Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran
prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam
pengukuran itu adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini salah satunya sangat
penting untuk menentukan prestasi perusahaan.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka
laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan
untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara
luas.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua
transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode,
kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka secara umum rumusan
masalah pada paper ini adalah sebagai berikut :
1.2.1. Apa itu pengukuran laba ?
1.2.2. Apa itu pendapatan dan beban?
1.2.3. Apa itu perubahan akuntansi?

1.3 TUJUAN
Tujuan dalam pembahasan paper ini berdasarkan rumusan masalah di atas,
adalah untuk membahas hal-hal yang sesuai dengan permasalahan yang diajukan
antara lain :
1.3.1. Untuk mengetahui tentang pengukuran laba.
1.3.2. Untuk mengetahui tentang pendapatan dan beban.

1
1.3.3. Untuk mengetahui tentang perubahan akuntansi.

1.4 MANFAAT
Selain tujuan daripada penulisan paper, perlu pula diketahui bersama bahwa
manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Secara Teoritis
Secara toeritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah
dirumuskan akan mamperkenalkan tentang konsep laba serta menimbulkan
pemahaman dan pandangan baru mengenai konsep laba.
1.4.2 Secara Praktis
Secara praktis, penulisan paper ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan pemahaman yang lebih mendalam sehingga akan lebih mengetahui
bagaimana lonsep laba.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGUKURAN LABA


Laba merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan dalam
istilah keuangan. Laba merupakan pengukuran atas perubahan kekayaan pemegang
saham (perubahan nilai) maupun merupakan estimasi laba masa depan. Pemahaman
dua peranan laba ini penting untuk analisis laporan keuangan yaitu : Laba Ekonomi
dan Laba Akuntansi, yang akan diuraikan sebagai berikut.
2.1.1 Konsep Laba Ekonomi
Bagian ini menjelaskan dua pengukuran laba yang penting: laba ekonomi
dan laba permanen.
a. Laba ekonomi
Laba ekonomi biasanya merupakan arus kas ditambah dengan perubahan
nilai wajar aktiva. Berdasarkan definisi ini, laba mencakup baik komponen
yang sudah direalisasi (arus kas) maupun yang belum (laba atau rugi
kepemilikan). Konsep laba ini mirip dengan pengukuran tingkat
pengembalian suatu efek (surat berharga atau sekuritas) atau portofolio efek
yaitu, tingkat pengembalian mencakup baik dividen maupun apresiasi
modal. Laba ekonomi merupakan indikator dasar kinerja perusahaan
mengukur dampak keuangan seluruh kejadian pada suatu periode
komprehensif. Laba ekonomi mencakup baik komponen berulang maupun
tak berulang, dan karenanya tidak terlalu bermanfaat untuk meramalkan
potensi laba masa depan
b. Laba permanen atau laba berkelanjutan (sustainable)
Laba permanen merupakan rata-rata laba stabil yang ditaksir dapat
diperoleh perusahaan sepanjang umur, berbeda dengan laba ekonomi, yang
mengukur perubahan nilai perusahaan, laba permanen merupakan proporsi
langsung dari nilai perusahaan. Laba permanen mencerminkan fokus
jangka panjang. Karenanya laba permanen sering kali disebut kemampuan

3
laba yang berkelanjut atau terus menerus (sustainable earning power), yang
merupakan konsep penting bagi analisis penilaian ekuitas maupun analisis
kredit. Umumnya, untuk perusahaan yang masih berlangsung, nilai
perusahaan dapat dicerminkan dengan membagi laba permanen dengan
biaya modal. Karena hubungan ini, menentukan laba permanen perusahaan
merupaka tantangan utama bagi banyak analisis.

Gambar 1 : Laba Ekonomi dan Laba Permanen

c. Implikasi analisis
1) Penyesuaian laba permanen
Misalnya, seorang analis bisa saja mengeluarkan keuntungan dari hasil
penjualan segmen bisnis utama ketikan menentukan komponen permanen
dari laba. Penyesuaian laba seperti itu disebut dengan laba inti (core
earnings) oleh analis yang bertugas. Menentukan laba inti periode berjalan
bermanfaat dalam teknik penilaian menggunakan kelipatan laba.
Menentukan laba inti juga bermanfaat dalam memberikan langkah awal
yang lebih berarti dalam melakukan prediksi dan dalam membantu
memberikan asumsi-asumsi dalam kegiatan peramalan.
2) Penyesuaian laba ekonomi
Salah satu cara dalam mendapatkan laba ekonomi adalah dengan
menghitung perubahan kekayaan pemegang saham yang berasal dari sumber
bukan pemilik; yang dapat berarti, dengan cara memasukkan semua hal yang
menyangkut perubahan kekayaan bersih pemegang saham.

4
2.1.2 Konsep Laba Akuntansi
Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Meskipun
laba akuntansi mencakup baik aspek laba ekonomi maupun laba permanen,
namun laba ini bukan merupakan pengukuran laba secara langsung seperti
kedua laba lainnya. Laba akuntansi memiliki masalah pengukuran yang
mengurangi kemampuannya untuk mencerminkan realitas ekonomi.
Konsekuensi, tugas utama analisis laporan keuangan adalah menyesuaikan laba
akuntansi untuk mencerminkan konsep laba alternatif yang lebih baik. Laba
akuntansi merupakan produk lingkup pelaporan keuangan yang melibatkan
standar akuntansi, mekanisme pengaturan, dan insentif manajer.
a. Pengakuan Pendapatan dan Pengaitan Beban.
Tujuan utama akutansi akrual adalah pengukuran laba. Dua proses
utama dalam pengukuran laba adalah pengakuan pendapatan dan pengaitan
beban. Pengakuan pendapatan (revenue recognition) adalah titik awal
pengukuran laba. Menurut Wild et.al.(2005:411), terdapat dua kondisi wajib
agar pendapatan diakui. Dua kondisi wajib untuk dapat diakui adalah bahwa
pendapatan harus.
1) Telah dapat direalisasi (realized or realizable). Untuk dapat diakui, suatu
perusahaan telah mendapatkan kas atau komitmen andal untuk
mendapatkan kas, seperti piutang yang sah
2) Telah dihasilkan (earned). Perusahaan harus menyelesaikan seluruh
kewajibannya kepada pembeli, yaitu proses perolehan laba harus telah
selesai.
b. Laba Akuntansi dan Laba Ekonomi
Laba akuntansi mungkin terlihat serupa dengan laba ekonomi. Namun,
laba akuntansi merupakan produk lingkup pelaporan keuangan yang
mengkibatkan standar akuntansi, mekanisme pengaturan, dan insentif
manajer. Penyebab perbedaan laba akuntansi dengan laba ekonomi adalah:
1) Konsep laba alternatif
Konsep laba ekonomi sangat berbeda dengan konsep laba
permanen. Pembuat standar akuntansi menghadapi dilema yang besar
dalam hal ini, termasuk pilihan menggunakan laba akuntansi atau laba

5
permanen. Laba ekonomi menjadikan pengukuran secara menyeluruh
baik komponen yang berulang maupun yang tidak berualang sedangkan
laba permanen menyajikan komponen berulang saja tidak menyajikan
komponen yang tidak berulang. Kepentingan atas pengunaan
kepentingan yang berbeda atas konsep yang digunakan, untuk laba
ekonomi akan menyajikan seluruh laba yang diperoleh oleh arus kas saat
ini dan masa depan hal ini sangat berfungsi untuk menilai suatu
perusahaan, sedangkan laba permanen penting karena penggunaannya
mampu menghasilkan nilai dari pengembalian pemegang saham di masa
yang akan datang. Atas dilema ini menjadikan pengukuran laba akuntansi
tidak konsisten, misal untuk imbal hasil pensiun menggunakan laba
permanen sedangkan untuk efek menggunakan laba ekonomi.
2) Biaya historis
Pengukuran laba berdasarkan biaya historis memperlihatkan
perbedaan antara laba akuntansi dan laba ekonomi. Penggunaan laba
menggunakan pengukuran biaya historis mempengaruhi laba dengan dua
cara yaitu;
biaya penjulan terkini tidak tercermin pada laporan laba rugi yaitu jika
digunakan metode persediaan FIFO
keuntungan dan kerugian aset tetap yang belum direalisasi tidak dapat
diakui.
3) Basis transaksi
Laba akuntansi biasanya mencerminkan dampak transaksi.
Dampak ekonomi yang tidak disertai transaksi yang wajar sering kali
tidak dipertimbangkan. Misalnya kontrak pembelian tidak diakui
sebelum transaksi pembelian terjadi.
4) Konservatisme
Konservativisme atau kehati-hatian dalam akuntansi
mengharuskan pengakuan langsung kejadian yang menurunkan laba,
meskipun belum terdapat transaksi yang mendasarinya misalnya
penuruanan persediaan dan aset tetap. Namun untuk pengakuan dampak

6
kejadian yang meningkatkan laba harus ditunda sampai dengan realisasi
atas pendapatan tersebut terjadi.
5) Manajemen laba
Manajemen laba seperti income smoting, atau pengurasan laba
pada tahun tertentu menjadikan laba yang dihasilkan aleh akuntansi
menjadi terdistorsi, hal ini menjadikan laba akuntansi jauh dari realitas
ekonomi yang ada.
c. Komponen Permanen, Sementara, Dan Tidak Relevan Dengan Nilai
Telah kita melihat bahwa laba akuntansi berusaha menangkap elemen
laba permanen maupun laba ekonomi, tetapi memiliki kesalahan
pengukuran. Karenanya penting untuk melihat bahwa laba akuntansi terdiri
dari tiga komponen.
1) Laba Permanen
Komponen laba akuntansi yang permanen diharapkan akan terjadi
sepanjang waktu, Karakteristik komponen ini serupa dengan konsep
laba permanen ekonomi.
2) Komponen Sementara
Komponen laba akuntansi yang sementara tidak diharapkan untuk
terjadi lagi-biasanya merupakan peristiwa yang terjadi satu kali.
3) Komponen yang tidak relevan dengan nilai
Komponen yang tidak relevan dengan nilai (value irrelevant
component) tidak memiliki konten ekonomi-komponen ini adalah
distorsi akuntansi. Komponen ini timbul karena ketidaksempurnaan
akuntansi. Komponen ini memiliki dampak pada nilai perusahaan.
d. Implikasi Analisis
Menyesuaikan laba akuntansi merupakan tugas penting dalam analisis
keuangan. Sebelum membuat penyesuaian, penting untuk menentukan
apakah tujuan analisis adalah mencari laba ekonomi atau laba permanen
berbeda baik sifat, dan tujuan, karenanya penyesuaian yang dibutuhkan
untuk menentukan masing-masing pengukuran dapat jauh berbeda.
Menentukan komponen laba periode berjalan yang berulang
diperlukan untuk menentukan dan menginterpretasi rasio harga saham

7
terhadap laba (P/E) yang sesungguhnya dan membuat perbandingan rasio
P/E menjadi lebih berarti. Penentuan ini juga memberikan langkah awal
yang lebih berarti untuk melakukan peramalan dan membantu memperoleh
asumsi margin laba (profit margin) dan perputaan aktiva (asset turnover).
Untuk menyesuaikan laba akuntansi dalam mencari laba ekonomi,
perlu menggunakan pendekatan inklusif di mana kita akan mengambil
seluruh komponen laba baik yang berulang maupun tidak.

2.1.3 Alternative Klasifikasi dan Pengukuran Laba


Laba dapat diklasifikasi berdasarkan dua dimensi utama:
(1) komponen operasi dan non operasi,
(2) komponen berulang dan tidak berulang.
Klasifikasi operasi dan nonoperasi terutama bergantung pada sumber
pendapatan atau beban, yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi
perusahaan yang masih berlangsung atau dari aktivitas investasi (pendanaan).
Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah pos
tersebut akan terus terjadi atau hanya satu kali.
a. Laba Berulang dan Tidak Berulang
Perlunya mengklasifikasi komponen laba berulang dan tidak berulang
berasal dari kebutuhan untuk menentukan komponen laba permanen dan
sementara.
1) Pengukuran Laba Akuntansi Alternatif. Laporan laba rugi biasanya
menyajikan tiga alternatif pengukuran laba:
a) Laba bersih (net income) dianggap sebagai hasil akhir pengukuran
laba, meskipun pada kenyataannya tidaklah demikian. Prinsip-prinsip
akuntansi yang berlangsung umum ( generally Asset Accounting
Principels GAAP) memperkenankan sejumlah peyesuaian langsung
terhadap ekuitas yang disebut pos surplus kotor (Dirty Surplus), tanpa
melalui laporan laba rugi. SFAS 130 mencoba untuk mengatasi
masalah ini dengan pengukuran laba alternatif yang disebut
pendapatan komperhensif

8
b) Pendapatan komprehensif (comprehensive income) mencerminkan
hampir semua perubahan pada ekuitas yang tidak berasal dari aktifitas
pemilik (seperti deviden atau penerbitan saham). Hal ini berarti
pendapatan komprehensif merupakan pengukuran laba baris terbawah
dan merupakan perkiraan akuntanasi atas laba ekonomi. Sayangnya
perusahaan diperkenankan untuk menyajikan pendapatan
komprehensif dalam laporan perubahan ekuitas dan bukan laporan
laba rugi. Pendapatan komprehensif berbeda dengan laba bersih
karena laba ini mencerminkan keuntungan dan kerugian atas
kepemilikan yang belum direalisasi, penyesuaian translasi (
penjabaran valuta asing dan tambahan penyesuaian kewajiban pensiun
minimum (yang tidak dilaporkan adalah keuntungan dan kerugian
derivatif yang juga memengaruhi laba komprehensif).
c) Laba dari operasi yang berlanjut (continuing income) merupakan suatu
pengukuran yang mengeluarkan pos luar biasa, dampak komulatif
perubahan akuntansi, dan dampak penghentian operasi. Karena alasan
ini, laba dari operasi yang masih berlangsung sering disebut laba
sebelum dampak komulatif perubahan akuntansi dan kombinasinya.
Perusahaan yang tidak memiliki komponen diatas tidak perlu
melaporkan laba dari operasi yang masih berlangsung
Banyak analis menghitung pengukuran laba lain yang disebut
laba inti. Laba Inti (core income) merupakan pengukuran yang
mengeluarkan semua pos tidak berulang yang dilaporkan dalam baris
terpisah pada laporan keuangan.
2) Implikasi Analisis. Standar akuntansi mewajibkan pengukuran laba
alternative sehingga pemakai laporan keuangan dapat
mengidentifikasi komponen laba yang berkelanjutan dan yang tidak.
Pertama, pengukuran laba yang benar tidak mungkin dilakukan tanpa
menetapkan tujuan analisis. Kedua, pengukuran alternative laba
akuntansi berasal hanya dari memasukkan, atau mengeluarkan, pos
tertentu.

9
b. Laba Operasi dan Nonoperasi
Laba operasi (operating income) merupakan suatu pengukuran
laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih
berlangsung. Terdapat tiga aspek penting dalam laba operasi, yaitu:
1) Laba operasi terkait hanya dengan laba yang berasal dari aktivitas
operasi. Karena itu, setiap pendapatan (dan laba) yang tidak
berhubungan dengan operasi usaha bukanlah menjadi bagian laba
operasi
2) Ini berhubungan dengan yang pertama, laba operasi berfokus pada
laba perusahaan secara keseluruhan dan bukan hanya untuk pemilik
utang dan ekuitas. Artinya, penapatan dan beban pendanaan
(terutama beban bunga) akan dikeluarkan ketika mengukur laba
operasi
3) Laba operasi hanya terkait dengan aktivitas usaha yang masih
berlangsung. Artinya setiap laba atau rugi yang berkaitan dengan
operasi yang dihentikan akan dikeluarkan dari laba operasi.
Laba nonoperasi (nonoperating income) mencakup seluruh komponen
laba yang tidak termasuk dalam operasi. Laba ini terkadang berguna ketika kita
menganalisis laba non-operasi untuk memisahkan komponen yang berkaitan
dengan aktifitas pendanaan dari yang berkaitan dengan operasi yang
dihentikan.
Implikasi Analisis
Kegunaan laba operasi muncul dari satu tujuan penting dalam pendanaan
perusahaan, yaitu keinginan untuk memisahkan keputusan investasi (dan
operasi), seperti penganggaran modal, dari keputusan pendanaan seperti
kebijakan deviden. Karena tujuan ini, kita perlu menentukan suatu pengukuran
laba perusahaan komperhensif yang independen terhadap keputusan pendanaan
dan investasi efek perusahaan. Laba operasi merupakan salah satu pengukuran
itu. Perhatikan bahwa laba operasi sebelum pajak sama dengan laba sebelum
beban bunga dan pajak (earning before interest and taxes- EBIT), sementara
laba operasi setelah pajak sama dengan laba bersih operasi setelah pajak (net
operating profit after taxes-NOPAT).

10
2.1.4 Pendapatan Komprehensif
GAAP telah lama mendukung konsep pendapatan komprehensif, atau
mencakup semua, dimana angka pendapatan pada baris terbawah terkait
dengan ekuitas neraca yang menyertainya, atau pendapatan pada baris
terbawah mencerminkan semua perubahan ekuitas pemegang saham yang
berasal dari sumber selain transaksi pemilik. Artikulasi ini disebut surplus
bersih (clean surplus). Meskipun begitu, para pembuat standar telah
memperkenankan komponen pendapatan komprehensif tertentu untuk melewati
laporan laba rugi dan langsung menjadi penyesuaian ekuitas. Penyesuaian ini,
yang disebut surplus kotor (dirty surplus).
a. Mengukur Pendapatan Komprehensif. Seperti dijelaskan oleh SFAS 130,
pendapatan komprehensif dihitung dengan menyesuaikan laba bersih
dengan pos kelebihan kotor, yang jika digabung akan menjadi pendapatan
komprehensif. Perhitungan pendapatan komprehensif dari suatu perusahaan:
Laba bersih XXX
Pendapatan komprehensif lainnya:
+/- keuntungan (kerugian) kepemilikan
efek yang belum direalisasi XXX
+/- penyesuaian translasi valuta asing XXX
+/- penyesuaian tambahan kewajiban
minimum XXX
+/- keuntungan (kerugian) kepemilikan
instrument derivative yang belum direalisasi XXX XXX
Pendapatan komprehensif XXX
b. Implikasi Analisis.
Pentingnya pendapatan komprehensif bagi analisis laporan keuangan
timbul karena pendapatan komprehensif merupakan perkiraan akuntan atas
laba ekonomi. Penting untuk mengakui bahwa pendapatan komprehensif
harus disesuaikan untuk menghitung laba ekonomi. Beberapa analis
berpendapat bahwa seluruh komponen pendapatan komprehensif tidak
relevan karena komponen ini tidak berlangsung lama. Penelitian
menunjukan bahwa satu-satunya komponen pendapatan komprehensif yang

11
relecan untuk penilaian ekuitas adalah keuntungan atau kerugian efek yang
belum direalisasi, dan itupun hanya berlaku untuk institusi keuangan
(Dhaliwal, Subramanyam, dan Trezevant, 2000).

2.2 PENDAPATAN DAN BEBAN


Mengukur Laba Akuntansi
Laba akuntansi ditentukan dengan mengakui pendapatan dan biaya
kredit. Karenanya, pendapatan (dan keuntungan) serta beban (dan kerugian)
merupakan komponen utama laba akuntansi.
2.2.1 Pendapatan dan Keuntungan
Pendapatan (revenues) merupakan arus masuk yang diperoleh atau arus
kas masuk yang akan diperoleh yang berasal dari aktivitas usaha perusahaan
yang masih berlangsung. Keuntungan (gains) merupakan arus masuk yang
diperoleh atau akan diperoleh yang berasal dari transaksi dan kejadian yang
tidak terkait dengan aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung.
Perbedaan antara pendapatan dan keuntungan berdasarkan aktivitas usaha
yang masih berlangsung untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan atau
aktivitas untuk memperoleh pendapatan, diharapkan akan terjadi selamanya
berdasarkan kelangsungan usaha. Sebaliknya, keuntungan tidak berulang.
Perbedaan ini penting untuk analisis, terutama saat menentukan laba yang
berkelanjutan.
Metode pengakuan pendapatan dapat memengaruhi laba yang dilaporkan
secara signifikan. Pengakuan pendapatan telah menjadi makin rumit, karena
semakin terkait dengan aktivitas e-commerce. Menganalisis praktik pengakuan
pendapatan sangat penting pada analisis laporan keuangan.
2.2.2 Beban dan Kerugian
Beban (expenses) merupakan arus keluar yang terjadi atau arus keluar
yang akan terjadi, atau alokasi arus keluar masa lampau yang berasal dari
aktivitas usaha perusahaan yang masih berlangsung. Kerugian (losses)
merupakan penurunan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari aktivitas
sampingan atau incidental perusahaan. Keuntungan dan kerugian merupakan
sumber daya dan jasa yang dapat dikonsumsi, dihabiskan atau hilang dalam

12
memperoleh atau memproduksi pendapatan dan keuntungan. Akuntansi beban
dan kerugian sering kali melibatkan penilaian jumlah dan waktu alokasi atas
periode pelaporan. Masalah penting lainnya adalah penangguhan biaya (atau
alokasi sepanjang beberapa periode).

2.3 PERUBAHAN AKUNTANSI


Perusahaan dapat mengubah akuntansi dan asumsi yang mendasari
laporan keuangan karena beberapa alasan. Kadang kala,metode akuntansi diubah
karena adanya standar akuntansi baru. Pada saat lainnya, metode akuntansi
dan/atau asumsi diubah untuk dapat mencerminkan aktivitas atau kondisi usaha
yang berubah dengan lebih baik. Manajer juga kadang kala mengubah metode
akuntansi dan/atau asumsi untuk mempercantik laporan keuangan, terutama
melakukan manajemen laba. Untuk mencegah manajer mengubah suatu metode
akuntansi dengan metode akuntasi lainnya, standar akuntansi mewajibkan bahwa
saat menyiapkan laporan keuangan terdapat asumsi bahwa suatu prinsip
akuntansi saat diadopsi seharunya tidak diubah pada akuntanis kejadian atau
transaksi yang serupa. Asumsi bahwa entitas tidak merubah prinsip akuntansi
dapat ditinggalkan jika hanya perusahaan memberikan pembenaran penggunaan
prinsip akuntansi alternatif yang diterima berdasarkan dasar yang lebih disukai.
Standar akuntansi membedakan empat bentuk perubahan akuntansi: (1)
perubahan prinsip akuntansi, (2)perubahan estimasi akuntansi, (3)perubahan
entitas pelapor, dan (4)koreksi kesalahan. Berikut ini pembahasannya:
2.3.1 Melaporkan Perubahan Akuntansi
a. Perubahan Prinsip Akuntansi. Perubahan prinsip akuntasi terjadi saat
perusahaan berpindah dari satu prinsip akuntansi yang berlaku umum ke
prinsip akuntansi yang berlaku umum lainnya. Istilah prinsip akuntansi
mengacu ke standar akuntansi dan praktik yang digunakan serta metode
pengaplikasian standar tersebut. Suatu contoh perubahan prinsip akuntansi
salah perubahan metode penyusutan dari garis lurus menjadi percepatan.
Saat terjadi perubahan, laba periode berjalan dihitung denga
menggunakan prinsip baru. Dampak kumulatif perubahan prinsip ini
(setelah pajak) terhadap laba ditahan pada awal periode dihitung saat

13
peruabhan terjadi. Dampak kumulatif disajikan pada laporan laba rugi
setelah pos luar biasa, tetapi sebelum laba bersih. Penghitungan ini
merupakan penyesuaian berjalan karena laporan keuang sebelumnya yang
telah dipublikasi tidak direvisi. Perubahan juga mengungkapkan informasi
berikut pada catatan atas laporan keuangan saat terjadi perubahan prinsip
akuntansi.
1) Sifat dan pembenaran perubahan prinsip.
2) Dalam prinsip baru terhadap laba bersih maupun laba sebelum pos luar
biasa untuk periode terjadinya perubahan, termasuk dampak pada lab per
saham.
3) Dalam pro forma (seolah-olah) dari aplikasi perubahan akuntansi re-
troaktif terhadap laba bersih dan laba sebelum pos luar biasa (dan laba
per saham terkait) utnuk tahun-tahun dimana laporan keuangan disajikan
(biasanya dua tahun sebelumnya).
Jika dampak pro forman tidak dapat ditentukan, perusahaan harus
mengungkapkan alasannya. Perubahn metode alokasi biaya aktiva jangka
panjang jika hanya diterapkan hanya untuk aktiva baru yang diperoleh, tidak
memerlukan penyesuaian berjalan.
b. Perubahan estimasi akuntansi. Akuntansi akrual membutuhkan estimasi
beberapa hal seperti masa manfaat aktiva, biaya garansi, keusangan
persediaan, asumsi pension, dan piutang tak tertagih. Hal ini disebut
estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi merupakan perkiraan berdasarkan
kondisi masa deoan yang tidak diketahui. Karenanya, estimasi akuntansi
dapat berubah. Terdapat persyaratan akuntansi dan pengungkapan saat
terjadi peruabhan estimasi akuntansi. Yaitu:
1) Aplikasi prospektif (prospective application)- suatu perubahan diterapkan
pada periode perubahan dan jika dapat masa depan ketika suatu dampak
terjadi (tidak memerlukan penyajian kembali decar retroaktif).
2) Pengungkapan pada catatan (note disclosure)- mengungkapkan dampak
perubahan terhadap laba bersih dan dala sebelum pos seblum pos luar
biasa (termasuk laba per saham) hanya untuk periode berjalan, meskipun
perubahan memengaruhi periode masa depan.

14
c. Perubahan entitas pelaporan. Perubahan entitas pelaporan berasal dari
berbagai cara, termasuk:
2.3.2 Publikasi awal laporan keuangan konsolidasi
2.3.3 Perubahan kebijakan konsolidais terkait anak perusahaan
Pada kasus ini, praktik akuntansi mewajibkan penyajian kembali
seluruh laporan keuangan periode sebelumnnya dan mengungkapkan sifat
perubahan entitas pelaporan dan alasannya.
d. Koreksi kesalahan. Pada laporan keuangan dapat berasal dari kesalahan
aritmatika, kesalah aplikasi prinsip akuntansi, atau kesalahan pengungkapan
informasi. Koreksi kesalahan tidak dianggap sebagai perubahan akuntansi.
Sebaliknya, koreksi kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode
sebelumnya terhadap saldo awal laba ditahan pada periode ditemukannya
kesalahan. Pengungkapan mencakup kesalahn dan dampaknya terhadap laba
bersih dan laba sebelum pos luar biasa (serta lab per saham terkait).

2.3.4 Analisis Perubahan Akuntansi


Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan seorang analis saat
menganalisis peruabahn akuntanis. Pertama perubahan akuntansi adalah
kosmetik dan tidak memiliki kosekuenis arus kas-baik saat inimaupun masa
depan. Hal ini berarti kondisi keuangan perusahaan tidak berpengaruh
dengan perubahan akuntansi.
Kedua, meskipun perubahan akuntansi hanya kosmetik, namun kadang-
kadang peruabahan ini dapat mencerminkan realitas ekonomi. Misalnya,
keputusan suatu perusahaan untuk memperpanjang masa manfaat mesinnya
mungkin merupakan usaha untuk mengkaitkan biaya dengan pola
penggunaan aktula yang lebih baik.
Ketiga, seorang analis harus waspada terhadap manajemen laba.
Manajemen laba tidak menjadi masalah saat pengadopsian standar baru-
meskipun, manajer dapat mengatur waktu adopsi saat periode dimana
dampak perubahan ini lebih menguntungkan. Namun, pada kasus perubahan
akuntansi secara sukarela, kemungkinan motivasinya adalah manajemen
laba. Meskipun kadang kala manajer melakukan manajemen laba melalui

15
perubahan prinsip akuntansi, namun metode manajemen laba yang lebih
popular dan pintar adalah mengestimasi akuntansi. Tidak seperti perubahan
prinsip akuntansi, dimana dampak kumulatifnya terlihat jelas pada laporan
laba rugi, informasi perubahan estimasi sering kali terkubur dalam catatan
laporan keuangan.
Masalah lain dengan perubahan akuntansi adlah manipulasi laba. Tidak
seperti manajemen laba, yang merupakan cara mempercantik (window
dressing) laporan keuangan dalam koridor GAAP, manipulasi laba terjadi
saat perusahaa menyimpang dari praktik yang diterima. Saat staff SEC
menemukan praktik akuntansi tersebut, perusahaan diwajibkan menyajikan
kembali laporan keuangannya. Penyajian kembali tersebut dilaporkan pada
Accounting Enforcement Releases (AER), yang menunjukkan bahwa
perusahaan mengadopsi praktik akuntansi yang terlalu agresif. Meskipun
pada permasalahan yang tidak sengaja juga terjadi, seorang analisi harus
waspada jika perusahaan diminta SEC untuk menyajikan kembali laporan
keuangannya.
Keempat, seorang analisis harus menilai dampak perubahan akuntansi
terhadap perbandingan antarwaktu. Penting bagi seorang analis memastikan
bahwa setiap perbandingan (terutama antarwaktu) dibuat berdasarkan satu
set aturan akuntansi yang konsisten. Jika perusahaan melaporkan dampak
perubahan akuntansi untuk data tahun sebelumnya pada catatan atas laporan
keuangan, laba historis dapat disesuaikan. Jika tidak ada data yang
dilaporkan, seorang analis harus waspada terhadap potensi keterbatasan
untuk melakukan perbandingan antar waktu.
Akhirnya, seorang analis mungkin ingin mengevaluasi dampak
perubahan akuntansi baik terhadap laba ekonomi maupun laba permanen.
Untuk mengestimasi laba permanen, seorang analis dapat menggunakan
angka yang dilaporkan berdasarkan metode baru dan mengabaikan dampak
kumulatif. Untuk mengstimasi laba ekonomi periode berjalan, baik laba
periode berjalan maupun dampak kumulatif diperhitungkan.

16
2.4 KASUS
Contoh 1
Delta Airlines sebelumnya menyusutkan peralatan penerbangan dalam masa
manfaat 15 tahun dengan menggunakan nilai sisa sebesar 10%. Pada kuartal ke
empat tahun berjalan. Delta mengubah kebijakan penyusutannya dengan
mengasumsikan masa manfaat 20 tahun dengan nilai sisa sebesar 5 %. Perubahan
ini menurunkan beban penyusutan Delta sebesar 36 juta dollar pada kuartal
keempat dan karenanya, meningkatkan laba bersih tahun fiskal sebesar 22 juta
dollar.
Penjelasan:
Motivasi perubahan kebijakan penyusutan Delta Airlines yang dijelaskan di atas,
akan terlihat jika kita mememrhatikan pola kerugian operasinya sepanjang waktu
tersebut. Tahun 2-$(675) juta; tahun 3-$(575) juta; tahun 4- $(447) juta. Pola ini
menggambarkan suatu kemajuan sepanjang waktu- atau presentase penurunan
kerugian sebesar 13% per tahun. Namun, jika kita menyajikan kembali angka ini
dengan menggunakan metode penyusutan awal, pola kerugian operasi sebagai
berikut; tahun ke 2-$(675) juta, tahun ke 3-$(609) juta, tahun ke 4-$ (583) juta. Hal
ini memperhatikan bahwa akuntansi menambah laba sebesar $34 juta tahun 3 dan
sebenarnya $136 juta tahun ke 4. Penurunan kerugian operasi berdasarkan data
awal karenanya hanya sekitar 5 % per tahun.

Contoh 2
Aset tetap di beli dengan harga 140.000.000, pada awalnya di perkirakan
berumur ekonomis 5 tahun dan nilai residu 10.000.000. aset telah di susutkan
selama dua tahun menggunakan metode garis lurus dan menghasilkan penyusutan
sebesar 26.000.000/tahun, pada akhir tahun kedua, nilai buku yang belum di
susutkan 88.000.000 ditentukan sebagai berikut
Biaya awal aset 140.000.000
(Dikurangi) akum.penyusutan (26.000.000 x 2) 52.000.000
Nilai buku yang belum disusutkan 88.000.000

17
Pada tahun ke 3, di perkirakan sisa masa kegunaan aset adalah 8 tahun (bukan 3
tahun) dan nilai residu sebesar 8.000.000 (bukan 10.000.000) dan penyusutan per
tahun selema 8 tahun (sisa kegunaan aset) sebesar 10.000.000, di tentukan sebagai
berikut
Kemudian
Nilai buku yang belum di susutkan 88.000.000
(Dikurangi) estimasi nilai residu yang belum di revisi 8.000.000
Biaya yang dapat di susutkan (hasil revisi) 80.000.000
Beban penyusutan tahunan yang di revisi (80.000.000 / 8 tahun) 10.000.000

Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa pada awal tahun ke 3, aset memiliki
nilai sebesar 88.000.000 dan setiap tahun-nya akan di susutkan 10.000.000
(menggunakan metode garis lurus) selama 8 tahun (sisa umur aset), namun
penyusutan tersebut tidak perlu lebih rendah dari nilai residu aset sebesar 8.000.000

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Laba merupakan ringkasan hasil aktivitas operasi usaha yang dinyatakan dalam
istilah keuangan. Laba dapat dipandang melalui 2 pemahaman yaitu laba ekonomi
dan laba akuntansi. Laba akuntansi mungkin terlihat serupa dengan laba ekonomi.
Namun, laba akuntansi merupakan produk lingkup pelaporan keuangan yang
mengkibatkan standar akuntansi, mekanisme pengaturan, dan insentif manajer. Laba
dapat diklasifikasi berdasarkan dua dimensi utama, yaitu (1) komponen operasi dan
non operasi, dan (2) komponen berulang dan tidak berulang.
Laba akuntansi ditentukan dengan mengakui pendapatan dan biaya kredit.
Karenanya, pendapatan (dan keuntungan) serta beban (dan kerugian) merupakan
komponen utama laba akuntansi.
Perusahaan dapat mengubah akuntansi dan asumsi yang mendasari laporan
keuangan karena beberapa alasan. Kadang kala,metode akuntansi diubah karena
adanya standar akuntansi baru. Pada saat lainnya, metode akuntansi dan/atau asumsi
diubah untuk dapat mencerminkan aktivitas atau kondisi usaha yang berubah
dengan lebih baik. Manajer juga kadang kala mengubah metode akuntansi dan/atau
asumsi untuk mempercantik laporan keuangan, terutama melakukan manajemen
laba.
Standar akuntansi membedakan empat bentuk perubahan akuntansi: (1)
perubahan prinsip akuntansi, (2)perubahan estimasi akuntansi, (3) perubahan entitas
pelapor, dan (4) koreksi kesalahan.

3.2 SARAN
Penggunaan konsep-konsep pengukuran laba dengan konsep yang lainnya
dikombinasikan guna menutupi kelemahan-kelemahan penggunaan konsep nilai saat
ini agar tujuan atas pengukuran dan pelaporan laba dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Wild, John J, dkk. 2005. Financial Statement Analysis. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat

20

Vous aimerez peut-être aussi