Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. DEFINISI
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela zosteryang
menyerang kulit dan mukosa (Hetharia, 2009)
Herpes zoster merupakan kelainan inflamatorik viral dimana virus penyebabnya
menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri di sepanjang distribusi saraf sensorik
dari satu atau lebih saraf ganglion posterior (Brunnar and Sudarth, 2002)
B. ETIOLOGI
Infeksi ini disebabkan oleh virus varisela , yang dikenal sebagai varisela zoster.
Virus ini merupakan anggota kelompok virus DNA ( Virus cacar air dan herpes
zoster tidak dapat dibedakan sehingga diberi nama virus varisela zoster) . Masa
inkubasinya 14-21 hari . Saat penyakit ini aktif maka akan sangat menular.
C. Manifestasi klinis
Daerah yang paling sering terkena adalah daerah torakal dan gejalanya terbagi 2
yaitu:
1) Prodromal sistemik
Demam
Pusing
Malaise
2) Gejala local
Nyeri otot
Gatal
Pegal
Timbul eritema dan timbul vesikel yang berkelompok dan dasar
kulit yang eritematosa
Edema
Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (abu-abu)
Dapat menjadi pustule dan krusta
Vesikel dapat mengandung darah
Pembesaran kelenjar getah bening
Bila infeksi sekunder, dapat menimbulkan ulkus dengan
penyembuhan berupa sikatrik
Jika nervus oftalmikus turut terkena maka akan mengalami
kelainan mata yang nyeri.
Herpes zoster pada orang dewasa yang sehat biasanya terlokalisasi dan bersifat
benigna . namun pada pasien yang system kekebalannya terganggu , penyakit
tersebut bisa menjadi berat dan perjalanan klinisnya menimbulkan
ketidakmampuan yang akut.
D. PATOFISIOLOGI
Herpes zoster di asumsikan sebagai keadaan yang menggambarkan reaktivasi
virus varisela (penyakit cacar air) yang laten dan mencerminkan penurunan
imunitas. Sesudah seseorang menderita cacar air , virus varicella zoster hidup
secara inaktif (dorman)didalam sel sel saraf di dekat otak dan medulla spinalis.
Dikemudian hari ketika virus yang laten ini mengalami reaktivasi , virus tersebut
berjalan lewat saraf perifer ke kulit. Disini virus mengalami multiplikasi dengan
menimbulkan ruam yang berupa vesikel kecil-kecil berwarna merah dan berisi
cairan. Sekitar 10 % orang dewasa mendapatkan herpes zoster pada suatu saat
sepanjang hidupnya, yaitu biasanya pada usia 50 tahun . peningkatan frekuensi
herpes zoster terjadi pada pasien pasien dengan system imun yang lemah dan
yang menderita kelainan malignitas, khususnya leukemia serta limfoma.
E. FAKTOR RESIKO
Usia lebih dari 50 tahun , infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
daya tahan tubuh melemah
Orang yang mengalami penurunan kekebalan seperti HIV dan leukemia
Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi
F. KOMPLIKASI
Neuralgia pasca herpes zoster merupakan nyeri yang tajam dan
spasmodic ( singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang
terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi
Ganggreng superficialis , menunjukkan herpes zoster yang berat
mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut
Komplikasi mata antara lainkeratitis akut, skleritis, uveitis, glaukoma
sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika, paresis otot penggerak
bola mata
Herpes zoster diseminata/ generalisata
Komplikasi sistemik antara lain endokarditis, meningosefalitis, paralisis
saraf motorik, dan angitis serebral granulo matosa
Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih
timbul 1 bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan
berkurang dan menghilang spontan setelah 1-6 bulan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Herper J (2000), pemeriksaan varicella dapat dilakukan beberapa
test, yaitu :
1. Tzanck smear
Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian
diwarnai dengan pewarnaan hematocylin-eosin, giemsas wrights, toulidine
blue atau papanicopalaous. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan
dijumpai multinucleatid giant cells. Pemeriksaan ini sensitifitasnya 84%,
dimana test ini tidak dapat membedakan antara varicella zoster dan herpses
simpleks virus.
2. Direct Fluorescent Assay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk
krusta, dimana pemeriksaan ini kurang sensitif. Hasil pemeriksaan ini lebih
cepat dan membutuhkan mikroskop fluorescence. Test ini dapat menemukan
antigen virus varicella zoster, dimana test ini dapat membedakan antara
varicella zoster dan herpses simpleks virus.
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sensitif. Metode ini dapat
digunakan dalam berbagai jenis preparat seperti scraping dasar vesikel dan
apabila sudah berbentuk krusta dapat jugan digunakan sebagai preparat.
Sensitifitasnya berkisar 97-100%, dimana test ini dapat menemukan nucleic
acid dari virus varicella zoster.
4. Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan hispatologis ditemukan adanya vesikel intraepidermal
dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas
ditemukan adanya lympocytic infiltrate.
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan tatalaksana herpes zoster adalah untuk meredakan rasa nyeri dan
mengurangi atau menghindari komplikasi . Komplikasi ini mencakup infeksi,
pembentukan sikatriks dan neuralgia pasca herpes zoster serta komplikasi mata.
Rasa nyeri dikendalikan dengan pemberian analgesic, karena
pengendalian nyeriyang adekuat selama fase akut akan membantu
mencegah terbentuknya pola nyeri yang persisten. Dan pemberian
antibiotic untuk infeksi
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan kepada pasien-pasien yang
berusia diatas 50 tahun untuk mengurangi insidensi dan durasi neuralgi
pasca herpes zoster.
Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa infeksi herpes zoster akan
terhenti jika asiklovir oral diberikan dalam tempo 24 jam sesudah erupsi
inisial. Pemberian asiklovir intravena , jika dimulai secara dini
merupakan terapi efektif untuk mengurangi rasa nyeri secara bermakna
dan memperlambat progresivitas penyakit tersebut
Jika mata turut terinfeksi, pasien harus dirujuk ke dokter spesialis mata.
Orang yang rentan, dapat menderita cacar air ketika mengalami kontak dengan
cairan vesikel yang infeksius dari penderita herpes zoster. Orang dengan riwayat
cacar air akan memiliki kekebalan sehingga tidak berisiko untuk terinfeksi
sesudah terpajan dengan penderita herpes zoster
Pengobatan Umum
sendiri. Untuk mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin atau lotion
kalamin dan antihistamin oral. Bila lesi masih vesicular dapat diberikan bedak
mentol 0,25-0,5%. Bila vesikel sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat
rendam dalam air hangat yang diberi antiseptik dapat mengurangi gatal dan
mencegah infeksi bacterial sekunder pada kulit. Krim atau lotion kortikosteroid
Gatal
Timbul eritema dan timbul vesikel yang berkelompok dan
dasar kulit yang eritematosa
Edema
Vesikel berisi cairan jernih kemudian menjadi keruh (abu-
abu)
Dapat menjadi pustule dan krusta
Vesikel dapat mengandung darah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermi b/d proses infeksi virus Varicela
2) Gangguan rasa nyaman b/d proses peradangan
3) Kerusakan integritas kulit b/d perubahan fungsi barrier kul
3. RENCANA PERAWATAN
NO NANDA NOC NIC
1. Hipertermi Thermoregulasi Perawatan demam
b/d proses stabil dengan kriteria Pantau suhu dan
infeksi virus hasil: tanda tanda vital
varicela Klien tidak lainnya
menggigil Monitor warna
Tidak terjadi kulit dan suhu
peningkatan Monitor asupan
suhu tubuh dan keluaran.
TTV dalam Dorong konsumsi
batas normal cairan
(TD: 80- Tutup pasien
100/60mmhg, dengan selimut
Nadi: 80- atau pakaian
90x/mnt, ringan tergantung
Pernapasan: pada fase demam.
20-30x/mnt, Fasilitasi istirahat,
Suhu tubuh: terapkan
360-370C) pembatasan
aktivitas
Pantau komplikasi
komplikasi yang
berhubungan
dengan demam
serta tanda dan
gejala kondisi
penyebab demam.
Tingkatkan
sirkulasi udara
Beri obat / cairan
intravena.
Manajemen cairan
Jaga intake/asupan
cairan yang
adekuat
Monitor status
hidrasi
Monitor hasil
laboratorium yang
relevan dengan
retensi cairan.
Berikan cairan
dengan tepat
Dukung pasien dan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian
makanan dengan
baik.
Gambar
2. Lapisan dermis
Lapisan ini tepatnya dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis dan terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa padat. Secara garis besar
elemen seluler dan folikel rambut dibagi dua yaitu:
Pars Papilare adalah bagian yang menonjol keepidermis yang berisi
ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
Pars Retikulare adalah bagian yang dibawahnya menonjol kearah
sub kutan terdiri dari serabut-serabut penunjang misalnya serabut
(kolagen, elstin, dan retikulin). Dasar lapisan ini terdiri atas cairan
kental, asam hialuronat dan kondroitin sulfat yang terdapat pula
fibroblast
3. Lapisan subkutis
Lapisan ini adalah kelanjutan dari dermis dan terdiri dari jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak didalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut Panikulus
Adipose yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Bagian lain yang terdapat
pada lapisan subkutis adalah:
Adneksa Kulit
2. Kuku
Kuku tumbuh dari akarnya yang terletak di bawah lapisan tipis kulit yang
dinamakan kutikula. Kuku akan melindungi jari-jari tangan dan kaki dan
menjaga fungsi sensoriknya yang sangat berkembang serta meningkatkan
fungsi-fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat benda-benda kecil.
Pertumbuhan kuku berlangsung terus sepanjang hidup dengan pertumbuhan
rata-rata 0,1mm perhari.pertumbuhan ini berlangsung lebih cepat pada kuku jari
tangan daripada kuku jari kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan
proses penuaan. Pembaruan total kuku jari tangan memerlukan waktu sekitar
170 hari sedangkan pembaruan kuku jari kaki membutuhkan waktu 12 hingga 18
bulan.
3. Rambut
Rambut terdiri atas akar rambut yang terbentuk dalam dermis dan batang rambut
yang menjulur keluar dari dalam kulit. Rambut tumbuh dalam sebuah rongga
yang dinamakan folikel rambut.Proliferasi sel sel dalam bulbuls pili
menyebabkan pembentukan rambut. Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi.
Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam rambut.
Pada bagian tertentu tubuh , pertumbuhan rambut dikontrol oleh hormon-
hormon seks. Kuantitas dan distribusi rambut dipengaruhi oleh kondisi
endokrin.
Fungsi kulit
1) Fungsi proteksi adalah menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis
atau mekanis
2) Fungsi absorbsi
Stratum korneum mampu untuk menyerap air dan mencegah kehilangan air dan
elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh
3) Fungsi ekskresi adalah mengeluarkan zat zat yang tidak berguna atau
metabolism dalam tubuh
4) Fungsi persepsi adalah fungsi terhadap rangsangan panas yang diperankan oleh
badan
5) ruffini di dermis dan subkutis dan persepsi terhadap dingin yang diperankan oleh
badan Krause yang terletak di dermis. Badan taktil meissner terletak di papilla
dermis peran terhadap rabaan dan badan vater paccini di epidemis berperan
terhadap tekanan.
6) Fungsi termoregulasi adalah peran kulit untuk mengeluarkan keringat dan
mengerutkan otot (kontraksi otot) pembuluh darah kulit
7) Fungsi pembentukan pigmen (melanosit)
8) Fungsi pembentukan vitamin D, yang dapat mengubah 7 dihidrogsi kolesterol
dengan bantuan sinar matahari.
9) Fungsi respon imun.
DAFTAR PUSTAKA
Organ terkena
virus Varicella
Reaktivasi virus
Penurunan Antibodi
Infeksi Merangsang
akumulasi monosit
dan makrofag sel T
Virus mengadakan
multiplikasi
Pembentukan
Prostaglandin di Otak
Beredar dalam Kelenjar
limfe regional
Pelepasan sitokinin
Infeksi kedalam
Merangsang hipotalamus
Menempatkan diri dan meningkatkan suhu tubuh
bereproduksi didalam
kulit dan selaput lendir Hipertermi