Vous êtes sur la page 1sur 29

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERDARAHAN

ANTEPARTUM

DISUSUN OLEH KELOMPOK V :

1. YETTI MULIANA 9. LALU BAYU ARYA SENTANA


2. EVA NURMALASARI 10. M. ZIAUL HAQ
3. AKHYAR NOVIANDI 11. NI NENGAH DEVI SANICIA S.
4. ANITA SOLEHATI 12. NURHAYATI
5. BAIQ DEWI MUPARICA 13. PURWANTI HAERUNNISA
6. HAMDANI 14. RENNI OKTAVIANTI
7. IDA AYU KADEK DWI 15. ROY MARTIN
KARYANI 16. SMY ARI HEPPY HAMDANI
8. WAHYU NINGSIH 17. UCI TIYADI AGUSTINA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM


PROGRAM STUDI IMU KEPERAWATAN JENJANG S.I
2016/2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .. 2
KATA PENGANTAR .. 3
BAB I PENDAHULUAN . 4
A. Latar Belakang . 4
B. Rumusan masalah . 5
C. Tujuan .. 5
D. Manfaat .. 6
BAB II TINJAUAN TEORI . 7
A. Pengertian perdarahan antepartum.. 8
B. Etiologi perdarahan antepartum .. 8
C. Jenis-jenis perdarahan antepartum.. 8
a. Plasenta Previa .. 8
b. Solusio Plasenta .. 15
D. Asuhan Keperawatan .. 19

BAB III PENUTUP .. 27


KESIMPULAN DAN SARAN .. 28
DAFTAR PUSTAKA .. 29

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN PERDARAHAN ANTEPARTUM
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Mataram, April 2017

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998).
Perdarahan obstetric yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan
yang terjadi setelah anak plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan
yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat bisa
mendatangkan syok yang fatal. Salah satu penyebabnya adalah plasenta
previa. (Wiknjosastro, 2008)
Berdasarkan laporan World Health Organization, 2008 angka
kematian ibu di dunia pada tahun 2005 sebanyak 536.000. Kematian ini
dapat disebabkan oleh 25% perdarahan, 20% penyebab tidak langsung, 15%
infeksi, 13% aborsi yang tidak aman, 12% eklampsi, 8% penyulit persalinan,
dan 7% penyebab lainnya.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda disebut abortus
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang
termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta,
rupture uteri. Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium
uteri internum. (Nugroho, 2012) Penyebab plasenta previa belum diketahui
dengan secara pasti, namun kerusakan dari endometrium pada persalinan
sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai mekanisme
yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa. Menurut
(Cunningham, 2005) terjadinya plasenta previa terdapat beberapa faktor
penyebab diantaranya: usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko plasenta
previa, multipara, terutama jika jarak antara kelahirannya pendek, riwayat

4
seksio sesarea, primigravida dua, bekas aborsi, kelainan janin, leiloma uteri, risiko
relatif untuk plasenta previa meningkat dua kali lipat akibat merokok.
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 228 per 100.000 kelahiran
hidup pada periode tahun 2003 sampai 2007. Pada tahun 2009 Angka Kematian
Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup. Dari hasil
survey tersebut terlihat adanya peningkatan angka kematian ibu di Indonesia
(Depkes RI, 2009). Sedangkan Angka kematian ibu selama tahun 2006 sebanyak
237 per 100.000 kelahiran hidup. Dari total 4.726 kasus plasenta previa pada
tahun 2005 didapati kurang lebih 40 orang ibu meninggal akibat plasenta previa
itu sendiri (Depkes RI. 2005). Sedangkan pada tahun 2006 dari total 4.409 kasus
plasenta previa didapati 36 orang ibu meninggal akibat plasenta previa (Depkes
RI, 2006.
Plasenta previa pada kehamilan premature lebih bermasalah karena
persalinan terpaksa, sebagian kasus disebabkan oleh perdarahan hebat, sebagian
lainnya oleh proses persalinan. Prematuritas merupakan penyebab utama kematian
perinatal sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudah dilakukan dengan
benar. Disamping masalah prematuritas, perdarahan akibat plasenta previa akan
fatal bagi jika tidak ada persiapan darah atau komponen darah dengan segera.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perdarahan antepartum?
2. Apa etiologi dari perdarahan antepartum?
3. Apa saja Jenis-jenis perdarahan antepartum?
4. Apa saja Asuhan keperawatan perdarahan antepartum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perdarahan antepartum?
2. Untuk mengetahui etiologi dari perdarahan antepartum?
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis perdarahan antepartum?
4. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan perdarahan antepartum?

5
D. Manfaat
1. Bagi institusi pendidikan
Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi Mahasiswa Ilmu Keperawatan dalam hal pemahaman
perkembangan dan upaya penatalaksanaan yang berhubungan dengan
Perdaraahan antepartum.
2. Bagi penulis
Untuk memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan Karya Tulis
Ilmiah sehingga akan terpacu untuk meningkatkan potensi diri sehubungan
dengan pengetahuan tentang Perdaraahan antepartum.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perdarahan Antepartum


Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa
kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat
janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010).
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan antepartum
adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada masa kehamilan kedua
pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.
Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah perdarahan
yang terjadi pada akhir usia kehamilan. Perdarahan pada kehamilan dapat
disebabkan oleh dua golongan besar, yaitu: Obsterik dan nonobsterik.
B. Etiologi perdarahan antepartum
Penyebab utama perdarahan hamil muda, yaitu : abortus,
kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Penyebab utama perdarahan
antepartum , yaitu :
1. Abortus
2. Kehamilan ektopik
3. Mola hidatidosa

Sedangkan penyebab nonobsterik , yaitu :


1. Luka-luka pada jalan lahir karena terjatuh
2. Akibat koitus atau varises yang pecah dan oleh kelainan serviks,
seperti karsinoma, erosio, dan polip.
C. Jenis-jenis Perdarahan Antepartum
Perdarahan antepartum dibagi menjadi 2, yaitu Plasena Previa dan
Solusio Plasenta
1. Plasenta Previa
a. Pengertian

7
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan
ari-ari yang letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak dibagian atas rahim
(Wiknjosastro, 2005).
b. Klasifikasi
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba jaringan
plasenta atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir pada waktu
tertentu.
a) Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari.
b) Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta.
c) Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta atau
ari-ari berada tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
d) Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada
segmen bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi
pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
c. Etiologi
Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada segmen
bawah rahim tidak selalu jelas. Plasenta previa bisa disebabkan
oleh dinding rahim di fundus uteri belum menerima implantasi atau
tertanamnya ari-ari dinding rahim diperlukan perluasan plasenta
atau ari-ari untuk memberikan nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang
belum di ketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan
faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting adalah
vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi
dan peradangan, sedangkan browne menekankan bahwa faktor
terpenting ialah villi khorialis persisten pada desidua kapsularis.

8
Faktor-faktor etiologinya :
a. Umur dan Paritas
1) Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering dari pada
umur di bawah 25 tahun.
2) Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
3) Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur
muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita
Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih
belum matang.
b. Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda
c. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase dan manual plasenta.
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
f. Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).

d. Patofisiologi
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala
utama dan pertama dari plasenta previa. Walaupun perdarahannya
sering dikatakan terjadi pada triwulan ketiga, akan tetapi tidak jarang
pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak itu segmen
bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar
lagi, dan leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari
tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah rahim
dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh plasenta yang
melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding rahim.
Pada saat itulah mulai terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena robekan sinus

9
marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan
karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah rahim untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut
otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta
yang letaknya normal, makin rendah letak plasenta, makin dini
perdarahan terjadi (Winkjosastro, 2005).
e. Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia lebih dari 35
tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan Ibu yang
kehamilan pertamanya berumur kurang dari 25 tahun. Pada Ibu yang
sudah beberapa kali hamil dan melahirkan dan berumur lebih dari 35
tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan yang berumur
kurang dari 25 tahun. (Winkjosastro, 2003)
f. Tanda dan Gejala
Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya perdarahan
secara tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak berbahaya tapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari pada sebelumnya apalagi
kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun
perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga akan tetapi
tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20 minggu karena sejak saat
itu bagian bawah rahim telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat pendarahan
yang terjadi berwarna merah segar, sumber perdarahannya ialah sinus
rahim yang terobek karena terlepasnya ari-ari dari dinding rahim.
Nasib janin tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya
kehamilan pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)
g. Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai
bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata

10
dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis bandingnya meliputi pelepasan
plasenta prematur (ari-ari lepas sebelum waktunya), persalinan
prematur dan vasa previa (Winkjosastro, 2005)
h. Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida.
Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan
dari pemeriksaan darah (Winkjosastro, 2005)
i. Pemeriksaan
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna mengatasi
perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa. Perlu
dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
a. Pemeriksaan luar
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
b. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui sumber
terjadinya perdarahan
c. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak
plasenta atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan
radiografi, radioisotopi dan ultrasonografi.
d. Penentuan letak plasenta secara langsung.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang
tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan
ini bisa dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta
melalui kanalis servikalis (Winkjosastro, 2005).
j. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin tidak
terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kesalahan-
kesalahan letak janin seperti letak kepala yang mengapung, letak
sungsang atau letak melintang.

11
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran sebelum
waktunya karena adanya rangsangan koagulum darah pada leher
rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari yang lepas, kadar
progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga lepasnya ari-ari
dapat merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)
k. Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
a. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan akan
menjadi tidak normal
b. Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan
dapat menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
c. Sering dijumpai inersia primer
d. Perdarahan (Mochtar, 2011)
l. Komplikasi Plasenta Previa
a. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
b. Prolaps plasenta
c. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau
perlu dibersihkan dengan kerokan
d. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
e. Perdarahan setelah kehamilan
f. Infeksi karena perdarahan yang banyak
g. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar,
2011)
m. Pragnosis Plasenta Previa
Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat
konservatif, maka angka kesakitan dan angka kematian Ibu dan bayi
tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh kasus terjadinya
plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari seluruh kasus
terjadinya plasenta previa.
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka
kematian dan kesakitan Ibu dan bayi baru lahir jauh menurun.
Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan,

12
infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan. Kematian perinatal
juga turun menjadi 7-25%, terutama disebabkan oleh prematuritas,
asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan buatan (Mochtar, 2003).
n. Penanganan Plasenta Previa
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di atas 22
minggu harus dianggap penyebabnya adalah plasenta previa sampai
ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa ke rumah sakit yang
fasilitasnya cukup. Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan :
a. Terapi ekspektatif atau sikap menunggu
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum
waktunya dan tindakan yang dilakukan untuk meringankan
gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa melakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. Syarat-syarat
bisa dilakukannya terapi ekspektatif adalah kehamilan belum
matang, belum ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum Ibu
cukup baik dan bisa dipastikan janin masih hidup.
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif adalah
rawat inap, tirah baring dan pemberian antibiotik, kemudian
lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan tempat
menempelnya plasenta, usia kehamilan letak dan presentasi
janin bila ada kontraksi. Berikan obat-obatan MgSO4 4 gr IV,
Nifedipin 3 x 20 mg/hari, betamethason 24 mg IV dosis
tunggal untuk pematangan paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta
masih berada di sekitar ostium uteri internum maka dugaan
plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan
observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010).
b. Terapi Aktif atau Tindakan Segera
Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak harus segera dilaksanakan

13
secara aktif tanpa memandang kematangan janin. Bentuk
penanganan terapi aktif
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat
menyelamatkan Ibu dan anak atau untuk mengurangi
kesakitan dan kematian.
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya
pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih
lanjut
3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa
dapat mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat
pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
4) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk
pertolongan yang paling banyak dilakukan (Manuaba,
2010).
D. Solusio Plasenta

1. Pengertian Solusio Plasenta


Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari
tempat perlekatannya yang normal pada rahim sebelum janin
dilahirkan (Saifuddin, 2006).
2. Klasifikasi Solusio Plasenta
Menurut derajat lepasnya plasenta
a. Solusio Plasenta Parsialis
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat
perletakannya.

b. Solusio Plasenta Totalis


Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat perlekatannya
c. Prolapsus Plasenta
Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan dalam
3. Etiologi Solusio Plasenta

14
Penyebab Solusio Plasenta adalah
a. Trauma langsung terhadap Ibu hamil
1) Terjatuh trauma tertelungkup
2) Tendangan anak yang sedang digendong
3) Atau trauma langsung lainnya
b. Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena tindakan
kebidanan yang dilakukan :
1) Setelah versi luar
2) Setelah memecahkan air ketuban
3) Persalinan anak kedua hamil kembar
c. Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek faktor
predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
1) Hamil tua
2) Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
3) Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
4) Tekanan vena kava inferior yang tinggi
5) Kekurangan asam folik (Manuaba, 2010).
4. Patofisiologi Solusio Plasenta
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus
yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak
dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang
kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah
antara rahim dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya
pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang
pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya
dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot
uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk
lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya,
hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim.

15
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban
keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam
kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot
rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari
dinding rahim. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas,
anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil
yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau
mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan hebatnya
gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin
lama sejak terjadinya solusio plasenta, makin hebat terjadinya
komplikasi (Manuaba, 2010).
5. Frekuensi Solusio Plasenta
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan
(Winkjosastro, 2005).
6. Tanda dan Gejala Solusio Plasenta
Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak menunjukkan
gejala yang jelas, perdarahan yang dikeluarkan hanya sedikit. Tapi
biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-tiba diperut, kepala terasa
pusing, pergerakan janin awalnya kuat kemudian lambat dan akhirnya
berhenti. Fundus uteri naik, rahim teraba tegang.
7. Diagnosis Solusio Plasenta
Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada anamnesis
ditemukan perdarahan disertai rasa nyeri, spontan dan dikutip
penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam rahim.
8. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba diperut,
perdarahan, dari jalan lahir yang sifatnya hebat berupa gumpalan darah
besar dan bekuan-bekuan darah.
9. Pemeriksaan

16
Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk mengatasi solusio
plasenta, pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan fisik secara umum
b. Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi,
pemeriksaan dalam serta ditunjang dengan pemeriksaan
ultrasonogravi.
10. Komplikasi Solusio Plasenta
a. Komplikasi langsung, adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok
obstetrik.
b. Komplikasi tidak langsung, adalah couvelair rahim,
hifofibrinogenemia, nekrosis korteks renalis yang menyebabkan
tidak diproduksinya air urin serta terjadi kerusakan-kerusakan
organ seperti hati, hipofisis dan lain-lain (Mochtar, 2003).
11. Prognosis Solusio Plasenta
a. Terhadap Ibu
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari
seluruh jumlah kasus Solusio plasenta. Hal ini dikarenakan
perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, toksemia gravidarum,
kerusakan organ terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi.
b. Terhadap Anak
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% dari
seluruh jumlah kasus solusio plasenta. Hal ini tergantung pada
derajat pelepasan dari pelepasan plasenta, bila yang terlepas lebih
dari sepertiga ari-ari maka kemungkinan kematian anak 100%
selain itu juga tergantung pada prematuritas dan tindakan
persalinan.
c. Terhadap Kehamilan Berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan
solusio plasenta yang lebih hebat dengan persalinan prematur
(Mochtar, 2011).

17
12. Penanganan Solusio Plasenta
a. Terapi Konservatif
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan
kemudian persalinan berlangsung spontan. Sambil menunggu
berhentinya perdarahan kita berikan suntikan morfin subkutan,
stimulasi kardiotonika seperti coramine, cardizol dan pentazol serta
transfusi darah.
b. Terapi aktif
Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud
agar anak segera dilahirkan dan pedarahan berhenti.
Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam,
umumnya dapat bersalin secara normal.
Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup
dan pembukaan belum lengkap, gawat janin tetapi persalinan
normal tidak dapat dilaksanakan dengan segera, persiapan untuk
seksio sesarea, hematoma miometrium tidak mengganggu
kontraksi rahim dan observasi ketat kemungkinan terjadinya
perdarahan ulang.
Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat
janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul,
janin telah meninggal dan pembukaan > 2 cm (Saifuddin, 2006).

E. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data
perkelompok dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan untuk perawatan klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk
memberi gambaran secara terus menerus mengenai keadaan kesehatan
yang memungkinkan perawat merencanakan asal keperawatan pada klien
HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien HAP adalah
mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu :

18
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
o Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat
diperlukan uterus seperti seksio sasaria curettage yang
berulang-ulang.
o Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM,
Hemofilia serta mengalami penyakit menular seperti
hepatitis.
o Kemungkinan pernah mengalami abortus
Riwayat kesehatan sekarang
o Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
o Perdarahan tanpa rasa nyeri
o Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau
sejak kehamilan 20 minggu.
Riwayat kesehatan keluarga
o Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan
kehamilan lainnya.
o Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini
o Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan
ganda.
o Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi
DM, Hemofilia dan penyakit menular.
Riwayar Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid

19
Riwayat kehamilan dan persalinan
Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage
Riwayat nipas
Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
Banyaknya 2 kali ganti duk besar
Tentang laktasi
Colostrum ada

c. Pemeriksaan tanda-tanda vital


Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

d. Pemeriksaan fisik
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
Mata biasanya konjugtiva anemis
Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan
thoracoabdominal
Abdomen
Inspeksi : terdapat strie gravidarum
Palpasi :
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah
Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak

20
diatas pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflek lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral
dingin.

e. Pemeriksaan penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-
14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun
(normal 250
ribu 500 ribu).
f. Data sosial ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada
umumnya terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan adanya perdarahan.
2. Potensial terjadi shock hipovolemik sehubungan dengan adanya
perdarahan.
3. Ganguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene sehubungan dengan
aktivitas yang terbatas.
4. Gangguan psikologis cemas sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang kehamilan yang bermasalah.

21
3. Intervensi:

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tentang banyaknya 1. Mengetahui banyaknya pendarahan pada
kekurangan keperawatan selam 3x24 pengeluaran caiaran klien
cairan jam maslah resiko (perdarahan).
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh yang
sehubungan kekurangna cairan
2. Observasi tanda-tanda vital. tidak normal mengindikasi terjadinya syok
dengan berkurang dengan kriteria
adanya hasil: 3. Observasi tanda-tanda 3. Memonitor pendarahan setiap satu jam
perdarahan kekurangan cairan dan monitor sekali, untuk mencegah terjadinya syok
1. Tidak ada tanda
perdarahan.
tanda-tanda 4. Elektrolit digunakan sebagai mengatur
dehidrasi 4. Pantau kadar elektrolit darah. kadar air dalam tubuh

2. Tekanan darah, 5. Periksa golongan darah untuk 5. Mengetahui golongan darah jika
suhu, nadi dalam antisipasi transfusi. diperlukan terapi transfusi darah
batas normal
6. Jelaskan pada klien untuk 6. Memperbanyak minum dapat megurangi
3. Elastisitas turgor mempertahankan cairan yang terjadinya dehidrasi dan menyeimbangkan
kulitbaik, masuk dengan banyak minum. cairan pada tubuh
membrane mukosa
7. Kolaborasi dengan dokter 7. Mengetahui letak plasenta untuk dilakukan
lembab, tidak ada

22
rasa haus yang sehubungan dengan letak tindakan selanjutnya
berlebihan placenta.

3 Potensial Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda 1. Pemeriksaan dilakukan agar bisa
terjadi shock keperawatan selam 3x24 terjadinya shock hipolemik. dilakukan intervensi selanjutnya
hipovolemik jam masalah potensial
2. Kaji tentang banyaknya 2. Mengetahu besarnya cc terjadinya
sehubungan terjadi syok hipovolemik
pengeluaran cairan pendarahan
dengan tidak terjadi dengan kriteria
(perdarahan).
adanya hasil: 3. Pemeriksaan tanda-tanda vital untuk
perdarahan. 3. Observasi tanda-tanda vital. mengetahui terjadinya syok
1. Nadi dalam batas
yang diharapkan 4. Observasi tanda-tanda 4. Memonitor tanda-tanda vital dan
kekurangan cairan dan monitor pendarahan untuk mencekah terjadinya
2. Irama jantung
perdarahan. komplikasi pendarahan
dalam batas yang
diharapkan 5. Pantau kadar elektrolit darah. 5. Memantau kadar elektrolit untuk
mengetahui kadar cairan dalam tubuh
3. Irama pernapasan 6. Periksa golongan darah untuk
dalam batas yang antisipasi transfusi. 6. Pemeriksaan golongan darah dilakukan
diharapkan untuk mengantisipasi jika dilakukan terapi
7. Jelaskan pada klien untuk
transfusi pada lkien
mempertahankan cairan yang
masuk dengan banyak minum. 7. Memperbanyak minum dapat megurangi

23
terjadinya dehidrasi dan menyeimbangkan
cairan pada tubuh

4 Ganguan Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan penjelasan tentang 1. Memberi penjelasan tentang pentingnya
pemenuhan keperawatan selama 3x24 pentingnya personal hygiene pemenuhan personal hygiene untuk
kebutuhan jam maslah gangguan mencegah terjadinya infeksi dan gangguan
2. Berikan motivasi untuk tetap
personal pemenuhan kebutuhan pada kulit, serta agar klien termotivasi
menjaga personal hygiene
hygiene personal hygiene dapat untuk memenuhi kebutuhan personal
tanpa melakukan aktivitas yang
sehubungan teratasi dengan kriteria hygiene
berlebihan
dengan hasil:
2. Agar klien mau dan mampu memenuhi
aktivitas 3. Beri sarana penunjang atau
1. Mampu untuk kebutuhan personal hygiene untuk
yang mandikan klien bila klien
mempertahankan mencegah komplikasi lebih lanjut
terbatas. masih harus bedrest
kebersihan dan
3. Membantu klien dalam memenuhi
penampilan yang
kebutuhan personal hygiene yang adekuat
rapi secara mandiri
dengan atau tanpa
alat bantu.

2. Mengungkapkan
secara verbal

24
kepuasan tentang
kebersihan tubuh
dan hygiene oral

5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Beri dukungan dan pendidikan 1. Agar klien merasa lebih rileks dan merasa
psikologis 2x24 jam maslah cemas untuk menurunkan kecemasan nyaman, dan cemas dapat dikontrol
cemas dapat teratasi dengan dan meningkatkan pemahaman
2. Mempertahankan hubungan saling
sehubungan kriteria hasil: dan kerja sama dengan tetap
percaya dengan klien untuk
dengan memberikan informasi tentang
1. Klien mampu mempertahankan rasa percaya klien agar
kurangnya status janin, mendengar dengan
mengidentifikasi mampu mengungkapkan maslah yang
pengetahuan penuh perhatian,
dan memicu terjadinya kecemasan
tentang mempertahankan kontak mata
mengungkapkan
kehamilan dan berkomunikasi dengan 3. Beri pemahaman tentang penyakit agar
gejala cemas
yang tenang, hangat dan empati yang klien mengetahu tentang penyakit dan
bermasalah. 2. Vital sign dalam tepat. prosesnya serta peningkatan pemahaman
batas normal klien tentang penyakitnya secara adekuat
2. Pertahankan hubungan saling
3. Postur tubuh, percaya dengan komunikasi
ekspresi wajah, terbuka. Hubungan rasa saling
bahasa tubuh, dan percaya terjalin antara perawat
tingkat aktivitas dan klien akan membuat klien
menunjukkan mudah mengungkapkan

25
berkurangnya perasaannya dan mau bekerja
kecemasan sama.

3. Jelaskan tentang proses


perawatan dan prognosa
penyakit secara bertahap.
Dengan mengerti tentang
proses perawatan dan prognosa
penyakit akan memberikan rasa
tenang.

26
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
a. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998).
b. Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio
plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. . Diagnosa secara
tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin.
Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan
penunjang dalam penegakkan plasenta previa.
c. Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada
trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian
bagi ibu dan janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal
yang paling banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa
biasanya digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium
interna uteri (didekat cervix uteri).
d. Solusio plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta
dari dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki
gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.
e. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)
seperti:Perdarahan pada plasenta letak rendah,rupture sinus marginalis,
vasa previa. plasenta letak rendah posisi plasenta beberapa mm atau cm
dari tepi jalan lahir, Ruptur sinus marginalis yaitu bila hanya sebagian
kecil pinggir plasenta yang terlepas, vasa previa yaitu Jenis insersi tali
pusat ini sangat penting dari segi praktis karena pembuluh-pembuluh
umbilicus, di selaput ketuban,

27
B. SARAN

a. Melakukan deteksi dini kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum


dan membantu penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi
angka mortalitas.
b. Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi
angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin.
c. Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus
melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan
rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi
darah.

28
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan


Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku


kedokteran EGC. Jakarta.

Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Hanafi Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

29

Vous aimerez peut-être aussi