Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
KELOMPOK 1
NAMA NIM
ARTA GILANG MAHARDIKA 14631460
NINDAR OKTAVIAN 14631455
DHANIAR YUNIARSO 14631444
MUHAIMIN 14631462
79
PRODI S1 KEPERAWATAN
GENAP 2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
80
c. Mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan untuk pasien dengan gangguan proses pikir
: waham.
81
BAB 2
KONSEP DASAR
A. Definisi
Menurut (Budi Anna Kilat,2006) Waham adalah suatu keyakinan yang
dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Menurut (Aziz R,2003) Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien.
Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran
yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang
kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-
ubah.
B. Etiologi
Menurut doengoes,M.E ( tahun 1987, hal 205 ) mengemukakan bahwa etiologi waham dapat
dijelaskan melalui 3 teori, yaitu ;
a. Teori Psikodinamika
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang menyebabkan
kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa percaya dengan orang lain,
sehingga individu selalu hati-hati dalam mengucapkan gangguan harga diri, kehilangan
kontrol, takut / cemas, sikap curiga terhadap orang lain dan sikap umum yang digunakan
yaitu proyeksi.
b. Teori dinamika keluarga
Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang tua
yang berkarakter keras, banyak permintaan dan yang ingin segalanya sempurna,
sering marah, mengutamakan kepertingan pribadi, mencurigai individu, sehingga
pengalaman yang didapat dari dulunya akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
c. Teori Biologi
82
Muncuk karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari beberapa
penyakit individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit yang sama,
contohnya : pada anak kemabar, jika salah satu terkena skizofrenia, maka 58 %
kemungkinan akan terkena pada anak yang satunya.
Faktor Predisposisi
a. Klien
1) Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranoid, skizofrenia,
keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan pada pendengaran.
2) Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak tuntas, misalnya
rasa saling percaya yang tiadak terbina, kegagalan dalam mengungkapkan
perasaan dan pikiran, proses kehilangan yang berkepanjangan.
b. Lingkungan yang tidak terapeutik
Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah, kehilangan pekerjaan,
support sistem yang kurang, tidak mempunyai teman dekat, atau tidak
mempunyai orang dipercaya.
c. Interaksi
1) Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga, kaku,
tidak toleran terhadap klien.
2) Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi pikir.
3) Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat memfokuskan
pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan pikiran terhadap suatu
permasalahan.
Faktor Presipitasi
a. Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna secara berulang,
ketakutan karena adanya penyakit fisik.
b. Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang penting dengan orang lain ,
adanya kritikan dari orang lain.
83
C. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu:
84
Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa Saya menderita kanker.
Tubuh atau sebagian Tubuhnya Padahal hasil
terserang penyakit, diucapkan pemeriksaan lab tidak
berulang-ulang tetapi tidak ada sel kanker pada
sesuai dengan kenyataan. tubuhnya.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham menurut Keliat (2009):
Waham curiga : Individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/menceerai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapitidak sesuai kenyataan.
Contoh, saya tahu seluruh saudara saya ingin menghancurka hidup saya karena mereka iri
dengan kesuksesan saya. Contoh lain, Banyak Polisi mengintai saya, tetangga saya ingin
menghancurkan hidup saya, suster akan meracuni makanan saya .
Waham agama : Individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, kalau saya mau
masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setip hari.
Waham somatic : Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
85
Contoh, saya sakit kanker. (Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker.).
Contoh : Sumsum Tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya
banyak kotoran,tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.
Waham nihilistik : Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada didunia/meniggal dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan keadaan nyata. Misalnya, Ini kanalam
kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh.. Contoh: Saya sudah menghilang dari
dunia ini ,semua yang ada di sini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia
Sedangkan, menurut Kusumawati, (2010) tanda dan gejala dari waham adalah:
86
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status
sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan
ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang
salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara
Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan
bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self
ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena
kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil
secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif
tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase environment support
87
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah
mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih
sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan
yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman
diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara
konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
88
89
F. Pohon Masalah
1. Proses pengolahan
informasi yang
berlebihan
Harga diri rendah 2. Mekanisme
penghantaran listrik yang
abnormal
3. Adanya gejala pemicu
Faktor predisposisi :
1. Genetis
2. Neurobiologis
3. Neurotransmiter
4. Psikologi
90
G. Penatalaksanaan
Menurut Harnawati (2008) penanganan pasien dengan gangguan jiwa waham antara lain :
1. Psikofarmalogi
a. Litium Karbonat
1) Farmakologi
Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Sejak disahkan oleh
Food and Drug Administration (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania akut
litium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar.
Meski demikian, efek samping yang dilaporkan pada gangguan litium cukup serius.
Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan efek mengkonsumsi banyak garam,
yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama
penggunaan obat ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan
kadar litium.
2) Indikasi
Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar. Gejala hilang dalam jangka
waktu 1-3 minggu setelah minum obat litium juga digunakan untuk mencegah atau
mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
3) Dosis
Untuk tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari interval 12 jam.
Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni berdasarkan
kadar dalam serum dan respon klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate
release maka diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama.
Control jangka panjang : kadar serum litium yang diinginkan adalah 0,6-1,2
mEq/L. dosis bervariasi per individu,tapi biasanya berkisar 900mg-1200mg per hari
dalam dosis berbagi. Monitor dilakukan setiap bulan, pasien yang supersensitive
biasanya memperlihatkan tanda toksik pada kadar serum dibawah 10mEq/L.
91
4) Efek Samping
Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar litium dalam
serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal terapi. Misalnya tremor
ringan pada tangan, poliuria nausea, dan rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap
selama pengobatan.
5) Contoh obat
Berbentuk tablet ataupun kapsul immediate release dan tablet controlled
release.
6) Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan serotonin dan mengurangi sensitivitas dari reseptor
dopamine.
b. Haloperidol
1) Farmakologi
Haloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari
turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui.
2) Indikasi
Haloperidol efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-
anak yang sering membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk
pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti : impulsive, sulit memusatkan
perhatian, agresif, suasana hati yang labil dan tidak tahan frustasi.
3) Dosis
Untuk dewasa dosis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gejala sedang : 0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehari
Gejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali sehari
Untuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat, kadang-kadang
diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2 atau 3
kali sehari. Pasien yang tetap menunjukkan gejala yang berat atau adekuat perlu
disesuaikan dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin diperlukan pada kasus-
92
kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang sekali haloperidol diberikan
dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat yang resisten.
Sedangkan pada pasien anak-anak dosis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
Haloperidol tidak boleh diberikan pada anak-anak usia kurang dari 3tahun. Pada
anak-anak dengan usia 3-12 tahun (berat badan 15-40kg). obat mulai diberikan
dengan dosis terkecil (0,5mg sehari). Jika perlu dosis dapat ditingkatkan sebesar 5-7
hari sampai tercapai efek terapi yang diinginkan. Dosis total dapat dibagi yaitu 2 atau
3 kali sehari. Kelainan psikotik : 0,05-0,15mg/kg/hari.
4) Efek samping
Pada sistem saraf pusat akan menimbulkan gejala ekstrapiramidal, diskinesia
Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan temperature tubuh,
agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala, mengantuk, bingung, vertigo, kejang.
Pada kardiovaskular akan menyebabkan timbulnya takikardi,
hipertensi/hipotensi, kelainan EKG (gelombang T abnormal dengan perpanjangan
repolarisasi ventrikel), aritmia. Sedangkan pada hematologik : Timbul leucopenia
dan leukositosis ringan. Pada hati dapat menimbulkan gangguan fungsi hati
Pada kulit memungkinkan timbulnya makulopapular dan akneiform,
dermatitis kontak, hiperpigmentasi alopesia. Pada endokrin dan metabolic antara lain
laktasi, pembesaran payudara, martalgia, gangguan haid, amenore, gangguan seksual,
nyeri payudara, hiponatremia. Pada saluran cerna : Anoreksia, konstipasi, diare dan
mual muntah. Mata : Penglihatan kabur. Pernapasan : Spasme laring dan bronkus.
Saluran genitourinaria : Retensi urin.
5) Kontraindikasi
Hipersensitifitas terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit
Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau penyakit
hati berat, koma.
6) Mekanisme kerja
Memblok reseptor dopaminergik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.
Menekan pelepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular Activating
93
System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolism basal. Temperature tubuh, tonus
vasomotor dan emesis.
c. Karbamazepin
1) Farmakologi
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, serta
neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan obat
antikonvulsan lain maupun obat-obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri
pada neuralgia trigeminal.
2) Indikasi
Karbamazepin diindikasikan sebagai obat antikonvulsan yaitu jenis :
a) Kejang parsial dengan symptom atologi komplek (psikomotor, lobus
temporalis) pasien dengan jenis kejang ini menunjukkan perbaikan yang lebih
besar dibandingkan jenis yang lain.
b) Pola kejang campuran termasuk jenis diatas dan kejang parsial maupun kejang
umum yang lain. Kejang jenis petitmal tampaknya tidak efektif diobati dengan
karbamazepin.
c) Neuralgia trigeminal
d) Karbamazepin diindikasikan untuk pengobatan nyeri akibat neuralgia
trigeminal murni. Obat ini bukan merupakan analgesic dan tidak boleh
diberikan untuk mengobati sakit/nyeri.
3) Dosis
a) Dewasa dan anak-anak : diatas 12tahun
Dosis awal : 200mg 2x sehari untuk tablet/ 1 sendok teh 4x1 hari suspense
(400mg sehari). Umumnya dosisnya tidak melebihi 1000mg sehari pada anak
usia 12-15 tahun dan 1200mg sehari pada diatas 15tahun.
b) Anak usia 6-12tahun
Dosis awal : 100mg 2 kali sehari, untuk tablet atau sendok teh 4x1 hari.
Untuk suspense (200mg sehari), umumnya dosis tidak melebihi 1000mg sehari.
c) Neuorologi trigeminal
Dosis awal pada hari pertama diberikan 100mg 2x1 hari untuk tablet atau
sendok teh 4x1 hari untuk suspense dengan dosis total 200mg x 1 hari. Dosis
94
ini dapat ditingkatkan sampai 200mg sehari dengan peningkatan sebesar 100mg
tiap 12jam untuk tablet /50mg (setengah sendok teh) 4x 1 hari untuk suspense,
hanya jika diperlukan untuk obat nyeri. Jangan melebihi dosis 1200mgx 1 hari.
4) Efek samping
Efek samping paling berat terjadi pada system liemopoetik, kulit dan
kardivaskular.
Efek samping yang paling sering timbul yang terutama terjadi pada awal
terapi adalah pusing, ngantuk, mual, dan muntah.
5) Contoh obat: Tegritol (ciba), Temporal (orion), Karbamazepin (generic).
6) Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap karbamazepin, antidepresan trisiklik, atau komponen
sediaan, depresi sumsum tulang belakang.
7) Mekanisme kerja
Selain sebagai antikonvulsan, karbamazepin mempunyai efek sebagai
antikolinergik, antineuralgik, antideuritik, pelemas otot, antimanik, antidepresif dan
antiariunia. Menekan aktifitas senralis nucleus pada thalamus/menurunkan jumlah
stimulasi temporal yang menyebabkan neural discharge dengan cara membatasi
influks ion natrium yang menembus membran sel atau mekanisme lain yang belum
diketahui, menstimulasi pelepasan ADH untuk mereabsorbsi air, secara kimiawi
terkait dengan antidepresan trisiklik.
2. Pasien Hiperaktif atau Agitasi Anti Psikotik Low Potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk pengamanan
pasien. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat anti psikotik untuk pasien waham.
Dimana pedoman penggunaan antipsikotik adalah:
a. Tentukan target symptom
b. Antipsikosis yang telah berhasil masa lalu sebaiknya tetap digunakan
c. Penggantian antipsikosis baru dilakukan setelah penggunaan antipsikosis yang lama
4-6 minggu
d. Hindari polifarmasi
e. Dosis maintenans adalah dosis efektif terendah.
Contoh obat antipsikotik adalah:
95
a. Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).
Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg.
Keuntungan : angka keberhasilan tinggi, ekstra pyramidal symptom minimal.
Kerugian : harganya mahal
b. Tipikal (chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100mg
Keuntungan : harganya relatif lebih murah, efektif untuk mmenghilangkan gejala
positif.
Kerugian : angka keberhasilan rendah, efek samping pyramidal (gejala mirip
Parkinson, distonia akut, akathisia, tardive dyskinesia, (pada 24% pasien),
neuroleptic malignant syndrome, dan hyperprolactinaemia) kurang efektif untuk
menghilangkan gejala negatif.
3. Penarikan Diri High Potensial
Selama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik diri dari pergaulan
dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan
pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah
penarikan diri high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada gejala
dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan
morfin biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan
diri dari lingkungan sosial.
4. ECT Tipe Katatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik
melewati otak untuk memicu kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan
dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-
obatan tidak membantu meredakan katatonik episode.
5. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun psikoterapi
juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala
terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua arah.
96
Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku, terapi kelompok, terapi
keluarga, terapi supportif.
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Data demografi
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.
b. Keluhan Utama
Tanyakan pada keluarga atau klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan pada klien atau keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa
pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
d. Aspek Fisik
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
e. Aspek Psikososial
1. Konsep Diri.
a) Citra tubuh : Biasanya pasien dengan waham miliki perasaan negatif
terhadap diri sendiri.
b) Identitas diri : Pada pasien dengan waham kebesaran misalnya mengaku
seorang polisi padahalkenyataan nya tidak benar.
c) Peran Klien : berperan sebagai kepala keluarga dalam keluarganya.
d) Ideal diri : Klien berharap agar bisa cepat keluar dari RSJ karena ia bosan
sudah lama di RSJ.
97
e) Harga diri : Adanya gangguan konsep diri : harga diri rendah karena
perasaan negatif terhadapdiri sendiri,hilangnya rasa percaya diri dan
merasa gagal mencapai tujuan.
2. Hubungan Sosial
Pasien dengan waham biasanya memiliki hubungan sosial yang tidak
haramonis.
3. Spiritual
Nilai dan Keyakinan : Biasanya pada pasien dengan waham agama meyakini
agamanya secara berlebihan.
Kegiatan Ibadah : Biasanya pada pasien dengan waham agama melakukan
ibadah secara berlebihan.
f. Status Mental.
1. Penampilan
Pada pasien waham biasanya penampilan nya sesuai dengan waham yang ia
rasakan.Misalnya pada waham agama berpakaian seperti seorang ustadz.
2. Pembicaraan
Pada pasien waham biasanya pembicaraan nya selalu mengarah ke
wahamnya,bicara cepat,jelas tapi berpindah-pindah,isi pembicaraan tidak sesuai
dengankenyataan.
3. Aktivitas Motorik
Pada waham kebesaran bisa saja terjadi perubahan aktivitas yang berlebihan.
4. Alam Perasaan
Pada waham curiga biasanya takut karena merasa orang-orang akan melukai dan
mengancam membunuhnya.Pada waham nihilistik merasa sedih karena meyakini
kalau dirinya sudah meninggal.
5. Interaksi Selama Wawancara
Pada pasien waham biasanya di temukan :
Defensif : selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya.
Curiga : menunjukkan sikap / perasaan tidak percaya pada orang lain.
6. Isi Pikir
98
Pada pasien dengan waham Kebesaran biasanya : klien mempunyai keyakinan
yang berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan secara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan.
7. Proses Pikir
Pada pasien waham biasanya pikiran yang tidak realistis,flight of
ideas,pengulangankata-kata.
8. Tingkat Kesadaran
Biasanya masih cukup baik.
Analisa Data
a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu
mengendalikan diri.
2. Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-
barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
1. Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2. Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
c. Perubahan isi pikir : waham (..)
1. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
99
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan
dan menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan
tidak nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
2. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
d. Gangguan harga diri rendah
1. Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2. Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup
100
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.
a. Tujuan umum :
b. Tujuan khusus :
Rasional :
interaksinya.
Tindakan :
101
Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan
memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien
dari pada hanya memikirkannya.
Tindakan :
102
Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih
benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan
waham yang ada.
Tindakan :
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat
dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
103
2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah.
a. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat
harga dirinya.
b. Tujuan khusus :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan :
yang dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
105
BAB 4
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN
KERJA :
Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi sudah tidak ada lagi, bisa kita
lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?
Tampaknya bang B gelisah sekali, bias bang B ceritakan kepada saya apa yang bang B
rasakan?
Oooo, jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri bang B sendiri?
Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri bang B?
Jadi teman bang B yang terlalu mengatur-atur ya bang, juga adik bang B yang lain?
Kalau bang B sendiri inginnya seperti apa?
Ooo, Bagus bang B sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.
107
Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang B.
Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya bang B ingin ada kegiatan di luar rumah sakit
karena bosan kalau dirumah sakit terus ya?
TERMINASI :
Bagaimana perasaan bang B setelah berbincang-bincang dengan saya?
Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.
Bagaimana kalau jadwal ini bang B coba lakukan, setuju bang?
Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.
Saya akan datang kembali dua jam lagi.
Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah bang B miliki?
Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini lagi?
Hari/tgl/jam :
Nama pasien:
Implementasi Evaluasi
Data : S:
Pasien mengaku dirinya sebagai nabi Klien merasa tenang dan lebih bersemangat
Pasien.
Pakaian bersih dan rapi O:
PH bersih Klien mampu membuat jadwal kegiatan
sehari-hari
Diagnosa :
Waham A:
Waham (+)
T/:
-membantu orientasi realita klien P:
-Membuat jadwal dan cara pemenuhan -membantu orientasi realita 2x sehari
kebutuhan sehari-hari - Membuat jadwal dan cara pemenuhan
kebutuhan sehari-hari 2X sehari
108
RTL :
Membantu mempraktekkan cara
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
ORIENTASI :
Assalamualaikum bang B, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus
Apakah bang B sudah mengingat-ngingat apa saja hobi atau kegemaran bang B?
Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?
Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi bang B tersebut?
Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang
hal tersebut?
KERJA :
Apa saja hobi bang B? Saya catat ya bang, terus apa lagi?
Wah, rupanya bang B pandai main volley ya.
Bisa bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main volley, siapa yang
dulu mengajarkannya kepada bang B, dimana?
Bisa bang B peragakan kepada saya bagaiman bermain volley yang baik itu.
Wah, bagus sekali bang. Bagaimana kalau kita buat jadwal untuk kemampuan bang B
ini. Berapa kali sehari seminggu bang B mau bermain volley?
Apa yang bang B harapkan dari kemampuan bermain volley ini?
Ada tidak hobi atau kemampuan bang B yang lain selain bermain volley?
TERMINASI :
Bagaimana perasaan bang B setelah kita berbincang-bincang tentang hobi dan
kemampuan bang B?
Setelah ini coba bang B lakukan latihan bermain volley sesuai dengan jadwal yang telah
kita buat ya? 109
Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.
Bagaiman kalau nanti sebelum makan siang? Nanti kita ketemuan di taman saja, setuju
bang?
CATATAN PERKEMBANGAN SP2 PASIEN
Hari/tgl/jam :
Nama pasien:
Implementasi Evaluasi
Data : S:
Pasien tenang, bersemangat Klien merasa tenang dan lebih bersemangat
PH bersih
O:
Diagnosa : Klien mampu mempraktekkan kemampuan
Waham yang dimiliki
T/: A:
-mengevaluasi jadwal harian Waham (+)
-berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki P:
-melatih kemampuan yg dimiliki -mengevaluasi jadwal harian 2x sehari
-berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
RTL : 2x sehari
-Membantu melatih kemampuan yang -melatih kemampuan yg dimiliki 3x sehari
dimiliki
-melakukan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat
110
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!
ORIENTASI :
Assalamualaikum bang B.
Bagaimana bang, sudah dicoba latihan main voleeynya? Bagus sekali.
Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan membicarakan tentang obat yang harus bang B
minum, Bagaimana kalau kita mulai sekarang bang?
Berapa lama bang B mau kita membicarakannya? Bagaimana kalau 20 atau 30 menit
saja?
KERJA:
Bang B berapa macam obat yang diminum, jam berapa saja obat yang diminum?
Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang.
Obatnya ada tiga macam bang, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ini
namanya HLP gunanya agar pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari,
jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malamBila nanti setelah minum obat mulut bang B
terasa kering, untuk membantu mengatasinya bang B bisa banyak minum dan mengisap-
isap es batu.
111
Sebelum minum obat ini bang B dan ibu mengecek dulu label dikotak obat apakah benar
nama bang B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar!
Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi, sebaiknya bang B tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.
TERMINASI :
Bagaiman perasaan bang B setelah kita becakap-cakap tentang obat yang bang B
minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan! Jangan lupa minum obatnya dan nanti saat
makan minta sendiri obatnya pada perawat!
Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya bang!
Bang, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan ditempat sama?
Sampai besok ya bang.
Hari/tgl/jam :
Nama pasien:
Implementasi Evaluasi
Data : S:
Pasien tenang dan kooperatif Klien merasa tenang dan lebih bersemangat
PH bersih
O:
Diagnosa : Klien paham tentang penggunaan obat yang
Waham digunakan
T/: A:
112
-Membantu melatih kemampuan yang Waham (+)
dimiliki
-melakukan pendidikan kesehatan tentang P:
penggunaan obat -Membantu melatih kemampuan yang
dimiliki 3x sehari
RTL : -melakukan pendidikan kesehatan tentang
-melatih klien untuk mematuhi jadwal penggunaan obat 3x sehari
yang telah dibuat
113
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh
wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
b. Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang:
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi efek
samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga
ORIENTASI
Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang melati
ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?
Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B di
rumah?
Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?
114
Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit
KERJA
Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah dilakukan
di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai
seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk
itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata
bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:
Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya
karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.
Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.
Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B
Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya:
Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B khan
punya kemampuan ............ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak)
Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?(Jika anak mau mencoba berikan pujian)
Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang
Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang
putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya
agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat
menyebabkan B kambuh kembali (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat
kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya,
segera beri pujian.
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di
rumah?
Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung
ke rumah sakit.
Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi
115
Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?
Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu
Hari/tgl/jam :
Nama pasien:
Implementasi Evaluasi
Data : S:
Kelaurga pasien kooperatif dan mau Kelaurga klien merasa senang dan merasakan
melakukan kegiatan manfaatnya
Diagnosa : O:
Waham Keluarga klien mampu :
-mendiskusikan kembali masalah yg
T/: dirasakan dalam merawat klien
-mendiskusikan masalah yg dirasakan -menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
dalam merawat klien jenis waham yg dialami klien
-menjelaskan pengertian, tanda dan gejala - menjelaskan cara merawat klien waham
jenis waham yg dialami klien
- menjelaskan cara merawat klien waham A:
Waham (+)
RTL :
-Melatih keluarga mempraktekkan cara P:
merawat klien -mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam
-melatih keluarga cara merawat langsung merawat klien
kpd klien waham -menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
jenis waham yg dialami klien
- menjelaskan cara merawat klien waham
116
117
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
ORIENTASI
Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi
Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang
lalu?
Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?
Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?
Berapa lama bapak dan ibu punya waktu?
KERJA
Sekarang anggap saya B yang sedang mengaku-aku sebagai nabi, coba bapak dan ibu praktekkan
cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini
Bagus, betul begitu caranya
Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada kemampuan yang dimiliki B. Bagus.
Sekarang coba cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?
Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B
Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B?
Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk B
Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya
118
Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari? Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya
pak, bu
Hari/tgl/jam :
Nama pasien:
Implementasi Evaluasi
Data : S:
Kelaurga pasien kooperatif dan mau Kelaurga klien merasa senang dan merasakan
melakukan kegiatan manfaatnya
Diagnosa : O:
Waham Keluarga klien mampu :
-Melatih keluarga mempraktekkan cara
T/: merawat klien
-Melatih keluarga mempraktekkan cara -melatih keluarga cara merawat langsung kpd
merawat klien klien waham
-melatih keluarga cara merawat langsung
kpd klien waham A:
Waham (+)
RTL :
-membantu kleuarga membuat jadwal P:
aktivitas dirumah, termasuk minum obat -Melatih keluarga mempraktekkan cara
-menjelasnkan follow up kliens etelah merawat klien
pu;ang -melatih keluarga cara merawat langsung kpd
klien waham
119
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
ORIENTASI
Assalamualaikum pak, bu, karena B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan jadual B selama
dirumah
Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu besuk apakah sudah terus dilatih cara merawat B?
Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah? Mari Bpk/Ibu duduk di sini
Berapa lama bapak dan ibu punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum Bpk/Ibu menyelesaikan
administrasi di depan.
KERJA
Pak/Bu, ini jadwal B selama di rumah sakit. Coba diperhatikan. Apakah kira-kira dapat
dilaksanakan semua di rumah? Jangan lupa memperhatikan B, agar ia tetap menjalankan di
rumah, dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri), B (bantuan), atau T (tidak mau
melaksanakan).
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan
bapak selama di rumah. Kalau misalnya B mengaku sebagai seorang nabi terus menerus dan tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di Puskesmas Indra Puri, puskesmas
terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 321xxx.
Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah
120
TERMINASI
Apa yang ingin Bapak/Ibu tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu? Sudah siap melanjutkan di
rumah?
Ini jadwal kegiatan hariannya. Ini rujukan untuk Sr E di PKM Inderapuri. Kalau ada apa-
apaBpk/Ibu boleh juga menghubungi kami. Silakan menyelesaikan administrasi ke kantor depan.
Hari/tgl/jam :
Nama pasien:
Implementasi Evaluasi
Data : S:
Kelaurga pasien kooperatif dan mau Kelaurga klien merasa senang dan merasakan
melakukan kegiatan manfaatnya
Diagnosa : O:
Waham Keluarga klien mampu :
-membantu kleuarga membuat jadwal
T/: aktivitas dirumah, termasuk minum obat
-membantu kleuarga membuat jadwal -menjelasnkan follow up kliens etelah pulang
aktivitas dirumah, termasuk minum obat
-menjelasnkan follow up kliens etelah A:
pulang Waham (+)
RTL : P:
Keluarga mampu membimbing klien -membantu kleuarga membuat jadwal
utnuk terus melanjutkan kegiatan jdwal aktivitas dirumah, termasuk minum obat
harian -menjelasnkan follow up kliens etelah pulang
121
POINT OF EVALUATION
122
FORMULIR PENGKAJIANA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
I. IDENTITAS KLIEN
________________________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
123
Tindakan kriminal
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
IV. FISIK
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
2. Konsep diri
____________________________________________________________
124
b. Identitas : ____________________________________________________________
____________________________________________________________
c. Peran : ____________________________________________________________
_____________________________________________________________
____________________________________________________________
_____________________________________________________________
3. Hubungan Sosial
_______________________________________________________________________________
4. Spiritual
_____________________________________________________________________________
125
_____________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
1. Penampilan
2. Pembicaraan
Pembicaraan
3. Aktivitas Motorik:
5. Afek
7. Persepsi
Pengecapan Penghidu
127
8. Proses Pikir
9. Isi Pikir
Waham
128
bingung sedasi stupor
Disorientasi
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
129
14. Daya tilik diri
1. Makan
2. BAB/BAK
3. Mandi
4. Berpakaian/berhias
130
5. Istirahat dan tidur
6. Penggunaan obat
7. Pemeliharaan Kesehatan
131
Menjaga kerapihan rumah Ya tidak
132
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya tidak
Transportasi Ya tidak
Lain-lain Ya tidak
Adaptif Maladaptif
133
Olahraga mencederai diri
________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________
134
Masalah lainnya, spesifik _____________________________________________________
__________________________________________________________________________
135
X. Pengetahuan Kurang Tentang:
Koping obat-obatan
Lainnya : _____________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
136
Analisa Data
Data Masalah
137
Subjektif ........................................................ ........................................................
.........................................................
. ..........................................................
Objektif ........................................................
.........................................................
. .......................................................... ........................................................
Subjektif ........................................................
.........................................................
. ..........................................................
........................................................
138
______________________________________
______________________________________
______________________________________
__________________________________________
__________________________________
______________________________________
______________________________________
__________________________________________
__________________________________
______________________________________
______________________________________
__________________________________________
__________________________________
______________________________________
79
XIII. Pohon Masalah
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
_____________________________
Mahasiswa
_____________________________
80
CATATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ/ RSU
Nama : RM No.:
KEPERAWATAN
81
82
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.
Jakarta : FIK, Universitas Indonesia
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
83