Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Bunuh Diri
Oleh Kelompok 7:
Ikayanti 14631442
Rika Ariyanti 14631445
Silvi Herawati 14631456
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan
judul makalah jiwa tentang resiko bunuh diri sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa tentang
macam-macam gangguan jiwa yang dibimbing oleh Nurul Sri Wahyuni, S. Kep, Ns, M.Kes.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis sadari tanpa adanya mereka,
penulis tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan berjalan dengan
baik.
Terlebih penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Nurul Sri Wahyuni, S. Kep, Ns,
M.Kes, karena kesabarannya membimbing dan mengarahkan penulis dalam membuat tugas
ini. Sehingga penulis dapat lebih ringan dalam mengerjakan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini berguna bagi semua pihak.
( Kelompok 7 )
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1.2 Etiologi
Menurut Fitria, Nita, 2009 etiologi dari resiko bunuh diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
Lima factor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
2
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan
dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar
memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan
dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan
kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan
perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan kesepian dan
meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang
aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat
mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
3
d. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif. Perilaku bunuh
diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif pada diri seseorang.
4
d. Pencederaan diri.
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri.
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
SIRS (Suicidal Intention Rating Scale) (Stuart & Sundeen, 1987; Keliat, B.A.,
1994) :
- Skor 0 (Tidak ada ide bunuh diri yang lalu & sekarang)
- Skor 1 (Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri)
- Skor 2 (Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri)
- Skor 3 (Mengancam bunuh diri, misalnya tinggalkan saya sendiri atau saya
bunuh diri)
- Skor 4 (Aktif mencoba bunuh diri)
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan individu itu seolah-
olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat
menerangkan mengapa mereka tidak menikah lebih rentan untuk melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan mereka yang menikah.
b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk
bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara
individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma
kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan tujuan. Masyarakat atau
kelompoknya tidak memberikan kepuasan padanya karena tidak ada pengaturan
atau pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
5
Sedangkan perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip
Fitria, Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut :
a. Upaya bunuh diri (scucide attempt)
Yaitu sengaja kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian.
Kondisi ini terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang
yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
b. Isyarat bunuh diri (suicide gesture)
Yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku
orang lain.
c. Ancaman bunuh diri (suicide threat)
Yaitu suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa
seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita lagi atau juga
mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian hadiah, wasiat, dan
sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang sekitar dapat dipersepsikan
sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
6
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
- Obat anti psikosis: Penotizin
- Obat anti depresi: Amitripilin
- Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
- Obat anti insomnia: Phneobarbital
b. Terapi modalitas
- Terapi keluarga : berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu
mengatasi masalah klien dengan memberikan perhatian
- BHSP : jangan memancing emosi klien
- Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
- Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
- Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
c. Terapi kelompok : berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
sosial, atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah
laku pada orang lain.
d. Terapi musik : dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien.
7
2.2 Pohon Masalah
Cedera/kematian
Mencederai diri
(core problem)
8
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI
9
7. Symptom yang menyertainya
- Apakah klien mengalami :
Ide bunuh diri
Ancaman bunuh diri
Percobaan bunuh diri
Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
- Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
bunuh diri. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk
membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam
lagi diantaranya :
Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya
Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan suicide
Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien
Hal hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang
riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
1. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
2. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
3. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong
komunikasi terbuka
4. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata kata yang
dimengerti klien
5. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
6. Mendapatkan data tentang demografi dan social ekonomi
7. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
8. Peroleh riwayat penyakit fisik klien
10
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko
apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut :
1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang
bertubi-tubi dan secara bersamaan
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat,
racun
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial
Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien
melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS :
1. Sex (jenis kelamin) Laki laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih tinggi
dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering 3 kali dibanding laki laki
melakukan percobaan bunuh diri
2. Age ( umur) Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih muda, 45 tahun
atau lebih tua dan khususnya umur 65 tahun lebih.
3. Depression 35 79% oran yang melakukan bunuh diri mengalami sindrome
depresi.
4. Previous attempts (Percobaan sebelumnya) 65- 70% orang yang melakukan
bunuh diri sudah pernah melakukan percobaan sebelumnya
5. ETOH ( alkohol) 65 % orang yang suicide adalah orang menyalahnugunakan
alkohol
6. Rational thinking Loss ( Kehilangan berpikir rasional) Orang skizofrenia dan
dementia lebih sering melakukan bunuh diri disbanding general populasi
7. Sosial support lacking ( Kurang dukungan social) Orang yang melakukan bunuh
diri biasanya kurannya dukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang
bermakna serta dukungan spiritual keagaamaan
11
8. Organized plan ( perencanaan yang teroranisasi) Adanya perencanaan yang
spesifik terhadap bunuh diri merupakan resiko tinggi
9. No spouse ( Tidak memiliki pasangan) Orang duda, janda, single adalah lebih
rentang disbanding menikah
10. Sickness Orang berpenyakit kronik dan terminal beresiko tinggi melakukan
bunuh diri.
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu
memahami petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk
mendapatkan data yang akurat. Hal hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
wawancara adalah :
1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat tidak
melakukan diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya
wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan
dengan bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari
komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap
kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di
hindari atau diabaikan.
3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena
hal ini akan mempengaruhi penilaian profesional.
4. Jangan terlalu tergesa gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu
membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank lien.
5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi
emosional klien.
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat
kabur penilaian profesional.
12
3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
13
5. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
d. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
e. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
1. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit,menulis surat dll.).
2. Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
3. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang mempunyai
suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai
pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang
efektif.
f. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).
g. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping
minum obat).
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis,
cara, waktu).
14
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
3.4 Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan
keperawatan yang masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
3.5 Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan
SOAP sebagai pola pikir.
S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah
masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan
masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
16
BAB 4
STRATEGI PELAKSANAAN
19
- Sp II Pasien: meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi aspek positif
pasien isyarat bunuh diri
Orientasi
Assalamualaikumba Mba Ayu, Bagaimana perasaan Mba di pagi yang
cerah ini? Bagaimana, Masih adakah dorongan Mba Ayu untuk mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas
tentang rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih Mba miliki serta aspek
positif dalam diri Mba, bukannya Mba masih punya keluarga dan teman
yang sayang dengan Mba serta calon bayi yang Mbakandung. Berapa lama
kita akan bercakap dan mau dimana?
Tahap Kerja
Menurut Mba, apa saja dalam hidup Mba yang perlu disyukuri, siapa saja
yang akan sedih dan merasa rugi jika Mba meninggal. Coba sekarang Mba
Ayu ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan Mba. Keadaan yang
bagaimana yang membuat Mba merasa puas? Bagus!. Ternyata kehidupan
Mba Ayu masih ada yang baik dan patut di syukuri. Coba Mba sebutkan
kegiatan apa yang masih Mba lakukan selama ini Bagaimana kalau Mba
mencoba melakukan kegiatan tersebut lagi, mari kita berlatih.
Terminasi
Bagaimana perasaan Mba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Bisa
Mba sebutkan kembali apaapa saja yang patut Mba syukuri dalam hidup
Mba?. Ingat dan ucapkan selalu hal-hal yang baik dalam hidup Mba jika
terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus Mba Ayu! Coba inggat-
ingat lagi hal-hal lain yang masih Mba Ayu miliki dan perlu syukuri nanti
jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik? Tempatnya
dimana. Namun, jika ada perasaan-perasaan yang tak terkendali segera
hubungi saya ya Mba. Permisi.
20
Dokumentasi SP II:
Tanggal/jam :
Nama pasien :
Implementasi Evaluasi
Data : merasa ada dorongan bunuh S : senang dan merasakan
diri (+), frekuensi sering (+), waktunya manfaatnya
saat menyendiri, masih mengikuti O :
perasaan ingin bunuh diri, mampu : Klien mampu
melawan rasa ingin bunuh diri menyebutkan aspek
Dx : Resiko Bunuh Diri positif dan hal hal baik
T/ : dalam hidup klien
- Menyebutkan hal hal baik A : Resiko bunuh diri (+)
dan aspek positif klien P : lanjutkan melawan rasa
- Melatih klien cara koping ingin bunuh diri saat perasaan itu
yang benar muncul
RTL : SP 3 Resiko bunuh diri : pola Latihan koping : meningkatkan
koping aspek positif klien
Tanda Tangan
21
- SP III Pasien: meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah (pola
koping) pasien isyarat bunuh diri
Orientasi
Assalamualaikum Mba Ayu, Bagaimna perasaan Mba di pagi yang cerah
ini? Masi adakah keinggina untuk bunuh diri? Menurut Mba, Apa lagi hal-
hal positif yang perlu Mba syukuri? Sekarang kita akan berdiskusi tentang
bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa
lama? di sini saja?
Tahap Kerja
Coba ceritakan situasi yang membuat Mba Ayu ingin bunuh diri. Selain
bunuh diri, apa kira-kira jalan keluar dari masalah yang Mba alami.
Hemm ternyata banyak juga yah. Nah, sekarang coba kita diskusikan
keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara
mengatasi masalah yang paling menguntungkan!, kalau menurut Mba Ayu
yang mana? Ya, saya setuju, Bisa di coba! Mari kita buat rencana kegiatan
dan memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian Mba.
Terminasi
Bagaimana perasaan Mba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa
cara mengatasi masalah yang akan Mba Ayu gunakan? Coba dalam satu hari
ini, Mba menyelesaikan masalah yang Mba alami dengan cara yang Mba
pilih tadi. Besok dijam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman Mba Ayu menggunakan cara yang dipilih.
22
Dokumentasi SP III:
Tanggal/jam :
Nama pasien :
Implementasi Evaluasi
Data : saat sendiri dorongan ingin S : klien mengatakan senang
bunuh diri muncul, klien mencoba dan bermanfaat
mengakhiri hidupnya dengan memukul- O :
mukul kepala ke tembok. Klien mampu
Kemampuan : klien mampu melawan mempraktekkan koping
dorongan ingin bunuh diri dank lien dengan baik
mampu melakukan koping dengan baik A : Resiko bunuh diri (+)
Dx : Resiko Bunuh Diri P : lanjutkan melawan rasa
T/ : ingin bunuh diri saat perasaan itu
- Meningkatkan aspek positif muncul
klien dan koping klien Meningkatkan koping klien
RTL : menyusun rencana masa depan
Tanda Tangan
23
- Sp IV Pasien: Menyusun rencana masa depan
Orientasi
Assalamualaikum Mba Ayu, Bagaimna perasaan Mba di pagi yang cerah
ini? Masi adakah keinggina untuk bunuh diri?. Saya rasa pasti sudah tidak
ada. Menurut Mba, Apa lagi cara mengatasi masalah yang selama ini
timbul? Sekarang kita akan berdiskusi tentang rencana maa depan ibu dan
cara mencapainya. Mau berapa lama? di sini saja?
Tahap Kerja
Coba ceritakan apa rencana Mba Ayu dimasa depan setelah keluar dari sini
nanti. Bagus!!. Ternyata Mba mempunyai rencana yang luar biasa bagus dan
masih mempunyai semangat hidup yang besar. Nah, sekarang coba kita
diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing rencana tersebut dan
bagaimana cara mencapai masa depan yang Mba ingginkan. Mari kita pilih
cara yang paling baik dan realistis!, kalau menurut Mba Ayu yang mana?
Ya, saya setuju, Bisa di coba! Mari kita buat rencana kegiatan dan
memasukkannya kedalam jadwal kegiatan harian Mba agar masa depan
yang Mba rencanakan dapat tercapai.
Terminasi
Bagaimana perasaan Mba Ayu sekarang setelah kita bercakap-cakap? Apa
cara mencapai rencana masa depan yang Mba Ayu gunakan? Coba mulai
sekarang, Mba melakukan kegiatan/rencana tersebut dengan cara yang Mba
pilih tadi. Besok dijam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman Mba Ayu menggunakan cara yang dipilih. Saya
harap Mba tetap semangat, saya yakin masa depan yang Mba ingginkan
pasti Mba dapatkan. Saya permisi dulu..
24
Dokumentasi SP IV:
Tanggal/jam :
Nama pasien :
Implementasi Evaluasi
Data : dorongan ingin bunuh diri S : klien mengatakan senang
muncul kadang-kadang, rasa ingin dan ada manfaatnya
bunuh diri muncul saat sendiri O :
Kemampuan : klien mampu melawan Klien mampu menyusun
dorongan ingin bunuh diri dengan rencana masa depan
tidak menyendiri dan melakukan hal A : Resiko bunuh diri (+)
yang menyenangkan P : lanjutkan melawan rasa
Dx : Resiko Bunuh Diri ingin bunuh diri saat perasaan itu
T/ : muncul
- Latihan melawan rasa Lanjutkan meningkatkan koping
bunuh diri dengan Lanjutkan menyusun rencana masa
menyusun rencana masa depan
depan
RTL : mengevaluasi manfaat dan
kemampuan melawan rasa ingin
bunuh diri yang sudah dipelajari
Tanda Tangan
25
3.1.2 KELUARGA
- SP I Keluarga: mendiskusikan masalah dan mengajarkan keluarga tentang
cara merawat anggota keluarga yang beresiko bunuh diri
Orientasi:
Assalamualakum Bapak/Ibu, kenalkan saya perawat Nova yang merawat
Anak Bapak/Ibu di rumah sakit ini.
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara merawat agar Mba
Ayu tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana apa
Bapak/Ibu bersedia? Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-bincangnya
Pak/Bu? Sambil kita mengawasi terus Mba Ayu.
Tahap Kerja
Apa masalah atau kesulitan yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat Mba
Ayu?.
Oww.Begini Bapak/Ibu, Mba Ayu sedang mengalami putus asa yang
sangat berat akibat kekasihnya yang telah menghamili dan meninggalkannya
menikah dengan wanita lain ini terjadi, sehingga sekarang ia selalu ingin
mengakhiri hidupnya karena merasa tak berguna.
Bapak/Ibu sebaiknya Mba dan Mba memperhatikan benar-benar
munculnya dan tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang
melakukan bunuh diri menunjukan gejala melalui percakapan misalnyasaya
tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah Bapak/Ibu
pernah mendengar Mba Ayu mengatakan hal tersebut?
Jika Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala seperti itu, mata sebaiknya
Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari Mba Ayu secara serius.
Pengawasan terhadap Mba Ayu pun harus ditingkatkan, Jangan tinggalkan
atau biarkan beliau sendiri dirumah atau jangan biarkan mengunci diri
dikamar. Kalau menemukan dan tanda dan gejala tersebut, dan menemukan
alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri. Seperti tali tambang, silet,
gunting, ikat pinggang, pisua serta benda tajam lainnya yang mungkin bisa di
gunaka untuk melukai diri, sebaiknyan dicegah dengan meningkatkan
pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan hal tersebut.
Katakana Bapak/Ibu serta keluarga bahwa sayang pada Mba Ayu dan
katakana juga kebaikan-kebaikannya.
26
Selain itu usahakan 5x sehari Bapak/Ibu memuji beliau dengan tulus tapi
tidak berlebihan. Tetapi jika sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya
Bapak/Ibu mencari bantuan orang lain. Apabila tidak bisa diatasi segera
rujuk kepuskesmas untuk mendapatkan peraeatan yang serius. Setelah
kembali kerumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar Mba Ayu terus berobat
untuk mengatasi keingginan bunuh dirinya. Karena kondisi Mba Ayu yang
dapat saja nekat mengakhiri hidupnya sewaktu-waktu, kita semua harus
mengawasi Mba Ayu terus menerus. Bapak/Ibu Bapak/Ibu juga kami minta
partisipasinya untuk juga dapat mengawasi Mba Ayu ya pokoknya Mba
Ayu tidak boleh ditinggal sendiri sedikitpun untuk sementara karena dalam
kondisi serius
Jika Bapak/Ibu berbicara pada Mba Ayu focus pada hal-hal positif,
hindarkan pernyataan negative. Selain itu sebaiknya Mba Ayu pumya
kegiatan positif seperti melakukan hobinya bermain music, menyulam dll
supaya Mba Ayu tidak sempat melamun sendiri.
Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengetahui cara untuk mengatasi
perasaan ingin bunuh diri dan merawat pasien resiko bunuh diri? Bagaimana
Bapak/Ibu? Ada yang belum jelas atau mau ditanyakan?. Bapak/Ibu tolong
bisa diulangi lagi cara-cara merawat anggota keluarga yang inggin bunuh
diri?. Ya, Bagus jika Bapak/Ibu sudah mengerti. Jangan lupa
pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera
hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk membicarakan cara-cara
meningkatlkan harga diri Mba Ayu dan penyelesaian masalahnya pada
pertemuan akan datang. Bagaimana Bapak/Ibu setuju? Kalau begitu
sampai bertemu lagi besok disini. Terima kasih atas waktunya.
27
Dokumentasi SP I:
Tanggal/jam :
Nama pasien :
Implementasi Evaluasi
Data : muncul dorongan ingin bunuh S : mengatakan senang dan
diri saat sendiri, perasaan bunuh diri bermanfaat
muncul ketika mengingat kejadian O :
buruk, klien mencoba mengakhiri Mampu
hidupnya dengan melukai tubuhnya mengidentifikasi
Keluarga belum mengetahui bagaimana masalah yang ditemukan
cara merawatnya. dalam merawat klien
Kemampuan : klien mampu melawan Mampu menjelaskan
perasaan bunuh diri dengan tidak kembali pengertian,
menyendiri, meningkatkan aspek tanda gejala, proses
positif, koping dengan benar terjadinya resiko bunuh
Dx : kurang pengetahuan keluarga diri
tentang cara merawat Resiko Bunuh Mampu mempraktekkan
Diri cara melawan dengan
T/ : tidak membiarkan klien
- Mendiskusikan masalah sendirian
yang dirasakan keluarga A : Resiko bunuh diri (+)
dalam merawat anggota P : melawan rasa ingin bunuh
keluarga yang mengalami diri saat perasaan itu muncul
resiko bunuh diri Menganjurkan keluarga untuk
- Menjelaskan pengertian, tidak meninggalkan klien sendirian
tanda gejala, dan cara proses
terjadinya
- Latihan melawan resiko
bunuh diri dengan tidak
klien membiarkan sendirian
RTL : menghindari klien dari
kekerasan terhadap diri sendiri
Tanda Tangan
28
- SP II Keluarga: Melatih dan mempraktekan cara merawat pasien resiko
bunuh diri
Orientasi:
Assalamualakum Bapak/Ibu, sesuai janji kitakemarin lalu alhamdullah kita
sekarang bisa bertemu lagi. Bagaimana Bapak/Ibu ada pertanyaan tentang
cara merawat pasien resiko bunuh diri yang kita bicarakan minggu lalu?.
Sekarang kita akan mempraktekkan cara-cara merawat tersebut ya
Bapak/Ibu? Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung
ke Mba Ayu ya?
Bapak/Ibu berapa lama waktu mau kita latihan?
Tahap Kerja
Sekarang anggap saya Mba Ayu yang mengatakan inggin mati saja, coba
baMba dan Mba praktikan cara berkomunikasi yang benar jika sedang
berada dalam keadaan seperti ini Bagus, cara Bapak/Ibu sudah benar
Sekarang coba praktekan cara member pujian kepada Mba Ayu?
Bagus, Kemudian bagaimna jika cara memotivasi Mba Ayu minum obat
dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal?
Bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah mengerti cara merawat Mba Ayu?
Bagaimana Jika sekarang kita mencobanya langsung kepada Mba Ayu?
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada klien)
Terminasi
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu berlatih cara merawa Mba Ayu di
Rumah? Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah kita lakukan
tadi setiap kali membesuk Mba Ayu Baiklah bagaimana kalau 2/3 hari
lagi Bapak/Ibu datang kembali kesini dan kita kan mencoba lagi cara
merawat Mba Ayu sampai Bapak/Ibu lancr melakukannya. Jam berapa
Bapak/Ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya
Bapak/Ibu
29
Dokumentasi SP II:
Tanggal/jam :
Nama :
Implementasi Evaluasi
Data : menurut keluarga klien masih S : keluarga senang setelah
merasakan muncul dorongan ingin diskusi
bunuh diri saat sendiri, perasaan bunuh O :
diri muncul ketika mengingat kejadian Keluarga mampu
buruk, klien mencoba mengakhiri menyebutkan dan
hidupnya dengan melukai tubuhnya mempraktekkan cara
Kemampuan : keluarga sudah melawan perasaan ingin
mengenal resiko bunuh diri dan bunuh diri
mengetahui cara melawan perasaan A : Resiko bunuh diri (+)
ingin bunuh diri P : lanjtkan melawan rasa
Dx : Resiko Bunuh Diri ingin bunuh diri
T/ : Lanjutkan meningkatkan koping
- Mengevaluasi kemampuan
keluarga mengenal resiko
bunuh diri dan cara
melawannya
- Mempraktekkan tentang
koping yang baik
RTL : evaluasi kegiatan latihan :
melawan perasaan ingin bunuh diri Tanda Tangan
30
- SP III Keluarga: Perencanaan pulang bersama keluarga/Aktivitas di rumah
dengan pasien resiko bunuh diri
Orientasi:
Assalamualakum Bapak/Ibu, hari ini Mba Ayu sudah boleh pulang, maka
sebaiknya kita membicarakan jadual Mba Ayu selama dirumah berapa
lama kita bias diskusi?, baik mari kita diskusikan.
Tahap Kerja
Bapak/Ibu, ini jadual Mba Ayu selama dirumah sakit, coba perhatikan,
dapatkah dilakukan dirumah? tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual
aktivitas maupun jadual minum obatnya Hal-hal yang perlu
diperhatikanlebih lanjut adalah perilaku yang diitampilkan oleh Mba Ayu
selama dirumah. Kalau misalnya Mba Ayu Mengatakan terus menerus
inggin bunuh diri, tampak Mba gelisah dan tidak terkendali serta tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain, tolong Bapak/Ibu sekeluarga hubungi
perawat di puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telpon
puskesmas yang bias di hubungi (0370) 140791.
Terminasi
Bagaimana Bapak/Ibu ada yang belum jelas? ini jadual kegiatan harian
Mba Ayu untuk dibawah pulang. Ini surat rujukan untuk perawat di
puskesmas Selaga Alas, jangan lupa control ke puskesmas sebelum obat
habis atau ada gejala yang tampak.
31
Dokumentasi SP III:
Tanggal/jam :
Nama :
Implementasi Evaluasi
Data : menurut keluarga klien masih S : keluarga senang setelah
merasakan muncul dorongan ingin diskusi
bunuh diri saat sendiri, perasaan O :
bunuh diri muncul ketika mengingat Keluarga mampu
kejadian buruk, klien mencoba menyebutkan dan
mengakhiri hidupnya dengan melukai mempraktekkan cara
tubuhnya melawan perasaan ingin
Kemampuan : keluarga sudah bunuh diri
mengenal resiko bunuh diri dan A : Resiko bunuh diri (+)
mengetahui cara melawan perasaan P : lanjutkan kegiatan
ingin bunuh diri sebelumnya
Dx : Resiko Bunuh Diri lanjutkan melawan rasa ingin bunuh
T/ : diri
- Lanjutkan latihan Lanjutkan meningkatkan koping
sebelumnya
- Latih klien berkumpul,
berkomunikasi dengan
keluarga
- Latih klien melakukan
kegiatan bersama
- Keluarga memantau
munculnya tanda dan
gejala pada klien
RTL : SP 4 untuk keluarga : Follow
up untuk control ke PKM dan rujukan
Tanda Tangan
32
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh
stress dan berkembang dalam beberapa rentang. Banyak penyebab/alasan seseorang
melakukan bunuh diri diantaranya
- Kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya Bunuh diri
biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan
bunuh diri
- Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana
bunuh diri tersebut
5.2 Saran
- Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang ingin
mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh
diri pasien
- Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan jiwa
33
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Hermawan Surya. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan dari Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Penatalaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT Refrika
Aditama
34