Vous êtes sur la page 1sur 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KEKERUHAN MATA/KATARAK

Di susun oleh :
Feriayu Vitaria
NIM : 201314401011

AKADEMI KEPERAWATAN DIPLOMA III


KAMPUS TERPADU SAKINAH
Jalan Raya Surabaya Malang KM 42 Kepulungan
Gempol-Pasuruan
Tahun Ajaran 2014/2015

9
LAPORAN PENDAHULUAN
KEKERUHAN MATA/KATARAK

A. Konsep Dasar Materi


1. Pengertian
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan (Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis
anterior) (Smeltzer, 2001) Hal 1996.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2.
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya
transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

2. Etiologi

Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):

a. Usia lanjut dan proses penuaan


b. Congenital atau bisa diturunkan.
c. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
d. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).

Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:

a. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.


b. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
c. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
d. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
e. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).

3. Klasifikasi Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
a. Katarak Kongenital,
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi
virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009).
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti
mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa
ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui penyebab
katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama
kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine
yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui

11
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria.
b. Katarak Juvenil,
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya
c. Katarak Senil,
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus
yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari
60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri
dari 4 stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada
saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan
pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari
tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak
kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b) Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek
yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan
lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
c) Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini
lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata
depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium
ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d) Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa
lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka
nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan
mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka
dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d. Katarak Intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,)
e. Katarak Brunesen.
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama
pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia
tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya
ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan
adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
13
Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test (-) (+) (-) +/-

Visus (+) < << <<<

Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1. Katarak Inti ( Nuclear )


Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau
bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan
putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu
penglihatan. Banyak pada penderita DM.
3. Katarak Subkapsular.
Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan
sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam
jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat
terlihat pada kedua mata.

4. Manifestasi Klinik

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

a. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta


gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
b. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi
bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi
kabur atau redup. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-
abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih.
2) Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


b. Gangguan penglihatan bisa berupa:
Peka terhadap sinar atau cahaya.
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Kesulitan melihat pada malam hari
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

15
5. PATHWAY

9
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan
strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
menimbulkan komplikasi penyakit berupa glukoma dan uveitis

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan)
b. Lapang penglihatan
c. Pengukuran tonografi
d. Test provokatif
e. Pemeriksaanoftalmoskopi
f. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
g. Test toleransi glaukosa/ FBS

8. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah
keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006).
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan
pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah
ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan
nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan
terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti
oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit.
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior ( fakoemulsifikasi ).

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting.
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
e. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat
(fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
f. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
g. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau
10
subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya
(James, 2005).
Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
o Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang
lainnya.
o Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2=
perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4=
tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :
Aktifitas 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian/ berdandan

Eliminasi

Mobilisasi ditempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Belanja

Memasak

Merapikan rumah

o Pola istirahat tidur

11
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
o Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa
yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah
sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan
muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3bulan
terakhir.
o Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
o Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
o Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.
o Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
o Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalh saat menstruasi.
o Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
o Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan atas sakit yang diderita.

12
h. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang
baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001)
.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria hasil
1. Gangguan persepsi Setelah dilakukan 1. Kaji ketajaman 1. Kebutuhan tiap individu
sensori-perseptual tindakan penglihatan, catat apakah dan pilihan intervensi
penglihatan b.d keperawatan satu atau dua mata bervariasi sebab
Gangguan selama 3x24 jam terlibat. kehilanganpenglihatan
penerimaan diharapkan 2. Orientasikan klien terjadi lambatdan
sensori/status organ masalah presepsi tehadaplingkungan. progresif.
indera ditandai sensori 3. Observasi tanda- 2. Memberikan
dengan menurunnya penglihatan tandadisorientasi. peningkatankenyamanan
ketajaman teratasi 4. Pendekatan dari sisi dan kekeluargaan,
penglihatan. KH : yangtak dioperasi, menurunkan cemas dan
Mengenal bicaradengan menyentuh. disorientasipasca operasi.
gangguan 5. Ingatkan klien 3. Terbangun dalam
sensori danber menggunakan kacamata lingkungan yang tidak
kompensasi katarak yang tujuannya dikenal dan
terhadap memperbesar kurang mengalamiketerbatasan
perubahan. lebih 25%, penglihatan penglihatandapat
Mengidentifik perifer hilang. mengakibatkankebingung
asi/memperbai 6. Letakkan barang yang an terhadap orang tua.
ki potensial dibutuhkan/posisi bel 4. Memberikan
pemanggil dalam rangsangsensori tepat

13
bahaya dalam jangkauan/posisi yang terhadapisolasi dan
lingkungan. sehat. menurunkanbingung.
5. Perubahan ketajaman
dankedalaman persepsi
dapat menyebabkan
bingung penglihatan dan
meningkatkan resiko
cedera sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.
6. Memungkinkan
pasienmelihat objek lebih
mudah dan memudahkan
panggilan untuk
pertolongan
biladiperlukan.
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Derajat kecemasan akan
Perubahan pada tindakan pasien dan catat adanya dipengaruhi bagaimana
status kesehatan. keperawatan tanda- tanda verbal dan informasi tersebut
selama 3x24 jam nonverbal. diterima oleh individu.
diharapkan : tidak 2. Beri kesempatan pasien 2. Mengungkapkan rasa
terjadi kecemasan untuk mengungkapkan takut secara terbuka
pada klien dan isipikiran dan perasaan dimana rasa takut dapat
tidak ada takutnya. ditujukan.
perubahan status 3. Observasi tanda vital 3. Mengetahui respon
kesehatan. danpeningkatan respon fisiologis yang
KH : fisik pasien. ditimbulkan akibat
Pasien 4. Beri penjelasan pasien kecemasan.
mengungkapkan tentang prosedur tindakan 4. Meningkatkan
dan operasi, harapandan pengetahuan pasien
mendiskusikan akibatnya. dalam rangka mengurangi
rasa 5. Lakukan orientasi kecemasan dan
cemas/takutnya. danperkenalan kooperatif.
pasienterhadap

14
Pasien tampak ruangan,petugas, dan 5. Mengurangi kecemasan
rileks tidak peralatanyang akan dan meningkatkan
tegangdan digunakan. pengetahuan.
melaporkan 6. Beri penjelasan 6. Mengurangi perasaan
kecemasannya dansuport pada pasien takutdan cemas.
berkurang sampai padasetiap melakukan
pada tingkat dapat prosedurtindakan.
diatasi.
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji informasi tentang 1. meningkatkan
b.d Kurang tindakan kondisi individu, pemahaman dan
informasi tentang keperawatan prgnosis, tipe meningkatkan kerja sama
penyakit. selama 3x24 jam prosedur/lensa. dengan perawat.
diharapkan : 2. Informasikan pasien 2. Dapat bereaksi
Klien lebih untuk menghindari tetes silang/campur dengan
mengerti akan mata yang dijual bebas. obat yang diberikan.
penyakitnya 3. Tekankan pentingnya 3. pengawasan periodik
KH : evaluasi perawatan rutin. menurunkan risiko
Klien Beri tahu untuk komplikasi serius.
menyatakan melaporkan penglihatan 4. aktivitas yang
pemahaman berawan. menyebabkan mata
mengenai 4. Anjurkan pasien lelah/regang, manuver
kondisi/proses menghindari membaca, Valsalva, atau
penyakit & berkedip; mengangkat meningkatkan TIO dapat
pengobatan. berat, mengejan saat mempengaruhi hasil
defekasi, membongkok bedah dan mencetuskan
pada panggul, meniup perdarahan.
hidung.

4. Nyeri b.d Luka pasca Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk 1. Nyeri dirasakan
operasi. tindakan melaporkan tipe, lokasi dimanifestasikan dan
keperawatan dan intensitas nyeri, ditoleransi secara
selama 3x24 jam rentang skala. individual.
diharapkan : nyeri 2. Pantau TTV.

15
berkurang, hilang 3. Berikan tindakan 2. Kecepatan jantung
dan terkontrol. kenyamanan. biasanya meningkat
KH : 4. Beritahu pasien bahwa karena nyeri.
Nyeri berkuran. wajar saja , meskipun 3. meningkatkan relaksasi.
Klien terlihat lebih baik untuk meminta 4. adanya nyeri
lebih rileks analgesik segera setelah menyebabkan tegangan
ketidaknyamanan otot yang menggangu
menjadi dilaporkan. sirkulasi memperlambat
proses penyembuhan dan
Kolaborasi : memperberat nyeri.
5. Berikan obat sesuai 5. Rasionalisasi : Untuk
indikasi mengontrol nyeri adekuat
dan menurunkan
tegangan.
5. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Diskusikan apa yang 1. Membantu mengurangi
terhadap cidera b.d tindakan terjadi pada pascaoperasi rasa takut dan
Keterbatasan keperawatan tentang nyeri, meningkatkan kerja sama
penglihatan. selama 3x24 jam pembatasan aktivitas, dalam pembatasan yang
diharapkan : penampilan, balutan diperlukan.
cedera dapat mata. 2. Istirahat hanya beberapa
dicegah 2. Beri pasien posisi menit sampai beberapa
KH : bersandar, kepala tinggi jam pada bedah rawat
Menyatakan atau miring ke sisi yang jalan atau menginap
pemahaman tak sakit sesuai semalam bila terjadi
factor yang keinginan. komplikasi. Menurunkan
terlibat dalam 3. Batasi aktivitas seperti tekanan pada mata yang
kemungkinance menggerakkan kepala sakit, meminimalkan
dera tiba-tiba, menggaruk risiko perdarahan atau
Mengubah mata, membongkok. stres pada jahitan/jahitan
lingkungan sesuai 4. Ambulasi dengan terbuka.
indikasi untuk bantuan; berikan kamar 3. Menurunkan stres pada
meningkatkan mandi khusus bila area operasi/menurunkan
keamanan sembuh dari anastesi. TIO.

16
4. Memerlukan sedikit
regangan daripada
penggunaan pispot, yang
dapat meningkatkan TIO.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth.(2001).Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC : Jakarta


Barbara C, Long.(1996). Perawatan medikal bedah. EGC : Jakarta
Corwin, J Elizabeth.(2000). buku saku patofisiologi. EGC : Jakarta
Doenges, E. Marilynn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta

18

Vous aimerez peut-être aussi