Vous êtes sur la page 1sur 10

ASAL-USUL DAN PERSEBARAN MANUSIA DI INDONESIA

Indonesia dikenal sebagai salah satu


wilayah yang diyakini menjadi
tempat bermukimnya manusia
purba. Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya fosil-fosil manusia
purba beserta alat-alat
kebudayaannya yang tersebar
hampir diseluruh wilayah Indonesia.

KEHIDUPAN AWAL MANUSIA INDONESIA

1. Teori Kehidupan di Bumi

Berdasarkan penelitian tentang lapisan kulit bumi atau menurut geologi, dilakukan
pembagian zaman sebagai berikut:

Zaman Arkaekum, yaitu zaman tertua dan diperkirakan sekitar 2500 juta tahun. Pada
zaman ini keadaan bumi belum stabil, kondisi bumi dan udara masih panas, kulit
bumi dalam proses pembentukan.

Zaman Palaeozoikum berusia sekitar 340 juta tahun. Pada zaman ini keadaan bumi
masih belum stabil dan masih terus berubah-ubah.

Zaman Mesozoikum berusia sekitar 140 juta tahun. Pada zaman ini, kehidupan
mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Zaman Neozoikum atau Kalnozoikum berusia sekitar 60 juta tahun yang lalu. Pada
zaman ini keadaan bumi semakin membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan
kehidupan berkembang dengan pesat. Zaman ini dibedakan atas dua macam, yaitu:

1. Zaman Tersier; pada zaman ini kehidupan dari jenis-jenis binatang besar mulai
berkurang dan telah hidup dari jenis-jenis binatang menyusui yaitu sejenis kera dan
monyet.

2. Zaman Kuarter; berusia sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman ini mulai
muncul dan berkembang tanda-tanda kehidupan dari manusia purba. Namun zaman
ini dibedakan atas dua macam, yaitu Kala Pleistosin dan Kala Holosin.
2. Pendapat Para Ahli Mengenai Kehidupan Awal

Keberadaan masyarakat awal di Kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh beberapa
teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh ahli. Beberapa petunjuk tentang
keberadaan masyarakat awal di Kepulauan Indonesia antara lain dikemukakan oleh tokoh-
tokoh di bawah ini.

1. Max Muller menyatakan bahwa asal dari bangsa Indonesia adalah daerah Asia
Tenggara.

2. Prof. Dr. H. Kern menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa,
Kochin Cina, Kamboja. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia mempergunakan perahu-perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia.

3. Van Heine Geldern berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia.

4. Willem Smith menyatakan dalam penelitiannya tentang asal-usul bangsa Indonesia


melalui penggunaan bahasa oleh bangsa Indonesia.

5. Hogen menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari
Sumatera.

6. Drs. Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan.

7. Prof. Dr. Kroom menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina
Tengah, karena pada daerah Cina Tengah terdapat sumber-sumber sungai besar.
Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM sampai tahun 1500
SM

8. Mayundar menyatakan bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari


India, kemudian menyebar ke Indo-China terus ke daerah Indonesia dan Pasifik.

9. Prof. Moh. Yamin menentang semua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Dia
berpendapat bahwa asal bangsa Indonesia dari daerah Indonesia sendiri.

10. Dr. Brandes yang dikirim ke Indonesia pada tahun 1884 menyatakan bahwa bangsa
yang bermukim di kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-
bangsa pada daerah-daerah yang membentang dari sebelah utara pulau Formosa,
sebelah barat daerah Madagaskar, sebelah selatan yaitu tanah Jawa; Bali, sebelah
timur sampai ke tepi pantai barat Amerika.

Berdasarkan penyalidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan,


Kern berkesimpulan bahwa bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan
bahasa yang sama yaitu bahasa Campa dan agak ke utara yaitu daerah Tonkin. Sekitar tahun
1500 SM, nenek moyang bangsa Indonesia yang berada di daerah Campa didesak oleh
bangsa lain dari Asia Tengah (daerahnya lebih ke arah utara).
Dalam perkembangan selanjutnya, berbagai bangsa yang mendiami wilayah Indonesia telah
membentuk komunitas sendiri sehingga mendapat sebutan tersendiri, seperti di daerah Aceh
disebut dengan suku bangsa Aceh, di Jawa Barat disebut dengan suku bangsa Sunda, dan
lain-lain.

Berdasarkan teori-teori atau pendapat-pendapat dari beberapa ahli disimpulkan, ada dua hal
yang menarik tentang asal-usul bangsa yang menempati daerah kepulauan
Indonesia. Pertama, bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia
sendiri. Kedua, penduduk yang menempati daerah kepulauan Indonesia diperkirakan berasal
dari daratan Asia.

Walaupun demikian, terdapat pula pendapat dari beberapa ahli yang menyebutkan bahwa
masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu.
Bangsa Melayu langsung jadi nenek moyang bangsa Indonesia sekarang dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:

1) Bangsa Proto Melayu

Bangsa ini memasuki wilayah Indonesia dengan melalui dua jalan, yaitu jalan barat (melalui
Semenanjung Melayu terus ke Sumatera dan selanjutnya tersebar ke seluruh Indonesia) dan
jalan timur (melalui Filipina terus ke Sulawesi dan selanjutnya tersebar ke seluruh Indonesia).
Bangsa Proto Melayu kemudian terdesak ke arah timur setelah kedatangan bangsa Deutro
Melayu. Pada masa sekarang masih dapat ditemukan keturunan bangsa Proto Melayu seperti
suku bangsa Dayak, Toraja, Batak, Papua (Irian Barat) dan sebagainya.

2) Bangsa Deutro Melayu

Bangsa Deutro Melayu memasuki wilayah Indonesia secara bergelombang sejak tahun 500
SM. Keturunan bangsa Deutro Melayu misalnya suku bangsa Jawa, Melayu, Bugis, Minang
dan sebagainya. Kebudayaan mereka ini sering disebut dengan kebudayaan Dong Son (sesuai
dengan nama daerah yang banyak ditemukan benda-benda dari logam di daerah Teluk
Tonkin).
PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MANUSIA PURBA DI INDONESIA

1. Apa itu Manusia Purba?

Manusia purba (prehistoric people) adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum tulisan
ditemukan. Manusia purba diyakini telah mendiami bumi sekitar 4 juta tahun lalu. Kehidupan
manusia purba masih sangat sederhana. Untuk menopang kehidupannya mereka
menggunakan alat-alat yang masih sangat sederhana. Biasanya alat yang digunakannya
terbuat dari batu. Para ahli dapat mendeskripsikan kehidupan manusia purba setelah
menemukan fosil atau artefak peninggalan manusia purba.

2. Para Peneliti Manusia Purba di Indonesia

Fosil adalah tulang-belulang manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan yang telah
membatu. Sedangkan artefak adalah peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia
sebagai hasil dari kebudayaannya.

Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia. Para ahli hanya dapat membuat
berbagai macam perkiraan atau penafsiran sebagian kecil kehidupan manusia purba. Berikut
ini adalah para ahli yang meneliti keberadaan manusia purba di Indonesia.

Eugene Dubois Eugene Dubois adalah seorang dokter berkebangsaan Belanda yang pertama
kali datang ke Indonesia. Eugene Dubois berhasil menemukan fosil tengkorak pada tahun
1890 di dekat Desa Trinil, Jawa Timur. Fosil itu diberi nama Pithecanthropus
erectus (artinya manusia kera yang berjalan tegak).

Ter Haar, Oppenoorth, G.H.R von Koenigswald Ketiga peneliti mengadakan penelitian di
daerah Ngandong (Kabupaten Blora). Mereka berhasil menemukan empat belas fosil manusia
purba. Fosil-fosil itu lebih dikenal Homo Soloensis. Sekitar tahun 1936-1941, von
Koenigswald menemukan fosil rahang bawah yang berukuran sangat besar, sehingga diberi
nama Meganthropus Paleojavanicus (diduga sama dengan Homo Mojokertensis)

Tjokrohandoyo dan Duifjes Usaha penggalian yang dilakukan oleh Tjokrohandoyo di


bawah pimpinan Duifjes telah menemukan dua fosil. Fosil-fosil yang ditemukan di Desa
Perning dekat Mojokerto dan Sangiran. Fosil yang ditemukan itu diberi nama Homo
mojokertensis.

Prof. Dr. Teuku Jacob Prof. Dr. Teuku Jacob melakukan penelitian di Desa Sangiran dan
meluas di sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Penelitian ini berhasil menemukan 13
fosil dan fosil terakhir ditemukan tahun 1973 di Desa Sambung Macan dan Sragen.

3. Jenis Manusia Purba di Indonesia

Beberapa jenis manusia purba yang berhasil ditemukan di Indonesia, di antaranya:

Meganthropus paleojavanicus Meganthropus berarti manusia besar.


Pithecanthropus Pithecanthropus berarti manusia kera. Eugene Dubois menyimpulkan
bahwa fosil ini memiliki volume otak 900 cc yang lebih kecil dibandingkan dengan volume
otak manusia yang di atas 1000 cc dan volume otak kera yang tertinggi hanya 600 cc.

a) Pithecanthropus erectus

Pithecanthropus erectus berarti manusia kera yang sudah dapat berjalan tegak.

b) Pithecanthropus mojokertensis

Pithecanthropus mojokertensis berarti manusia kera dari Mojokerto.

c) Pithecanthropus soloensis

Pithecanthropus soloensis berarti manusia kera dari Solo.

Homo Sapien Homo sapien adalah jenis manusia purba yang telah memiliki bentuk tubuh
yang sama dengan manusia sekarang.

Jenis fosil Homo sapien ini juga ditemukan di daerah Indonesia, yaitu di daerah Wajak dan
fosilnya diberi nama Homo wajakensis. Berdasarkan hasil penelitiannya itu disimpulkan
bahwa Homo wajakensis termasuk golongan bangsa Austroloide. Tetapi berdasarkan
penelitian von Koenigswald fosil ini termasuk Homo sapien.

4. Hasil-hasil Budaya Manusia Purba di Indonesia

Kebudayaan adalah sebuah hasil pemikiran manusia yang dilakukan dengan sadar, yaitu
sadar untuk apa segala sesuatu itu dilakukan atau diperbuat.

a. Kebudayaan Material atau Kebendaan

Kebudayaan material yang mereka kenal pada awalnya berupa alat-alat yang dapat membantu
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti peralatan berburu, peralatan untuk
mengumpulkan makanan atau meramu. Awalnya peralatan yang mereka buat masih sangat
sederhana, yakni terbuat dari batu atau tulang. Dalam perkembangan berikutnya, akal pikiran
manusia semakin maju, maka peralatan-peralatan kehidupan yang dibuatnya pun bertambah
bagus. Perkembangan peralatan-peralatan ini terjadi pada masa Mesolitikum. Hasil
kebudayaan yang berhasil ditemukan seperti kapak genggam Sumatera, kapak pendek (Bache
courte), pebble, flakes dan lain-lain.

Pada masa kehidupan menetap dan bercocok tanam, pola pikiran manusia mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Bangsa Indonesia mulai mengenal peralatan-peralatan dari
logam dalam bentuk logam campuran, yaitu logam tembaga dengan timah yang disebut
perunggu. Peralatan-peralatan yang terbuat dari logam di antaranya kapak corong atau kapak
sepatu, nekara, bejana perunggu, berbagai bentuk perhiasan perunggu dan lain-lain.

b. Kebudayaan Rohani

Kebudayaan rohani mulai muncul dalam kehidupan manusia sejak manusia mengenal sistem
kepercayaan dalam hidupnya. Yang berlangsung sejak masa berburu dan mengumpulkan
makanan. Hal ini terdeteksi melalui peneman kuburan yang menunjukkan bahwa masyarakat
sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang
yang meninggal.

Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang teus berkembang dari zaman ke zaman yang
terlhat pada peninggalan-peninggalan berupa tugu-tugu batu seperti bangunan-bangunan
masa Megalitikum. Namun, lama kelamaan semenjak berkembangnya pola pikir manusia,
manusia semakin menyadari keberadaan hidupnya yang berada di tengah-tengah alam
semesta. Sejak saat itu, manusia mulai menyadari dan merasakan adanya kekuatan yang
mahadasyat atau mahabesar di luar dirinya sendiri dan kekuatan tersebut ada sepanjang masa.

BUDAYA BACSON-HOABINH, DONG SON, SA HUYNH, INDIA DI INDONESIA

1. Perkembangan Buaya Bascon-Hoabinnh

Istilah bascon hoabinh dipergunakan sejak tahun 1920-an, yaitu untuk menunjukan suatu
tempat pembuatan alat-alat batu yan khas dengan ciri dipangkas pada satu atau dua sisi
permukaannya. Daerah tempat penemuan dari peninggalan kebudayaan Bascon-hoabinh
ditemukan di seluruh wilayah Asia Tenggara, hingga Myanmar (Burma) di barat dan ke utara
hingga propinsi-propinsi selatan dan kurun waktu antara 18000 dan 3000 tahun yang lalu.

Ciri khas alat batu kebudayaan bascon-Hoabinh adalah penyerpihan pada satu atau dua sisi
permukaan batu kali yang berukuran lebih kurang satu kepalan, dan sering kali seluruh
tepiannya menjadi bagian yang tajam.

Disamping alat-alat bantu yang berhasil ditemukan, juga ditemukan alat-alat serpihan, batu
giling dari berbagai ukuran, alat-alat dari tulang dan sisa-sisa tulang belulang manusia yang
dikkububkan dalam posisi terlipat serta ditaburi zat warna merah.

Sementara itu, di daerah Vietnam ditemukan tempat-tempat pembuatan alat-alat batu, sejenis
alat-alat batu dari kebudayaan Bascon-Hoabinh. Bahkan di Goa Xom Trai ditemukan alat-alat
batu yang sudah diasah pada sisi yangn tajam.

Di wilayah Indonesia, alat-alat batu dari kebudayaan Bascon-Hoabinh dapat di temukan di


daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua.
2. Perkembangan Budaya Dong Son

Pembuatan perunggu di daerah Vietnam Utara dimulai sekitar tahun 2500 SM dan
dihubunkan dengan taap-tahap budaya Dong Dau dan Go Mun. Namun perlu diketahui
bahwa benda perunggu yang telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong dan
ujung tombak, sabit bercorong, ujuk tombak bertangkai, mata panah dab benda-benda kecil
lainnya.

Penemuan benda-benda dari kebudayaan Dong Son sangat penting karena benda-benda
logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son. Budaya
perunggu bergaya Dong Son tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan kepulauan
Indonesia.

Budaya Dong Son sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan perunggu di Indonesia.
Bahkan tidak kurang dari 56 nekara yang berhasil ditemukan di beberapa wilayah Indonesia
dan terbanyak nekara di temukan di Sumatera, jawa, dan Maluku selatan.

Berdasarkan penemuan itu, para ahli menyimpulkan bahwa tidak mungkin nekara-nekara itu
dibuat pada masyarakat di daerah-daerah tempat penemuannya. Oleh karena itu, dari sudut
gaya dan kandungan timahnya yang cukup tinggi maka nekara-nekara yang di temukan di
Indonesia diperkirakan dibuat di Cina.

Pengamatan yang menarik dari berner kempers menunjukkan bahwa semua nekara yang
ditemukan di sebelah timur Bali mempunyai empat patung katak pada bagian bidang
pukulnya.

3. Perkembangan Budaya Sa Huynh

Budaya Sa Huynh di Vietnam bagian selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang
berbahas Austronesia (Cham) yang diperkirakan berasal dari daerah-daerah di kepulauan
Indonesia.

Para pakar arkeologi Vietnam menyatakan bahwa hasil-hasil penuamuan benda-benda


arkeologi diduka menjadi bukti cikal bakal budaya ini. Sebelum adanya budaya Sa Huynh
atau budaya turunan langsung, di daerah Vietnam bagian selatan sepenuhnya didiami oleh
bangsa yang berbahasa Austronesia.

Dari sudut pandang Indonesia, keberadaan orang-orang Cham dekat pusat-pusat penemuan
benda-benda logam di Vietnam Utara pada akhir masa prasejarah mempunyai arti yang amat
penting, karena meraka adalah kelompok masyarakat yan mengunakan bahasa Austronesia
dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan masyarakat yang tinggal di kepulauan
Indonesia.
Dengan demikian benda-benda perunggu yang tersebar sampai ke daerah Indonesia melalui
jalur-jalur antara lain:

1. melalui jalur darat; yaitu muangthai dan malaysia terus kepulauan Indonesia.

2. melalui jalur laut; yaitu denganmenyebrangi lautan dan terus tersebar di daerah
kepulauan Indonesia

Kebudayaan Sa Huynh yang diketahui hingga saat sekarang kebanyakan berasal dari
penemuan kubur tempayan dan penguburan ini adalah adat kebiasaan yang mungkin dibawa
oleh orang-orang Cham pertama kepulauan indonesia.

Penemuan-penemuan Sa Huynh terdapat di kawasan pantai mulai dari Vietnam tengah ke


selatan sampai ke delta lembah sungai mekong. Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur
yang ditemukan di Sa Huynh termasuk tembikar-tembikar yang berhasil ditemukan itu
memiliki hiasan garis dan bidang-bidang yang diisi dengan tera tapian kerang.

Kebudayaan Sa Huynh yang berhasil ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai
corong seperti sekop, tembilang dan kapak. Namun ada pula yang tidak bercorong seperti
sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin dan gelang berbentuk spiral.

Peralatan dari besi lebih banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari kebudayaan
Dong Son. Benda-benda perunggu yang berhasil ditemukan di daerah Sa Huynh berupa
berbagai perhiasan, gelang, lonceng dan bejana-bejana kecil. Dengan demikian, kebudayaan
Sa Huynh diperkirakan berlangsung antara tahun 600 SM sampai dengan tahun masehi.

4. Perkembangan Budaya India di Indonesia

Upaya penyebaran kebudayaan orang-orang India melalui hasil-hasil karya sastra. Hasil
karya sastra berbahasa sansekerta dan tamil, sudah berkembang di wilayah Asia Tenggara
termasuk Indonesia.

Menjelang tahun 70 M terdapat bukti bahwa cengkeh dari maluku telah mencapai roma
melaluui aktivitas pelayaran dan perdagangan. Antara abad pertama hingga kelima masehi
muncul pusat-pusat perdagangan di wilayah Indonesia. Hal ini yang menyebabkan daerah di
Indonesia akhirnya menjadi pusat pertemuan para pedagang dari Cina dengan India dan
Romawi.

Semakin ramainya kegiatan perdagangan ini membawa dampak terhadap perkembangan


budaya India di wilayah Indonesia. Bahkan pengaruh India dalam perkembangan sejarah
Indonesia terlihat cukup besar. Pengaruh India berhasil masuk ke berbagai sektor kehidupan
masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan masyarakat Indonesia yang
beragama Hindu dan Budha, serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat
pengaruh india seperti Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Holing dan kerajaan-kerajaan yang
berdiri pada masa selanjutnya.

5. Perkembangan Budaya Logam di Indonesia

Pesatnya perkembangan teknologi perunggu di wilayah Indonesia diikuti dengan muculnya


pusat-pusatpembuatan benda-benda dari logam. Tempat-tempat pembuatan benda-benda dari
logam ini dapat ditemukan di daerah Jawa, Bali, Madura, dan lain-lain.

a. Tahap Logam Awal di Sumatera

Pada daratan Pasemah di daerah sumatera selatan banyak ditemukan kubur batu dari tradisi
Megalitikum. A.N. Vander Hoop (1932) berhasil menemukan kubur peti batu di daerah tegur
wangi. Dari kubur itu ditemukan manik-manik kaca dan sepatu benda-benda logam.

Di samping itu, di Pasemah ditemuukan patung manusia dan hewan yan dipahat sebagai relief
yang mandiri atau pada sekeliling bongkahan batu besar dengan gaya yang dinamis.

b. Tahap Logam Awal di jawa

Di pulau Jawa terdapat banyak situs-situs peninggalan dari taha[ logam awal, terutama dalam
hubungan dengan kubur peti atau sarkofagus.dalam penelitian yang dilakuukan A.N. van der
Hoop (1935) di daerah gunung kidul dekat wanosari, Jawa Tengah, membuktikan bahwa
pada kubur-kubur peti batu ditemukan bekal kubur berupa peralatan-peralatan dari besi
seperti pisau bertangkai, belati, kapak dan pahat.

Situs-situs jawa lainnya yang menghasilkan benda-benda budaya tahap logam awal terdapat
di daerah leuwilliang dekat bogor jawa barat dan di daerah Pejatan sebelah selatan jakarta.
Namun selain daerah-daerah di atas, masih terdapat daerah-daerah lain di pulau Jawa yang
menghasilkan benda-benda logam pada tahap awal.

c. Tahap Logam awal di bali

Perkembangan benda-benda logam awal di pulau Bali terkait dengan kubur, karena benda-
benda logam ditemukan dalam jumlah yang cukup banyak pada sargofagus. Namun, benda-
benda lainnya yang berhasil ditemukan seperti perhiasan, selubung tangan yang terbuat dari
kumparan kawat perunggu, serta alat-alat perunggu dengan bentuk sabit dan hati. Daerah-
daerah tempat penemuannya seperti daerah Gilimanuk ditemukan tombak besi yang
bertangkai, pisau belati besi berganggang perunggu, manik-manik dari emas kaca dan lain-
lain, di daerah Pangkung Liplip ditemukan penutup mata dan mulut dari emas dan
sebagainya.
d. Tahap Logam Awal di Sumba

Tradisi penguburan di Sumba, Nusa tenggara Barat pada masa logam awal telah melibatkan
berbagai benda-benda dari logam. Bejana-bejana tembikar berukuran kecil ditempatkan di
dalam atau di sekitar tempayan besrta manik-manik gelang dan benda-benda logam lainnya
sebagai benda bakal kubur yang paling umum. Namun, bagaimana perkembangan masyarakat
Sumba pada tahap logam awal benyak ditemukan sebagai bekal kubur dan peralatan rumah
tangga, bertani, berkebun dan lain-lain.

e. Tahap Logam Awal di Kepulauan Talaud dan Maluku Utara

Penguburan di dalam tempayan berhasil ditemukan oleh para ahli di goa kecil leang buidane.
Penguburan dalam tempayan di daerah ini aslinya ditempatkan dilantai gua.

Sementara itu, didaerah maluku utara berhasil ditemukan sisa-sisa penguburan dalam
tempayan yang berhasil digali dari Goa Uattamdi di pulau kayoa.

f. Tahap Logam Awal di Sulawesi

Pada goa-goa di sulawesi selatan ditemukan kuburan tempayan. Tembikar yang ditemukan
di daerah tersebut diperkirakan punya hubungan dengan tembikar dari kubur tempayan di
daerah ulu leang-leang di kawasan maros, Sulawesi selatan.

Sementara itu, di daerah Sulawesi tengah juga ditemukan jenis-jenis tempayan kubur. Pada
tempayan-tempayan tersebut banyak ditemukan benda-benda logam sebagai bekal kubur.
Daerah tempat penemuan tempayan kubur yaitu di daerah Bada sebelah barat Danau Poso.
Pada daerah ini ditemukan tembikar berpola hias dan berukir.

Vous aimerez peut-être aussi