Vous êtes sur la page 1sur 31

MAKALAH

BUYING ON MARGIN AND SHORT SALES

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Investasi

Dosen Pengampu : Drs. Topo Wijono, M.Si.

Disusun Oleh :

1. Roisatun Kasanah 145030200111007

2. Herni Ruliatul Kasanah 145030200111009

3. Anisa Rizki Utami 145030200111108

4. Hanifah Dikna Y.P 145030201111154

5. Kristina Pebriani 145030201111167

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah
Risiko Investasi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, dan untuk ke depannya semoga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Malang, April 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika membeli sekuritas, investor memiliki akses yang mudah ke sumber pembiayaan
utang yang disebut broker. pinjaman panggilan Tindakan mengambil keuntungan dari pinjaman
panggilan broker yang disebut buying on margin.

Pembelian saham pada margin berarti investor meminjam bagian dari harga pembelian
saham dari broker. Broker, pada gilirannya, meminjam uang dari bank pada tingkat call money
untuk membiayai pembelian tersebut, dan biaya klien bahwa tingkat ditambah biaya layanan
untuk pinjaman. Semua efek yang dibeli pada marjin harus dibiarkan dengan perusahaan pialang
di nama jalan, karena efek yang digunakan sebagai jaminan atas pinjaman.

Pada makalah ini akan membahas tentang pemberian fasilitas Margin trading oleh
perusahaan sekuritas, dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Selain itu cara yang
digunakan dalam penjualan saham di mana investor atau trader meminjam dana (on margin)
untuk menjual saham (yang belum dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli
kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke pialangnya pada saat saham turun.

A. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Margin trading

2. Apa saja syarat untuk melakukan Margin trading ?

3. Bagaimana prosedur margin trading ?

4. Apa pengertian short Selling ?

5. Apa risiko yang didapat dari short selling ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Margin Trading

Merupakan terobosan baru yang dilakukan oleh perusahaan efek terhadap para
nasabahnya dalam rangka meningkatkan daya beli nasabah terhadap efek (sekuritas). Margin
trading merupakan pemberian perusahaan efek dimana nasabah (investor) bernaung untuk
membeli efek dan untuk memperbesar keuntungan. Margin trading berlaku untuk saham.

Dalam praktiknya, pemberian fasilitas Margin trading oleh perusahaan sekuritas bukan
tanpa syarat. Sebelum melakukan fasilitas Margin trading diawali dengan analisis pada nasabah,
seperti :

- minimal investor menjadi nasabah 3 tahun,


- memiliki take record baik, jumlah margin yang diberikan tidak melebihi sejumlah
rekening nasabah di perusahaan efek afiliasinya. Misal, seorang investor menggunakan
60% dari posisi investasi, sedangkan yang 40% merupakan modal pinjaman (Margin
trading).

Proses Margin trading terjadi, setelah memperoleh persetujuan perusahaan efek,


kemudian perusahaan efek akan meminjamkan sejumlah uang kepada (100% - margin
requirement). Untuk menjamin keamanan dan risiko yang dihadapi oleh perusahaan efek,
perusahaan efek akan menahan efek atau saham yang dibeli sebagai kolateral (jaminan).

B. Trade of dalam Margin Trading

Fasilitas Margin trading yang merupakan mekanisme dalam yang diberikan perusahaan
sekuritas untuk peningkatan kemampuan daya beli investor, terutama investor local dalam
rangka melaksanakan trading di Pasar Modal. Sebagai bentuk pemberian fasilitas, Margin
trading mengandung manfaat juga risiko. Hal itu karena, pemberian fasilitas Margin trading
berarti pengguna sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan efek untuk meningkatkan

2
kemampuan investor sehingga investor mampu memanfaatkan peluang. Investor juga harus
memberikan insentif terhadap perusahaan efek yang memberikan fasilitas Margin trading.
Dengan demikian, terdapat manfaat baik dari sisi investor maupun perusahaan efek, juga risiko
oleh investor maupun perusahaan efek. Manfaat yang didapatkan oleh perusahaan efek dari
Margin trading melalui pemberian pinjaman, meliputi (Robert Ang, 1995) :

a. Bunga pinjaman
Hal itu karena perusahaan efek fasilitas pinjaman investor dalam rangka trading, sehingga
perusahaan efek (yang memberi fasilitas margin trading) mengenakan tingkat bunga
tertentu yang biasanya lebih tinggi dari bunga pinjaman dari bank. Dengan pengenaan
bunga pinjaman tersebut mampu menyumbangkan porsi pendapatan lebih dari
perusaahan efek, terlebih jika volume margin trading semakin besar.
b. Peningkatan pendapatan komisi
Dengan pemberian fasilitas margin trading, maka kemampuan nasabah melakukan
transaksi (jual beli) efek menjadi meningkat. Peningkatan transaksi nasabah (investor)
tersebut otomatis akan menigkatkan pendapatan pialang (perusahaan efek) karena
meningkatkan biaya komisi pialang. Komisi pialang saat ini ditentukan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebesar maximum 1% baik untuk transaksi beli maupun transaksi jual,
sedangkan batas minimum tidak ditetapkan. Variasi pungutan komisi pialang ini
dipengaruhi oleh efisiensi perusahaan efek. Semakin efisien suatu perusahaan efek,
semakin rendah komisi pialang yang ditetapkan.
c. Keuntungan kompetitif
Margin trading juga dapat dikatakan sebagai usaha strategi yntuk menjamin hubungan
baik (customer loyality) perusahaan efek dengan nasabahnya. Hal itu karena, pemberian
margin trading berarti membantu investor dalam meningkatkan sumber dana (likuiditas)
dalam melakukan investasi. Factor inilah yang memberikan keuntungan kompetitif
didalam bersaing dengan perusahaan efek lain dalam menjaring nasabah baru.

Di samping memberikan manfaat bagi perusahaan efek yang menjadi afiliasi nasabah,
margin trading juga mengandung risiko bagi investor. Risiko yang dihadapi oleh perusahaan
efek adalah terjadinya kegagalan dari nasabah didalam membayar bunga dan kredit. Kendatipun,

3
margin trading yang diberikan tidak melebihi simpanan atau dana cadangan yang tertananm
dalam peruahaan efek (rekening nasabah).

Sama halnya dengan perusahaan efek, margin trading juga memberikan manfaat dari sisi
investor. Hal itu karena, margin trading berarti terdapat pinjaman dari perusahaan efek kepada
investor dalam rangka melakukan trading. Disini, berarti terdapat peningkatan daya beli investor.
Adapun di pihak investor yang menikmati jasa margin trading mendapatkan manfaat sebagai
berikut:

a. Peningkatan Power of Purchase


Dengan adanya pinjaman melalui margin ini, maka daya beli investor terhadap saham
menjadi meningkat yang besarnya tergantung dari besarnya margin yang diperoleh. Daya
beli karena fasilitas margin ini dapat dihitung sengan rumus Pm (Power of Purchase).
Pm = 100%
m

Dimana :
Pm = Power of Purchase (%)
M = Fasilitas margin yang diperoleh (%)

Contoh kasus:
Nana merupakan nasabah dari perusahaan Efek Gama Securities, mendapatkan fasilitas
margin sebesar 40% dari trading yang dilakukan. Jika Nana mempunyai modal rekening
pada Gama Securities sebesar Rp 10.000.000 Berapa besar daya beli N nana ? (dalam
persen dan rupiah).
Jawab :

100%
Pm = = 250%
40%

Jadi daya beli Nana : 250% x Rp 10.000.000 = Rp 25.000.000

4
b. Memperbesar Keuntungan investor
Disamping peningkatan daya beli investor, manfaat lain yang diperoleh adalah
peningkatan keuntungan investasi. Keuntungan yang diperoleh suatu transaksi margin
dipengaruhi oleh beberapa factor.
1. Bunga atas pinjaman margin
2. Capital gains atas efek yang dibeli
3. Total pendapatan termasuk pajak
4. Biaya transaksi termasuk pajak
5. Besarnya margin yang diperoleh
Besarnya keuntungan yang diperoleh dari margin trading dihitung dengan rumus
ROIm yang menggabungkan kelima factor tersebut diatas:

ROI = o - i + G c
m
Dimana :
ROI m = Return on Investent (keuntungan investasi ) dari transaksi margin
O = Other current income (keuntungan lain selain capital gains)
Im = Interest/bunga atas pinjaman untuk margin trading
G = Capital gains (selisih antara nilai beli dan nilai jual)
M = Besarnya margin yang diperoleh
C = Cost of transaction (biaya transaksi)

Contoh Kasus :

Nana adalah investor yang menjadi nasabah perusahaan efek Nathasya securities
membeli saham PT. Astra Internasional sebanyak 22 lot dengan harga Rp 1200 per lembar
saham. Setelah saham tersebut dipegang oleh Namytha, dalam perjalanan waktu 4 bulan harga
saham meningkat menjadi Rp 1.300 per saham. Dividen yang diterima Nana adalah sebesar Rp
110 per saham. Ketika melakukan pembelian saham terkena biaya transaksi sebesar 0,25% dan
untuk transaksi penjualan dikenakan biaya 0,4%. Ny.Nana melakukan pembelian saham
menggunakan fasilitas margin 50% dengan bunga 24% setahun. Berapakah keuntungan yang
didapat dari investasi saham tersebut?

5
Penyelesaian :

22 lot = 22 x 500 saham = 11.000 lembar saham


pembelian (B) = 11.000 x Rp 1.200 = Rp 13.200.000
Penjualan (S) = 11.000 x Rp 1.300 = Rp 14.300.000
Captain Gain (G) = Rp 14.300.000 Rp 13.200.000 = Rp 1.100.000
Other income (dividend) = 11.000 x Rp 110 = Rp 1.210.000
Biaya transaksi Pembelian(CB) = 0,25% x B
= 0,3% x Rp 13.200.000 = Rp 39.600

Biaya transaksi penjualan (CS) = 0,4% x S


= 0,4% x Rp 14.300.000 = Rp 57.200

Biaya transaksi seluruhnya (C) = CB + CS


= Rp 39.600 x Rp 57.200 = Rp 96.800

Dengan margin 50%, maka modal Nana (m) : 50% x B = 50% x Rp 13.200.000
= Rp 6.600.000

Pinjaman (dh) (100% - 50%) x B : (100% - 50%) x Rp 13.200.000


= Rp 6.600.000

24% x Rp 6.600.00 x 4
Im 3 bulan = = Rp 528.000
12

1.210.000 528.000+ 1.100.000 96.800


Jadi ROIm = = 25,3 %
6.660.000

Contoh tersebut menunjukkan bahwa dengan margin trading investor dapat menaikkan
daya beli, yang sudah barang pasti dapat meningkatkan potensi untuk memperoleh keuntungan.
Begitu juga sebaliknya, jika terjadi kerugian akibat pemanfaatan fasilitas margin trading maka
juga akan semakin besar kerugian yang akan diderita. Risiko yang dihadapi oleh investor dengan
fasilitas margin trading ini juga sebanding dengan yang diperoleh, antara lain :

a. Bunga yang harus dibayar kepada perusahaan efek


b. Menambah margin
c. Melikuidasi saham

6
Tentang bunga, umumnya margin trading membebankan bunga terhadap para nasabah
(investor) yang memanfaatkan margin diatas bunga berjalan (bunga pinjaman di bank). Hal itu,
merupakan upaya margin trading diperoleh dari bank atau sumber lain yang juga diperkenankan
biaya bunga.

Pada sisi lain, sebagaimana dinyatakan tersebut diatas bahwa meskipun perusahaan efek
memiliki revenue opportunity yaitu pendapatan bunga akibat peminjaman dana untuk margin
trading terhadap para nasabahnya dan meningkatkan brokerage fee akibat kenaikan daya beli
nasabah (investor), ternyata mengandung risiko. Bentuk risiko yang berpotensi akan dihadapi
perusahaan efek yang memberikan fasilitas margin trading adalah kemungkinan gagal bayar
baik pokok maupun bunga oleh nasabah. Untuk kepentingan tersebut, pihak perusahaan efek
akan memberlakukan serangkaian pengamanan yaitu dengan initial margin, dan maintenance
margin.

Initial margin (margin awal) adalah jumlah ekuitas atau modal minimum yang harus
disediakan oleh investor pada saat terjadinya transaksi pembelian (Robert Ang,1 995). Nilai
margin ini merupakan fasilitas yang diberikan oleh perusahaan efek kepada investor. Sebagai
misal, jika investor memperoleh fasilitas margin trading 50%, maka investor bersangkutan initial
(dana awal) yang harus disiapkan oleh investor 50%. Hak itu karena, maksimum pemberian
margin trading tidak melebihi penyiapan dana awal oleh investor tersebut.

Maintenance margin adalah margin minimum yang harus selalu ada pada rekening
investor setiap waktu (Robert Ang, 1995). Maintenance margin merupakan upaya awal
perusahaan efek untuk berjaga-jaga kemungkinan gagal bayar oleh nasabah. Maksudnya paling
tidak terdapat dana cadangan dalam rekening nasabah pada bank yang ditunjuk oleh perusahaan
efek untuk bejaga-jaga gagal bayar nasabah. Maintenance Margin memiliki fungsi pengamanan
yaitu gagal bayar dan batas rambu kerugian akibat penurunan harga. Jadi apabila harga saham
yang dibeli oleh investor mengalami penurunan sehingga marginnya telah berkurang dari initial
margin dan turun dibawah maintenance margin maka perusahaan efek akan melakukan aksi yang
disebut dengan margin call (Robert Ang, 1995).

Margin Call adalah suatu pemberitahuan yang dikeluarkan oleh pemberi fasilitas margin
(perusahaan efek) untuk diberikan kepada nasabah guna menambah modal pada rekening margin

7
nasabah karena posisi marginnya telah berada dibawah maintenance margin yang mana terjadi
karena harga efek yang dibeli mengalami penurunan harga dalam kisaran waktu yang telah
ditentukan (Robert Ang, 1995). Seandainya dalam waktu yang telah ditentukan, investor tidak
menambah modal maka perusahaan efek berhak menjual atau melikuidasi efek yang dimiliki
oleh investor secukupnya untuk mengembalikan margin ke level initial margin (Robert Ang,
1995).

Untuk menentukan posisi Margin dari efek-efek yang dimiliki dalam suatu transaksi margin,
maka dapat digunakan rumus sebagai berikut :

M=Vs-db
Vs

M = Margin
Vs = nilai efek (value of securities)
Db = saldo debet (debit balance), istilah lain dari modal/dana pinjaman untuk margin trading

Contoh Kasus

Ny. Namiytha Hanum adalah nasabah Gama Securities memperoleh fasilitas margin sebesar
50%. Berkaitan dengan fasilitas margin tersebut dilaksanakan kontrak yang mana dalam kontrak
disebutkan bahwa maintenance margin sebesar 35 %. Jika Namytha Hanum membeli saham
Telkom sebanyak 22 lot pada harga Rp 9.750 per saham. Ternyata dalam perjalanan waktu
saham TLKM kinerja kurang bagus sehingga harganya jatuh sampai Rp 7.200 per saham. Berapa
posisi margin Namytha Hanum sekarang? Apa yang harus dilakukan ?

Penyelesaian:

Harga Pembelian : 11.000 x Rp 9.750 = Rp. 107.250.000

Modal : 50% x Rp. 107.250.000 = Rp. 48.450.000

Debit balance (db) : (100-51%) x Rp. 95.000.000 = Rp. 53.625.000

Debit balance (db) ini merupakan istilah dari dana pinjaman untuk margin trading.

8
Harga efek sekarang (Vs) = 11.000 x Rp. 7.200 = Rp. 79.200.000

Margin (m) = M = Vs-db = Rp. 79.200.000 Rp. 53.625.000


Vs Rp. 79.200.000

= 32,29%

Contoh diatas menunjukkan bahwa posisi Namytha Hanum mengalami penurunan akibat
terjadinya penurunan harga saham yang dibeli dengan menggunakan fasilitas margin sebesar
32,29%. Hal itu mmenunjukkan bahwa margin yang dimiliki Namytha hanum sekaranag berada
dibawah maintenance margin (35%). Untuk itu Namytha hanum harus segera menyetor dana
untuk mengembalikan modal samppai sampai intial margin (margin call), sesuai batas waktu
yang ditentukan. Apabila Namytha hanum tidak sanggip menyetor dana untuk mengembalikan
sampai initial margin, amak saham dijual atau dilkuidasi. Seandainya Namytha Hanum mau
menyetorkan dana untuk memenuhi sampai batas initial margin berapa besar penambahan
margin yang harus Namytha Hanum lakukan ?

Initial Margin Namytha Hanum : 50%

Posisi Margin sekarang : 32,29%

Batas rupiah initial margin (51%) dan nilai efek (Vs) sebesar Rp. 48.450.000

Jadi M : 51% dan Vs = Rp. 48.450.000

Jadi jumlah yang ditambahkan agar mencapai intial margin :

M = Vs db db = Vs m.Vs
Vs
= Rp. 48.450.000 50% x Rp. 48.450.000 = Rp. 24.225.000

Jadi margin call sebesar = Rp 53.625.000 Rp. 24.225.000

= Rp. 29.400.000

Kasus diatas menujukkan bahwa dengan Namytha hanum menyetor kembali uang sebesar Rp.
24.225.000 sehingga debit balance (pinjam) kembali semula 51%. Disini jelas bahwa Namytha

9
Hanum mengalami kerugian sebesar Rp. 48.450.000, karena nilai efek atas modal sendiri
sekarang adalah sebsar Rp. 24.225.000 (50% x Rp. 48.450.000), sedangkan uang yang telah
disetor atau dikeluarkan adalah Rp. 72.675.000 (Rp. 48.450.000 + Rp. 24.225.000).

C. Prosedur Margin Trading

Untuk memperoleh fasilitas margin nasabah mengajukan formulir kepada perusahaan efek, dilain
pihak perusahaan efek melakukan analisis. Terdapat seperangkat syarat yang digunakan untuk
menganalisis nasabah akan diberikan fasilitas margin atau tidak. Tahapan untuk mengajukan
margin seperti gambar berikut ini :

Nasabah mengajukan aplikasi kepada


Perusahaan efek untuk meminta fasilitas
margin

Formulir menyatakan debit


balance maksimum

Pembuatan
dan
pelaksanaan Pemberian &
Perusahaan efek melakukan kontrak Pemanfaatan
langkah analisa
Margin untuk
Dinyatakan trading
layak

Berpengalaman minimal 2-3


tahun
Analisis kualifikasi nasabah,
keuangan & non keuangan
Menentukan debit balance
Menentukan inicial margin
requirement
Menentukan maintenance
margin 10
Menentukan call margin jika
terjadi force major
Mentukan batas call margin
Gambar Prosedur Fasilitas Margin Trading

Gambar diatas menunjukkan alur singkat proses pengajuan fasilitas margin nasabah pada
perusahaan efek afiliansinya. Fasilitas margin diawali dari kebutuhan nasabah yang ingin
meningkatkan kemampuan daya beli dalam investasi di efek. Jika nasabah bermaksud
memanfaatkan fasilitas margin yang disediakan perusahaan efek afiliansinya , maka nasabah
(investor) meminta formulir fasilitas margin yang disiapkan oleh perusahaan efek yang
bersangkutan. Formulir tersebut paling tidak menyebutkan debit balancing.

Formulir yang telah diterima oleh perusahaan efek, selanjutnya perusahaan efek menganalisis
tentang reputasi dan kelayakan nasabah. Berbagai hal yang perlu dipertimbangkan perusahaan
efek terkait dengan kondisi nasabah seperti :

Lama nasabah telah berafiliasi dengan perusahaan efek bersangkutan. Paling tidak telah
berafiliasi 2-3 tahun.
Trace Record nasabah tersebut selama berafiliasi
Kelayakan integritas, keuangan dan non keuangan nasabah,

Jika dipandang telah cukup, serta perusahaa efek perlu memberikan fasilitas margin selanjutnya
harus analisis beberapa faktor terkait dengan pemberian margin, antara lain :

Menentukan debit balancing


Menentukan initial margin requerement
Menentukan maintenance magin
Menentukan call magin jika terjadi force mayor

Langkah selanjutnya adalah menganalisis berbagai faktor tersebut kemudian membuat kontrak
dalam rangka pembelian fasilitas margin. Setelah kontrak selesai selanjutnya diserahkna kepada
nasabah.

Hal- hal yang perlu didalam draft kontrak margin trading antara lain :

1. Besarnya initial margin requirement


2. Besarnya maintenance margin
3. Besarnya maksimum debit balance

11
4. Tata cara perubahan margin requirement, maintenance margin dan maximum debit
balance
5. Definisi yang jelas dari istilah-istilah yang digunakan seperti initial margin, margin
requirement maximum debit balance, margin call dsb.
6. Tata cara margin call danlikuidasi saham
7. Besarnya suku bunga pinjaman dan modenya.
8. Penyelesaian perselisihan atau force majeure (kedaan diluar kekuasaan kedua belah
pihak) agar dapat diselesaikan secara musyawarah dan memilih kedudukan hukum di
pengadilan.

Margin Account (Rekening Margin)

Fasilitas margin diberikan kepada nasabah atau investor dari perusahaan efek afiliasi
yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli investor terutama investor lokal. Terdapat dua
rekening margin yang biasa digunakan investor pengguna fasilitas margiin yaitu margin account
(rekening margin) dan restricted account (rekening terbatas).

Margin account adalah rekening yang diberikan kepada nasabah oleh perusahaan efek
lewat bank yang ditunjuk kepada nasabah. Yang telah menandatangani kontrak margin trading
dengan perusahaan efek. Sedangkan restricted account merupakan margin account yang posisi
margin (ekuitas) berada dibawah initial margin requirement tetapi diatas maintenance margin.
Hal ini berarti investor tidak boleh melakukan transaksi pembelian margin sampai posisi margin
kembali ke initial margin. Untuk mencapai initial margin maka perusahaan harus menyetor dana
sampai jumlah initial margin atau memanfaatkan kenaikan harga saham hingga mencapai initial
margin.

12
Dampak Margin Trading pada hasil Saham

Tanpa MT Dengan Margin Trading


100 equity 80% 65% 50%
Jumlah saham Rp 50 100 100 100 100
dibeli
Pengeluaran investasi 5.000 5.000 5.000 5.000
(Rp)
- Dana Pinjaman 0 1.000 1.750 2.500
Equity dalam investasi 5.000 4.000 3.250 2.500
A. Posisi Investor jika :
harga naik Rp
80/saham
- Nilai saham 8.000 8.000 8.000 8.000
Pengeluaran investasi 5.000 5.000 5.000 5.000
Capital gain 3.000 3.000 3.000 3.000
(capital gain/equity) 60% 75% 92,3% 120%

Tanpa MT Dengan Margin Trading


100 equity 80% 65% 50%
Jumlah saham Rp 50 100 100 100 100
dibeli
Pengeluaran investasi 5.000 5.000 5.000 5.000
(Rp)
- Dana Pinjaman 0 1.000 1.750 2.500
Equity dalam investasi 5.000 4.000 3.250 2.500
B. Posisi Investor jika :
harga turun
Rp20/saham
- Nilai saham 2.000 2.000 2.000 2.000

13
Pengeluaran investasi 5.000 5.000 5.000 5.000
Capital loss 3.000 3.000 3.000 3.000
(capital loss/equity) 60% 75% 92,3% 120%
Dari tabel diatas, ternyata MT mengandung 3 fase, yaitu :

a. Harga saham akan berubah naik atau turun, apapun posisi pembiayaannya

b. Makin rendah jumlah equity investor, makin besar tingkat hasil yang diperoleh investor jika
harga saham naik

c. Risiko kerugian juga makin besar (dengan tingkat yang sama) jika harga saham turun

Perhitungan Margin Trading

Perhitungan hasil dari margin dilakukan dengan menggunakan 2 rumus, yaitu :

1. Rumus Margin Dasar

Besarnya margin dalam suatu transaksi selalu diu- kur relatif terhadap jumlah equity.

Diperlukan 2 informasi untuk menyelesaikan rumus ini, yaitu :

a. Nilai pasar dari sekuritas yang di margin

b. Jumlah uang yang dipinjam atau margin loan, yang disebut Saldo Debet (debt balance)

Persamaan rumus margin :

Margin (%) = Nilai Sekuritas - Saldo Debet

Nilai Sekuritas

=(S-D):S

Contoh :Investor hendak membeli 100 saham @ Rp 4.000 per saham dengan menggunakan 70%
margin; yang berarti dana bersumber dari : 70% equity 30% margin loan.

Investor akan pinjam 30% x Rp 400.000 = Rp 120.000

14
yang merupakan saldo debet dan sisanya Rp 400.000 - 120.000 = Rp 280.000 merupakan equity
dari investor

a. Tingkat margin :

Margin (%) = ( S - D ) : S

= (Rp 400.000 - 120.000) : 400.000

= 70%

b. Jika harga saham naik menjadi Rp 6.500 :

Margin (%) = ( S - D ) : S

= (Rp 650.000 - 120.000) : 650.000

= 81,5%

c. Jika harga saham turun menjadi Rp 3.000 :

Margin (%) = ( S - D ) : S

= (Rp 300.000 - 120.000) : 300.000

= 60%

2. Rumus Hasil Modal yang Ditanam

Margin Trading biasanya menyangkut periode investasi pendek (kurang dari setahun). Investor
menggunakan sebagian dana sendiri, sisa- nya memakai dana pinjaman. Oleh karena itu, dalam
menilai hasilnya, perhitung- an tingkat laba hanya menyangkut bagian dana milik investor
sendiri (equity) Dengan menggunakan dana dari hasil berjalan (dividen) atau bunga, maupun
bunga atas margin loan, diperoleh hasil modal yang ditanam (return on invested capital = ROIC)
sbb. :

15
Return on Invested Capital /ROIC = ( a - b ) + ( p - q ) : r

dimana :a = Penghasilan berjalan yang diterima

b = Pembayaran bunga atas margin loan

p = Nilai pasar sekuritas pada penjualan

q = Nilai pasar sekuritas pada pembelian

r = Jumlah modal sendiri yang diinvestasikan

Contoh : Investor akan membeli 100 saham @ Rp 5.000 persaham, karena diprediksi 6 bulan
mendatang harga saham akan naik menjadi Rp 7.500 persaham Saham ini memberi dividen Rp
200 per saham (dengan holding period 6 bulan, investor hanya menerima divi- den Rp 100
/saham) Investor membeli saham dengan 50% margin dan membayar bunga 10% untuk margin
loan. Jadi investor akan menaruh equity Rp 500.000 dengan harapan nilainya naik menjadi Rp
750.000 dalam 6 bulan.

Karena investor menggunakan margin loan 50% = Rp 250.000 dengan bunga 10% selama 6
bulan , maka beban bunga investor adalah Rp 250.000 x 10% x 6/12 = Rp 12.500

ROIC yang diharapkan = (Rp 10.000 - 12.500) + Rp 750.000 - 500.000)

250.000

= Rp 247.500 / 250.000 x 100% = 99 %

D. SHORT SELLING

Short selling adalah suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham di mana investor
atau trader meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum dimiliki) dengan
harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham ke
pialangnya pada saat saham turun.

16
Saham-saham yang dapat ditransaksikan secara short selling ditentukan oleh BEI, sedangkan
perusahaan sekuritas yang dapat memfasilitasinya ditentukan oleh OJK. Aturan tentang short
selling pertama kali diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-09/PM/1997 tanggal 30
April 1997 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi
Nasabah (Peraturan V.D.6). BapepamLK kemudian merevisi aturan yang diberi Peraturan
V.D.6 itu. Revisi itu seiring terjadinya krisis finansial yang melanda dunia, termasuk Indonesia.
Karena krisis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mengalami
kejatuhan yang sangat dalam.

Untuk mengantisipasi transaksi yang bisa membuat IHSG makin jatuh, Bapepam
menerbitkan sejumlah aturan termasuk revisi aturan short selling. Transaksi short selling ini
kemudian diatur antara lain dengan Keputusan Ketua BapepamLK No. 258/BL/2008 yang
kemudian diubah dengan Keputusan Ketua BapepamLK No. 556/BL/2008. Sehingga, pada
dasarnya transaksi short selling di Indonesia diperbolehkan. Namun, BapepamLK tetap
menentukan rambu-rambu transaksi short selling seperti apa yang dibolehkan. Tujuannya, tentu
saja mengamankan pasar modal dalam negeri selain untuk kepentingan investor minoritas.

1. Mekanisme
Mekanisme Short Selling

100 saham dijual @ Rp 5.000 persaham

Hasil penjualan bagi investor.... Rp 500.000

Kemudian, 100 saham dibeli @ Rp 3.000 per saham

Biaya bagi investor .. .Rp 300.000

Laba Bersih ......Rp 200.000

Jika seorang investor menemukan saham yang diprediksi akan turun harganya maka hal
itu merupakan alasan untuk melakakukan short Selling untuk mengubah penurunan harga
sekuritas menjadi suatu keuntungan namun hal ini memiliki risiko yang cukup tinggi, karena
penurunan harga suatu sekuritas hanya dapat terjadi sejauh tertentu (paling tidak sama atau
hampir sama nol) Dilain pihak kenaikan harganya tidak terbatas (jika harga sekuritas naik, short

17
selling rugi) Short Selling tidak pernah memperoleh dividen (karena jangka waktunya cukup
pendek) Namun jika dividen dibayarkan dalam periode transaksi short Sell, maka short Seller
harus menyerah - kannya kepada pemberi pinjaman saham (lender).

Sekuritas untuk short selling bisa dipinjam dari broker atau investor individual lainnya.
Broker meminjamkan sekuritas yang dipegang dalam portofolionya atau dikenal dengan sebagai
Street Name Account (akun nama jalan). Street Name Account adalah sekuritas yang dipegang
oleh broker untuk pelanggannya. saham dikeluarkan atas nama kantor broker tetapi dipegang
untuk kepentingan (in trust) account dari kliennya.

Lender, yaitu pihak yang memberi pinjaman sekuritas dalam transaksi short sale praktis
tetap memiliki seluruh manfaat dan hak kepemilikan sekuritas (kecuali hak suara/voting right)
selama short sale, yaitu :

- Pembayaran dividen

- Hak atas saham pre emptive, jika dikeluarkan

- Saham split atau saham dividen , jika dikeluarkan

Hak-hak tersebut tidak diterima langsung dari perusahaan yang menerbitkan sekuritas, tetapi
melalui short seller yang telah berjanji menjadi pihak surogasi (surrogate firm) broker yang akan
menjamin dipenuhinya kewajiban oleh short seller. Oleh karena itu dalam transaksi short sele
diperlukan margin deposit yang dipegang oleh broker untuk kepentingan dan perlindungan
lender. Dalam short sale, hasil penjualan sekuritas, bersama dengan margin deposit milik short
seller dipegang oleh broker, jadi broker membentuk dua account, yaitu satu untuk short seller,
lainnya untuk lender. Proses bekerjanya account ini disebut mark-to-the-mark

Jika harga saham naik, account short seller turun dan dananya ditransfer ke account
lender. Sedang jika harga saham turun, terjadi sebaliknya.
Pinjaman tanpa bunga dan dividen juga langsung didebit pada account short .seller dan
dikreditir pada account lender.

Bila transaksi short sale berakhir, dana dalam account lender dipakai untuk membeli saham (saat
itu lender diberitahu untuk segera mengembalikan pinjaman tanpa bunga yang belum kembali

18
pada account). Posisi short sale ditutup bila saham dikembalikan kepada lender.Dana dalam
account short seller setelah dikurangi komisi serta biaya transaksi, tinggal margin deposit dan
laba dari transaksi untuk dikembalikan kepada short seller.

Penjualan "short" saham terdiri dari :

a) Seorang investor melakukan peminjaman saham (ada peraturan yang berbeda-beda


disetiap negara yang membatasi batasan perbandingan jumlah peminjaman yang dapat
dilakukan dengan dana yang tersedia sebagai deposit pada akun pialang.).
b) Investor menjualnya dan hasilnya dikreditkan kedalam akunnya pada perusahaan pialang
saham.
c) Investor harus "menutup" posisinya dengan cara melakukan pembelian kembali saham .
Apabila harga turun maka ia akan memperoleh keuntungan namun apabila harga naik
maka akan merugi.
d) Investor akhirnya mengembalikan saham tersebut kepada sipemberi pinjaman.

2. Penggunaan Short Selling

Investor melakukan short sale untuk salah satu dari dua alasan :

a. Mencari laba spekulatif bila harga suatu sekuritas diharapkan turun, atau

b. Melindungi laba dan menangguhkan pajak dengan memagari (hedgimg) posisinya.

Semua short sale dilakukan atas margin, yaitu besarnya penggunaan modal sendiri (equity
deposit) yang harus dilakukan inve tor untuk dapat memulai transaksi, karena adanya M/R.
Dalam short sale tidak diperlukan dana pinjaman , sehingga tidak ada pembayaran bunga

3. Margin dalam Short Sale

Margin dalam short sale dihitung dengan rumus :

Margin (%) = (Hasil Penjualan + Equity deposit) Nilai Sekuritas

Nilai Sekuritas

19
Contoh :

Investor ingin melakukan short sale atas 100 saham @ Rp 60 dengan menggunakan margin yang
berlaku 70%.

Dalam hal ini :

Nilai Saham (NS) dan Hasil Penjualan (HP) :

100 x Rp 60 = Rp 6.000

Equity Deposit (ED) : 70% x Rp 6.000 = Rp 4.200

Jika harga saham naik menjadi Rp 70, maka :

Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -7.000 ) : 7.000 = 46%

Nilai HP dan ED tetap yaitu Rp 6.000 dan Rp 4.200 tetapi nilai kolateral berubah naik menjadi
Rp 7.000. Oleh karena harga saham naik, besarnya margin turun, sebab investor menderita
kerugian yang mengakibatkan nilai equity turun.

Karena besarnya margin (46%) turun dibawah M/R (70%) investor menghadapi restricted
account.

Jika harga saham turun menjadi Rp 50, maka :

Margin (%) = (Rp 6.000 + 4.200 -5.000 ) : 5.000 = 104%

4. Hasil atas Modal yang Ditanam

Dalam short Sale tidak ada dana yang dipinjam dan tidak ada bunga yang harus dibayar,
sehingga hasil yang diperoleh berasal dari equity deposit. Hanya saja short seller harus
membayar dividen kepada lender yang akibatnya mengurangi laba . Rumus hasil atas modal
yang ditanam

Rumus hasil atas modal yang ditanam (return in invested capital) sbb. :

ROIC = ( HP BP D) : ED

20
Dimana :

HP = Hasil Penjualan

BP = Biaya Pembelian Sekuritas

D = Dividen yang dibayar short seller

Contoh :

Seorang investor ingin menggunakan 70% margin untuk short sale saham seharga Rp 60 yang
diprediksi akan turun menjadi Rp 40 dalam waktu 6 bulan. Perusahaan membayar dividen Rp 2
per saham setahun atau Rp 1 per saham untuk 6 bulan

Perhitungan hasil persaham menghasilkan :

ROIC = Rp 60 Rp 40 (6/12 x Rp 2) : (70% x Rp 60)

= Rp 19 /42 x 100% = 45%

5. Spekulasi

Karena short seller bertaruh terhadap perilaku pasar , maka short selling merupakan teknik
spekulasi yang tinggi dan menghadapi risiko yang cukup besar.

Contoh : Seorang investor telah menemukan suatu saham yang diprediksi akan merosot harganya
dari Rp 50 menjadi Rp 30 dalam waktu 8 bulan mendatang. Ia memutuskan untuk melakukan
short selling 300 saham dengan menggunakan margin 50%

Spekulasi dengan short Sale :

Short sale awal : 300 saham dijual @ Rp 50 Rp 15.000

Short sale tutup : 300 saham diobeli @ Rp 30 Rp 9.000

Laba bersih .. Rp 6.000

Equity deposit 50% x Rp 15.000 Rp 7.500

21
ROIC : Rp 15.000 9.000 : 7.500 = 80%

Apabila harga saham memang turun menjadi Rp 30 investor akan memperoleh ROIC sebesar
80% . Tetapi jika ternyata harga saham naik, maka seluruh atau sebagian besar investasinya Rp
7.500 akan habis.

6. Melindungi laba yang telah diperoleh

Short sale bisa digunakan untuk melindungi laba yang telah diperoleh dari transaksi sebelumnya
Teknik ini disebut hedging atau shorting-against the box

Transaksi I :
-Membeli 100 saham @ Rp 20 = Rp 2.000
Harga saham naik menjadi Rp 50
Laba dalam transaksi ini :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 50 Rp 5.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 (Rp 2.000)
Laba Bersih . Rp 3.000

Transaksi II:
Short Sale 100 saham @ Rp 50
A. Harga saham naik menjadi Rp 80
Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 80 Rp 8.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ... (Rp 2.000)
Laba .. Rp 6.000
Kurang : Rugi Short Sale :
Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000
Short sale tutup 100 saham x Rp 80 = ( 8.000) = Rp 3.000
Laba Bersih .. Rp 3.000

22
B. Harga saham turun menjadi Rp 30
Laba dalam transaksi I dan II :
- Nilai saham saat ini 100 saham x Rp 30 Rp 3.000
- Biaya transaksi 100 saham x Rp 20 ... (Rp 2.000)
Laba .. Rp 1.000
Tambah : Laba Short Sale :
Short Sale awal 100 saham x Rp 50 = Rp 5.000

Short sale tutup 100 saham x Rp 30 = ( 3.000) = Rp 2.000

Laba Bersih .. Rp 3.000

Dalam transaks1 pertama diperoleh capital gain Rp 3.000. Investor tidak ingin menjual saham itu
sekarang, tetapi ia juga tidak mau kehilangan laba itu. Dengan melakukan short sale, investor
dapat mengunci laba Rp 3.000 tersebut. Meskipun harga saham naik atau turun, investor tetap
terjamin akan laba itu.

7. IImbal jasa

Pialang dalam memfasilitasi penyerahan dari nasabah penjual "short" akan


mengenakan sejumlah imbal jasa untuk layanan yang diberikannya dalam bentuk "komisi"
standar sebagaimana yang dikenakan dalam transaksi sekuriti. Apabila dalam posisi "short"
ternyata harga meningkat maka uang tersebut akan dipindahkan dari akun tunai nasabah ke
akun "margin". Apabila harga kian meningkat dan nasabah tidak memiliki dana yang cukup
guna menutup posisi tersebut maka nasabah akan diberi pinjaman yang disebut "pinjaman
margin" yang akan dikenakan bunga pinjaman.

8. Risiko Short Selling

a) Risiko pergerakan pasar. Pergerakan pasar sangat sulit diprediksi. Investor yang
menggunakan strategi short sell akan selalu terekspos terhadap arah pergerakan pasar
yang tidak sesuai dengan ekspektasi.

23
b) Potensi kerugian tidak terbatas. Secara teori, potensi kenaikan harga saham itu tidak
terbatas (dapat melebihi 100%). Berhubung short sell mengalami kerugian jika harga
saham meningkat, berarti potensi kerugian dari short selling itu tidak terbatas dan dapat
melebihi jumlah modal. Di sisi lain, penurunan harga saham maksimal sebesar 100%,
yang berarti potensi keuntungan short sell terbatas pada 100%.

Risiko pembayaran bunga. Ketika investor meminjam saham ke perusahaan


sekuritas untuk dijual, tentu ada kompensasi yang harus diberikan, yaitu dalam bentuk
pembayaran bunga. Semakin lama investor menahan posisi short sell maka semakin besar
pula bunga yang harus dibayar. (Untuk membatasi risiko ini biasanya investor akan
memberikan stop-loss order kepada sekuritasnya. Stop loss order adalah intruksi langsung
menutup posisi short sell dalam kondisi tertentu, untuk membatasi risiko).

9. Short Selling & Dampak Pada Pasar Saham

Walaupun memiliki risiko unik tersendiri, short selling juga dianggap memberi kontribusi
memberi keseimbangan saat pasar saham dalam kondisi terlalu bullish yang meningkatkan
potensi market bubble (kondisi dimana harga saham cenderung lebih tinggi dari nilai
fundamentalnya). Selain sebagai penyeimbang, aktivitas short sell juga meningkatkan
likuiditas saham di pasar. Dengan adanya short sell, saham akan lebih sering diperdagangkan
dan meningkatkan likuiditas pasar secara keseluruhan. Disisi lain, short sell dapat membuat
investor yang tidak etis untuk menyebarkan berita palsu atas saham tertentu dengan tujuan
harga saham tersebut turun.

10. Efek yang Dapat Ditransaksikan & Dijaminkan Dalam Transaksi Marjin atau
Transaksi Short Selling

a) Efek yang dapat ditransaksikan dalam Transaksi Marjin adalah Efek Marjin.
b) Efek yang dapat ditransaksikan dalam Transaksi Short Selling adalah Efek Short
Selling.

24
c) Bursa menetapkan Efek Marjin dan atau Efek Short Selling sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan no 1. dan no. 2. di atas berdasarkan kriteria sebagai
berikut:

i. Efek tersebut telah tercatat di Bursa, dengan ketentuan: apabila Efek


tersebut telah tercatat di Bursa selama 6 (enam) bulan atau lebih, maka:
- Efek tersebut ditransaksikan di Bursa dengan rata-rata nilai transaksi harian di
Pasar Reguler dalam 6 (enam) bulan terakhir minimal adalah Rp
10.000.000.000,- (sepuluh miliar rupiah);
- minimal nilai transaksi harian di Pasar Reguler adalah Rp 1.000.000.000,-
(satu miliar rupiah).

apabila Efek tersebut telah tercatat di Bursa kurang dari 6 (enam) bulan, maka:
- Efek tersebut ditransaksikan di Bursa dengan rata-rata nilai transaksi harian di
Pasar Reguler minimal mencapai Rp 50.000.000.000,- (lima puluh miliar
rupiah) untuk periode sekurang kurangnya 3 (tiga) bulan sejak dicatatkan
hingga periode review oleh Bursa;
- minimal transaksi harian Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

ii. Efek tersebut harus ditransaksikan setiap Hari Bursa, kecuali Efek
tersebut dikenakan suspensi paling lama 10 (sepuluh) Hari Bursa dalam
jangka waktu:
- 6 (enam) bulan terakhir untuk Efek yang tercatat selama 6 (enam) bulan atau
lebih; atau
- sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sejak tercatat hingga periode review, untuk
Efek yang tercatat kurang dari 6 (enam) bulan.
iii. Price Earning Ratio (PER) tidak lebih dari 3 (tiga) kali market PER.
iv. kapitalisasi pasar dari saham dengan kepemilikan di bawah 5% (lima
perseratus) dari jumlah saham tercatat lebih besar dari Rp
1.000.000.000.000,- (satu triliun rupiah) berdasarkan data akhir bulan
dalam periode data review.

25
v. jumlah pemegang saham sekurang-kurangnya 600 (enam ratus) pemegang
saham berdasarkan data akhir bulan selama periode data review.
vi. Khusus untuk Transaksi Short Selling total saham dengan kepemilikan di
bawah 5% (lima perseratus) dari jumlah saham tercatat minimal 20% (dua
puluh perseratus) yang dihitung selama:
vii. 6 (enam) bulan terakhir hingga periode review oleh Bursa untuk Efek yang
telah tercatat di Bursa selama 6 (enam) bulan atau lebih di Bursa.
viii. sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sejak tercatat hingga periode review
oleh Bursa untuk Efek yang telah tercatat di Bursa kurang dari 6 (enam)
bulan.

d) Bursa menetapkan Efek Jaminan berdasarkan kriteria sebagai berikut:


i. memenuhi persyaratan menjadi Efek Marjin dan atau Efek Short Selling
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan no. 3 di atas; dan atau
ii. termasuk dalam daftar saham yang diperhitungkan dalam Indek LQ- 45;
iii. Surat Berharga Negara (SBN), dan Obligasi Korporasi yang diterbitkan di
Indonesia, tercatat di Bursa, dan sekurang-kurangnya memiliki rating A+ atau
yang setara.

e) Efek Jaminan sebagaimana dimaksud ketentuan no.4. di atas dihitung berdasarkan


nilai pasar wajar.

f) Bursa menetapkan daftar Efek Marjin, Efek Short Selling dan atau Efek Jaminan
serta mengumumkan kepada publik dan melaporkan kepada Bapepam dan LK
pada hari kerja terakhir setiap bulannya.

g) Dalam hal terdapat informasi material yang terkait dengan suatu Efek Marjin,
Efek Short Selling dan atau Efek Jaminan yang kemungkinan dapat
mempengaruhi integritas dan atau likuiditas pasar, Bursa melakukan review dan
selanjutnya dapat menetapkan untuk:

26
i. tidak mencantumkan Efek tersebut dalam daftar Efek Marjin, Efek Short Selling
dan atau Efek Jaminan; atau
ii. mengeluarkan Efek tersebut dari daftar Efek Marjin, Efek Short Selling dan atau
Efek Jaminan. meskipun Efek Perusahaan Tercatat tersebut memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan no. 3. dan atau no.4. di atas.

h) Dalam hal terjadi peristiwa material yang mempengaruhi kondisi seluruh Efek
yang tercatat di Bursa, Bursa berwenang untuk tidak menerbitkan daftar Efek
Marjin, Efek Short Selling dan atau Efek Jaminan serta mengumumkan kepada
publik dan melaporkan kepada Bapepam dan LK pada Hari Bursa yang sama.
i) Bursa dalam menetapkan Efek Marjin, Efek Short Selling dan atau Efek Jaminan
dapat meminta pertimbangan kepada Komite Perdagangan.

27
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Margin trading atau perdagangan berbasis marjin adalah transaksi pembelian saham
menggunakan dana pinjaman yang disediakan oleh perusahaan sekuritas. Besarnya dana dan
jangka waktu pinjaman yang diberikan pada investor akan tergantung pada kebijakan perusahaan
sekuritas mengacu pada regulasi bursa yang berlaku. Bagi investor, aktivitas margin trading
dianggap dapat melipatgandakan potensi keuntungan karena modal yang dimiliki lebih besar
(tapi harus disadari potensi risikonya pun menjadi berlipat ganda). Bagi perusahaan sekuritas,
aktivitas margin trading dianggap dapat melipatgandakan potensi pendapatan dari biaya/fee
transaksi jual beli saham yang semakin meningkat, dan pendapatan tambahan dari bunga
pinjaman.

28
DAFTAR PUSTAKA

zvi bodie, alex kane, alan marcus. investasi.singapore: mc-Graw buku bukit, 1999.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4663/short-selling

29

Vous aimerez peut-être aussi