Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Di susun oleh :
Feriayu Vitaria
NIM : 201314401011
9
LAPORAN PENDAHULUAN
KEKERUHAN MATA/KATARAK
2. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
3. Klasifikasi Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita:
a. Katarak Kongenital,
Sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi
virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009).
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti
mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa
ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui penyebab
katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti
rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama
kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine
yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak
kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti
retardasi mental
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium.
Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui
11
penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atau suatu leukokoria.
b. Katarak Juvenil,
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak
juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil
biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit
lainnya
c. Katarak Senil,
Setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya
berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus
yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari
60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil sendiri terdiri
dari 4 stadium, yaitu:
a) Stadium awal (insipien).
Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada
saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan
pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari
tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak
kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular
posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah
terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan
degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada
semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang
lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
b) Stadium imatur.
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal
tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat
bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek
yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan
lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi
mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan
sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak
Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
c) Stadium matur.
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran
air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini
lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata
depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium
ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh
karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat
negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d) Stadium hipermatur.
Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa
lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka
nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan
mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka
dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik
(Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).
d. Katarak Intumesen.
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative
yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan
lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini
akan dapat memberikan penyulit glaucoma.
Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan
mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks
hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan
miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh,
ed. 2,)
e. Katarak Brunesen.
Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama
pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia
tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya
ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan
adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)
13
Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
4. Manifestasi Klinik
15
5. PATHWAY
9
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dari penyakit katarak, yaitu : nistagmus dan
strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan
menimbulkan komplikasi penyakit berupa glukoma dan uveitis
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kartu mata snellen/mesin telebinokular (test ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan)
b. Lapang penglihatan
c. Pengukuran tonografi
d. Test provokatif
e. Pemeriksaanoftalmoskopi
f. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED)
g. Test toleransi glaukosa/ FBS
8. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah
keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006).
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan
pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah
ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan
nama insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan
terjadinya penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti
oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit.
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior ( fakoemulsifikasi ).
9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama
Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting.
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.
e. Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat
(fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
f. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.
g. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat.
Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau
10
subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular
posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi
sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya
(James, 2005).
Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah
sebagai berikut :
o Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah
kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang
lainnya.
o Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau
perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2=
perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4=
tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/ berdandan
Eliminasi
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
11
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
o Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa
yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah
sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan
muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3bulan
terakhir.
o Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk
BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
o Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,
mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi.
Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
o Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti
harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan
gambaran akan dirinya.
o Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit
hingga setelah sakit.
o Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan
adakah masalh saat menstruasi.
o Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem
pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan
keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.
o Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan atas sakit yang diderita.
12
h. Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan
ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang
baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001)
.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
13
bahaya dalam jangkauan/posisi yang terhadapisolasi dan
lingkungan. sehat. menurunkanbingung.
5. Perubahan ketajaman
dankedalaman persepsi
dapat menyebabkan
bingung penglihatan dan
meningkatkan resiko
cedera sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.
6. Memungkinkan
pasienmelihat objek lebih
mudah dan memudahkan
panggilan untuk
pertolongan
biladiperlukan.
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Derajat kecemasan akan
Perubahan pada tindakan pasien dan catat adanya dipengaruhi bagaimana
status kesehatan. keperawatan tanda- tanda verbal dan informasi tersebut
selama 3x24 jam nonverbal. diterima oleh individu.
diharapkan : tidak 2. Beri kesempatan pasien 2. Mengungkapkan rasa
terjadi kecemasan untuk mengungkapkan takut secara terbuka
pada klien dan isipikiran dan perasaan dimana rasa takut dapat
tidak ada takutnya. ditujukan.
perubahan status 3. Observasi tanda vital 3. Mengetahui respon
kesehatan. danpeningkatan respon fisiologis yang
KH : fisik pasien. ditimbulkan akibat
Pasien 4. Beri penjelasan pasien kecemasan.
mengungkapkan tentang prosedur tindakan 4. Meningkatkan
dan operasi, harapandan pengetahuan pasien
mendiskusikan akibatnya. dalam rangka mengurangi
rasa 5. Lakukan orientasi kecemasan dan
cemas/takutnya. danperkenalan kooperatif.
pasienterhadap
14
Pasien tampak ruangan,petugas, dan 5. Mengurangi kecemasan
rileks tidak peralatanyang akan dan meningkatkan
tegangdan digunakan. pengetahuan.
melaporkan 6. Beri penjelasan 6. Mengurangi perasaan
kecemasannya dansuport pada pasien takutdan cemas.
berkurang sampai padasetiap melakukan
pada tingkat dapat prosedurtindakan.
diatasi.
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji informasi tentang 1. meningkatkan
b.d Kurang tindakan kondisi individu, pemahaman dan
informasi tentang keperawatan prgnosis, tipe meningkatkan kerja sama
penyakit. selama 3x24 jam prosedur/lensa. dengan perawat.
diharapkan : 2. Informasikan pasien 2. Dapat bereaksi
Klien lebih untuk menghindari tetes silang/campur dengan
mengerti akan mata yang dijual bebas. obat yang diberikan.
penyakitnya 3. Tekankan pentingnya 3. pengawasan periodik
KH : evaluasi perawatan rutin. menurunkan risiko
Klien Beri tahu untuk komplikasi serius.
menyatakan melaporkan penglihatan 4. aktivitas yang
pemahaman berawan. menyebabkan mata
mengenai 4. Anjurkan pasien lelah/regang, manuver
kondisi/proses menghindari membaca, Valsalva, atau
penyakit & berkedip; mengangkat meningkatkan TIO dapat
pengobatan. berat, mengejan saat mempengaruhi hasil
defekasi, membongkok bedah dan mencetuskan
pada panggul, meniup perdarahan.
hidung.
4. Nyeri b.d Luka pasca Setelah dilakukan 1. Dorong pasien untuk 1. Nyeri dirasakan
operasi. tindakan melaporkan tipe, lokasi dimanifestasikan dan
keperawatan dan intensitas nyeri, ditoleransi secara
selama 3x24 jam rentang skala. individual.
diharapkan : nyeri 2. Pantau TTV.
15
berkurang, hilang 3. Berikan tindakan 2. Kecepatan jantung
dan terkontrol. kenyamanan. biasanya meningkat
KH : 4. Beritahu pasien bahwa karena nyeri.
Nyeri berkuran. wajar saja , meskipun 3. meningkatkan relaksasi.
Klien terlihat lebih baik untuk meminta 4. adanya nyeri
lebih rileks analgesik segera setelah menyebabkan tegangan
ketidaknyamanan otot yang menggangu
menjadi dilaporkan. sirkulasi memperlambat
proses penyembuhan dan
Kolaborasi : memperberat nyeri.
5. Berikan obat sesuai 5. Rasionalisasi : Untuk
indikasi mengontrol nyeri adekuat
dan menurunkan
tegangan.
5. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Diskusikan apa yang 1. Membantu mengurangi
terhadap cidera b.d tindakan terjadi pada pascaoperasi rasa takut dan
Keterbatasan keperawatan tentang nyeri, meningkatkan kerja sama
penglihatan. selama 3x24 jam pembatasan aktivitas, dalam pembatasan yang
diharapkan : penampilan, balutan diperlukan.
cedera dapat mata. 2. Istirahat hanya beberapa
dicegah 2. Beri pasien posisi menit sampai beberapa
KH : bersandar, kepala tinggi jam pada bedah rawat
Menyatakan atau miring ke sisi yang jalan atau menginap
pemahaman tak sakit sesuai semalam bila terjadi
factor yang keinginan. komplikasi. Menurunkan
terlibat dalam 3. Batasi aktivitas seperti tekanan pada mata yang
kemungkinance menggerakkan kepala sakit, meminimalkan
dera tiba-tiba, menggaruk risiko perdarahan atau
Mengubah mata, membongkok. stres pada jahitan/jahitan
lingkungan sesuai 4. Ambulasi dengan terbuka.
indikasi untuk bantuan; berikan kamar 3. Menurunkan stres pada
meningkatkan mandi khusus bila area operasi/menurunkan
keamanan sembuh dari anastesi. TIO.
16
4. Memerlukan sedikit
regangan daripada
penggunaan pispot, yang
dapat meningkatkan TIO.
17
DAFTAR PUSTAKA
18