Vous êtes sur la page 1sur 17

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Komunitas Anak
Usia Sekolah)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Definisi anak usia sekolah
Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa
nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak. Menurut UU no
20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak
adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American Academic of
Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak
yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan
berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan
karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah,
usia sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan
sudah lengkap. (Widodo, 2005)
Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah menengah Atas adalah suatu masa usia anak yang sangat
berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak permasalahan
kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari. Masalah
kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan
perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan
menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik di sekolah. Sayangnya
permasalahan tersebut kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua atau para
klinisi serta profesional kesehatan lainnya. Pada umumnya mereka masih banyak
memprioritaskan kesehatan anak balita. (Widodo, 2005)

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah


Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia pra sekolah dan sekolah dasar:
Jasmani : Periode ini disebut periode memanjang secara fisik fungsi organ otak mulai
terbentuk mantap sehingga perkembangan kecerdasannya cukup pesat.
Jiwani : Anak mulai banyak melihat dan bertanya, fantasinya berkurang karena
melihat kenyataan, ingatan kuat daya kritis mulai tumbuh, ingin berinisiatif dan
bertanggung jawab.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
Rohani : Anak mulai memasukkan dalam pikirannya tentang Tuhan mulai
memisahkan konsep pikiran tentang Tuhan dengan orangtuanya.
Sosial : Kegiatan anak mulai berkelompok dan mengarah pada tujuan tetapi
masih egosentris, kegiatannya hanya satu jenis dan mulai membuat Gang dengan
kompetisi tinggi. (Widodo, 2005)

Tugas orang tua untuk perkembangan anak usia sekolah


1. Menyediakan aktifitas untuk anak
Untuk membantu kreativitas :
a. Menyediakan perlengkapan sekolah.
b. Mengikutsertakan anak pada ekstrakulikuler, les, kursus, dengan
pengarahan/bimbingan orang tua.
c. Memberikan sarana bermain yang sesuai usia.
d. Memberikan bimbingan rohani baik didalam maupun diluar rumah.
2. Mempersiapkan biaya
Anak sudah sekolah membutuhkan biaya yang cukup besar anggaran rumah tangga
membengkak perlu pengaturan rumah tangga yang baik.
3. Kerjasama untuk penyelesaian kerja anak diajarkan untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya (baik tugas sekolah maupun tugas rumah). Penting untuk
menumbuhkan kemandirian dan kedisiplinan anak.
4. Memperhatikan kepuasan anggota keluarga dan pasangan
Keharmonisan keluarga harus terjalin dengan baik, saling mengerti dan perhatian,
menghargai kepentingan orang lain dan belajar untuk dapat mengenal orang lain.
5. Sistem komunikasi komunitas
a. Diterapkan komunitas yang terbuka.
b. Anak diberi kesempatan untuk berbicara mengungkapkan pendapatnya penting
untuk menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga anak tidak takut untuk
bergabung dan dengan masyarakat.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
6. Mensosialisasikan anak meningkatkan prestasi sekolah memupuk hubungan
sebaya. Membina hubungan anak dengan teman akan meningkatkan pola adaptasi
anak terhadap lingkugan barunya.
7. Memelihara hubungan perkawinan yang memuaskan karena perkawinan dapat
menimbulkan konflik-konflik yang dapat menurunkan keharmonisan. Meningkatkan
komunikasi yang terbuka dan saling mendukung dalam hubungan suami istri.
8. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
Harus mengecek kesehatan anak secara berkala misalnya: fungsi pengliharan,
pendengaran kemampuan berbicara. Tujuannya untuk mengantisipasi akibat/keadaan
yang mungkin terjadi. (Anonim, 2010)
Cara mencapai tugas perkembangan :
a. Anak diberi motivasi untuk belajar, memperhatikan kebutuhan sosial anak.
b. Meningkatkan komunikasi yang terbuka dan mendukung hubungan suami istri,
rekreasi orang tua saja.
c. Mengajarkan dan membiasakan cara hidup sehat.
d. Memberikan tempat aktivitas yang nyaman.(Anonim, 2010)

Permasalahan kesehatan pada anak usia sekolah


Secara epidemiologis penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak
sekolah di Indonesia masih tinggi. Kasus infeksi seperti demam berdarah dengue,
diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan akut, serta reaksi simpang terhadap
makanan akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan.
Selain itu risiko gangguan kesehatan pada anak akibat pencemaran lingkungan
dari pelbagai proses kegiatan pembangunan makin meningkat. Seperti makin
meluasnya gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana transportasi,
kebisingan, limbah industri dan rumah tangga serta gangguan kesehatan akibat
bencana. Selain lingkungan, masalah yang harus diperhatikan adalah membentuk
perilaku sehat pada anak sekolah.
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia TK dan SD biasanya berkaitan
dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri. Pada anak usia SLTP dan
SMU (remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku
berisiko seperti merokok, perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tak diingini,
abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Permasalahan lain yang belum begitu diperhatikan adalah masalah gangguan
perkembangan dan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perkembangan dan
perilaku pada anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak
dini, gangguan ini akan mempengaruhi prestasi relajar dan masa depan anak. Selanjutnya
akan divas tentang permaslahan kesehatan anak usia sekolah di anatarnya adalah
penyakit menular, penyakit non infeksi, gangguan pertumbuhan, gangguan
perkembangan dan perilaku. (Hendra, 2007)

Penyakit pada anak usia sekolah


Penyakit infeksi
1. Infeksi Kaki, Tangan dan Mulut
Infeksi Tangan Kuku dan Mulut disebabkan oleh virus entero, virus coxsackie
A16, ataupun virus entero 71. Masa inkubasi sekitar 3-6 hari. Penularannya sangat
cepat diantara usia anak.melalui sentuhan dengan air hidung atau mulut, kencing,
ataupun pengeluaran. virus masuk melalui rongga mulut dan saluran cerna.
2. Campak
Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh
virus campak. Penularannya terjadi melalui udara ataupun kontak langsung dengan
penderita. Virus campak menyebar lewat percikan ludah penderita. Virus cacar air
bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan cacarnya. Untuk
itu maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah.
3. Cacar Air
Cacar air atau varisela memang merupakan penyakit anak-anak yang sudah
ratusan tahun dikenal orang. Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh,
pusing, demam yang kadang-kadang diiringi batuk, dalam waktu 24 jam timbul

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena
terbakar) dan terakhir menjadi benjolan-benjolan kecil berisi cairan.
4. Mumps (Gondong)
Penyakit gondong adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus gondong.
Penularannya terjadi melalui udara. Gejala-gejalanya adalah demam 3-5 hari,
pembengkakan di daerah pipi yang berdekatan dengan telinga bagian bawah, rasa
kurang enak badan, nyeri kepala dan rasa sakit bila menelan atau mengeluarkan air
liur. Komplikasi paling sering adalah radang otak dan radang buah pelir atau
kandung telur (14-35%) yang dapat mengakibatkan kemandulan.

Gangguan perkembangan dan perilaku anak usia sekolah


1. Penolakan Sekolah (School Refusal)
Penolakan sekolah atau fobia sekolah dan sering disebut mogok sekolah adalah
bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan
berbagai keluhan yang tidak pernah muncul ataupun hilang ketika masa
keberangkatan sudah lewat, hari Minggu atau libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-
waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai
bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru ataupun ketika ia
menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya.
2. Gangguan Tidur
Pada anak usia sekolah, remaja dan dewasa biasanya ditandai dengan mimpi
buruk pada malam hari. Mimpi buruk yang tersering dialami adalah mimpi yang
menyeramkan seperti didatangi orang yang sudah meninggal atau bertemu binatang
yang menakutkan seperti ular. Kesulitan memulai tidur biasanya terjadi periode awal
tidur atau berjalan saat tidur.
3. Gangguan Koordinasi Dan Keseimbangan
Gangguan ini ditandai oleh aktifitas berjalan seperti terburu-buru atau cepat
sehingga kemampuan berjalan terlambat. Bila berjalan sering jatuh, atau menabrak
benda di sekitarnya. Gangguan lainnya adalah bila berjalan jinjit atau bila duduk
bersimpuh posisi kaki ke belakang seperti huruf W. (Hendra, 2007)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
Upaya peningkatan kesehatan anak usia sekolah
PAMSIMAS
Salah satu kegiatan Kesehatan Sekolah Program PAMSIMAS adalah
membangun jamban sekolah dan sarana cuci tangan. Sekolah harus memberikan
pengajaran baik kepada guru maupun murid bagaimana cara memelihara jamban
sekolah yang akan di bangun dan sarana cuci tangan. Misalnya seorang guru di
serahkan tanggung jawab untuk pemeliharaan jamban. Ia akan mengkoordinasi murid
dengan cara membuat roster atau jadwal membersihkan jamban dan sarana cuci tangan
yang dibagi secara merata antara murid laki-laki dan murid perempuan.
Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu
untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat
berbeda jauh dengan jamban guru. Di mana jamban murid sangat jauh dari kondisi
bersih dan terpelihara atau tidak jarang dalam kondisi rusak. Akibatnya banyak
murid yang kemudian buang air baik buang air kecil maupun buang air besar di
halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi bau dan sangat rentan
untuk menjadi sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah tidak
dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau
2 akan merasa takut untuk menggunakan jamban yang kondisinya gelap, berbau dan
kotor. Kondisi seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban dengan
penerangan yang cukup baik dari lampu ataupun sinar matahari beserta
ventilasi yang memadai. (Departemen Kesehatan RI, 2008)
Adapun rincian kegiatan program Promosi Kesehatan di sekolah :
1. Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk
pendidikan menjaga kebersihan jamban sekolah
2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun
4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu,
dan kesehatan masyarakat
5. Program pemberantasan kecacingan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
8. Kampanye, Sungai Bersih, Sungai Kita Semua
9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang
terlibat di sekolah, mencakup:
a. Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian
tugas guru pembina dan komite sekolah\
b. Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya
(Departemen Kesehatan RI, 2008)

Health Promoting School


Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah
menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sekolah melalui 3 kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b)
pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang
berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.
Strategi Promosi Kesehatan
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh
dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat,
khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat
dari berbagai pihak terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk
menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan
kepada berbagai pihak yang akan menentukan kebijakan program, termasuk kebijakan
yang terkait dana untuk kegiatan
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi
]alannya program promosi kesehatan sekolah. Dalam ker]asama ini berbagai
pihak dapat saling bela]ar dan berbagi pen galaman tentan g keberhasilan dan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
kekurangan program, tentan g cara menggunakan berbagai sumber daya yang
ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk melakukan promosi
kesehatan.
c. Penguatan kapasitas
Kemampuan ker]a dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus
dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus
diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program promosi
kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait dalam rangka
penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program
promosi kesehatan sekolah
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun
usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan
sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna
meningkatkan status kesehatan di sekolah.
e. Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan
penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan
akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik
secara nasional maupun regional, disamping untuk melakukan evaluasi
peningkatan PHBS siswa sekolah.

Peran Dokter Kecil


Pentingnya pengetahuan akan gizi yang baik dapat disosialisasikan melalui
keberadaan dokter kecil. Dokter kecil merupakan siswa yang aktif dalam menangani
masalah kesehatan di sekolah, khususnya di tingkat sekolah dasar. Siswa yang
menjadi dokter kecil pun merupakan siswa yang berprestasi secara akademik. Mereka
ini merupakan penggerak kesehatan di lingkungan sekolah. Peran dokter kecil yang
merupakan ujung tombak program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dalam
memperhatikan kesehatan anak sekolah. Dokter kecil membuat anak sekolah jadi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
sadar sehat. Mulai dari piramida makanan hingga perlunya memperhatikan
kebersihan makanan ketika jajan. Bukan hanya itu, para dokter kecil ini juga
menjalani penyuluhan ke kantin sekolah, serta memberikan pengetahuan kepada
teman sekolahnya mengenai mana jajanan yang sehat dan yang tidak. Jajanan sehat
berarti bersih, tidak basi, dan mengandung zat gizi,. Karena kesadaran arti
pentingnya kesehatan harus ditanamkan sejak kecil, dokter kecil di tingkat sekolah
dasar pun akan direvitalisasi yang nantinya bisa menjadi pahlawan kesehatan
Indonesia yang menjadi teladan dan memberi contoh tentang perilaku hidup bersih
dan sehat kepada teman-temannya yang lain di lingkungan sekolah. (menurut Menteri
Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih )
Menurut penggiat program dokter kecil, dr Handrawan Nadesul, yang pada tahun
1981 membentuk ratusan kader dokter kecil dari siswa SD yang berprestasi ini,
menuturkan, peran dokter kecil mempunyai dampak yang cukup besar dalam
menggerakkan upaya kesehatan yang meliputi urgensi gizi seimbang. Para dokter
kecil ini bukan berarti berperan sebagai dokter, namun lebih tepatnya sebagai
promotor untuk menggerakkan teman-temannya untuk mengetahui makanan yang
baik dan zat gizi yang dikandungnya serta mengonsumsi makanan dengan gizi
seimbang. Di samping itu, peran dokter kecil diharapkan mampu membantu guru dan
petugas kesehatan di sekolah.

Peran dan fungsi perawat di sekolah


Peran perawat di lingkungan sekolah ada 3 hal yaitu : pelaksana asuhan
keperawatan di sekolah, pengelola kegiatan di UKS dan sebagai penyuluh di bidang
kesehatan (Anna, 2010).
a. Sebagai pelaksana askep di sekolah :
1. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik.
2. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina Usaha Kesehatan
di Sekolah (TPUKS)
3. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana keegiatan
4. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1010
b. Sebagai pengelola kegiatan UKS. Koordinator program UKS di Puskesmas.
c. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan .
Fungsi Perawat Sekolah
a. Mengajukan atau membuat kebijakan untuk menjamin pelaksanaan program
kesehatan secara terintegrasi dan komprehensif.
b. Penanganan kasus/manajemen kasus untuk membantu keluarga dalam memenuhi
kebutuhan, terutama yang terkait dengan anak didiknya.
c. Manajemen program, sehingga system dan aktivitas kesehatan sekolah dapat
berjalan dan berkembang sebagai bagian integral dari system kesehatan masyarakat.
d. Bertanggung jawab terhadap upaya proteksi dan promosi kesehatan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1111
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Model pengkajian komunitas sebagai klien


Model pengkajian komunitas sebagai klien Anderson dan McFarlen (1988)
mencakup konsep-konsep dari teori sistem umum. Model ini menguraikan subsistem
spesifik yang ditemukan di dalam komunitas mengenai isi dan bagaimana setiap
subsistem ini terkait dengan tujuan kesehatan. Perawat dapat menggunkan model ini
sebagai pedoman untuk mengumpulkan data tentang kelompok agregasi sebagai
sasaran pengkajian komunitas, seperti yang diilustrasikan. (Paul,2009)

1. Data inti
Anak usia sekolah adalah anak yang sedang menekuni proses pendidikan mulai
pada tingkat pra sekolah (TK), sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama dan
menengah atas. Pada tahap ini masalah kesehatan sangat berpengaruh pada kualitas
tumbuh kembang anak di kemudian hari pada saat dewasa. Gangguan kesehatan yang
sering timbul pada usia sekolah adalah gangguan kesehatan umum, gangguan
perilaku, gangguan perkembangan fisiologis hingga gangguan dalam belajar. Untuk
mencegah atau mengurangi potensi komplikasi dan permasalahan kesehatan anak,
perlu dilakukan deteksi dini gangguan kesehatan agar tidak berkembang menjadi
masalah berat. Deteksi dini bisa dilakukan dengan meningkatkan perhatian yang lebih

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1212
besar terhadap usia sekolah, sama halnya dengan perhatian ketika anak masih balita.
Hal ini dilakukan dengan harapan tercipta anak usia sekolah yang sehat, cerdas dan
berprestasi baik.
2. Lingkungan fisik
a. Anak dan pembangunan lingkungan
Orang dewasa pada umumnya berpendapat bahwa pembangunan yang cocok bagi
dirinya, maka cocok pula bagi anak-anak, sehingga anak dipandang tidak penting
untuk didengarkan pendapat dan aspirasinya dalam merencanakan dan menentukan
arah pembangunan. Sesungguhnya melalui wadah partisipasi anak, anak dapat diajak
bekerjasama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
(pembangunan) lingkungannya (Adams & Ingham, 1998:51). Pemerintah dapat
berkomunikasi dengan mereka, karena mereka mempunyai persepsi, pandangan dan
pengalaman mengenai lingkungan kota tempat mereka tinggal, sehingga pemerintah
dapat menemukan kebutuhan atau aspirasi mereka.
b. Anak dan lingkungan tempat tinggal
Hal yang perlu dilakukan agar anak akrab dengan lingkungan tempat tinggalnya
antara lain adalah:
1) Keluarga perlu melakukan penerapan kombinasi pola asuh antara otoriter, bebas
dan demokratis secara seimbang dan konsisten, supaya kepercayaan diri anak tinggi.
2) Rumah yang layak huni adalah rumah yang menjamin keamanan, ketenangan dan
kenyamanan penghuni.
c. Anak dan lingkungan masyarakat
Pada lingkungan masyarakat, diharapkan anak dapat lebih menyesuaikan diri dengan
lingkungan masyarakat, untuk itu perlu dilakukan adalah:
1) Perlu ada inisiatif dan kemauan keras ketua RT dan RW untuk menjalankan
organisasi dengan membentuk kegiatan-kegiatan yang berdampak langsung pada
warga, khususnya anak-anak, seperti kerja bakti.
2) Menjaga sanitasi lingkungan, karena berdampak langsung pada kesehatan
lingkungan, terutama terhadap anak-anak yang rentan terhadap berbagai resiko yang
ditimbulkan oleh lingkungan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1313
d. Anak dan lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang diharapkan anak adalah sebagai berikut:
1) Mempunyai ruang WC yang menjadi salah satu fasilitas yang penting di sekolah.
2) Desain bangunan sekolah bertingkat perlu dilengkapi ruang bermain bagi anak
yang aman dan nyaman di setiap lantai.
3) Waktu sekolah pagi dan petang dipertimbangkan untuk diterapkan secara
bergantian.
4) Perlu menggunakan metode Cara Belajar Siswa Aktif.
5) Penyusunan peraturan dan tata tertib sekolah, pimpinan sekolah dan guru perlu
mengikutsertakan murid-murid.
3. Pelayanan kesehatan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yakni Indonesia
Sehat 2010 telah ditetapkan sejumlah misi, strategi, pokok-pokok program serta
program-programnya. Salah satu program yang dimaksud adalah Program Usaha
Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di sekolah.
Promosi Kesehatan Sekolah dibuat untuk mendukung program peningkatan
Sarana Air Bersih dan Sanitasi dan untuk memperluas manfaat kesehatan masyarakat
desa dengan cara meningkatkan pengetahuan dan perilaku kesehatan dan sanitasi pada
anak-anak sekolah dasar. Selain itu Promosi Kesehatan Sekolah bertujuan agar
murid-murid tersebut bertindak sebagai agen perubahan bagi orangtua mereka,
saudara-saudara, tetangga dan kawan-kawan mereka.
Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam program
usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina UKS di tingkat
Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Promosi kesehatan sekolah (dalam
Program PAMSIMAS) harus dikoordinasikan dengan program penyuluhan
kesehatan yang dilakukan oleh PUSKESMAS, Dinas Kesehatan Kabupaten,
Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen Kesehatan Pusat.
4. Ekonomi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1414
Krisis moneter dan ekonomi yang terjadi di Indonesia yang berkepanjangan dan
masih berlangsung hingga kini, jelas berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi
penduduk. Dampak ini lebih nyata pada ibu hamil dan anak-anak, tidak terkecuali
anak usia sekolah dasar (SD) yang merupakan kelompok pendudukyang paling rentan
terhadap gangguan gizi dan pelayanan kesehatan, ekonomi yang berkepanjangan ini
memicu penurunan daya beli masyarakat dan kalangan hasil produksi pertanian,
sehingga makanan yang dikonsumsi penduduk terutama mereka dikelas bawah
miskin akan menurun dari segi kuantitas dan kualitas.
5. Keamanan dan transportasi
Pemerintah kota agar menyediakan layanan transportasi yang
mempertimbangkan kebutuhan anak. Selain itu pemerintah kota dalam membuat
kebijakan mengenai transportasi umum, menurut Jill Swart Kruger dan Louise
Chawla (Kruger, 2002) perlu:
a. Memperkenalkan jarak, jenis dan ukuran transportasi umum.
b. Mempertimbangkan pembuatan tiket tunggal untuk semua jenis transportasi
umum.
c. Mempertimbangkan penggunaan bus khusus pada hari minggu dan libur untuk
anak dan keluarganya ke tempat rekreasi.
6. Politik dan pemerintah
Pada lingkungan masyarakat, diharapkan anak dapat lebih menyesuaikan diri
dengan lingkungan masyarakat.
7. Komunikasi
Hasil survei Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)5 menunjukkan bahwa
acara televisi untuk anak-anak cenderung mengalami peningkatan. Hasil survei ini
menunjukkan bahwa alasan yang utama para reponden (anak-anak) untuk
menonton televisi adalah hiburan (72%) dan jenis acara yang sering ditonton termasuk
infotainmen (gosip, telenovela, sinetron).
Televisi adalah seperti pisau yang dapat bermanfaat untuk kebaikan atau bisa
berbahaya jika penggunaannya tidak terkendali. Oleh karena itu kuasa negatif televisi
ini perlu dikurangi atau dialihkan ke hal-hal yang mendidik dan membangun.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1515
8. Pendidikan
Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang
hubungan antara air, jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang
penting dalam program kesehatan sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara
air-kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana sarana sanitasi dapat melindungi
kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi sanitasi dan perilaku
yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan Penyakit
Kecacingan; dan monitoring kualitas air. Materi-materi pembelajaran bagi siswa
dilaksanakan secara partisipatif menggunakan metode PHAST. Guru-guru sebagai
tenaga pengajar akan di beri pelatihan terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan
setempat dan Tim Fasilitator Masyarakat, khususnya TFM bidang kesehatan.
9. Rekreasi
Menurut Hendricks (Hendricks: 2002) perencanaan taman bermain yang ramah
terhadap anak harus mempertimbangkan hasil konsultasi dengan anak, seperti
bagaimana mereka menggunakan ruang dan apa yang mereka ingin lakukan,
sehingga dalam proses pengembangannya tidak perlu melakukan pengekangan terhadap
anak. Proses konsultasi dengan anak harus dilakukan dengan baik seperti yang
dilakukan terhadap orang dewasa.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1616
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Wahit. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto


Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Lusia. 2011. 5 Juta Anak Balita Rawan Gizi. Diakses pada 5 Oktober 2011 dari
http://health.kompas.com/read/2011/01/12/07005986/5.Juta.Anak.Balita.R
awan.Gizi
Kurniawati, Ernita Mei (2007) Hubungan Pola bermain dengan Perkembangan Kognitif
anak Usia Prasekolah Di TK Islam Pangeran Diponegoro Semarang.
Undergraduate thesis, Diponegoro University.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page
1717

Vous aimerez peut-être aussi