Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
id
TUGAS AKHIR
DISUSUN OLEH:
ANINDITA PRASASTI ISWARI
I 0207006
DOSEN PEMBIMBING:
Ir. Widi Suroto, MT
Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT
Menyetujui,
Surakarta, 10 Oktober 2011
Mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Pembantu Dekan I
Fakultas Teknik UNS
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang menguasai
alam semesta dan dengan kemurahan-Nya telah memberikan kesempatan dan
kesehatan dalam menyelesaikan pengerjaan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini penulis susun sebagai syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan strata satu pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa proses Tugas akhir ini hanya
merupakan sebagian kecil ribuan kilometer jalan yang harus penulis tempuh.
Semoga dengan terselesaikannya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
untuk menapaki jalan selanjutnya.
Tugas Akhir ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan, bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih yang tulus kepada :
1. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT selaku Ketua Jurusan Arsitektru Fakultas
Teknik UNS
2. Kahar Sunoko, ST, MT, selau Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas
Teknik UNS
3. Sri Yuli, ST, MT dan Yosafat Winarno, ST, MT selaku Panitia Tugas Akhir
4. Ir. Widi Suroto, MT selaku pembimbing I yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis
5. Fauzan Ali Ikhsan, ST, MT, selaku pembimbing II. Terima kasih atas
pencerahan-pencerahan yang telah diberikan
6. Ir. Musyawaroh, MT selaku Pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya
7. Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT dan Avi Marlina, ST, MT, selaku dosen
penguji. Terimakasih atas segala masukan sebagai penyempurna tugas saya
8. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staff pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmunya
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu memberikan dorongan dan bantuan dalam penyusunan laporan ini
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan akan keterbatasan
kemampuan, maka tentu terdapat kelemahan-kelemahan dan kekurangan dari
tulisan ini. Untuk itu kritik dan saran yang dapat menambah serta memperluas
lingkup pengetahuan penulis akan diterima dengan senang hati. Akhir kata
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
SPECIAL THANKS TO v
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Judul 1
B. Pemahaman Judul
1. Galeri 1
2. Arsitektur Nusantara 1
3. Yogyakarta 1
C. Latar Belakang
1. Melestarikan Arsitektur Nusantara 2
2. Bentuk Apresiasi terhadap Karya-karya Arsitektur 3
3. Arsitektur merupakan Karya Seni 4
4. Arsitektur terus Berkembang 5
D. Permasalahan dan Pesoalan
1. Permasalahan 6
2. Persoalan 6
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan 7
2. Sasaran 7
F. Batasan dan Lingkup Pembahasan
1. Batasan 7
2. Lingkup Pembahasan 8
G. Metode Pembahasan
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
D. Studi Banding
1. Empiris
Selasar Sunaryo Art Space 32
2. Preseden
Rumah Seni Cemeti Yogyakarta 37
Museum Soekarno di Blitar 39
H. Sasaran Pengguna 86
I. Frekuensi Kegiatan 88
J. Bentuk dan Sistem Pelayanan
1. Bentuk Pelayanan 88
2. Sistem Pelayanan 88
b) Utilitas 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul
Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta
B. Pemahaman Judul
1. Galeri
sebuah ruang yang digunakan untuk menyajikan hasil karya seni, sebuah
area memajang aktifitas publik, area publik yang kadangkala digunakan
untuk keperluan khusus.1
2. Arsitektur Nusantara
adalah semua karya arsitektur yang ada di Indonesia dan untuk
menampilkan satu ciri tidak dapat digunakan parameter kedaerahan
(dengan memasukkan sisi kultur, religi dan adat istiadat yang spesifik),
tapi dengan menonjolkan ciri arsitektur tropisnya sebagai jiwa atau ciri
dari arsitektur Nusantara.2
3. Yogyakarta
merupakan salah satu kota yang terletak di sebelah selatan Pulau Jawa.
Kota Yogyakarta dan sekitarnya merupakan jangkauan radius pelayanan
galeri yang akan dihadirkan.
Jadi pengertian dari judul adalah sebuah ruang atau gedung yang
digunakan untuk menyajikan hasil karya seni arsitektur di Indonesia serta
sebuah area memajang aktifitas publik yang kadangkala digunakan untuk
keperluan khusus dengan mengangkat potensi-potensi arsitektur nusantara
sebagai wujud galeri ini. Merancang dengan potensi arsitektur nusantara
berarti mencari karakteristik arsitektur dari sebuah wilayah geografis
pulau-pulau yang tidak terbatasi oleh luasnya wilayah satu negara. 3
Secara keseluruhan Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta
diartikan sebagai galeri yang diselenggarakan untuk masyarakat umum
1
Dictionary of Architecture and Construction, 29 Maret 2011
2
Galih W.Pangarsa, Memaknai Kembali Arsitektur Nusantara, Univ. Brawijaya
3 commit
Tjahja Tribinuka, Antara Arsitektur Vernakuler, to user
Tradisional, Nusantara dan Indonesia, ITS
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Latar Belakang
1. Melestarikan Arsitektur Nusantara
Arsitektur merupakan salah satu seni produk kebudayaan. Sementara
kebudayaan nusantara berakar pada kebudayaan tradisionalnya, begitupun
arsitektur tradisional juga merupakan akar dari arsitektur nusantara.
Arsitektur tradisional sangat beraneka ragam di Indonesia, seiring dengan
keanekaragaman suku bangsanya.4
Arsitektur nusantara tinggal remah-remah, bahkan nyaris punah.
Sementara itu, kita perlu sadar sepenuhnya, betapa pentingnya identitas
pribadi, baik bagi individu maupun bangsa, karena sudah menjadi kodrat
manusia ia berperan sebagai subjek yang dimintai pertanggungjawaban.
Kebudayaan bukanlah hanya berarti sempit berupa kesenian.
Kebudayaan dalam arti luas adalah pola pikir dan mentalitas suatu
masyarakat. Arsitektur adalah bagian sangat kecil dari padanya. Karena
itu, siapa pun berhak memaknai arsitektur, termasuk dan justru terutama
generasi muda. Karena merekalah yang memiliki masa depan. Memaknai
arsitektur bukan hak mutlak para arsitek. Benarkah bahwa kaum arsitek
lepas dari pertanggung-jawabannya selaku bagian dari anak negeri yang
tengah dikepung bencana ini? Jika tidak benar, lalu apa yang bermanfaat
untuk disumbangkan mereka pada negeri ini?
Hancurnya identitas manusia dan masyarakat serta rusaknya alam
lingkungan nusantara, pengembangan ilmu arsitektur di negeri ini mesti
menanggapinya dengan berupaya menempatkan arsitektur di titik
perimbangan yang adil-bijak. Arsitektur nusantara sebagai peradaban
arsitektur lokal, nasional, regional dan sekaligus mondial. Itu akan tercapai
bila nilai universalitas arsitektur negeri ini ditemu-kenali kembali, lalu
ditumbuh-kembangkan sebagai rerumpunan kebudayaan yang tetap
commit to user
4
www.arsiteka.com 29 Maret 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Galih W.Pangarsa, Arsitektur di Negeri Bencana, Univ. Brawijaya
6 commit
Galih W.Pangarsa, Memaknai Kembali Arsitektur to userUniv. Brawijaya
Nusantara,
7
www.architect-news.com 13 maret 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
www.iai-jateng.web.id 13 Maret 2011
9 commit
Kompetisi Tugas Akhir Mahasiswa Arsitektur Tingkatto user
Jawa Tengah 2009
10
TGA Rachardian Hadiwibowo Galeri Arsitektur Jakarta UNDIP 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Rusell Sturgis, Address, in American Architect and building news, 1890
12
www.forumdesain.com 13 Maret 2011 commit to user
13
TGA Rachardian Hadiwibowo Galeri Arsitektur Jakarta UNDIP 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Persoalan
a) Menentukan site yang strategis dan sesuai untuk penempatan Galeri
Arsitektur Nusantara di Yogyakarta menurut peraturan tata ruang kota
dari pemerintah daerah tentang Rencana Tata Guna Tanah yang
difungsikan sebagai fungsi pendidikan yang bersifat rekreatif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2. Sasaran
Mewujudkan Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta dengan
pendekatan:
a) Menentukan site yang tepat untuk mendukung pengembangan kegiatan
pameran
b) Menentukan pola tata ruang yang mendukung mekanisme kegiatan
pameran yaitu macam, besaran, dan kegiatan ruang
c) Menampilkan bentuk Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta yang
sesuai dengan fungsi bangunan dan lingkungannya
2. Lingkup Pembahasan
Pembahasan ditekankan dalam lingkup mengangkat potensi-potensi
asitektur nusantara pada visualisasi bangunan galeri untuk menentukan
konsep perancangan dari Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta.
G. Metode Pembahasan
1. Metode Penemuan Masalah
Penemuan masalah berdasarkan realita yang ditemukan di lapangan
yang diutarakan responden seperti sulitnya mencari informasi mengenai
konsultan dan komunitas arsitektur yang ada, kurangnya fasilitas yang ada
untuk mewadahi aktifitas pengembangan, padahal animo masyarakat
terutama mahasiswa arsitektur yang cukup tinggi.
c) Literatur
Metode yang dilakukan dengan membaca buku-buku, tugas akhir yang
berhubungan dengan judul, dan pencarian dari situs-situs internet
sesuai batasan dan lingkup pembahasan untuk mendapatkan referensi
berupa teori-teori seperti standar ukuran peruangan dan karakter ruang
pamer, sejarah perkembangan arsitektur nusantara hingga arsitektur
masa kini, jenis-jenis media pamer yang berhubungan dengan karya
arsitektur, data kota Yogyakarta, event-event yang melibatkan karya
arsitektur, banyaknya universitas yang memiliki jurusan Arsitektur di
Yogyakarta, perkembangan jenis dan peminat arsitektur serta
komunitas-komunitas arsitektur di Yogyakarta, penggabungan dalam
lingkup arsitektur dan budaya.
5. Metode penulisan
Menuliskan konsep perancangan Galeri Arsitektur Nusantara di
Yogyakarta secara sistematis berupa deskripsi yang disertai dengan
gambar maupun chart sebagai penunjang visualisasi deskripsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
BAB II
TINJAUAN GALERI SENI
DAN KOTA YOGYAKARTA SEBAGAI LOKASI TERPILIH
A. Galeri Seni
1. Pemahaman Galeri
Galeri diartikan sebagai ruangan, rangkaian ruangan atau bangunan
yang disediakan untuk memamerkan dan juga menjual karya seni (Stein &
Urdang, 1967:173), yang dimaksud dengan karya seni disini adalah karya-
karya arsitektur.
Sebagai ruang pamer dapat berupa museum, galeri atau showroom. Bila
museum khusus hanya memajang tanpa menjual, di showroom obyek
dipajang untuk dijual karena fungsi komersial adalah yang paling utama.
Dapat dikatakan bahwa galeri merupakan perpaduan antara museum dan
showroom, di mana kaya seni yang dipamerkan dapat dibeli.1
2. Sejarah Galeri
Galeri pada awalnya adalah bagian dari museum yang berfungsi sebagai
ruang pamer. Robillard (1982) membagi ruang publik pada museum
menjadi empat bagian, yaitu: entrance hall, jalur sirkulasi, galeri dan
lounge (ruang duduk).
Galeri adalah ruang utama dan paling penting dalam suatu bentuk
pameran karena galeri berfungsi mewadahi karya-karya seni yang
dipamerkan. Pada perkembangannya, galeri kemudian berdiri sendiri,
menjadi institusi tersendiri dan terlepas dari keberadaan museum. Fungsi
dari galeri tetap merupakan tempat untuk pameran tetapi mengalami
perkembangan, bukan hanya sekedar sebagai tempat untuk memajang
namun juga sebagai ruang untuk menjual karya seni.
Pada tahun 1950, para seniman Avan Garde dan neo-Dada
meruntuhkan kesakralan galeri dengan menjadikannya sebagai ruang
1 commit to user
http://digilib.petra.ac.id/ 3 oktober 2011
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
publik barang seni. Galeri dan museum pada masa neo-Dada tidak lagi
menjadi media seni bagi barang elit tetapi juga seni pemberontakan. Neo-
Dada menyerang ekslisivisme dari galeri dan museum dengan
mendudukinya dan membuat batasan baru pada galeri dan museum, yaitu
sebagai media dari seni yang terbuka (Barbara Rose, 1974), Slogan Lart
pour lart (seni untuk seni) bergeser kepada Lart pour lepublic (seni
untuk publik). Seni tidak menjadi suatu kawasan elit, di mana semua orang
bisa dan berhak untuk membuat dan menghasilkan karya seni. Seni untuk
publik dipelopori oleh Joseph Beuys yang memajang seni pemberontakan
di sebuah galeri. Karya seni yang berupa Jambang Putih dianggap sebagai
karya seni instalasi pertama dan sekaligus menjadikan galeri sebagai ruang
publik segala bentuk apresiasi seni.
13
c) Sebagai tempat memelihara karya seni agar tidak rusak. Ruang yang
digunakan untuk memelihara karya seni ini biasa disebut dengan ruang
restorasi-konservasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
e) Sebagai tempat transaksi jual beli merupakan salah satu kegiatan utama
pada galeri. Karya seni yang dipamerkan dalam kegiatan ini bersifat
karya seni komersial berupa furniture, fotografi dengan obyek arsitektur
commit to user
Gambar ii.5. Transaksi jual beli produk
Sumber. http://v-images2.antarafoto.com/gpr/1257851518/peristiwa-
pameran-furniture-18.jpg 3 Oktober 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
Pada hakekatnya galeri seni berfungsi sebagai servis bagi publik. Servis
pelayanan ini menunjukkan aktivitas utama yang mempengaruhi sifat dan
yang menjadi dasar falsafahnya. Servis dimaksudkan dengan memberikan
pelayanan bagi kepuasan public sebagai kelompok social maupun individu
ataupun masyarakat umum. Oleh sebab itu servis harus memenuhi:
a) Kepuasan fisik: merupakan kepuasan yang dicapai melalui panca indera
yaitu penglihatan, perasaan, dan peraba
b) Kepuasan psikis: merupakan kepuasan jiwa sebagai reaksi pada suasana
dan kesan dari bangunan dan pelayanan yang diberikan baik oleh
pengelola atau pegawai maupun materi seninya.
4. Tipe Galeri
a) Tipe Shrine
Galeri tipe ini menempatkan seni di atas banyak hal lain. Koleksinya
sangat terpilih, di tata pada ruang yang memungkinkan pengunjung
melakukan kontemplasi. Kasus perluasan National Gallery di London
yang menganulir juara kompetisi perancangan akibat program ruang
yang direncanakan telah mengakomodasi secara signifikan. Peran
fasilitas komersial di dalamnya untuk menunjang pembiayaan galeri
menunjukkan betapa tegarnya galeri tipe ini memisahkan dari kegiatan
yang tidak berhubungan langsung dengan seni. Nilai koleksi dan
penghargaan terhadap seni pada galeri ini sangatlah tinggi.
b) Tipe Warehouse
Galeri ini mewadahi berbagai koleksi yang bernilai, sedemikian
beragamnya koleksi ini sehingga wadahnyapun memiliki fleksibilitas
commit to user
yang tinggi untuk menanggapi perubahan dan perkembangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
commit to user
Gambar ii.8. Wexner Centre, Ohio
Sumber.http://www.rootsweb.ancestry.com/~ohfra
nkl/Franklin/Pics/1.jpg 3 Oktober 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
18
19
luar dan dalam negeri. Bentuk seni ini masih natural dan belum
terjamah dari luar pada saat budaya tersebut dulu ada.
2) Gallery of classic art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan
aktivitas dibidang seni klasik. Seni ini menggambarkan bentuk-
bentuk budaya tradisional di suatu bangsa.
3) Gallery of modern art yaitu suatu galeri yang menyelenggarakan
aktivitas dibidang seni modern. Dalam seni modern, bentuk karya
seni yang dipamerkan biasanya mengandung maksud atau arti yang
mengkritik sesuatu baik itu budaya, social, ataupun politik suatu
bangsa sehingga karya seni ini pasti sejalan beriringan dengan
perkembangan jaman atau bisa disebut dengan karya seni kekinian.
Dengan adanya karya ini seseorang dapat mengerti tujuan dari karya
ini dibuat.
Berdasarkan macam seni yang disajikan beberapa galeri (yang
sudah umum) biasanya merupakan galeri seni terwujud (2D atau 3D)
dengan berbagai macam karya seni.
20
2 commitUNS,
TGA Tomy Arief, Galeri Seni Urban di Yogyakarta, to user
Surakarta, 2010
3
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
3) Sketsa
Secara umum dapat juga diartikan sebagai seni gambar atau lukis dan
memiliki pemahaman sebagai cakupan visual ekspresi seseorang.4
Secara lebih jelas dapat disebutkan bahwa seni lukis adalah
penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk pada suatu
bidang 2 dimensional yang disusun sedemikian rupa sehingga
terbentuk sebuah harmoni. Hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu
image yang merupakan pengungkapan pengalaman artistik serta
pengekspresian ide-ide dan emosional. Media yang biasa digunakan
adalah kertas serta menggunakan alat tulis maupun pensil warna atau
pewarna apapun. Pesan yang ingin disampaikan bisa seperti
penggambaran sebuah bentuk bangunan, penyampaian suasana
sebuah sketsa bangunan maupun kritik mengenai arsitektur.5
b) Seni Rupa 3 Dimensi
1) Maket
Maket adalah sebuah alat mempermudah orang awam mengenali
dan mengerti apa yang dimaksud oleh para arsitek lewat setiap
karyanya, dimana setiap orang dapat melihat dan merasakan secara
langsung sebuah bangunan dalam bentuk ukuran mini, dengan ukuran
terskala yang presisi tinggi. 6
4
TGA Tomy Arief, Galeri Seni Urban di Yogyakarta, UNS, Surakarta, 2010
5
Ibid commit to user
6
http://maket.inilahkita.com/ maret 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
2) Seni Instalasi
23
8. Ruang Pamer8
a) Model Ruang Pamer
Menurut bentuk ataupun kebutuhan dan perkembangan yang ada pada
ruang pamer dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Ruang Pamer berupa ruang-ruang
Bentuk lain dari ruang pamer yang berfungsi sebagai ruang meski
tidak bisa disebut ruang karena pada awalnya hanya sebagai
sirkulasi antar ruang.
commit to user
8
Hatmadhi SP, Rhengo. 2008. Museum Wayang di Surakarta. UNS. Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
b) Teknik Pameran
1) Berdasar Obyek
a. Teknik dasar untuk memamerkan dibagi dalam 3 jenis:
Open (meletakkan seluruh koleksi galeri pada ruang pamer)
Selective Display (menampilkan sebagian koleksi galeri)
Thematic Grouping (menampilkan dalam topik tertentu)
b. Bentuk dalam memameran adalah sebagai berikut:
Unsecured Object, cara ini diterapkan untuk benda-benda
yang tidak butuh peragaan dan pengamanan khusus
Fastened Object, dengan cara mengikat benda-benda agar
tidak berpindah tempat
Enclose Object, benda-benda yang dipamerkan dilindungi
dengan pagar atau kaca
Hanging Object, benda-benda yang dipamerkan dengan cara
digantung
Animed Object, benda koleksi yang dipamerkan berupa
atraksi yang akan menarik pengunjung
Diorama, benda koleksi yang dipamerkan melalui tiruan
miniatur atau seukuran benda aslinya
Recreated strees and villages, penyajian dengan
menggunakan artefak-artefak seperti aslinya untuk
menggambarkansejarah aslinya.
2) Teknik Panel
Panel berfungsi dalam membantu mempresentasikan benda-benda
yang dipamerkan
3) Teknik model
a. Suatu tiruan benda asli dengan skala 1:1
25
4) Teknik Simulasi
Bertujuan untuk mengajak pengunjung berpetualang atau
menggambarkan kondisi aslinya dalam pameran
5) Teknik audiovisual
Teknik pameran menggunakan slide, film, video, dan sebagainya
26
27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
b) Kebudayaan
Yogyakarta masih sangat kental dengan budaya Jawanya. Seni dan
budaya merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat
Yogyakarta. Kesenian khas di Yogyakarta antara lain adalah kethoprak,
jathilan, dan wayang kulit. Yogyakarta juga dikenal dengan perak dan
gaya yang unik membuat batik kain dicelup serta musik gamelan.
c) Sarana dan Prasarana
Kebutuhan akan listrik telah cukup mampu menjangkau seluruh wilayah
kota. Sementara dari segi transportasi, terdiri dari transportasi darat (bus
umum, taksi, kereta api, andong atau kereta berkuda, dan becak) serta
udara (pesawat terbang) Bandar Udara Adi Sutjipto, akses menuju
beberapa bagian utama kota pun sudah dapat dicapai dengan TransJogja.
d) Pariwisata
Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya memiliki banyak obyek wisata
seni dan budaya yang menarik untuk dikunjungi. Peninggalan seni-
budaya dapat disaksikan pada monumen-monumen peninggalan sejarah
seperti Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Borobudur, istana
Sultan, tempat lain yang masih berkaitan dengan kehidupan istana,
museum budaya serta galeri kesenian. Beberapa contoh obyek wisata
budaya adalah Museum Sonobudoyo, Museum Sri Sultan HB IX,
Museum Kereta dan Kraton. Sedangkan contoh obyek wisata kesenian
antara lain Museum Batik Ulen Sentalu, Museum Batik, Museum
Affandi, Galeri Seni Rupa Tembi, Museum Wayang Kekayon, Rumah
Seni Cemeti. Banyaknya obyek wisata di Yogyakarta membawa kota ini
menempati peringkat kedua setelah Bali sebagai kota tujuan wisata.
9
commit to user
http://jogjasiana.com/events/jogja-istimewa-merangkul-dunia-pameran-arsitektur 16 Mei 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Gambar ii.24. 1. Seminar, 2. Pameran karya , 3. Pameran foto dan sketsa, 4. Maket
Sumber. Data pribadi
10
commit to user
http://www.uajy.ac.id/agenda/seminar-nasional-arsitektur-urban-thermal-comfort-scan12010/ 16 Mei 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
11
http://jogjanews.com/2011/01/20/pameran-urbanizing-world-tampilkan-kesamaan-persoalan-kota-di-
dunia/16 Mei 2011
12 commit to user
http://www.uajy.ac.id/berita/pameran-arsitektur-uajy-werner-sobek%E2%80%93designing-the-future/ 16
Mei 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Panel Struktur
13
commit to user
http://www.fotografer.net/isi/forum/topik.php?id=3194406398 16 Mei 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Maket Struktur dari mata kuliah KBG (1, 2) serta Perancangan Struktur
D. Studi Banding
1. Empiris
Selasar Sunaryo Art Space 16
Nama Selasar Sunaryo Art Space diambil dari nama seniman yang
memiliki galeri ini yaitu Sunaryo. Istilah selasar mengacu pada filosofi
14
http://architecture.uii.ac.id/index.php/Daily-News/Pameran-Arsitektur-FTSP-UII 16 Mei 2011
15
http://jogjanews.com/ 3 Oktober 2011 commit to user
16
www.selasarsunaryo.net dan analisa studi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
bahwa karya seninya adalah suatu proses kreatif yang terus berjalan.
Bangunan Art space terbangun pada satu tanah di Bukit Pakar Timur
seluas kira-kira 5,000 meter2 . Bentuk dasar dari bangunan diilhami oleh
bentuk "kuda lumping", satu artefak budaya tradisional Indonesia. Kata
"Selasar" mencerminkan konsep desain: untuk satu ruang terbuka yang
menghubungkan satu ruang dengan ruang lain, dan sebagai jembatan
penghubung antar bangunan. Konsep terakhir dari "Selasar", juga
mencerminkan arah dari ruang untuk menghubungkan artworks dengan
pendengar dan untuk membawa budaya yang berbeda secara bersama-
sama. Selasar adalah salah satu ' open space yang memberikan rasa ruang
untuk bebas masuk dan galeri seni yang terbuka bagi para komunitas.
Dalam perancangan penataan ruang dilakukan pemisahan massa
bangunan berdasarkan pengelompokan fungsi aktifitas. Berikut
pengelompokan massa bangunan berdasarkan fungsinya :
1) Fungsi Bangunan Utama, dengan dimensi sekitar 8,4x22 m2 yang
terdiri atas tiga lantai yang berbeda dengan split level yang
memanfaatkan pola kontur eksisting.
2) Fungsi Bangunan Penunjang, yang terdiri atas dua lantai yang berbeda
dengan split level.
3) Ruang Amphiteater terbuka berbentuk setengah lingkaran dengan
diameter sekitar 20m dari lingkar luar amphiteater dan 10m dari
lingkar luar panggung.
Ruang A (Gallery A)
Ruang A (seluas 177 m2), dipergunakan
untuk pondokkan karya Sunaryo. Ruang ini
juga digunakan untuk pameran besar bagi
seniman Indonesia dan asing untuk
Gambar ii.28. Gallery A
memperkenalkan karyanya.
Sumber. www.selasarsunaryo.net
Stone Garden
Taman batu (seluas 190 m2), satu ruang terbuka yang dipergunakan
commit to user
untuk memamerkan hasil karya Sunaryo yang terbuat dari bebatuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Ruang B (Gallery B)
Ruang B (seluas 210 m2), dipergunakan
untuk pameran hasil karya para seniman
muda dari Indonesia dan luar negeri.
Gambar ii.31. Gallery B
Sumber. www.selasarsunaryo.net
Kopi Selasar (seluas 157 m2), sebuah kedai kopi outdoor yang luas
35
Ampiteater
Ampiteater (seluas 198 m2), suatu ruang
lingkar terbuka dengan layar besar, dengan
kapasitas maksimum 300 orang,
dipergunakan untuk performing arts event,
pembacaan puisi, pemutaran film, panel
Gambar ii.34. Amphiteater
diskusi, kumpul-kumpul, resepsi, konser
Sumber. www.selasarsunaryo.net
musik dan seni budaya yang lain
Rumah bambu (seluas 76 m2), sebuah rumah yang terbuat dari bambu
dan merupakan salah satu rumah tradisional masyarakat Sunda, dibangun
untuk kediaman seniman yang akan pameran di sana dan berfungsi sebagai
satu pesanggrahan untuk pengunjung khusus.
Bale Handap
Bale Handap adalah satu ruang multi yang dipergunakan untuk diskusi,
bekerja, teater, sharing, pemutaran video serta berbagai events dan
workshops. Kapasitas maksimum untuk 250 orang. Bangunan diilhami
dari arsitektur tradisional jawa dengan teras terbuka. 'Bale Handap'
terpisah dari bangunan utama, ditempatkan di antara Rumah Bambu pada
commit to user
lantai dasar dari Selasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Pustaka Selasar
Koleksi Pustaka Selasar terdapat kurang lebih 1500 data meliputi, Seni
rupa, Fotografi, Katalog pameran, Selasar Sunaryo Art Space arsip catalog
dan daftar pustaka dari buku, monograf, majalah, jurnal, Klip media, Foto
dan negatif film, slides, film (DVD, VCD/ VHS/ MiniDVD), serta Poster,
terbuat dari kertas dan catatan diskusi dari wawancara serta ilmu
pengetahuan tentang teknik para seniman dalam berproses.
Mushola
Terdapat sebuah mushola di sudut utara
bangunan yang memiliki ukuran kurang lebih
10 m2, desain mushola detail dan menarik.
Area Parkir
Area parkir yang disediakan berupa parkir terbuka yang berada disisi
selatan bangunan yang dapat menampung kurang lebih 25 mobil. Ground
commit to user
cover berupa conblok dengan penataan lansekap pohon rindang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Sistem Sirkulasi
Konsep sirkulasi cenderung menggunakan pola linier yang mengusung
pola ruang yang menerus. Citra bangunan menampilkan image modern
abstrak yang menjadi ekspresi karya-karya seni kontemporer dari
Sunaryo. Tampilan interior tidak menonjol dan cenderung netral untuk
lebih menonjolkan karya-karya seni yang dipamerkan di dalamnya.
2. Preseden
Rumah Seni Cemeti Yogyakarta17
Rumah Seni Cemeti/ Cemeti Art House terletak di D.I. Panjaitan no.41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
commit to user
17
TGA Tomy Arief. Galeri Seni Urban di Yogyakarta. UNS. Surakarta. 2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
pencahayaan alami dari bukaan atap dan sistem pencahayaan artifisial dari
lampu sorot. Finishing dinding ruang pamer menggunakan warna putih
netral tanpa ornamentasi. Plafond dibiarkan tanpa finishing untuk
pencahayaan alami yang merata pada seluruh ruang pamer. Sedangkan
finishing lantai dari ubin dengan warna krem merata dari ruang penerima
hingga ruang pamer.
18
commit to user
Http://www.bungkarno.net 9 Juni 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
41
BAB III
TINJAUAN ARSITEKTUR NUSANTARA
A. Arsitektur Nusantara
1. Pemahaman Arsitektur Nusantara
Arsitektur nusantara berasal dari istilah nusantara yang mengambil
sumber dari sumpah Palapa Mahapatih Gajah Mada dengan arti gugusan
pulau-pulau kecil atau sedang yang terletak di antara dua benua dan dua
samudera.1 Kata Nusantara terdiri dari kata-kata nusa yang berarti pulau
dan antara berarti lain. Istilah ini digunakan dalam konsep kenegaraan
Jawa artinya daerah di luar pengaruh budaya Jawa.2
3
Tahun 1920-an Dr. Setiabudi mendistorsikan arti dari istilah nusantara
demi persatuan bangsa, yaitu gugusan pulau antara dua benua dan
samudra. Kondisi geografis wilayah di antara kathulistiwa berbagai
macam, ada yang berupa laut, ada yang berupa pulau besar dan ada yang
berupa pulau kecil/sedang. Gugusan pulau yang terdapat di antara garis
kathulistiwa itulah yang disebut sebagai Nusantara.
Proses rancang arsitektur nusantara dilandasi oleh pemikiran rasional
dan spiritual. Merancang dengan potensi arsitektur nusantara berarti
mencari karakteristik arsitektur dari sebuah wilayah geografis pulau-pulau
yang tidak terbatasi oleh luasnya wilayah satu negara. Baik asli maupun
paduan, baik diterapkan dalam aspek rinupa maupun tanrinupa, karya
arsitektur masa kini yang sudah berusaha dirancang dengan penggalian
adat dan budaya nusantara pantas disebut sebagai arsitektur nusantara.
Aspek esensial perancangan arsitektur nusantara adalah hasil eksplorasi
dari potensi yang ada di bumi nusantara sendiri.
2. Sejarah Nusantara4
Dalam penggunaan bahasa modern, istilah nusantara biasanya meliputi
daerah kepulauan Asia Tenggara atau wilayah Austronesia. Sehingga pada
1
Tjahja Tribinuka, Antara Arsitektur Vernakuler, Tradisional, Nusantara dan Indonesia, ITS
2
Isnen Fitri, ST, M.Eng. Kopendium Arsitektur Nusantara, India, China dan Jepang.
3
Tjahja Tribinuka, Antara Arsitektur Vernakuler, Tradisional, Nusantara dan Indonesia, ITS
4 commit
Isnen Fitri, ST, M.Eng. Kopendium Arsitektur to user
Nusantara, India, China dan Jepang.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
masa sekarang ini banyak orang menggunakan istilah geografis ini untuk
menunjukkan sebagai satu kesatuan pulau di Nusantara termasuk wilayah-
wilayah di Semenanjung Malaya (Malaysia, Singapura) dan Filipina
bahkan beberapa negara di wilayah Indochina seperti Kamboja akan tetapi
tidak termasuk wilayah Papua. Di sisi lain, istilah geografis Nusantara saat
ini sering diartikan sebagai Indonesia yang merupakan satu entitas politik.
a) Sejarah Singkat Nusantara5
Wilayah Nusantara terletak pada persilangan jalan, antara Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik, atau lebih khusus, Benua Asia dan
Australia. Persilangan ini telah menjadikan wilayah Nusantara sebagai
tempat persinggahan bagi pelayar dan pedagang terutama dari China ke
India atau sebaliknya. Persinggahan para pelayar dan pedagang dari
berbagai mancanegara telah menjadikan Nusantara sebagai tempat
kehadiran semua kebudayaan besar didunia. Abad ke-5 sampai ke-15,
kebudayaan-kebudayaan India mempengaruhi Sumatra, Jawa -Bali, dan
Kalimantan bersamaan dengan dataran-dataran rendah yang luas di
Semenanjung Indocina. Kebudayaan India ini awalnya pada penyebaran
agama Hindu dan Buddha dan Islam di Indonesia. Di Jawa Tengah,
candi Borobudur dan Prambanan adalah monumen yang sama nilainya
dengan Angkor dan Pagan. Pada abad ke-7 hingga ke-14, kerajaan
Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Pada abad ke-14
bangkitnya kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Islam tiba di
Indonesia sekitar abad ke-12, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan
utama pada akhir dekad ke-16 di Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang
tetap mempertahankan mayoriti Hindu. Agama Islam ini dibawa oleh
pedagang Arab dari Parsi dan Gujarat melalui pembauran. Islam
diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada
mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan
tersebut. Peradaban Eropa, hadir sejak abad ke-16. Mulai tahun 1602
Belanda perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah Nusantara dengan
commit to user
5
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
6
Ibid commit to user
7
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
commit to user
8
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
B. Arsitektur di Nusantara
1. Arsitektur Nusantara pada Masa Kerajaan Hindu-Buddha10
Selama era kerajaan Hindu dan Buddha terdapat dua dinasti yang
berkuasa sekitar abad ke-8 hingga ke-10 yaitu dinasti Sanjaya dan
Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu aliran Siwa, sementara dinasti
9
Ibid commit to user
10
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Arsitektur Candi
a) Fungsi Candi
Kata Candi pada umumnya dianggap berasal dari kata
candikagrha, nama tempat tinggal Candika, Dewi Kematian dan
Permaisuri Siwa. Secara harfiah Candi bisa ditafsirkan sebagai
bangunan yang digunakan untuk keperluan pemakaman, atau bahkan
sebagai makam. Seringkali candi digunakan sebagai tempat
pemujaan dan memuliakan raja yang sudah meninggal. Akan tetapi,
Candi dibangun bukan semata hanyalah sebagai makam atau tempat
pemujaan dan memuliakan raja yang sudah meninggal, lebih dari itu,
candi juga difungsikan sebagai tempat pemujaan kepada para Dewa
yang dilambangkan sebagai arca. Arca diletakan di ruang tengah
candi dahulu kala hanya Pendeta yang memimpin acara pemuajaan
yang diperkenankan masuk kedalam ruang tersebut. Candi lebih
diyakini sebagai kuil atau tempat pemujaan daripada sebagai makam.
b) Tatanan, Bagian dan Konsep Arsitektural Candi
Secara vertikal, struktur Bangunan candi terdiri dari tiga bagian
yang melambangkan kosmologi atau kepercayaan terhadap
pembagian dunia sebagai satu kesatuan alam semesta yang sering
disebut dengan Triloka terdiri dari dunia manusia (bhurloka), dunia
tengah untuk orang-orang yang disucikan (bhuvarloka) kemudian
dunia untuk para dewa (svarloka).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
50
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
52
53
commit to user
Gambar iii.9. salah satu tipe Denah Candi
Sumber: Kopendium Arsitektur Nusantara, India, China dan Jepang.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
Tabel iii.2. Perbedaan bentuk dan langgam candi Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Terdapat tipe lain dari candi yang berbeda yang sering disebut
dengan pertirtaan dan candi padas. Kelompok ini dimasukan ke
dalam candi pada masa klasik akhir. Pentirtaan dan Candi padas
yang terkenal adalah candi belahan di lereng gunung Penanggungan
dekat Mojokerto, dikenal dengan candi berundak, candi Tikus di
bekas kota Majapahit (abad ke-14), dan gunung kawi di
Tampaksiring (Bali). Kemudian ada lagi jenis bangunan candi yang
berupa gapura, terdapat dua jenis gapura yaitu yang pertama, bagian
commit to user
pintu keluar masuk yang mana bagian tubuhnya terdapat lobang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit to user
11
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
Demak. Pada abad ke-16 juga timbul kerajaan Brunei yang meluaskan ke
Islaman hingga bagian barat Kalimantan, dan juga Filipina. Atas kegiatan
orang-orang Bugis, maka Islam masuk ke Kalimantan Timur dan Sulawesi
Tenggara dan juga beberapa pulau di Nusa Tenggara. Dari Ternate
(Kesultanan Ternate dan Tidore), Islam meluas meliputi pulau-pulau di
seluruh Maluku, dan di daerah pantai Timur Sulawesi serta Sulawesi Utara.
Hingga akhir abad ke 16, boleh dikata bahwa Islam telah tersebar dan
mulai mengakar di Nusantara.
a) Pertumbuhan Kota-Kota Islam Awal
Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan kota pertama di
Indonesia adalah peningkatan perdagangan kelautan Asia secara umum
pada abad ke-13 dan ke-14. Disamping itu pusat kerajaan Islam yang
tumbuh setelah pudarnya kejayaan kerajaan Hindu Budha menjadi
bandar-bandar baru sebagai titik pintu masuk menuju perairan
internasional bersamaan dengan perkembangan kota-kota pelabuhan
yang mulai dikuasai oleh Potugis dan VOC.
Pada saat itu, ada dua jenis kota yang muncul; pertama, kota sebagai
pelabuhan dagang dengan pintu masuk menuju jalur perairan
internasional, dan kedua, kota sebagai pusat administratif dengan
daerah pertanian yang makmur. Kota yang terletak di pesisir dan
commit to user
muara-muara sungai besar disebut sebagai pusat Kerajaan Maritim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
Elemen lain dalam kota masa Islam awal adalah lebuh agung atau
alun-alun, lapangan yang terletak di tengah-tengah kota dan berfungsi
sebagai tempat berkumpul atau upacara ritual kerajaan/kota dan
kegiatan hiburan. Perkembangan pesat pada kota-kota pelabuhan
dagang Islam membentuk titik perhatian utama pembaharuan arsitektur
dan pembangunan kota saat itu. Sementara itu, masjid menggantikan
candi sebagai titik utama kehidupan keagamaan.
b) Makam dan Pekuburan Orang Islam
Masa Islam Awal ditandai dengan ditemukannya bentuk monumen
seperti makam, mesjid, kuburan dan keraton. Salah satu ciri utama
commit to user
bentuk makam yaitu balok batu persegi panjang yang menyerupai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
59
Gambar iii.15. Masjid yang mendapat pengaruh arsitektur Candi dan arsitektur Vernakular
Sumber: Kopendium Arsitektur Nusantara, India, China dan Jepang.pdf
60
61
62
commit to user
12
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
commit
Gambar iii.21.Arsitektur vernakular to useryang menggunakan tanduk kerbau dan atap pelana
Indonesia
2) Pengertian Arsitektur
Sumber: Kopendium Vernakular
Arsitektur Nusantara, India, China dan Jepang.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
commit to user
13
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
66
atau tipe rumah panggung sebagai upaya adaptasi dengan iklim dan
geografi, menggunakan sistem sambungan tarik dan tekan (sistem
pen) tanpa menggunakan paku dan sistem cros-log foundation
(balok kayu yang saling tumpang tindih secara horizontal).
Tiang bangunan mempunyai alas batu. Tiang tidak ditanam
didalam tanah, melainkan beralas batu sehingga lebih fleksibel
ketika ada guncangan atau gempa.
Lantai bangunan didukung oleh tiang dan balok kayu yang saling
mengikat satu sama lain, biasanya tanpa menggunakan paku.
Pemanjangan bubungan atap sering dangan sopi-sopi mencondong
keluar. Seringklai pemanjangan dibuat lekukan sehingga
menimbulkan daya tarik estetis. Dominasi atap tampak pada
keseluruhan bangunan. Proporsi atap lebih besar dari pada badan
dan kaki (bagian bawah) bangunan. Selain itu itu atap pelana
(saddle roof) lebih umum digunakan.
Memiliki ornamen pada dinding penutup atap (gable end) yang
menyimbolkan status sosial, kekuasaan dan karakteristik budaya.
1) Pola Perkampungan
Di Indonesia, terdapat dua tipe tatanan permukiman dan rumah
dari kampung-kampung tradisional yaitu linear dan konsentris. Di
masa mendatang tatanan ini mengalami evolusi dalam
perkembangannya seperti bentuk radial, bentuk huruf T dan
bentuk silang (cross type). Kampung-kampung dengan tantanan
linear biasanya terdapat di pesisir-pesisir pantai Indonesia, namun
juga terdapat di pedalaman Sumatra, Nias, Kalimantan, Sulawesi,
Bali, dan beberapa wilayah di Jawa. Bangunan pada kampung
bersifat linear letaknya berbaris dan berhadapan satu sama lainnya,
diantara barisan bangunan tersebut terdapat ruang bersama yang
digunakan untuk berbagai macam kegiatan seperi berkumpul,
pemujaan atau ritual keagamaan, acara kesenian dan lain
commit to user
sebagainya. Pada ruang terbuka ini pula sering ditempatkan batu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
68
69
70
commit
Gambar iii.30. to user Lumbung di Indonesia
bangunan
Sumber: Kopendium Arsitektur Nusantara, India, China dan Jepang.pdf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
72
Gambar iii.32. raga-raga yang digantung dibawah atap rumah Batak Toba
Sumber: Kopendium Arsitektur Nusantara, India, China dan Jepang.pdf
73
74
tradisional Indonesia.14
Pada hakikatnya arsitektur adalah keterpaduan antara ruang
sebagai wadah, dengan manusia sebagai isi yang menjiwai wadah
itu sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudan
ruang (meliputi fungsi, tata-susunan, dimensi, bahan, dan tampilan
bentuk) yang sangat ditentukan oleh keselarasan kehidupan daya
dan potensi dari manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya
(meliputi norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jatidiri, dan
kebudayaannya).15
Tabel iii.3. Rumah Tradisional di Indonesia
NO GAMBAR NAMA NAMA KETERANGAN
PROVINSI RUMAH ADAT
1 DI Aceh/ Rumoh aceh Bentuk: persegi panjang, panggung
Nanggro Atap: pelana
Aceh Bahan: kayu
Darussalam/
NAD
75
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
78
79
80
bersebelahan baik secara mendatar maupun ke atas. Awal abad ke-9, ahli
bangunan Jawa menggunakan teknik dinding batu berdaun ganda.
81
Horizontal: bagian yang dianggap paling suci atau sacral adalah bagian
paling dalam atau belakang
Vertical: bagian atas sebagai ruang paling sacral, bagian tengah untuk
kehidupan manusia, bagian bawah untuk binatang ternak atau gudang
b) Pembagian dengan konsep gender (pemisahan ruang serta gagasan
mengatur perilaku wanita dan pria)
c) Dari segi bentuk dan morphologi ruang, rumah vernakuler Indonesia
umumnya terdiri dari persegi panjang dan bujur sangkar namun ada
juga yang berbentuk lingkaran dan ellips
d) Dalam tipe rumah komunal, tiap ruang dibatasi oleh dinding, perbedaan
tinggi lantai atau alas tikar yang dihubungkan oleh ruang bersama
4. Teknologi Bangunan: Bahan Bangunan dan Teknik Konstruksi
a) Menggunakan bahan yang alami berupa kayu dengan penyusunan tiang
dan balok tanpa paku namun menggunakan sambungan lubang dengan
pasak, sambungan pangku dan sambungan tarik
b) Tiang bangunan beralas batu tanpa ditanam dalam tanah sebagai
perkuatan sistem konstruksi pengantisipasian kondisi alam yang rawan
gempa karena akan lebih fleksibel ketika terjadi guncangan
5. Upacara Pendirian Bangunan
a) Rumah lebih dari tempat tinggal namun juga menjadi perlambang
status kedudukan seseorang sehingga perlu tata cara dalam pendirian
rumah yang bertujuan memberikan spirit/ jiwa, disimbolkan dalam
bentuk benda keramat yang diletakkan di dalam rumah
b) Rumah merupakan tempat kelahiran, perkawinan dan kematian
sehingga dikaitkan dengan arah mata angin. Bagian timur memberi
kehidupan (awal) dan bagian barat merupakan kematian (akhir)
6. Kesamaan untuk mengantisipasi permasalahan termal dengan kondisi
iklim yang sama yaitu tropis lembab (arsitektur tropis)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
GAGASAN GALERI YANG DIRENCANAKAN
A. Pemahaman Galeri
Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta yang direncanakan merupakan
sebuah wadah untuk menyajikan hasil karya seni arsitektur serta sebuah area
memajang aktifitas publik yang diselenggarakan untuk masyarakat umum dari
berbagai lapisan masyarakat dengan radius pelayanan meliputi kota
Yogyakarta dan sekitarnya dengan menerapkan potensi arsitektur nusantara
yang akan diwujudkan dalam tampilan fisik, guna menciptakan image baru
dari sebuah galeri yang tentunya akan menarik minat masyarakat untuk datang
ke galeri.
Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta ini berusaha untuk
mewujudkan galeri yang berbeda dengan menggunakan karakter arsitektur
nusantara yang diangkat dari filosofi candi-candi dan potensi rumah-rumah
tradisional Indonesia sebagai solusi permasalahan terkait dengan kegiatan
yang berlangsung di dalamnya serta lokasi galeri ini nantinya, sekaligus
sebagai usaha untuk menampilkan desain arsitektur galeri yang mewujudkan
citra ke-nusantara-an sesuai dengan fungsi di dalam galeri ini.
82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
d) Fungsi Rekreasi
yaitu galeri merupakan tempat untuk mengisi waktu luang.
e) Fungsi Apresiasi
yaitu memberikan apresiasi terhadap karya seni arsitektur
2. Visi
Visi atau tujuan dari Galeri Arsitektur Nusantara yang direncanakan
adalah sebagai pusat pelestarian arsitektur nusantara di Indonesia serta
wadah penyajian karya seni arsitektur dan wadah bagi masyarakat kota
Yogyakarta untuk memperoleh informasi arsitektur melalui berbagai
media atau sumber informasi yang tersedia. Dengan demikian diharapkan
dapat diwujudkan masyarakat yang terdidik terpelajar, kreatif, apresiatif
dan berbudaya tinggi. Masyarakat yang demikian diharapkan bisa
senantiasa mengikuti perkembangan arsitektur di era globalisasi serta tidak
melupakan dan lebih mengenal arsitektur nusantara di Indonesia sejak era
hindu-buddha (candi-candi) hingga ke rumah tradisional Indonesia.
3. Misi
Misi dari Galeri Arsitektur Nusantara yang direncanakan sebagai berikut:
a) Melestarikan arsitektur nusantara di Indonesia
b) Mewadahi penyajian karya seni arsitektur dalam lingkup nasional
maupun internasional.
c) Mengkaji dan menyebarluaskan data dan informasi tentang koleksi
Galeri Arsitektur Nusantara
d) Meningkatkan kreativitas dan apresiasi seni arsitektur dikalangan
arsitek, pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum
e) Mengembangkan pemikiran (wacana), pandangan dan tanggapan
terhadap karya seni arsitektur dalam kerangka peningkatan wawasan,
perluasan komunitas dan jaringan kerjasama
f) Memberikan bimbingan (guiding) dan pembelajaran arsitektur melalui
publik program yang bersifat edukatif-kultural dan rekreatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
C. Jenis Galeri
Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta ini direncanakan sebagai sebuah
Galeri karya arsitektur secara umum, sehingga dapat melayani berbagai
lapisan masyarakat sesuai dengan visi dan misinya.
D. Status Galeri
Galeri Arsitektur Nusantara di Yogyakarta yang direncanakan adalah galeri
yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga swasta non-pemerintah, dimana
lembaga tersebut memiliki kepedulian terhadap dunia arsitektur.
E. Pengelola Galeri
Untuk kelancaran sistem pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan dalam ruang
galeri, maka struktur organisasi dibentuk sebagai berikut:
F. Lingkup Kegiatan
Kegiatan pokok yang dilakukan dalam Galeri Arsitektur Nusantara yang
direncanakan berdasarkan jenis kegiatan utama terdiri dari:
1. Kegiatan Pengembangan, yang kemudian dibagi menjadi:
a) Kegiatan Informasi, yaitu kegiatan pemberian dan pertukaran
informasi yang berhubungan dengan karya arsitektur
b) Kegiatan Pemutaran Film, yaitu kegiatan pemutaran film yang
berkaitan dengan arsitektur, isu lingkungan, perkotaan, baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
86
Berdasarkan data pada Bab III hal.47 dan hal.74, jumlah materi
pameran untuk rumah tradisional dan candi adalah sebagai berikut:
Tabel iv.1. Jumlah Rumah Tradisional di Indonesia
NO Rumah Tradisional Jumlah
1 Sumatera 8
2 Jawa 5
3 Kalimantan 4
4 Nusa Tenggara, Bali 3
5 Sulawesi 4
6 Maluku, Papua 2
Total 26 buah
Sumber: www.google.com 10 April 2011
H. Sasaran Pengguna
Berdasarkan jenisnya, pelaku kegiatan dalam galeri terdiri dari:
1. Pengunjung umum (masyarakat)
Kelompok ini merupakan pengunjung yang paling mendominasi. Motivasi
kelompok ini biasanya mempunyai dua arah yaitu umum (general) dan
detail. Kerangka pameran yang jelas dan didukung oleh tata pameran yang
mendetail akan sangat membantu mereka. Pengunjung ini memiliki
motivasi untuk berekreasi dan memanfaatkan liburan dengan aktivitas
commit to user
yang dapat merangsang kreativitas. Dari jumlahnya, kelompok ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
88
I. Frekuansi Kegiatan
Frekuensi kegiatan dalam Galeri Arsitektu Nusantara di Yogyakarta yang
direncanakan dibagi dalam tiga kategori pelayanan, yaitu :
1. Kegiatan Pameran
Pameran Tetap dan Temporer berlangsung setiap hari pukul 09.00-18.00
kecuali hari minggu mulai pukul 08.00
2. Kegiatan Pendidikan
a) Perpustakaan buka setiap hari pukul 09.00-15.00
b) Konferensi, seminar, diskusi dikhususkan pada hari sabtu dan minggu
3. Kegiatan Pendukung
a) Toko cinderamata dan book store buka setiap hari pukul 09.00-15.00
b) Restaurant dan coffee shop buka setiap hari pukul 09.00-21.00
c) Kegiatan Penunjang (koordinasi, pengelolaan, administrasi) dilakukan
secara rutin setiap hari pukul 09.00-15.00
commit to user