Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RINGKASAN
Artikel ini akan membahas mengenai masalah yang dihadapi ketika perawatan
ortodontik dilakukan pada pasien yang memiliki kondisi medis yang serius. Berbagai
proses penyakit yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi keputusan perawatan
serta metode yang direkomendasikan untuk menghindari potensi masalah akan
didiskusikan.
PENDAHULUAN
Banyak anak-anak yang mengidap penyakit yang memiliki dampak yang fatal.
Diperkirakan bahwa 10-15 persen anak di bawah usia 16 tahun memiliki masalah
medis kronis jangka panjang. Ortodontis akan menghadapi anak dengan defek
jantung congenital, penyakit gangguan perdarahan, atau dalam masa penyembuhan
dari keganasan di masa kecilnya. Penyakit kronis merupakan tantangan besar bagi
anak dan keluarga, dengan implikasi praktis, sosial, dan emosional. Anak dan remaja
dengan kondisi kronis akan mengalami stress psikologis, di samping hal lain yang
juga dihadapi oleh seluruh anak. Membangun konsep sehat merupakan hal yang
sangat penting bagi anak yang mengalami kondisi kronis jika mreka berhasil masuk
sekolah serta melaksanakan aktivitas lainnya. Sayangnya, membangun kepercayaan -
diri anak dengan kondisi kronis merupakan hal yang sulit. Anak-anak ini cenderung
diusik; beberapa dari mereka terkadang diperolok bahkan diasingkan dari masyarakat.
Meskipun tidak terdapat penelitian yang secara spesifik menginvestigasi anak dengan
penyakit kronis, penelitian mengenai anak yang tidak memiliki penyakit kronis
menunjukkan bahwa koreksi maloklusi dapat meningkatkan kepercayaan diri. Dapat
1
diasumsikan bahwa anak dengan kondisi medis kronis akan memperoleh keuntungan
dari perawatan ortodontik.
Kondisi medis yang biasanya ditemukan pada pasien ortodontik antara lain :
(3) Leukimia
(4) Diabetes
2
dihitung sebab tidak terdapat kebutuhan yang diwajibkan untuk melaporkan kasus,
dan diagnosis tidak selalu dapat disimpulkan.
3
Prosedur Ortodontik Apa yang Membutuhkan Profilaksis Antibiotik?
Petunjuk Nasional
4
akibat kegagalan antibiotic. Mereka menyimpulkan bahwa profilaksis antibiotic
memiliki efek yang berbahaya bagi kelompok pasien ini.
Biancaniello dan Romero melaporkan riwayat kasus dari dua anak dengan
defek jantung congenital yang mengalami endokarditis. Pada kedua pasien, satu-
satunya perawatan dental yang dilakukan 6 bulan terakhir sebelum terjadinya
endokarditis adalah penyesuaian piranti ortodontik. Hobson dan Clark juga
melaporkan kasus dimana pasien dating ke rumah sakit dengan keluhan endokarditis
2 minggu setelah archwire diganti dan elastometik chain dipasang. Akan tetapi, dari
kasus di atas tidak ada yang memberikan bukti yang konklusif untuk mengonfirmasi
bahwa perawatan ortodontik pasien menyebabkan endokarditis. Kemungkinan yang
terjadi adalah pada seluruh pasien ini, hubungan anatara perawatan ortodontik dan
endokarditis lebih mengarah pada hubungan yang tidak disengaja, dibandingkan
hubungan kausal. Artikel tersebut menyimpulkan bahwa kemungkinan perawatan
ortodontik menyebabkan endokarditis sangat lemah sehingga kebutuhan profilaksis
antbiotik dipertanyakan, kecuali pada tindakan ekstraksi.
5
cincin ortodontik dan 50 persen ketika melepaskan cincin. Penelitian lain di Amerika
Serikat melaporkan bahwa 65 persen ortodontis yang disurvei menggunakan
profilaksis antibiotic ketika memasang cincin dan 38 persen ketika melepaskan cincin
ortodontik. Cukup jelas dari kedua penelitian tersebut bahwa orodontis menganggap
resiko bakteremia akan lebih besar ketika memasang cincin disbanding saat
melepaskan cincin ortodontik.
6
Apa yang harus dilakukan oleh ortodontis?
Sayangnya, sangat sulit untuk memberikan jawaban pasti pada pertanyaan ini.
Ortodontis harus membuat suatu keputusan pada kasus dengan pendekatan kasus
yang sesuai dengan kardiologis pasien. Resiko endokarditis harus dipertimbangkan
beserta resiko efek samping reaksi terhadap terapi antimicrobial yang diresepkan.
7
5. Sebelum memberikan profilaksis antibiotic, penting untuk menentukan bahwa
tidak terdpat alergi terhadap penisilin.
8
Resiko Infeksi Virus
Resiko Perdarahan
1. Perdarahan gingival harus dihindari. Hal ini dapat dicapai dengan kebersihan
mulut yang baik.
9
2. Iritasi kronis dari piranti ortodontik dapat menyebabkan perdarahan dan tindakan
khusus harus dilakukan untuk mencegah segala bentuk iritasi mukosa atau
gingival.
Hampir 70 persen anak saat ini yang didiagnosis keganasan akan bertahan
hidup lebih dari 5 tahun sejak didiagnosis dan banyak diantaranya dapat bertahan
hidup dalam jangka waktu yang lama. Kemoterapi saat ini merupakan perawatan
utama bagi berbagai kondisi tersebut, dimana radioterapi dan bedah masih menjadi
pilihan komplementari.
10
Kemoterapi intravena intensif awal mencapai penyembuhan 95 persen pasien pada 4
minggu dari masa pemberian. Perawatan intravena intensif lebih lanjut (konsolidasi)
dan medikasi oral berkelanjutan (mempertahankan) selama lebih dari 2 tahun
memberikan kesembuhan pada 70 persen pasien. Perawatan spesifik mengarah pada
system saraf pusat dalam bentuk irradiasi cranial dan/atau intrathecal methotrexate
juga dibutuhkan sebagai bagian dari terapi. Leukemia Myeloblastik akut bertanggung
jawab atas 20 persen leukemia pada anak-anak. Manajemen terdiri dari periode
kemoterapi intravena yang intensif selama 4-5 bulan. Transplantasi sumsum tulang
dapat dilakukan ketika terdapat saudara kandung yang menjadi donor sumsum dan
tindakan tersebut membantu meningkatkan angka kesembuhan.
Sebelum Diagnosis
Setelah Diagnosis
11
rongga mulut telah diidentifikasi pada sekitrar sepertiga individu neutropenik yang
mengalami sepktikemia. Ortodontis harus berhati-hati pada implikasi infeksi
yangtelah ada pada pasien yang menjalani kemoterapi.
12
dengan radioterapi, dapat menurunkan kapasitas regenerasi membrane mukosa. Hal
ini dapat berarti bahwa pada pasien yang menjalani kemoterapi, iritasi minor pada
mukosa akibat piranti ortodontik dapat menyebabkan ulserasi parah. Infeksi oral
selanjutnya oleh organism oportunistik tidak jarang terjadi dan dapat menimbulkan
konsekuensi yang cukup serius. Komplikasi lain pada individu ini adalah xerostomia,
yang dapat terjadi akibat kemoterapi atau perawatan radiasi yang diberikan sebelum
transplantasi sumsum tulang.
Terdapat dua bentuk utama dari kondisi ini : tipe I, diabetes mellitus yang
bergantung pada insulin (IDDM), dan tipe II, diabetes mellitus yang tidak bergantung
pada insulin (NIDDM).
Prevalensi di Inggris, Eropa Barat, dan Amerika Utara adalah sekitar 3-4
persen dari populasi. Sekitar 15 persen dari seluruh diabetic adalah IDDM. Meskipun
diabetes dapat trjadi pada usia mana saja, insidensi puncak IDDM adalah 10-12
tahun. NIDDM paling sering terjadi setelah usia pertengahan. Ortodontis harus teliti
13
terhadap signifikansi diabetes dalam hubungannya dengan periodontitis. DIketahui
bahwa diabetes merupakan factor resiko periodontitis, meskipun seluruh diabeteik
tidak memiliki resiko yang sama. IDDM, yang memiliki waktu onset yang mendadak,
disebabkan oleh destruksi 80-90 persen sel islet pankreatik yang memproduksi
insulin. Destrksi sel Beta terjadi secara genetic pada subyek yang rentan akibat proses
autoimun. INdividu ini bergantung pada insulin eksogenus untuk mencegah ketosis.
NIDDM dapat dikontrol dengan diet dan berhubungan lebih sering dengan penurunan
produksi insulin. Variablitas control metabolic pada diabetic nampaknya merupakan
factor yang signifikan dalam kerentanannya terhadap periodontitis.
Suatu penelitian yang dilakukan pada anak-anak dan remaja 263 diabetik dan
108 non-diabetik, Cianciola dkk menemukan prevalensi periodontitis 9,8 persen pada
IDDM (tipe I) dibandingkan dengan 1,7 persen pada NIDDM. PEnelitian tersebut
juga meneukan suatu peningkatan prevalensi periodontitis yang relative dengan usia;
39 persen subyek dengan diabetes yang berusia lebih dari 18 tahun memiliki
periodontitis. Rylander dkk membandingkan kondisi periodontal pada 46 diabetik
muda kontrol insulin dengan 41 orang dewsa muda yang sehat. Kelompok diabetic
ditemukan memiliki jumlah sisi gigi yang secara signifikan lebih banyak mengalami
kehilangan perlekatan klinis 2 mm atau lebih. Mereka melaporkan adanya inflamasi
gingival yang lebh banyak secara signifikan pada diabetic muda dengan retinopati
dan nefropati dibandingkan dengan diabetic tanpa komplikasi.
Pertimbangan Ortodontik
1. Perawatan ortodontik harus dihindari pada pasien IDDM yang tidak terkontrol
sebab individu tersebut sangat rentan terhadap kerusakan jaringan periodontal.
Beberapa pasien dengan IDDM yang dirawat dengan dosis insulin yang besar
14
akan memiliki periode hiper dan hipoglikemia yang ekstrim (diabetes rapuh),
bahkan dengan manajemen medis terbaik sekalipun.
2. Bahkan pada diabetic yang terkontrol baik, terdapat lebih banyak inflamasi
gingival, kemungkinan akibat gangguan fungsi neutrofil. Selama perawatan,
ortodontis harus memantau kondisi periodontal pasien dengan diaberes. Selain
itu, perjanjian ortodontik harus dilakukan pada pagi hari, diikuti dengan injeksi
insulin pasien dan sarapan yang normal. Sebelum memulai perawatan untuk
pasien diabetes, mereka harus diberitahu mengenai kemungkinan inflamasi
gingival ketika mereka menggunakan piranti cekat dan pentingnya memberikan
instruksi kebersihan mulut yang baik.
15
Pertimbangan Ortodontik
2. Anestesi umum harus selalu dihindari dan ekstraksi ortodontik harus ditunda
hingga usia dimana ekstraksi di bawah anestesi local dapat dilakukan. Anestesi
local dikombinasikan dengan sedasi inhalasi memiliki peran penting dalam
manajemen anak dalam kondisi ini.
16
parah dibandingkan penyakit dewasa dan memicu terjadinya deformitas parah. Salah
satu bentuk penyakit ini yang menyerang anak perempuan pada masa kanak-kanak
akhir, dapat melibatkan viturally any joint dan berhubungan dengan nodul
rheumatoid, demam ringan, anemia, dan malaise. Kerusakan pada sendi
temporomandibular (TMJ) telah dideskripsikan, meliputi ankilosis tulang total. Telah
dinyatakan terhambatnya perttumbuhan manidbula menyebablan diskrepansi rahang
Klas II yang parah yang terjadi pada 10-30 persen subyek JRA. Tanda klasik dari
destruksi rheumatoid TMJ meliputi perataan kondil dan ruang sendi yang besar.
Pertimbangan ortodontik
1. JIka sendi pergelangan tangan terkena, pasien ini akan mengalami kesulitan
menyikat gigi. Mereka mungkin membutuhkan dukungan tambahan dari seorang
hygienist selama perawatan ortodontik dan penggunaan sikat gigi elektrik dapat
dipertimbangkan.
3. Telah dinyatakan bahwa pada ksus defisiensi mandibula yang parah, bedah
mandibula harus dihindari, dan pendekatan yang lebih konservatif menggunakan
bedah maksila dan genioplasti harus dipertimbangkan.
17
Anak dengan Gagal Ginjal
Gagal ginjal kronis dapat terjadi karena berbagai factor penyebab, yang
memicu kehilangan fungsi ginjal. Awalnya, perawatan dapat meliputi pembatasan
asupan garam, protein, dan potassium tergantung pada derajat keparahan penyakit.
Seiring dengan berkembangnya penyakit, manajemen medis konservatif mungkin
tidak adekuat, dan baik filtrasi artificial darah dengan dialysis atau transplantasi ginjal
dibutuhkan. Pada anak-anak dengan gagal ginjal kronis, pertumbuhannya dapat
terganggu dan erupsi gigi akan tertunda.
Pertimbangan ortodontik
Terdapat tiga jenis pasien dengan masalah ginjang yang dapat diberi
perawatan ortodontik :
Pasien dengan gagal ginjal kronis yang tidak bergantung pada dialysis.
18
ortodontik yang direncakan dengan dokter umum pasien. Tidak terdapat
kontraindikasi mayor terhadap perawatan ortodontik pada anak ini. JIka
memungkinkan, perawatan ortodontik dapat dmulai sebelum transplantasi ginjal
sebelum imunosupresi menimbulkan masalah dengan pertumbuhan berlebih gingival.
2. Perawatan ortodontik tidak boleh dimulai hingga kebersihan mulut pasien sangat
baik dan penggunaan obat kumur klorheksidin 0,2 persen disarankan pada pasien
ini.
19
3. JIika pembesaran gingival timbul, perawatan ortodontik harus ditunda hingga
jaringan gingival yang berlebih dihilangkan dengan jalan bedah dan pasien dapat
melakukan plak control yang adekuat.
4. Waktu perawatan dengan piranti cekat harus dijaga tetap pada konsisten
minimum dengan standar tinggi hasil oklusal.
5. Pasien ini harus dipantau secara teratur oleh hygienist selama perawatan
ortoondtik.
20