Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pergeseran paradigma administrasi publik menurut
Denhart dan Denhar (2003) dalam bukunya The New Public CERITA HIDUP
Service: Serving, not Steering dari Old Public Administration
2012 (2)
(OPA) ke New Public Management (NPM) dan New Public
Juli (1)
Service (NPS) menimbulkan fenomena baru dalam
Dietary penyelenggaraan peran administrasi publik khususnya dalam
JARINGAN
AKTOR DALAM
Jaringan (Networks)
Dalam ilmu sosial, istilah networks pertama kali dipakai
pada tahun 1940-an dan 1950-an untuk menganalisis dan
memetahkan hubungan, kesalingterkaitan dan dependensi
personal. Dalam kasus pembuatan kebijakan, konsep networks
memberikan perhatian pada bagaimana kebijakan muncul dari
kesalinghubungan (interplay) antara orang dan organisasi dan
memberikan gambaran yang lebih informal tentang bagaimana
kebijakan riil dilaksanakan. (Parson, 2011:187).
Kata networks mengandung dua arti yaitu pertama,
berarti menjalin kontak untuk mendapat keuntungan dan arti
http://abdulsabaruddin.blogspot.co.id/2012/07/kebijakan-publik.html 1/8
10/16/2017 abdul sabaruddin: JARINGAN AKTOR DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK (Pendekatan Baru dalam Formulasi Kebijakan)
kedua berasal dari bahasa teknologi komputer yakni komputer
yang saling berhubungan. (Parson, 2011:186-187). Selanjutn
Klijn (1999:30) menjelaskan networks dapat diartikan dari
beberapa sudut pandang. Klijn mengemukakan networks
sebagai kluster organisasi yang berhubungan satu sama
lainnya, yaitu sekumpulan organisasi atau seperangkat
hubungan organisasi. Aldrich dan Watten lebih melihat netwoks
sebagai suatu sistem, yaitu totalitas keseluruhan unit yang
saling terhubung dengan relasi tertentu yang pasti.
Jadi jaringan (network) menurut Dubini dan Aldrich
(1991) dalam Faidal (2007) digunakan untuk menunjukkan pola
hubungan antar individu antar kelompok dan antar organisasi.
Jaringan dapat berbentuk formal atau informal para area lokal
atau interlokal maupun ikatan bisnis ataupun intersektor.
Konsep Kebijakan Publik
Sekitar tahun 1970-an mulai berkembang konsep public
policy dalam ilmu administrasi publik. Dimana pokok perhatian
utama administrasi publik saat itu ialah public policy.
Munculnya public policy dalam administrasi publik dikarenakan
banyaknya teknisi-teknisi administrasi menduduki jabatan politik
dan sebagian lainnya karena bertambahnya tuntutan-tuntutan
masyarakat untuk mendapatkan kebijakan yang lebih baik.
(Thoha, 2008:101-102).
Thomas R. Dye yang dikutip Young dan Quinn (2005:5)
memberikan definisi kebijakan publik yang relatif lebih spesifik
sebagai a purposive course of action followed by an actor or
set of actors in dealing with a problem or matter of concern
Menurut Anderson kebijakan publik adalah kebijakan yang
dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah. (Nurcolis, 2005:159). Sedangkan menurut
Anderson yang dikutip Hanif Nurcholis (2005:158) kebijakan
publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan
dan pejabat pemerintah.
Selanjutnya Bridgeman dan Davis (2004) dalam Suharto
(2008:5-8)
menerangkan bahwa kebijakan publik sedikitnya memiliki tiga
dimensi yang saling bertautan, yakni sebagai tujuan (objective),
sebagai pilihan tindakan yang legal dan sah secara hukum
(authoritative choice) dan sebagai hipotesis (hypothesisi).
Kebijakan publik sebagai tujuan, kebijakan publik adalah
seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk
mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik
sebagai konstituen pemerintah. Kebijakan publik sebagai pilihan
tindakan yang legal dan sah karena kebijakan publik dibuat oleh
lembaga yang memiliki legitimasi dalam sistem pemerintahan.
Kemudian kebijakan publik sebagai hipotesis, kebijakan dibuat
berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan
akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada
asumsi-asumsi mengenai perilaku.
Untuk keperluan praktis, Mustopodidjaja dalam
Rakhmat (2009:132) menawarkan suatu working definition yang
diharapkan dapat mempermudah pengamatan atas fenomena
kebijakan yang aktual. Dikatakan bahwa kebijakan publik
adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi
permasalahan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, yang
dilaksanakan oleh instansi yang berkewenangan dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan negara dan
pembangunan. Dalam kehidupan administrasi publik, secara
formal keputusan tersebut dituangkan dalam berbagai
bentuk perundang-undangan.
Formulasi Kebijakan Publik
http://abdulsabaruddin.blogspot.co.id/2012/07/kebijakan-publik.html 2/8
10/16/2017 abdul sabaruddin: JARINGAN AKTOR DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK (Pendekatan Baru dalam Formulasi Kebijakan)
Woll dalam Tangkilisan (2003:8) mendefinisikan formulasi
kebijakan berarti berarti pengembangan sebuah mekanisme
untuk menyelesaikan masalah publik, dimana pada tahap para
analis kebijakan publik mulai menerapkan beberapa teknik
untuk menjustifikasikan bahwa sebuah pilihan kebijakan
merupakan pilihan yang terbaik dari kebijakan yang lain.
Selanjutnya Islamy (2007:77-118) memaparkan tahap-
tahap perumusan kebijakan publik, sebagai berikut:
Tahap I, Perumusan masalah kebijakan publik. Tahap ini
adalah tahap dimana masalah-masalah diangkat dan kemudian
para pembuat kebijakan mencari dan menentukan identitas
masalah kebijakan itu dan kemudian merumuskannya.
Tahap II, Penyusunan agenda pemerintah. Dari sekian
banyak masalah-masalah umum, hanya sedikit yang
memperoleh perhatian dari pembuat kebijakan. Pilihan pembuat
kebijakan terhadap sejumlah kecil masalah-masalah umum
menyebabkan timbulnya agenda kebijakan.
Tahap III. Perumusan usulan kebijakan publik; adalah
kegiatan menyusun dan mengembangkan serangkaian tindakan
yang perlu untuk memecahkan masalah.
Tahap IV. Pengesahan Kebijakan Publik; adalah proses
penyesuaian dan penerimaan secara bersama terhadap
prinsip-prinsip yang diakui dan ukuran-ukuran yang diterima.
Tahap V. Pelaksanaan kebijakan Publik; usulan
kebijakan yang telah diterima dan disahkan oleh pihak yang
berwenang maka keputusan kebijakan itu siap
diimplementasikan.
Tahap VI, Penilaian Kebijakan Publik; adalah merupakan
langkah terakhir dari suatu proses kebijakan. Penilaian
kebijakan publik dilakukan untuk mengetahui dampak kebijakan
publik.
7. Model MixedScanning
Model ini merupakan upaya mengambungkan antara
model rasional dengan model incremental. Amitai Etzioni (1967)
memperkenalkan teori sebagai suatu pendekatan terhadap
formulasi keputusan-keputusan pokok dan inkremental,
http://abdulsabaruddin.blogspot.co.id/2012/07/kebijakan-publik.html 4/8
10/16/2017 abdul sabaruddin: JARINGAN AKTOR DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK (Pendekatan Baru dalam Formulasi Kebijakan)
menetapkan proses-proses formulasi kebijakan pokok dan
urusan tinggi yang menentukan petunjuk-petunjuk dasar,
proses-proses yang mempersiapkan keputusan-keputusan
pokok dan menjalankannya seteleh keputusan itu tercapai.
Pada dasarnya model ini adalah model yang amat
menyederhanakan masalah. (Nugroho, 2004:124).
Aktor Publik
Civil
Society
Aktor Privat
http://abdulsabaruddin.blogspot.co.id/2012/07/kebijakan-publik.html 5/8
10/16/2017 abdul sabaruddin: JARINGAN AKTOR DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK (Pendekatan Baru dalam Formulasi Kebijakan)
http://abdulsabaruddin.blogspot.co.id/2012/07/kebijakan-publik.html 6/8
10/16/2017 abdul sabaruddin: JARINGAN AKTOR DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK (Pendekatan Baru dalam Formulasi Kebijakan)
lahir karena kebijakan yang dirumuskan hanya melibatkan
kelompok-kelompok tertentu saja. Dalam pandangan teori elit,
kelompok-kelompok tertentu itu adalah dari elit yang
memerintah.
Menurut pandangan teori elite, kebijakan publik dapat
dipandang sebagai nilai-nilai dan pilihan-pilihan dari elite yang
memerintah. Argumentasi pokok dari teori elite ini adalah bahwa
bukan rakyat yang menentukan kebijakan publik, tetapi berasal
dari elite yang memerintah dan dilaksanakan oleh pejabat-
pejabat dan badan-badan pemerintah.
Olehnya, padangan teori elit dalam formulasi kebijakan,
tentu tidak dapat memecahkan masalah publik justru hanya
akan melahirkan masalah baru karena tidak diberikannya ruang
bagi publik untuk ikut berpartisipasi dalam merumuskan
kebijakan. Padahal kerangka baru dalam penyelenggaraan
pemerintahan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik
(good governance) perlu sinergitas antara pemerintah, privat
dan civil society.
Oleh karena itu, dalam kerangka good governance,
tindakan bersama (colletive action) adalah sebuah keharusan.
Dalam kerangka ini, keinginan pemerintah untuk memonopoli
proses kebijakan dan memaksakan kebijakan tersebut harus
ditinggalkan dan diarahkan kepada proses kebijakan yang
inklusif, demokratis dan partisipatis. Masing-masing aktor
kebijakan harus berinteraksi dan saling memberikan pengaruh
(mutually inclusive) dalam rangka merumuskan kebijakan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
PENUTUP
1. Tahap formulasi kebijakan merupakan tahap fundamental
dalam proses kebijakan publik. Oleh karena itu dalam tahap
ini perlu pengkajian secara komprehensif dengan
membangun jejang aktor dalam formulasi kebijakan yaitu,
aktor publik, privat dan civil society. Jejaring aktor dalam
formulasi kebijakan ini dimaksudkan untuk menghidari
monopoli pemerintah dalam proses kebijakan. Sehingga
kebijakan yang dilahirkan tidak bersifat politis tapi
diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan
publik.
2. Paradigma good governance, administrasi publik menuntut
pembangunan jejaring dalam proses kebijakan publik.
Jejaring dalam kebijakan publik bukan sekedar meliputi
partisipasi dan kerjasama, akan tetapi menampung
keberadaan konflik, opini elit, pembentukan kelompok atau
subsistem kebijakan yang baru.
http://abdulsabaruddin.blogspot.co.id/2012/07/kebijakan-publik.html 7/8
10/16/2017 abdul sabaruddin: JARINGAN AKTOR DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK (Pendekatan Baru dalam Formulasi Kebijakan)
Langganan: Posting Komentar (Atom)
http://abdulsabaruddin.blogspot.co.id/2012/07/kebijakan-publik.html 8/8