan faktor risiko yang berhubungan
dengan riwayat keluarga. Kedua penyakit ini merupakan faktor risiko terjadinya
CAD.

B. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi .


1. Hipertensi
Hipertensi merupakan pendahulu terjadinya atrherosclerosis, dimana adanya
atherogenesis injury pada intima mengakibatkan penebalan dinding pembuluh
darah sehingga elasitas pembuluh darah berkurang dan terjadi peningkatan tekanan
darah.

2
2. hiperkolesterolemia.
Terjadi akibat konsumsi lemak/kolesterol berlebihan. Kolesterol ditransfortasi
dalam aliran darah. Lipoprotein dapat dikelompokkan :
- Veri-low-density lipoprotein (VLDL).
- Intermediate-density lipoprotein (IDL).
- Hight-density lipoprotein (HDL).
Kelompok lipoprotein yang memicu peningkatan cholesterol terutama VLDL,
sedangkan HDL sebagai kondisi normal.

3. Perokok
Racun yang dihasilkan terutama nikotin dan carbo monoksida.
- nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga suplai darah
ke organ tidak adekuat.
- Carbo monoksida akan mengurangi/menghambat transfortasi oksigen.
- Merokok sebagai salah satu faktor yang dapat mengkonstribusi terjadinya
atherosclerosis (meningkatkan pembentukan plaque).

4. Kebiasaan/pola hidup
- Hal ini berhubungan dengan aktifitas bergerak seseorang.
- Gerakan tubuh yang kurang (duduk atau baring lama) menyebabkan
peningkatan penumpukan darah pada perifer (pheriferal pooling) sehingga
beban pada kardiovaskular meningkat. Dapat juga terjadi varices dan
thrombophlebitis.
- Inactivity dapat meningkatkan obesitas.

5. Obesitas
Penambahan berat badan akan mempengaruhi peningkatan beban kerja jantung.
Juga dapat menyebabkan terhadinya hipertensi dan hiperlipidemia.

3
6. Stress mental/emosional :
Pengaruhi ini sering dijumpai pada mereka dengan pola egosentris, mudah marah,
frustrasi, permusuhan/kebencian.
Stress menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah CAD.

7. Glucose intolerance.
a. Diidentifikasi dapat mengkonstribusi CAD.
b. Glucose serum > 120 mL/dL dapat meningkatkan risiko dua kali terjadinya
penyakit jantung.
c. Diabetes mellitus CAD.

8. Alcohol Abuse
- Alkohol dapat menghambat HDLCAD.
- Alkohol yang lama dapat menyebabkan toksikasi jantung, cardiomyopathy
dan gangguan transfortasi trigliserida.

PATHOFISIOLOGI
- Gangguan suplai darah melalui arteri koroner akibat penyempitan atau
penyumbatan dapat mengakibatkan kekuatan kontraksi otot jantung
menurun/gagal.
- Terjadinya gangguan suplai darah pada arteri koroner disebabkan dinding
pembuluh darah mengalami penebalan sehingga lumen menyempit atau
terbentuknya thrombus atau emboli.
- Atherosclerosis utamanya berpengaruh pada lapisan intima dinding arteri
yang ditandai dengan adanya deposit lipoprotein pada area tersebut.
- Akibat ischemia sel otot jantung menyebabkan metabolisma menurun,
selanjutnya untuk mempertahankan aktifitas otot jantung maka pada area
tersebut terjadi metabolisma CO2 (metabolisma anaerob) yang
menghasilkan asam laktat sebagai bahan buangan. Peningkatan asam laktat
akan menstimulasi reseptor nyeri sehingga klien akan mengalami chest

4
pain (nyeri dada). Hal ini juga disebabkan karena pada kondisi ischemia,
thrombosit akan menstimulasi sel untuk melepaskan prostaglandin sehingga
terjadi spasme arteri koroner.
- Nyeri angina dapat berlangsung 3 5 menit, sedang pada infark jantung
nyeri tidak menghilang.

MANIFESTASI KLINIK
A. Angina Pektoris.
- Chest pain terjadi akibat penyempitan lumen pembuluh darah koroner
sehingga suplai darah/oksigen ke otot jantung tidak adekuat. Pada saat
jantung membutuhkan oksigen lebih banyak karena meningkatnya aktifitas
jantung, arteri koroner tidak mampu memenuhi kebutuhan karena
mengalami penyempitan.
- Chest pain dirasakan pada area substernal/precordial yang beradiasi pada
bahu kiri dan kelengan kanan, epigastrium, rahang, leher atau skapula kiri.
- Stable angina : Chest pain yang terjadi akibat peningkatan aktifitas atau
emosional yang setiap serangan nyerinya stabil baik onset, durasi dan
intensitas.
- Unstable angina : Serangan chest pain yang tidak dapat diperkirakan yang
dapat terjadi pada saat istirahat atau pada malam hari. Serangan ditandai
adanya peningkatan frekuensi, lama dan intensitasnya.
- Tanda/keluhan lain yang menyertai, misalnya pucat, kedinginan, takikardia,
hipertensi.

B. Infar Jantung
- Chest pain terjadi akibat oklusi arteri koroner,. Menyebabkan suplai darah
ke sel otot jantung terhambat. Bila sel otot jantung mengalami ischemia >
20 menit akan mengakibatkan kematian sel otot jantung (infark) pada area
yang mengalami gangguan. Asidosis akan terjadi dan terjadi gangguan
sistem konduksi dan akan terjadi disritmia. Konstraksi otot jantung
menurun mengakibatkan penurunan kemampuan pompa.

5
- Akibat kerusakan sel otot jantung maka enzim intrasel akan keluar dan
masuk kedalam aliran darah, sehingga ditemukan peningkatan enzim serum
(SGOT, SGPT, LDH, CPK).
- Daerah yang sering mengalami infark adalah dinding depan ventrikel kiri
dekat apeks.
- Chest pain lebih berat dan lebih lama dan tidak hilang walau dengan obat
vasodilator.
- Radiasi nyeri : leher, rahang, bahu, bagian belakang, kelengan kirir dan
epiogastrium.
- Gejala/tanda lain yang menyertai :
a. Syok : Dimana tekanan sistolik < 80 mmHg, keringat dingin, sianosis
perifer, takikardia atau bradikardia dan nadi lemah.
b. Oligoiuria : urin < 30 mL/jam, sebagai indikasi hypoksia ginjal akibat
penurunan perfusi.
c. Demam ; Suhu badan akan meningkat pada 24 jam pertama, kadang2 3
7 hari dimana suhu badan berkisar 37.5C 39.5C. Demam terjadi
akibat destruksi otot jantung, terjadi peningkatan lekosit dan terjadi
proses inflamasi.
d. Gelisah akibat nyeri hebat.
e. Nausea dan vomiting, terjadi akibat nyeri hebat.
f. Akut edema paru ditandai dengan kesulitan bernafas (gagal pompa
jantung kiri).

DIAGNOSTIK TEST
- EKG : Pada infark akan diawali dengan elevasi ST segment dan gelombang
T dan akhirnya terjadi gangguan gelombang Q (Q patologis).
- Peningkatan enzim jantung : SGOT, SGPT, CPK, LDH.
- Lekosit 10.000 20.000/mm3 : Nampak pada hari ke 2 setelah MI dan
menghilangkan pada minggu I.
- Stess-test : Treadmill-test, bycicle stationary, two-step-test.

6
PROGNOSIS
Kondisi klien dalam keadaan buruk dan bahkan klien dapat meninggal akibat distritmia
berat, cardiogenic shock, CHF, ruptur jantung, MI berulang.

PENGOBATAN
Tujuan utama pengobatan ;
- Mengatasi serangan akut, mencegah komplikasi dan mencegah
kemungkinan serangan ulang.
- Rehabilitasi dan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga.
Pengobatan :
- Vasodilator, misalnya nitrogliserin (sublingual, IV) = Short acting.
Isordil = Long acting.
Vasodilatasi pembuluh darah akan meningkatkan aliran darah dan otot
jantung memperoleh cukup oksigen. Pengaruh samping pengobatan ini
yaitu nyeri kepala hebat, kemerahan kulit, nausea dan vomiting, hipotensi,
vertigo dan sinkop.
- Calcium Channel Blocker : kalsium memegang peranan penting pada
eksitasi impuls listrik pada sel otot jantung dan kontyraksi pembuluh darah
serta sel otot jantung. Pengaruh samping : Pusing, nyeri kepala, edema
tungkai, HR dan tekanan darah menurun.
- Beta Blocking Agent : menurunkan beban kerja jantung sehingga
menghindari terjadinya serangan shest pain. Obat ini akan mengurangi
kebutuhan oksigen oto jantung (blocking beta receptor dan HR lambat).
Pengaruh samping : nausea dan vomiting, depresi, diare ringan, fatigue, dan
impotensi.
- Diet rendah lemak dan rendah garam.
- Cegah overweight.
- Makan dalam porsi kecil, tinggi selulosa.
- Hindari valsava maneuver.
- Pemberian oksigen.
- Pasang EKG monitor : Bila disritmia obat antiaritmia.

7
- Antikoagulan (MI) : mencegah risiko emboli.
- Terapi thrombolytic (MI) : Streptokinasi, urokinase biasanya diberikan 3
6 jam setelah mulai chest pain.
- Program rehabilitasi, tujuan utama adalah membantu klien hidup secara
maksimal dan produktif, dan membatasi akitiftas jantung :
a. program aktifitas bertahap.
b. Pendidikan kesehatan : penyakit, pencegahan dan pengobatan.
c. Mendorong klien untuk menerima keterbatasnnya.
d. Membantu klien mencapai tujuan rehabilitasi.
e. Menghindari faktor risiko.
Program rehabilitasi sudah dilakukan setelah tirah baring 24 jam tanpa
komplikasi misalnya CHF dan disritmia.

NURSING MANAGEMENT
Sasaran rencana keperawatan pada klien :
1. Mengenal kondisi yang mengancam kehidupan, misalnya disritmia.
2. Monitoring kemungkinan adanya komplikasi.
3. Pertahankan tindakan keperawatan kritis.
4. Idrentifikasi pengaruh psikososial pada klien dan keluarga.
5. Pendidikan kesehatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut (nyeri dada), R/T iskemia otot jantung yang terjadi akibat oklusi
(MI)/penyempitan (angina pektoris) pada arteri koroner.

Tujuan :
Klien akan menunjukkan/mengungkapkan nyeri terkontrol, dengan kriteria :
1. klien menyatakan berkurangnya perasaan nyeri.
2. Klien nampak tenang.
3. Tidur cukup.
4. Ekspresi wajah ceriah.

8
5. Tekanan darah/denyut nadi dalam batas normal.
Tindakan
1. Kaji karakteristik nyeri dada (lokasi, durasi, kualitas, radiasi dan faktor pencetus).
Rasional : Sebagai indikasi iskemia otot jantung. Pengkaijian nyeri dapat
mengidentifikasi adanya komlikasi. Lamanya nyeri memberikan
gambaran sehubungan dengan terapi thrombolitik.
2. Kaji vital sign terutama saat serangan chest pain.
Rasional : Peningkatan frekuensi pernafasan, heart rate dan teknan darah
menunjukkan adanya peningkatan nyeri dan kecemasan.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : menurunkan stimulus eksternal akan menciptakan relaksasi dan
menurunkan kecemasan sehingga kebutuhan oksigen akan berkurang
akhirnya nyeri berkurang.
4. Batasi pengunjung .
Rasional : Mencegah overstimulus akan meningkatkan istirahat dan beban kerja otot
jantung akan berkurang.
5. Instruksikan klien untuk melaporkan nyeri bila terjadi.
Rasional : Informasi yang cepat, dapat cepat dikembangkan melalui pengkajian dan
tindakan kolaboratif pengobatan dapat segera diberikan.
6. Monitoring respon pengobatan terhadap nyeri
Rasional : Pengobatan morphin/narkotik dapat menyebabkan depresi pernafasan.
7. Catat tingkat kesadaran klien.
Rasional : Penurunan tingkat kesadaran sebagai akibat penurunan perfusi serebral
atau side effect pengobatan vasodilator.
8. Berikan oksigen terapi.
Rasional Peningkatan oksigen akan meminimalisasi luasnya area kerusakan/infark.

9
2. Penurunan perfusi jaringan R/T iskemia/kerusakan otot jantung yang
menyebabkan penurunan stroke volume dan menurunnya kontraksi otot
jantung.

Tujuan
Klien akan mendemonstrasikan Vs dalam batas normal/ouput urin adekuat, dengan
kriteria :
1. HR, tekanan darah dan pernafasan dalam batas normal.
2. Output urin 24 jam minimal 1000 mL.
3. Tidak ditemukan disritmia.

Tindakan
1. Monitor EKG dan catat hasilnya 3 kali/hari.
Rasional : Penurunan CO dan iskemia otot jantung akan meningkatkan iritabilitas
otot jantung/disritmia.
2. Kaji Vs setiap 30 menit.
Rasional : Penurunan frekuensi HR/denyut nadi dan tekanan darah menunjukkan
perfusi jaringan tidak adekuat akibat penurunan kontraksi otot jantung.
3. Auskultasi bunyi jantung setiap jam.
Rasional : Bila ditemukan S3 dan atau S4, sebagai indikasi adanya congestive heart
failure (gagal jantung). Bila ditemukan friction rub (bunyi gesekan)
menunjukkan indikasi wfusi perikard. Bila ditemukan murmur,
kemungkinan terjadinya kerussakan katup jantung.
4. Pertahankan kebutuhan cairan via infus dengan intake cairan 2000 mL/24 jam.
Rasional : Memperthankan kebutuhan cairan normal dan mencegah terjadinya
dehidrasi atau overhidrasi.
5. Pertahankan infus/IV line.
Rasional : Senantiasa siap untuk pengobatan emergensi.
6. Pertahankan tirah baring dalam posisi semifowler.
Rasional : Istirahat akan mengurangi kebutuhan energi tubuh sehingga beban kerja
jantung akan berkurang.

10
7. Sarankan klien untuk tidak mengedan pada saat defekasi.
Rasional : Valsava maneuver akan meningkatkan tekanan intratorakal mengakibatkan
kontraksi jantung akan menurun (CO menurun) dan akan menyebabkan
bradikardia.
8. Berikan makanan dalam porsi kecil, hangat, lunak, dan tinggi serat.
Rasional : Makanan dalam porsi besar akan meningkatkan beban kerja jantung yang
dapat menyebabkan penggunaan oksigen tubuh berlebihan. Makanan tinggi
serat akan meningkatkan zat sisa dan menstimulasi dinding usus.
9. Tindakan kolaboratif : Pengobatan digitalis.
Rasional : Digitalis sebagai inotropik agent yang dapat meningkatkan kekuatan
kontraksi jantung sehingga cardiac output adekuat.

3. Intoleransi aktifitas R/T ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan


kebutuhan otot jantung/Terjadinya iskemia atau nekrotis jaringan otot
jantung/pengaruh obat-obatan yang bersifat depressan terhadap jantung (Beta
blocker, antidisritmia).

Tujuan
Klien akan menunjukkan peningkatan toleransi aktifitas dengan Vs dalam batas normal,
kulit teraba hangat dan kering, dengan kriteria :
1. Vs. dalam batas normal.
2. kulit teraba kering dan hangat.
3. klien melaporkan tidak sesak bila melakukan aktifitas.
4. klien melaksanakan program aktifitas dengan lancar.

Tindakan
1. Catat Vs sebelum, selama dan sesudah aktifitas (bila ada indikasi)
Rasional : Perubahan Vs menunjukkan menurunnya oksigen otot jantung yang dapat
menurunkan aktifitas.
2. Pertahankan tirah baring.

11
Rasional : menurunkan beban otot jantung/konsumsi oksigen otot jantung,
mengurangi risiko komplikasi.
3. Batasi pengunjung.
Rasional : mengajak klien berbicara yang lama akan banyak mengeluarkan energi,
tetapi kunjungan keluarga diperlukan sebagai upaya terapetik
(pengunjung yang tenang/tidak ribut dan tidak banyak mengajak klien
berbicara).
4. Sarankan klien menghindari aktifitas yang dapat meningkatkan tekanan abdominal,
misalnya mengedan saat defekasi.
Rasional : Aktifitas yangmenyebabkan valsava maneuver dapat menyebabkan
bradikardi penurunan cardiac output.
5. Beri penjelasan sehubungan dengan program aktifitas misalnya : duduk di kursi bila
tidak merasa nyeri dada, ambulasi bertahap, istirahat 1 jam setelah makan.
Rasional : Aktifitas yang bertahap akan mengembalikan kecukupan oksigen pada
jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung.
6. Rujuk untuk program rehabilitasi.
Rasional : recovery dan proses penyembuhan klien.

12

Vous aimerez peut-être aussi