Vous êtes sur la page 1sur 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A
DENGAN GASTRITIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................... 1
C. Metode penulisan.......................................................................................... 2
D. Sistematika.................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Konsep Teori Penyakit.................................................................................. 4
1. Definisi ................................................................................................... 4
2. Anatomi dan Fisiologi............................................................................. 5
3. Etiologi.................................................................................................... 6
4. Patofisiologi ........................................................................................... 7
5. Komplikasi.............................................................................................. 9
6. Manifestasi Klinik................................................................................... 12
7. Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................... 13
8. Penatalaksanaan Medis........................................................................... 13
B. Konsep Proses Keperawatan................................................................... 15
1. Pengkajian............................................................................................... 15
2. Analisa Data dan Pathways.................................................................... 18
3. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 19
4. Intervensi Keperawatan.......................................................................... 19
BAB III Tinjuan Kasus
A. Pengkaijian.................................................................................................... 24
B. Analisa Data Keperawatan........................................................................... 30
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan................................................................... 32
D. Intervensi Keperawatan................................................................................ 32
E. Implementasi Keperawatan........................................................................... 34
F. Evaluasi Keperawatan................................................................................... 38

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................................................... 39
B. Saran............................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam tubuh manusia banyak terdapat system yang saling kerja sama dalam mempertahnkan
kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salh satu system yang penting dalam tubuh karena hasilnya
nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel
di tubuh.
Dalam system pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah lambung. Di
Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan lapisan ukosa lambung
menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting.
Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung (gastritis)
jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau mengkonsumsi jenis obat-obatan
bisa mengakibatkan gastritis atau maag.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam
(IPD jilid II Edisi 3)Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat
sembuh sendiri (Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan 80 90% yang dirawat di ICU menderita
gastritis akut.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan memberikan peran dan
asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan
kematian.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya gastritis serta mengimplementasikan
asuhan keperawatan demam gastritis di IGD RS Pratama.

2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi gastritis
b. Mengetahui pengkajian keperawatan pada kasus gastritis
c. Mengetahui diagnose yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan
d. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai konsep dan sesuai indikasi klien
e. Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus gastritis

C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang berbentuk studi
kasus dengan pendekatan proses keperawatan sebagai cara pemecahan masalah. Sedangkan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan percakapan langsung dengan klien, keluarga dan perawat ruangan.
2 Observasi
Pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan sistematis
3. Studi Dokumentasi
Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan diagnostik, laboratorium, dan catatan kesehatan
lainnya.
4. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data didapat dari sumber-sumber yang relevan untuk menunjang data, dan selain itu
dengan melakukan searching di internet.

D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menguraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang konsep dasar yang mencakup pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi,
komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medis, pengkajian
keperawatan, analisa data, diagnosa yang mungkin muncul dan perencanaan tindakan keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus
Berisi tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, proses keperawatan dan catatan
perkembangan.
BAB IV Kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Gastrits adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Khususnya
selaput lendir pada mukosa gaster yang sering diakibatkan oleh diet yang sembrono (Smeltzer,2001
: 1062 ; Suyono, 2001 : 127 ; Hadi,, 1999: 181 ; Hinchliff, 1999 : 182).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga
hal 492)
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
(Imu Penyakit Dalam Jilid II)
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang
dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).
Jadi gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini
adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai
derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat.
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif.
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-
kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun
(Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau
oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan suddart) Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :
1) Gambaran hispatology
Gastritis kronik superficial
Gastritis kronik atropik
Atrofi lambung
Metaplasia intestinal
Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa usus
halus yang mengandung sel goblet.

2) Distribusi anatomi
Gastritis kronis korpus (gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses autoimun dan
berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi vitamin B12 dimana
gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel parietal yang menyebabkan
sekresi asam lambung menurun.
Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan dengan
kuman Helicobacter pylori.

2. Anatomi dan Fisiologi


Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas perut tepat
dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat
mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam
keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya ke dalam
usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada
sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka dan membiarkan
makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri
dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai
menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar kelenjar yang berada di mukosa
pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim enzim dan asam
lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat korosif
sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa
mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular
sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam
hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan
rusak dan meradangnya dinding lambung.

3. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga
dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan
sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui. Gastritis ini merupakan kejadian biasa
pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
Penyebab lain adalah diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat
dan makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme
Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang peningkatan produksi
asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong gerakan antara makanan dan
dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.
Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula
menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi bakteri dari luar tubuh
jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit atau
infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari dalam tubuh penderita
bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya

4. Patofisiologi
Perangsangan sel vagus yang berlebihan selama stress psikologis dapat menyebabkan pelepasan
atau sekresi gastrin yang menyebabkan dari nukleus motorik dorsalis nervus vagus, setelah melewati
nervus vagus menuju dinding lambung pada sistem saraf enterik, kemudian kelenjar-kelenjar gaster
atau getah lambung, sehingga mukosa dalam antrum lambung mensekresikan hormon gastrin dan
merangsang sel-sel parietal yang nantinya produksi asam hidroklorinnya berlebihan sehingga terjadi
iritasi pada mukosa lambung (Guyton, 1997: 1021-1022).
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, atau enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung,
mengganggu barier mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam dan pepsin ke dalam
jaringan lambung. Maka terjadi iritasi dan peradangan pada mukosa lambung dan nekrosis yang dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dan perdarahan dan peritonitis (Long, 1996 : 196).
Asam hidroklorida disekresi secara kontinyu sehingga sekresi meningkat karena mekanisma
neurogenik dan hormonal yang dimulai oleh rangsangan lambung. Jika asam lambung atau
hidroklorida tidak dinetralisir atau mukosa melemah akibatnya tidak ada perlindungan, akhirnya asam
hidroklorida dan pepsin akan merusak lambung, yang lama-kelamaan barier mukosa lambung yaitu
suplai darah, keseimbangan asam-basa, integritas sel mukosal dan regenerasi epitel. Bahan-bahan
seperti aspirin, alkohol dan Anti Inflamasi Non Steroid dapat menurunkan produksi mukosa lambung.
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung syaraf yang terpajan yaitu
syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang
mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot halussekitarnya. Dan akhirnya terjadi nyeri
yang biasanya dikeluhkan dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah dan
punggung.
Dari masukan minuman yang mengandung kafein, stimulan sistem saraf pusat parasimpatis
dapat meningkatkan aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin. Selain itu nikotin juga dapat
mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat netralisasi asam lambung dalam
duodenum yang lama-kelamaan dapat menimbulkan mual dan muntah.
Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan vaskularisasi, sehingga
mukosa lambung berwarna merah dan menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan
menipis, yang dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel parietal ini berfungsi untuk
mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu
untuk menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia perniciosa (Horbo,2000: 9 ;
Smeltzer, 2001 : 1063 1066).

5. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida
(HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa
mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya
untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa
gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga
dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa
gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti
sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
pendarahan.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri patogen ini
(helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering ditularkan dari
ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter
pylori dapat bertahan di perut selama hidup seseorang. Namun, sekitar 10-15 persen individu yang
terinfeksi kadang-kadang akan mengalami penyakit luka lambung atau usus duabelas jari.
Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari daripada di lambung.
Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative yang berbentuk spiral dan sangat
cocok hidup pada kondisi kandungan udara sangat minim. Bakteri Helicobacter pylori berkoloni di
dalam lambung dan bergabung dengan luka lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi
oleh Helicobacter pylori banyak ditemui pada penduduk di negara-negara berstandar ekonomi
rendah dan memiliki kualitas kesehatan yang buruk.
Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka
Helicobacter pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung melalui interaksi
antara membran bakteri lektin dan oligosakarida yang spesifik dari glikoprotein membran sel-sel
epitel lambung. Mekanisme utama dari bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka adalah
melalui produksi racun VacA.
Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara,
diantaranya adalah melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas parasel,
pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel).
Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung dan mengakibatkan peradangan
hebat, yang sering kali disertai dengan komplikasi pendarahan dan pembentukan lubang-lubang.
Peradangan kronis pada bagian distal lambung meningkatkan produksi asam lambung dari bagian
badan atas lambung yang tidak terinfeksi. Ini menambah perkembangan tukak lebih besar di usus
duabelas jari.
Pada beberapa individu, Helicobacter pylori juga menginfeksi bagian badan lambung. Bila
kondisi ini sering terjadi, menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya
mempengaruhi borok di daerah badan lambung tetapi juga kanker lambung. Kanker lambung
merupakan kanker penyebab kematian kedua di dunia.
Peradangan di lendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa
(lymphatic neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma MALT (mucosa associated
lymphoid tissue, jaringan limfoid yang terkait dengan lendir). Infeksi Helicobacter pylori berperan
penting dalam menjaga kelangsungan tumor. Limfoma-limfoma dapat merosot saat bakteri-bakteri
itu dibasmi dengan antibiotik.
Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah menyesuaikan diri di lingkungan
lambung. Hanya sebagian kecil individu terinfeksi berkembang menjadi penyakit lambung.
Bakteri Helicobacter pylori sendiri sangat beragam dan galur-galurnya berbeda dalam banyak hal,
seperti perekatan ke lendir lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan.
Walau pada satu individu terinfeksi, semua bakteri Helicobacter pylori tidak identik, dan
selama jalur infeksi kronis, bakteri menyesuaikan diri terhadap perubahankondisi-kondisi di
lambung.
Tukak lambung dan usus duabela jari dapat diobati melalui penghambatan produksi asam
lambung, tetapi sering kali akan kambuh kembali akibat bakteri dan peradangan kronis lambung
tetap ada. Studi Marshall dan Warren menunjukkan bahwa penyakit tukak lambung itu dapat diatasi
hanya bila bakteri dibasmi dari lambung dengan antibiotik.
Namun, penggunaan antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan masalah serius,
yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik
melawan Helicobacter pylori pada pasien-pasien yang tidak mengalami tukak lambung dan usus
duabelas jari harus dibatasi.

6. Manifestasi Klinik
a. Gastritis akut erosive
Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat
berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok
adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena
kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan keluhan itu
misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat
lokasinya.
3) Kadang kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja dan
secara fisis akan dijumpai tanda tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami
perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang
nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

b. Gastritis kronis
1) Bervariasi dan tidak jelas
2) Perasaan penuh, anoreksia
3) Distress epigastrik yang tidak nyata
4) Cepat kenyang

7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis adalah:
a. Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b. Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi
itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk
memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam
lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin
tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkansebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus
kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk
memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang
terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang
lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai,
tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman
pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan
diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran
cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output)
setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histaminatau pentagastrin. Tes ini
untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.

B Konsep Proses Keperawatan


1. Pengkajian
Anamnesa meliputi :
1) Identitas Pasien
a. Nama
b. Usia
c. Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
d. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
e. Alamat
f. Suku/bangsa
g. Agama
Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/ minim mendapatkan
pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh penyakit ini, bahkan hanya
menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa dan akan memakan makanan yang dapat
menimbulkan serta memperparah penyakit ini.
h. Riwayat sakit dan kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat penyakit saat ini
3) Riwayat penyakit dahulu

2) Pemeriksaan fisik : Review of System


a. B 1 (breath) : takhipnea
b. B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer lambat,
warna kulit pucat.
c. B 3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi,
nyeri epigastrum.
d. B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
e. B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
f. B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan

3) Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang
positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena
gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi
melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.

c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang
positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah
selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus,
lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum
endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada
jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya
tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari
anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini
akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom
Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang
selanjutnya akan menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid
output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau
pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
4) Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap
penyakit.

2. Analisa Data dan Pathways


3. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake asupan
gizi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
5. nyeri berhungangan dengan stress asam lambung.

FORMAT PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN

No. Register : 101.8680


Ruang : Bougenvile
Tanggal/Jam MRS : 28 September 2012/ 21.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 29 September 2012
Diagnosa Medis : Gastritis

1. IDENTITAS
a. Biodata Pasien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan px : Istri
Alamat : Bojong Menteng Rt. 03/ IX Kelurahan Pasir Kuda

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan bahwa setiap pagi hari setelah bangun tidur pasien sering merasa nyeri pada perut
bagian sebelah kirinya. Rasa nyerinya itu seperti diremas-remas serta terasa panas. Rasa nyerinya
berada di skala 7 dari skala nyeri 0-10 menurut Bourbanis. Menurut Bourbanis skala 7 menggambarkan
nyeri berat terkontrol dimana terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi respon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan nyeri tetapi tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi.Pasien mengatakan merasa lebih baik jika dibuat berbaring.Pasien juga
mengeluh mual dan muntah yang membuat nafsu makan pasien menurun. Pasien mengatakan keluhan
ini terjadi hampir seminggu sampai akhirnya dia dibawa ke IGD RSI Sultan Agung pada tanggal 28
September 2012 pukul 21.00 WIB.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di RSI Sultan Agung dengan penyakit yang sama
(gastritis) pada tanggal 5 April 2009, dan diberi obat Antasida.

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus dan
Hipertensi serta penyakit menular seperti Hepatitis dan TBC.
3. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
a. Nutrisi
Di Rumah : Makan tidak teratur 1-2x sehari. Makan selalu habis
dalam 1 porsi. Pasien mengatakan tidak mempunyai
pantangan terhadap makanan, pasienminum 6-7 gelas
( 1500-1700cc) setiap hari.
Di RumahSakit : Pasien mengatakan pagi hanya makan bubur habis1/4 porsi karena
pasien merasa mual setiap kali mau makan dan sehabis makan pasien
sering muntah. Pasien minum air putih habis 4-5 gelas(1000-1200cc)
setiap hari.

b. Eliminasi
Di Runah : Pasien mengatakan BAB 1x sehari pada waktu pagi dengan konsistensi
lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan dalam. Klien BAK
2-6x sehari dengan warna kuning, bau khas, dan pasien tidak ada kesulitan
dalam BAK.
Di Rumah Sakit : Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB
dengan frekuensi 1x sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil),
warna hitam, bau khas dan pasien mengeluh sulit untuk
BAB. Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6xsehari
warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.

c. Istirahat dan Tidur


Di Rumah : Pasien mengatakan tidur selama 7jam mulai tidurpukul 22.00 WIB dan bangun
pukul 05.00 WIB. Pasien jarang tidur siang.
Di Rumah Sakit : Pasien mengatakan tidur selama 9jam mulai pukul 21.00 WIB, kalau malam
sering terbangun karena suasana yang panas, pasien bangun pukul 06.00
WIB.

d. Aktifitas Fisik
: pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu.
akit : pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuan, pasien ke kamar mandi
dibantu oleh keluarga, pasien tidak mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, pasien
mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak.

e. Personal Hygiene
:pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, keramas 2 kali dalam seminggu, ganti baju 1 kali sehari,
dan tidak ada gangguan apapun.
kit :pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan tidak memakai sabun.

4. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Emosi pasien stabil.

b. Konsep Diri
dy Image : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh
f Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan mendapat perhatian yang cukup dari
keluarga
f Eksterm : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
le : pasien sebagai kepala keluarga.
ntity : pasien bernama Tn. S dengan usia 35 tahun yang beralamatkan di Bojong Menteng Rt. 03/ IX
Kelurahan Pasir Kuda

c. Interaksi Sosial
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Pasien juga kooperatif dan
dapat berinteraksi baik dengan tenaga kesehatan serta hubungannya dengan keluarga juga baik.

d. Spiritual
Pasien beragama Islam, sebelum sakit ia taat beribadah, tetapi sekarang tidak bisa menjalankan sholat
lima waktu. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan umum kurang

b. Kesadaran
CM (Composmentis) 4-5-6

c. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg S : 37C
N : 80 x/menit RR : 20 x/menit

d. Kepala
Kulit Kepala
Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak ada nyeri tekan.
Wajah
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.
Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.
Hidung
Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada hidung.
Telinga
Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Mulut
Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan pembengkakan gusi.

e. Leher
Tidak terdapat pembesaran tiroid.

f. Dada dan Thorak


Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
Perkusi : suara jantung pekak, suara paru sonor
Auskultasi : bunyi paru vesikuler, bunyi jantung normal (1,2)

g. Abdomen
Inspeksi : simetris, datar
Palpasi : ada nyeri tekan terhadap abdomen (ulu hati)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 8x/menit

h. Ekstremitas
Ekstremitas atas : Terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat
oedem.
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan tidak oedem.

i. Genetalia
Tidak terpasang kateter.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103m/l (4,00 10,00)
RBC (eritrosit) : 5,39 . 106m/l (3,50 5,50)
HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 16,0)
HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 50,0)
MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 50,0)
MCH : 26,5 pg (27,0 100,0)
MCHC : 33,0 g/dm (32,0 31,0)
RDW : 12,9% (1,5 36,0)
PLT : 207 . 103m/l (150 450)
MPV : 7,0 fl (7,0 11,0)
PDW : 16,1 (15,0 17,0)

7. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN


Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefotaxime (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)

8.
ANALISA DATA

Nama : Tn. S No.Reg : 101.8680


Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile

NO. PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH


29 DS: Peradangan pada Gangguan rasa
September1. Tn. S mengatakan kalau dinding mukosa nyaman (Nyeri)
2012 daerah ulu hatinya terasa panas dan lambung (gaster)
terbakar
2. Tn.S mengatakan kalaunyerinya
hilang timbul jika epigastrium di tekan
3. Tn.S mengeluh seringmerasa mual
dan muntah
DO:
1. Diagnosa medis dari Tn.Sadalah
gastritis
2. Skala nyeri klien 7 dari skala (0-10)
3. Nyeri tekan pada daerah uluhati
(epigastrium) Tn.S

DS : Pemenuhan nutrisi Gangguan pola


1. Tn.S sering merasa mual dan tidak adekuat makan: kurang dari
muntah kebutuhan tubuh
2. Tn.S mengatakan kalau dia hilang
selera makan
3. Tn.S sering merasa kenyang
DO :
1. Diagnosa Medis dari Tn.S adalah
Gastritis
2. Tn.S tampak lemah dan
tidak berenergi
3. Kesadaran Tn.S Composmentis

DS: Kurang aktivitas Konstipasi


1. Tn.S mengatakan di rumah sakit
BAB dengan konsistensi feses keras
2. Tn. S mengatakan lebih
banyak berbaring di tempat
DO:
1. Palpasi abdomen : teraba keras di
perut sebelah kiri bawah
2. Auskultasi pada abdomen: peristaltik
4x/mnt
3. tidur karena perut terasa sakit
saat bergerak
DS: Kurang informasi Kurang pengetahuan
1.Tn.S mengatakan hal yang
dipikirkan terhadap penyakitnya
adalah penyakit jantung karena di ulu
hati terasa perih, panas dan kemeng-
kemeng.
DO:
1.Tn.S tampak bingung
terhadap penyakitnya

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn. S No.Reg : 101.8680


Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile

NO. TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. 29 Gangguan rasa nyaman (Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-
September 10))berhubungan peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
2012 DS:
1.Tn. S mengatakan kalau daerah ulu hatinya terasa panas dan terbakar
2.Tn.S mengatakan kalau nyerinya hilang timbul jika epigastrium di
tekan
3.Tn.S mengeluh sering merasa mual dan muntah
DO:
1.Diagnosa medis dari Tn.S adalah gastritis
2.Skala nyeri klien 7 dari skala (0-10)
3.Nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium) Tn.S

2. Gangguan pola makan (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan


pemenuhan nutrisi tidak adekuat
DS :
1.Tn.S mengatakan sering merasa mual dan muntah
2.Tn.S mengatakan kalau dia hilang selera makan
3.Tn.S mengatakan sering merasa kenyang
DO :
1. Diagnosa Medis dari Tn.S adalah Gastritis
2. Tn.S tampak lemah dan tidak berenergi
3. Kesadaran Tn.S Composmentis

3. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktifitas


DS:
1. Tn.S mengatakan di rumah sakit BAB dengan konsistensi feses keras
2. Tn. S mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut
terasa sakit saat bergerak
DO:
1. Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah
2. Auskultasi pada abdomen: peristaltik 4x/mnt

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


4. DO:
1. Tn.S mengatakan bingung terhadap penyakitnya
DS:
1. Tn.S mengatakan hal yang dipikirkan terhadap penyakitnya adalah
penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih, panas dan kemeng-kemeng.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S No.Reg : 101.8680


Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile

NO TGL/JA DIAGNOSA TUJUAN/ INTERVENSI RASIONAL


. M KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
1. 29 Gangguan rasa Rasa Nyeri 1.Catat keluhan 1.nyeri tidak
Septembe nyaman (Nyeri)berhubu klien nyeri, selaluada tetapi
r 2012 ngan dengan peradangan berkurang termasuk lokasi, bila ada harus
pada dinding mukosa dengan tidak lamanya, intensitas dibandingkan dengan
lambung (gaster) ada peradangan (skala 0-10) gejala nyeri pasien
atau 2.Kaji ulang faktor sebelumnya,dimana
iritasi pada yangmeningkatkan dapat membantu
mukosa atau menurunkan mendiagnosa etiologi
lambung Tn.S nyeri perdarahan dan
dalam waktu 2 3.Berikan makanan terjadinya
x 24 jam sedikit tapi sering komplikasi.
dengan sesuai indikasi 2.membantu dalam
kriteria: untuk pasien membuat diagnosa
1.Skala Nyeri 4.Bantu latihan dan kebutuhan terapi.
Tn.S berkurang rentang gerak aktif 3.makanan
2.Tn.S tidak /pasif mempunyai
merasanyeri pa 5.Berikan efek penetralisir
da epigastrium perawatan oral asam, juga
(uluhati) sering dan tindakan menghancurkan
3.Tn.S tidak kenyamanan kandungan
meringis (tidak (pijatan punggung, gaster.Makan sedikit
nyeri tekan perubahan posisi) mencegah distensi
abdomen) Kolaborasi: dan haluaran gastrin
1.Berikan obat 4. menurunkan
sesuai indikasi, kekakuan
misal : Antasida sendi,meminimalkan
2.Antikolinergik nyeri
(misal : belladonna, ketidaknyamanan.
atropin) 5.Napas bau karena
tertahanya
sekretmulut
menimbulkan tak
nafsu makan dan
dapat meningkatkan
mual. Gingivitis dan
masalah gigi dapat
meningkat
1.menurunkan
keasaman
gaster dengan
absorbsi atau dengan
menetralisir kimia
2.diberikan pada
waktu tidur
untuk menurunkan
motilitas
gaster,menekan
produksi asam,
memperlambat
pengosongan gaster,
dan menghilangkan
nyeri nokturnal.

2. Gangguan pola makan: Pola Makan 1.Timbang berat 1.Mengevaluasi


kurang dari kebutuhan dari Tn.S badan keefektifan
tubuh berhubungan teratur dengan sesuaiindikasi ataukebutuhan
dengan pemenuhan cukup 2.Aukultasibising u mengubah pemberian
nutrisi tidak adekuat memenuhi sus nutrisi
kebutuhan 3.Berikan makanan 2.Membantu dalam
nutrisi dalam dalam jumlah kecil menentukan respon
waktu 2 x dan dalam waktu untuk makan
24 jam dengan yang sering dan atau berkembangnya
kriteria: teratur komplikasi
1.Klien 4.Tentukan 3.Meningkatkan
tidakmual makanan yang proses
2.Klien tidak Tidak membentuk pencernaandan
merasa nyeri gas. toleransi pasien
akibat gastritis 5.Berikan terhadap nutrisi yang
atau iritasi dari perawatan oral diberikan dan dapat
mukosa teratur, sering dan meningkatkan
lambung teratur kerjasama pasien
termasuk minyak saat makan
untuk bibir 4.Dapat
mempengaruhi nafsu
makan/pencernaan
dan membatasi
masukan nutrisi
5.Mencegah
ketidaknyamanankar
ena mulut kering dan
bibir pecah yang
disebabkan
oleh pembatasan
cairan
3. Konstipasi berhubungan BAB dari Tn.S 1.Ajarkan alih 1.Banyak aktivitas
dengan kurang aktivitas lancar dengan baring setiap 2 bisa merangsanggera
bisa melakukan jam sekali kan peristaltik
aktivitas 2.Anjurkan pada 2.Banyak minum
(banyak gerak) klien untuk minum untuk
ditempat tidur banyak (10-12 mencairkanfeses
dalam waktu 2 gelas) 3.Serat sangat
x 24 jam 3.Anjurkan pada berfungsi
dengan klien untuk makan untuk melancarkan
kriteria: tinggi serat proses defekasi
1.Feses (pepaya) karena serat bisa
lunak(normal) 4.Kolaborasi melunakan
2.Mudah pemberian obat konsistensi feses
prosesdefekasi laksatif. 4.Untuk melancarkan
proses defekasi
4. Kurang Tn.S 1.Kaji tingkat 1.Untuk mengetahui
pengetahuan berhubunga mengetahui pengetahuantentan sampai
n dengan kurang masalah yang g penyakitnya mana pengetahuan
informasi dia alami 2.Berikan klien sehingga
dengan pendidikan memudahkan untuk
memberikan kesehatantentang memberikan penyulu
informasi penyakitnya han
terhadap 3.Motivasi 2.Untuk menambah
masalah dari klienuntuk melaku informasi
Tn.S dalam kan anjuran 3.Untuk menambah
waktu 1 x dalam pendidikan semangat
24 jam dengan kesehatan danharapanya klien
kriteria: 4.Beri kesempatan mau melakukan hal
1.Tn.S tahu untuk positif untuk
tentang penyak klien bertanya kesehatan
it dan tentang 4.Untuk menambah
tidak salah penyakitnya pengetahuan klien
persepsi
2.Tn.S tidak
bingungterhada
p
masalahkesehat
an yang
diaalami

TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S No.Reg : 101.8680


Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile

Tanggal/jam Dx Implementasi Respon TTD


29 I 1. Menjelaskan pendekatan pada px dan Px kooperatif
September keluarga dengan BHSP
2012 / 2. Menjelaskan pada px dan keluarga Px kooperatif
10.00WIB tentang penyebab nyeri px dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Melibatkan keluarga px dalam Px dan keluarga
pelaksanaaan asuhan keperawatan kooperatif dan bersedia
4. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri Px kooperatif
5. Memberikan makanan sedikit Px merasa diperhatikan
tapisering sesuai indikasi untuk pasien
6. Menganjurkan pasien untuk mengubah Px bersedia dan
posisi melaksanakannya
7. Memberikan perawatan oral Px merasa senang
8. Melakukan kolaborasi dengan tim Px kooperatif
dokter dalam pemberian obat
9. Melakukan pemeriksaan TTV Px merasa diperhatikan
T : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : 37 C

29 1. Memberikan makan sedikit tapi sering Px kooperatif


September 2. Memberikan lingkungan yang tenang
2012/ 19.00 dan nyaman Px merasa senang
WIB 3. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri
4. Memberikan perawatan oral Px kooperatif
5. menganjurkan tekhnik relaksasi dengan Px merasa diperhatikan
nafas dalam Px kooperatif
6. menganjurkan px untuk mengubah
posisi Px kooperatif
7. melakukan observasi TTV
T : 110/70 mmHg Px merasa diperhatikan
RR : 20x/menit
N : 84x/menit
S : 37,5 C

1. Memberikan makan sedikit tapi sering


30 2. Memberikan lingkungan yang tenang Px kooperatif
September dan nyaman
2012/ 10.00 3. Mengkaji skala nyeri dan lokasi nyeri Px merasa senang
WIB 4. Memberikan perawatan oral
5. menganjurkan tekhnik relaksasi dengan Px kooperatif
nafas dalam Px merasa diperhatikan
6. menganjurkan px untuk mengubah Px kooperatif
posisi
7. melakukan observasi TTV Px kooperatif
T : 120/80 mmHg
RR : 20x/menit Px merasa diperhatikan
N : 80x/menit
S : 37,3 C

CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn. S No.Reg : 101.8680


Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile

Tanggal/jam Catatan perawat TTD


29 September Bina Hubungan Saling Percaya dengan px dan keluarga
2012/ 10.00WIB Memberikan makanan sedikit tapi sering

Menganjurkan px untuk mengubah posisinya


Melakukan TTV
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)

29 September Memberikan makanan sedikit tapi sering


2012/ 19.00 Menganjurkan px untuk mengubah posisinya
WIB
Mengajarkan teknik relaksasi pada px
Melakukan observasi TTV
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)

30 September
2012/ 10.00
Memberikan makanan sedikit tapi sering
WIB
Menganjurkan px untuk mengubah posisinya
Mengajarkan teknik relaksasi pada px
Melakukan observasi TTV
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)

FLOW SHEET (LEMBAR OBSERVASI)

Nama : Tn. S No.Reg : 101.8680


Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile

Tanggal/ jam 29 September 29 September 2012 30 September 2012/


2012/10.00 WIB 19.00 WIB 10.00 WIB
TTV T : 120/80 mmHg T : 110/70 mmHg T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit N : 84x/menit N : 80x/menit
RR: 20x/menit RR: 20x/menit RR: 20x/menit
S : 37 C S : 37,5 C S : 37,3 C
KDM :
1.Makan / minum 1/4 porsi/4-5 gelas 1/4 porsi /5-6 gelas porsi/6-7 gelas
2.Eliminasi BAB 1x / BAK 5-6x BAB 1x/4-6x BAB 1x / 3-5x
3.Istirahat 9jam 9jam 8jam
4.Aktivitas - + +
5.Personal Hygiene + + +
Data fokus Perut terasa nyeri, Nyeri perut Keadaan px
panas, mual dan berkurang, mual dan membaik, nyeri perut
muntah muntah berkurang berkurang, tidak
mual dan muntah,
nafsu makan
bertambah
Program Theraphy Infus RL 20 tpm Infus RL 20 tpm Infus RL 20 tpm
(tetes per menit) (tetes per menit) (tetes per menit)
Injeksi : Injeksi : Injeksi :
Cefo (1gr) Cefo (1gr) Cefo (1gr)
Ranitidine(2x1 mg) Ranitidine(2x1 Ranitidine(2x1
Oral : mg) mg)
Antasida (3x500 Oral : Oral :
mg) Antasida (3x500 Antasida (3x500
mg) mg)

Resume
EVALUASI

Nama : Tn. S No.Reg : 101.8680


Umur : 35 tahun Ruang : Bougenvile

No. Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi


1 29 Dx I DS:
September 1.Tn. S mengatakan kalau daerah ulu hatinya
2012/10.00 terasa nyeri, panas dan terbakar
2.Tn.S mengatakan nafsu makannya berkurang
3.Tn.S mengeluh sering mual dan muntah
O : keadaan lemah
Makan / minum : 1/4 porsi/4-5 gelas
T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR: 20x/menit
S : 37 C
A : nyeri , masalah belum teratasi
P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)

2 29 DS:
September 1.Tn. S mengatakan kalau daerah ulu
2012/19.00 hatinya masih terasa nyeri.
2.Tn.S mengatakan masih belum nafsu makan
3.Tn.S mengeluh sering merasa mual dan muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : 1/4 porsi /5-6 gelas
T : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,5 C
A : masalah teratasi sebagian
P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)

3. 30 S: 1.Tn. S mengatakan kalau nyerinya masih terasa di


September daerah ulu hati
2012/10.00 2.Tn.S mengatakan nafsu makannya sudah
bertambah
3.Tn.S mengatakan sudah tidak merasa mual dan
muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : porsi/6-7 gelas
T : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,3 C
A : masalah teratasi sebagian
P : R dilanjutkan
Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
Oral :
Antasida (3x500 mg)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penyakit gastritis merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat yang banyak
disebabkan karena pola tingkah laku.
2. Untuk pencegahan penyakit gastritis dapat diatasi dengan perubahan kebiasaan-kebiasaan yang
merusak kesehatan misalnya : minum alkohol, minum obat yang tidak terkontrol, pola makan yang
tidak teratur.
3. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan tetap harus
mengacu pada ilmu, keterampilan dan kemampuan perawat untuk mengatasi masalah kesehatan
klien.
4. Peran keluarga dalam perawatan dan pengobatan klien merupakan hal yang penting karena
perbandingan jumlah perawat dengan pasien tidak seimbang dimana jumlah pasien lebih banyak
sehingga peran keluarga dapat menolong dalam memenuhi kebutuhan klien.

Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,
tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung.
Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri
yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak
dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut
bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala
seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Bagi sebagian
orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.
Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri
patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering
ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).

B. Saran
Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dari makanan dan minuman yang masuk ke tubuh agar
tidak terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori. Penyebab yang lain yang dapat menimbulkan gastritis
adalah stres fisik, bila stres meningkat maka produksi HCL (asam lambung) yang mengakibatkan pH
dalam lambung menjadi asam sehingga dapat merusak lapisan lambung, oleh karena itu disarankan
untuk tidak menyepelekan stres tersebut.
Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, diharapkan kita lebih berhati-hati terhadap makanan
maupun faktor lain yang menyebabkan resiko infeksi pada lapisan lambung.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta
Allen, C.V, (1998), Memahami Proses Keperawatan (Dengan Pendekatan Latihan), Jakarta.

Keliat B.A, (1999), Proses Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Long B.C, (1996), Perawatan Medikal Bedah, Edisi 1, Bandung

Luckmanns, (1996), Principlesp and Practice of Medical-Surgical Nursing, United States of America.

Mansjoer A., (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid Pertama, Media Aeusculapius, Jakarta.

Price, S.A, (1994), Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC ; Jakarta.

Sherwood, L., (2001), Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem), Edisi 2, Jakarta.

Smetzer, S.C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Volume 2, EGC
; Jakarta.

Soeparman, S.W, (2001), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Gaya Baru, Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi