Vous êtes sur la page 1sur 6

C.

The Control Environment

Lingkungan Pengendalian (Control Environment) adalah komponen dalam


pengendalian internal yang menjadi pondasi bagi komponen pengendalian lainnya.
Oleh karenanya, efektivitas lingkungan pengendalian ini akan mempengaruhi pula
efektivitas pengendalian internal secara keseluruhan. Lingkungan pengendalian
perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap pentingnya
pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal
dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi
manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur organisasi
(terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian
ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern
yang lain. Yang menjadi permasalahan bagi auditor internal, selaku pihak yang secara
tradisional bertanggung jawab untuk melakukan penilaian efektivitas pengendalian
internal, adalah bahwa lingkungan pengendalian relatif lebih sulit untuk dinilai. Selain
masalah sensitivitas dan juga masalah independensi, mengingat lingkungan
pengendalian akan banyak berhubungan dengan tone at the top, lingkungan
pengendalian juga banyak berhubungan dengan soft control. Soft control ini, dengan
segala kesulitan pengukurannya, memerlukan teknik dan alat audit internal yang tidak
sederhana untuk sampai pada kecukupan bukti yang kompeten sebagai dasar
kesimpulan audit.

Dengan adanya kesulitan-kesulitan tersebut, banyak aktivitas audit internal


yang tidak menjadikan penilaian efektivitas lingkungan pengendalian ini sebagai
bagian dari rencana audit tahunannya. Walaupun tidak ada jaminan bahwa
kesulitan akan hilang sama sekali, namun adanya pedoman praktik yang lebih
konkret mengenai audit lingkungan pengendalian ini akan sangat membantu aktivitas
audit internal, terutama yang selama ini tidak percaya diri ataupun gagap dalam
melakukan audit dimaksud.

Perbedaan antara pengendalian internal dengan pengendalian manajemen antara lain:

1. Pengendalian Internal

a. Mengendalikan administratif dan pengendalian akuntansi.


b. Lebih menekankan pada tujuan perusahaan dan menghubungkan
pengendalian manajemen untuk mencapai tujuan.
c. Meliputi produksi, transportasi dan riset perusahaan

2. Pengendalian Manajemen

a. Pengendalian manajemen terdiri dari pengendalian intern dan ekstern.


b. Lebih menekankan pd tujuan perusahaan dan menghubungkan
pengendallian manajemen untuk mencapai tujuan.
c. Meliputi produksi, transportasi dan riset perusahaan.

Lingkungan pengendalian menetapkan corak suatu organisasi dan


mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain, menyediakan
disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut:

1. Integritas dan nilai etika.


2. Komitmen terhadap kompentensi.
3. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit.
4. Struktur organisasi.
5. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.
6. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

Source :http://auditorinternal.com/2011/05/19/iia-terbitkan-practice-guide-mengaudit-
lingkungan-pengendalian/

https://www.kompasiana.com/hajarlinda/pengendalian-
internal_5938bdafa013e4421048fa52

Diakses pada tanggal 19/10/2017 hari Kamis Pukul 20:45

D. The Accounting System and Procedure (Sistem dan Prosedur Akuntansi)

Menurut Mulyadi dalam bukunya, Sistem Akuntansi, 2001, sistem adalah suatu
jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan
pokok organisasi.
Sedangkan prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi organisasi yang terjadi berulang-ulang. Sistem
akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna pengambilan keputusan organisasi.
Unsur dari sebuah sistem akuntansi adalah formulir, catatan (yang terdiri jurnal,
buku besar dan buku pembantu), serta laporan.
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi. Dengan formulir ini, peristiwa yang terjadi dalam organisasi
didokumentasikan ke dalam catatan. Contoh formulir adalah: faktur penjualan, bukti
kas keluar, dan cek.
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Seperti telah
disebutkan diatas, sumber informasi pencatatan jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal
ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang
sesuai dengan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Jurnal ini
kemudian di-posting ke akun yang bersangkutan dalam buku besar. Contoh jurnal
adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan, dan jurnal umum.
Buku besar (general ledger) terdiri dari akun-akun yang digunakn untuk
mengklasifikasi data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Perkiraan-
perkiraan dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang
akan disajikan dalam laporan keuangan.
Buku Pembantu, jika data keuangan diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat
dibentuk buku pembantu (subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dan akun-akun
pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam
buku besar. Sebagai contoh, jika rekening piutang dagang yang tercantum dalam neraca
perlu nama debitur secara lebih detil, maka dapat dibentuk buku pembantu piutang yang
berisi data tiap-tiap debitur tersebut.
Laporan. Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat
berupa neraca (laporan posisi keuangan), laporan rugi laba (laporan aktivitas), laporan
realisasi anggaran, daftar piutang dan hutang, misalnya. Laporan akan berisi informasi
yang merupakan keluaran akhir dari sistem akuntansi.
Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa
orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi organisasi yang terjadi berulang-ulang. Jadi suatu sistem
terdiri dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan klerikal.
Kegiatan klerikal (clerical operation) akan terdiri dari antara lain kegiatan
berikut ini, untuk mencatat informasi ke dalam formulir, buku jurnal, dan buku besar:
menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih
(mensortasi), memindah dan membandingkan.
Dalam sistem pengelolaan uang muka, misalnya, sistem ini dirancang untuk
melaksanakan salah satu kegiatan pokok organisasi nirlaba, yaitu pemberian uang muka
bagi pelaksanaan kegiatan program.
Sistem pengelolaan uang muka secara umum akan terdiri dari 6 prosedur berikut
ini:
1. Prosedur permohonan uang muka
2. Prosedur otorisasi permohonan uang muka
3. Prosedur pengeluran dana melalui bank
4. Prosedur pertanggungjawaban uang muka
5. Prosedur pengeluaran/penerimaan selisih pertanggungjawaban uang muka

Formulir yang digunakan adalah formulir Permohonan Uang Muka (sering disebut
PUM), formulir Pertanggungjawaban Uang Muka (atau sering disebut PJUM), dan
formulir Bukti Bank Keluar/Masuk.

Ada beberapa contoh kegiatan klerikal di sistem tersebut, antara lain:

1. Pemohon/Pengguna Dana menyusun Permohonan Uang Muka


2. Manajer Keuangan memeriksa kesesuaian Permohonan Uang Muka
dengan Anggaran
3. Manajer Keuangan memberikan kembali Permohonan Uang Muka kepada
Pemohon apabila tidak sesuai dengan anggaran
4. Direktur melakukan review atas Permohonan Uang Muka dan memberikan
otorisasi pengeluaran dana sesuai dengan permohonan yang telah disetujui
5. Manajer Keuangan/Kasir memberikan uang tunai atau Bukti Setor
Bank/Bukti Transfer Bank kepada Pengguna Dana
6. Pengguna Dana menyusun Laporan Pertanggungjawaban Uang Muka dan
melengkapi dengan Dokumen Pendukung

Source: http://keuanganlsm.com/perbedaan-pengertian-sistem-dan-prosedur/

Diakses pada tanggal 20/10/2017 hari Jumat Pukul 20:45

E. Test Of Control (Uji Kontrol)

Test of control atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai uji pengendalian
adalah prosedur audit yang umum dilakukan untuk mengetahui apakah sistem
pengendalian yang dilakukan oleh organisasi sudah berjalan efektif. Pengujian
pengendalian atau test of control dilakukan untuk memperoleh bukti audit tentang
efektivitas rancangan dan operasi kebijakan atau prosedur struktur pengendalian
internal. Sebagai contoh, prosedur pengendalian internal komputer menggunakan
jumlah berkas total batch untuk memastikan bahwa semua berkas transaksi telah
dicatat. Apabila jumlah nilai uang yang diproses dalam berkas tersebut tidak cocok,
maka transaksi jumlah berkas tersebut tidak akan diproses dan sebagai gantinya dicetak
suatu laporan pengecualian atau exception report.

Auditor dapat menguji efektivitas pengendalian dengan cara memasukan data


uji yang mengandung kesalahan pada total batch dan mengamati apa yang terjadi
dengan data uji tersebut. Pengujian pengendalian juga meliputi permintaan keterangan
kepada para pekerja mengenai apa yang mereka ketahui tentang efektivitas dari
pengendalian tersebut da memeriksa laporan pengecualian yang telah dihasilkan oleh
pengendalian internal klien. Kinerja pengujian pengendalian tidak diharuskan dalam
audit laporan keuangan. Namun, hal itu dilaksanakan dalam banyak audit dengan
populasi yang besar karena efektivitas biaya.

Pengujian Substantif

Pengujian substantif terdiri dari:

1. Prosedur analitis
2. Pengujian terinci atas transaksi
3. Pengujian terinci atas saldo

Pengujian substantif memberikan bukti tentang kelayakan asersi laporan


keuangan klien. Prosedur analitis meliputi penggunaan perbandingan untuk menilai
kewajaran, misalnya membandingkan saldo suatu akun dengan data non keuangan yang
terkait dengan saldo akun tersebut. Pengujian terinci atas transaksi meliputi
pemeriksaan dokumen pendukung dari setiap satuan transaksi yang dibukukan pada
sebuah akun tertentu, misalnya melakukan pemeriksaan dokumen pendukung vouching
untuk sisi debet akun piutang usaha terdapat ayat jurnal pada jurnal penjualan serta
faktur pendukung penjualan. Selain itu dilakukan juga penelusuran rinci dari dokumen
asli atau dokumen sumber terhadap buku jurnal serta buku besar yang terkait dengan
transaksi tersebut yang dapat digolongkan juga sebagai pengujian terenci atas transaksi.
Sedangkan pengujian terinci atas saldo meliputi pemeriksaan dokumen pendukung
untuk saldo akhir secara langsung, misalnya melakukan konfirmasi langsung kepada
salah seorang pelanggan tentang saldo piutang uasaha. Ketiga jenis pengujian substantif
tersebut merupakan hal yang komplementer. Pengujian mana yang akan digunakan
untuk suatu akun tertentu dapat bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti efektivitas
relatif untuk akun dan biaya.

Source : http://keuanganlsm.com/test-control-dan-test-transaction/

Diakses pada tanggal 21/10/2017 hari Sabtu Pukul 21:10

Daftar Pustaka

Source :http://auditorinternal.com/2011/05/19/iia-terbitkan-practice-guide-mengaudit-
lingkungan-pengendalian/

https://www.kompasiana.com/hajarlinda/pengendalian-
internal_5938bdafa013e4421048fa52

Diakses pada tanggal 19/10/2017 hari Kamis Pukul 20:45

Source: http://keuanganlsm.com/perbedaan-pengertian-sistem-dan-prosedur/

Diakses pada tanggal 20/10/2017 hari Jumat Pukul 20:45

Source : http://keuanganlsm.com/test-control-dan-test-transaction/
Diakses pada tanggal 21/10/2017 hari Sabtu Pukul 21:10

Vous aimerez peut-être aussi