Vous êtes sur la page 1sur 46

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DIABETES MIELITUS

NAMA : HARTATI

PEMBIMBING
TRILIA, S.Pd, M.Kes

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2017
KATAPENGANTAR

PujidansyukurpenulispanjatkanataskehadiratTuhanYangMahaEsakarenaatas
RahmatdanKaruniaNyasehinggapenulisdapatmelaksanakantugasmakalahyangberjudul
ASUHANKEPERAWATANDIABETESMELITUSdapatselesaitepatpadawaktunya,
makalahinidisusungunamemenuhitugasKeperawatanMedikalBedah.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari harapan pembaca yang mana di
dalamnyamasihterdapatberbagaikesalahanbaikdarisistempenulisanmaupunisi.Oleh
karenaitupenulismengharapkankritikdansaranyangsifatnyamembangunsehinggadalam
makalahberikutnyadapatdiperbaikisertaditingkatkankualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulustulusnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaatbagikitasemua.

Amin.

Lahat, 2017

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa


Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup
upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua
upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan
keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya
Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit
yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah
klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Menurut catatan di ruang perawatan Bedah RSUD
Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah, saraf dan lain-lain.
Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan perawatan yang
sempurna sangat dibutuhkan.
Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan saja, tapi
yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan juga pendidikan bagi
klien dan keluarga.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi atau gambaran yang nyata tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin akibat Diabetes
Mellitus.

2. Tujuan Khusus
3
a. Untuk memperoleh gambaran tentang pengkajian fisik pada pasien Diabetes
Mellitus.
b. Untuk memperoleh gambaran tentang diagnosa perawatan dan rencana
keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
c. Dapat melakukan tindakan perawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
d. Untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pelaksanaan keperawatan pada
klien dengan Diabetes Mellitus.
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien Diabetes Mellitus secara benar
dan baik.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah :
1. Studi Kepustakaan
Membaca dan mempelajari literatur-lliteratur yang ada relevansinya dengan karya
tulis ini antara lain buku dan catatan kuliah.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis ini, penulis
membagi dalam lima bab, yaitu :

BAB I : Pendahuluan yang memuat tentang latar belakang, ruang lingkup,


tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis

Konsep dasar medis yang terdiri dari : Pengertian, anatomi dan


fisiologi, patofisiologi, klasifikasi, etiologi, gambaran klinik,
penatalaksanaan, komplikasi.
Konsep dasar keperawatan yang terdiri dari : Pengkajian data,
perencanaan, tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, dan evaluasi.
BAB III : Tinjauan kasus

Membahas asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan


proses keperawatan.
BAB IV : Pembahasan

Berisi kesenjangan antara teori dan kasus, disertai justifikasi yang


jelas.
BAB : Kesimpulan dan Saran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4
A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian Diabetes Mellitus


a. Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan
gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).
b. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi
sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi
insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
c. Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh
faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik
hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).

2. Anatomi Fisiologi Pankreas


Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 100 gram. Letak pada daerah
umbilical, dimana kepalanya dalam lekukanduodenum dan ekornya menyentuh
kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah.
Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu :
a. Kepala pankreas merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan
umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan
depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.
d. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.
Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi
insulin dan glukogen langsung ke darah.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta
dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan
sel-sel delta mengekresi somatostatin.

e. Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :


Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah
pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
5
1) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan
polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida kemudian dijadikan
monosakarida.
2) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi
asam amino.
3) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak
dan gliserol gliserin.
Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam
pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara
alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran.
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan
hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah
insulin dan glukagon

f. Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin
terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah.
Kadar glukosa darah adalah 80 90 mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
a) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan
konsentrasinya setelah makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glukagon.
b) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.
c) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap
hypothalamus adalah merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang
disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia
berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :


a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa
b.) Mengurangi konsentrasi gula darah
c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.
6
2). Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang
terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon
merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai
asam amino.
Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :
a.) Pemecahan glikogen (glikogenesis)
b.) Peningkatan glukogenesis
Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah
mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada
sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi
glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi
glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari
hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
3) Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga
efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa
oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300
sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis. (3)
Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita Diabetes
Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus
meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai
dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit
tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme
telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak,
kadar asam aseto asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat
meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.
4) Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes Mellitus type insulin, Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) yang
dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset Diabetes (JOD), penderita tergantung
pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
7
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan
karena keturunan.
b. Diabetes Mellitus type II, Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDOM), yang
dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset Diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
Non obesitas
Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c. Diabetes Mellitus type lain
1) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pancreas, kelainan hormonal,
diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan
lain-lain.
Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
2) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam
amino dan glukosa ke fetus.

5) Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti
dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus
adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda
dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita Diabetes
Mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan
dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.

b. Faktor non genetik


1.) Infeksi

8
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai
predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus.
2.) Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.) Malnutrisi protein
c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.) Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat

6) Gambaran Klinik
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :


a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana
gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak
kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak
karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi
(lapar).
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

7) Penatalaksanaan
9
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien
berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia
atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari
tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat
hyperglikemik oral dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting
dalam membantu klien mengatasi kondisi ini.

8) Komplikasi
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
1) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati
diabetic.
3) Neuropati diabetic.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan


hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat melakukan
metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara
sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan intervensi

10
mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,
keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri : Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi : Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan : Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus
yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

11
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang
tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi
informasi.

3. Rencana Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer
dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.) Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
3.) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan
yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan
cairan pengganti.
5.) Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
12
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
2.) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorbsi dan utilisasinya).
3.) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
4.) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam
sel

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

13
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.

d. Resiko tingi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2) Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk
mempertahankan kontak dengan realitas.
3) Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan
realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

14
3) Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
4) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1) Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.
2) Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang
lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol
diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri
sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi
informasi.
Tujuan :
15
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan.
Intervensi :
1) Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2) Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4) Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab
pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arjatmo Tjokronegoro, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,1999, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.

2. Barbara C. Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni


Pendidikan Padjajaran Bandung.

3. Boedi Sarwono, 1984, Segi Praktis Diagnostik Ilmu Penyakit Dalam,


Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

4. Guyton, 1987, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC, Jakarta.

16
5. Hotma Purmoharjo, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC, Jakarta.

6. Marylinn E. Doenges, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan


Gangguan Sistem Endokrin, EGC Jakarta.

7. Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II, Media Aeusculapius.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang tercantum
dalam rencana keperawatan.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah :
a. Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi/adekuat ?
b. Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ?
c. Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ?
17
d. Apakah tidak terjadi perubahan sensori perseptual ?
e. Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ?
f. Apakah klien dapat menerima keadaan dan mampu merencanakan perawatannnya sendiri ?
g. Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tgl Masuk RS : 3 8 2002

Tgl Pengkajian : 3 9 2002

No. Register : 05 37 92

Diagnosa Medis ; DM Type II

A. Pengkajian
1. Biodata

a. Identitas Klien

Nama : Tn. R

Umur : 46 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Kawin/Belum : kawin

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : PNS (Pemda)

Penghasilan : Rp. 1. 300. 000,-

Alamat : Daya

b. Identitas Penanggung

Nama : Ny. NR

Umur : 41 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


18
Agama : Islam

Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia

Kawin/Belum : kawin

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Penghasilan :-

Hubungan : Istri

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1.) Keluhan utama : Kelemahan fisik.

2.) Riwayat keluhan utama : kelemahan dirasakan sejak 17 hari yang lalu, disertai sakit seluruh

badan, tungkai bawah kiri dan kanan, terasa kram-kram sifatnya tertusuk-tusuk.

3.) Faktor pencetus : Belum diketahui

4.) Faktor yang meringankan : Bila klien istirahat dan dipijit

5.) Faktor yang memberatkan bila klien beraktifitas.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

1.) Klien pernah opname di RS dengan keluhan-keluhan yang sama 2 bulan yang lalu.

2.) Klien menderita penyakit kronis (Diabetes Mellitus 3 tahun yang lalu)

3.) Klien tidak merokok

4.) Klien tidak pernah operasi

5.) Tidak ada riwayat alergi.

c. Riwayat kesehatan keluarga

19
Genogram 3

generasi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Orang tua klien menderita DM

: Meninggal

: Tinggal serumah

3. Pemeriksaan Fisik

a. Status kesehatan klien nampak sakit sedang

b. BB : 49 Kg, TB : 163 cm

c. Kesadaran : Komposmentis

d. Tanda-tanda vital
20
TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

SB : 36, 6 0 C

P : 20 x/menit

e. Kepala

Inspeksi :

- Warna rambut : Hitam

- Distribusi rambut : Merata

- Kulit kepala : Nampak bersih

- Nampak tidak ada ketombe pada rambut

Palpasi :

- Tidak ada rasa nyeri tekan pada kepala

- Tidak ada massa atau benjolan

- Rambut mudah rontok

f. Muka

Inspeksi :

- Muka nampak simetris kiri dan kanan

- Nampak benjolan pada dahi

- Warna kulit sama sekitarnya

Palpasi :

- Ada massa atau benjolan pada dahi.

- Tidak ada nyeri tekan

g. Mata

Inspeksi :

1.) Palpebra : Tidak nampak ada oedem

2.) Sclera : Tidak icterus

3.) Conjungtiva : Nampak agak pucat

4.) Pupil : Isokor

5.) Bola mata : Dapat bergerak ke segala arah


21
Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada bola mata

- Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler

h. Hidung

Inspeksi :

- Lubang hidung simetris kiri dan kanan

- Tidak nampak adanya deviasi pada septum

- Tidak ada peradangan atau lesi

- Mukosa hidung tampak lembab

Palpasi :

- Tidak ada rasa nyeri tekan pada sinus maxillaris, etmoidalis, frontalis.

- Tidak teraba adanya massa atau benjolan.

i. Telinga

Inspeksi :

- Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga

- Tidak tampak adanya serumen

- Tidak ada peradangan atau lesi

- Nampak simetris kiri dan kanan

- Klien tidak memakai alat bantu pendengaran

Palpasi :

- Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan pinna

- Tidak ada nyeri tekan pada mastoid

j. Rongga mulut

Inspeksi :

1.) Gigi :- Jumlah gigi lengkap (34 buah)

- Tidak memakai gigi palsu

2.) Gusi :- Berwarna merah

- Tidak ada peradangan


22
3.) Lidah : nampak agak kotor

4.) Bibir : Nampak agak kotor

k. Leher

Inspeksi :

- Tidak nampak adanya pembesaran pada kelenjar limfe

- Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid

- Tidak tampak adanya bendungan pada vena jugularis

- Tidak ada peradangan atau lesi.

Palpasi :

- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar lymfe.

- Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid

- Tidak teraba adanya bendungan pada vena jugularis

- Tidak teraba adanya kelenjar atau massa.

l. Thoraks dan paru

Inspeksi :

- Bentuk dada normal chest/simetris kiri dan kanan

- Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan

- Irama pernafasan teratur

- Frekuensi pernafasan 20 x/menit

Palpasi :

- Tidak teraba adanya massa atau benjolan

- Tidak ada nyeri tekan pada dada

- Ekspansi pernafasan seimbang kiri dan kanan

Auskultasi

- Bunyi pernafasan vesikuler pada semua lapang paru

- Tidak ada bunyi tambahan

Perkusi
23
- Bunyi semua resonan pada semua lapang paru

- Batas paru ICS 3, 4, 5 sisi dada kiri dengan bunyi resonan ke pekak

- Batas paru-paru hati ICS 6 dada sebelah kanan dari resonan ke pekak

- Batas paru-paru dengan lambung ICS 8 sisi sebelah kiri bunyi resonan

m. Jantung

Inspeksi :

- Ictus cordis tidak nampak pada ICS 5 sisi kiri

Palpasi :

- Ictus cordis teraba pada ICS 5 sisi sebelah kiri.

Perkusi

- Batas jantung dengan paru-paru pada ICS 3, 4, 5 dengan bunyi resonan ke pekak.

Auskultasi

- Bunyi jantung I : Terdengar murni dan teratur

- Bunyi jantung II : Terdengar murni dan teratur

- Tidak ada bunyi tambahan

n. Abdomen

Inspeksi :

- Tidak nampak adanya massa atau benjolan

- Tidak ada bekas luka di perut

- Nampak simetris kiri dan kanan

Auskultasi :

- Peristaltik usus 6 x/menit

- Bunyi bising usus tidak terdengar

Perkusi :

- Bunyi tympani : Pada kwadran kiri atas, bawah, sisi kanan atas bunyi pekak.

Palpasi :

- Tidak teraba adanya massa/benjolan


24
- Hati dan lympa tidak teraba

- Tidak ada nyeri tekan pada abdomen

o. Ekstremitas

1.) Ekstrimitas atas

Inspeksi :

- Nampak simetris kiri dan kanan

- Tidak ada atrofi atau oedema

- Nampak fleksi pada sendi kiri dan kanan

- Kuku nampak bersih.

Palpasi

- Tidak teraba adanya benjolan

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak ada bunyi krepitasi

Perkusi

- Refleks Biceps positif

- Refleks Trisep positif

2.) Ekstrimitas bawah

Inspeksi :

- Nampak simetris kiri dan kanan

- Tidak ada oedema atau pembengkakan

- Nampak luka pada kaki kanan (ibu jari)/kaki warna luka hitam

Palpasi

- Tidak teraba adanya massa atau benjolan

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak ada bunyi krepitasi

Perkusi

- KPR : Positif kiri/kanan

- APR : Positif kiri/kanan

- Babinsky : Negatif kiri/kanan


25
4. Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium Tgl 15 Agustus 2002

GDS 117 Normal : 140 mg/dl

SGOT 23 Normal : Lk < 38

SGPT 10 Normal : Lk < 41

Tgl. 20 Agustus 2002

GDS 385 Normal : 140 mg/dl

Tanggal 02 September 2002

GDS 397 Normal : 140 mg/dl

5. Pola Kegiatan Sehari-hari

a. Nutrisi

1.) Kebiasaan

- Pola makan : Nasi, lauk, sayur-sayuran

- Frekuensi makan : 3 x sehari

- Nafsu makan : Baik

- Makanan kesukaan : Manis-manisan

- Makanan pantang : Tidak ada

- Minuman dalam sehari : 8 gelas/hari

2.) Setelah sakit

- Pola makan : Nasi, lauk, sayur-sayuran

- Nafsu makan : Baik

- Makanan kesukaan : Sop saudara

- Makanan pantang : Tidak ada

- Minuman dalam sehari : 6 7 gelas/hari

3.) Selama di rumah sakit

- Pola makan : Nasi (Diet TKTP)

- Frekuensi makan : 3 x sehari


26
- Makanan pantang : Manis-manisan

- Minuman dalam sehari : 6 - 7 gelas/hari

b. Eliminasi

1.) Buang air kecil

Kebiasaan

- Frekwensi : 5 6 x/hari

- Warna : Kuning

- Bau : Pesing

Perubahan selama di Rumah sakit

- Frekwensi sering tapi sedikit sedikit.

2.) Buang air besar

Kebiasaan

- Frekwensi : 1 x/sehari

- Warna : Kuning

- Konsistensi : Lunak

Perubahan selama di RS

- Frekwensi : 1 x dalam 3 hari.

c. Olah raga dan aktivitas

- Klien tidak suka olah raga

- Klien tidak mampu melakukan aktifitas

d. Istirahat dan tidur

Kebiasaan :

- Tidur malam jam 21.00 bangun jam 05.00

- Tidur siang jam 14.30 bangun jam 15.30

- Klien tidak mudah terbangun.

Perubahan selama di rumah sakit :

- Tidur malam kadang-kadang jam 20.00 bangun jam 04.30


27
- Siang kadang pagi kadang sore

- Klien mudah terbangun

e. Personal hygiene

Kebiasaan :

- Mandi 2 x sehari.

- Menyikat gigi 2 x sehari

- Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo

Selama di rumah sakit

- Aktifitas sebagian dilaksanakan oleh klien sendiri.

6. Pola Interaksi Sosial

- Orang yang terpenting dalam hidup klien istri dan anak.

- Klien mudah mendapat teman

- Hubungan dengan perawat/tenaga kesehatan baik.

7. Keadaan Psikologis Selama Sakit

- Klien merasa beban dirumah sakit

- Klien mempercayakan perawatan kesehatan kepada istri dan perawat.

8. Kegiatan Keagamaan

Klien tidak melakukan shalat 5 waktu.


Klien sudah mampu berjalan-jalan.

9. Perawatan dan Pengobatan

Perawatan

- Ganti verband setiap hari.

- Luka dikompres dengan cairan NaCl 0,9 %

Pengobatan

- Clindamicyn 3 x 500 mg/hari

- Metronidazole 3 x 500 mg/hari

- Pletal 2 x 1 tablet/hari

- Neurosambe 1 x 1 tablet/hari

28
B. KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif

- Klien mengatakan badan terasa lemah.

- Klien mengatakan sebagian besar aktivitasnya bisa dilakukan sendiri

- Klien mengatakan nafsu makan menurun

- Klien mengatakan berat badannya menurun

- Klien menyatakan riwayat DM sudah 3 tahun dan orang tuanya juga menderita DM.

Data Obyektif

- Klien nampak lemah

- Conjungtiva nampak pucat

- Terapi insulin 25 10 10

- Tampak luka pada kaki sebelah kiri (ibu jari)

- Tampak luka pada kaki sebelah kanan

- Aktivitas klien sudah dapat dilakukan sebagian

- Porsi makan tidak dihabiskan

- GDS 397 mg/dl

- Tanda-tanda vital :

TD : 120/80 mmHg SB : 36,6 0 C

N : 80 x/menit P : 20 x.menit

C. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Data Subyektif : Penurunan insulin tubuh Penurunan

Klien merasa lemah aktivitas

Klien mengatakan sebagi-an Glukosa darah tidak dapat

29
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

aktifitasnya dilakukan sendiri. ditransfer kejaringan

Data Obyektif :

Klien nampak lemah Glukagon otot menurun

Aktifitasnya sebagian dila-

kukan sendiri. Metabolisme karbohidrat

menurun

ATP tidak terbentuk

Energi berkurang

Kelemahan

Data subyektif :
Penurunan insulin dalam tubuh
2. Klien mengeluh lemah Nutrisi kurang

Klien mengeluh berat badan dari kebutuhan
Glukosa darah tidak dapat
menurun.
ditransfer ke jaringan
Klien mengatakan nafsu makan

menurun.
Starvasi (kelaparan sel)
Data obyektif :

Porsi makan tidak dihabiskan
Pemecahan lemak dan protein
( porsi)
di hati
Konjungtiva nampak pucat

Penurunan BB


30
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

Menunjukkan nutrisi tubuh

tidak adekuat

Peningkatan gula darah

Data subyektif : -

3. Data obyektif : Pembatasan diet dan therapi Resiko terjadi

Klien nampak lemah Insulin hypoglikemia

Ada riwayat DM

Therapi insulin 25-10-10 Gula darah tidak terkontrol

GDS : 397 mg/dl

Penurunan insulin tubuh

Data subyektif : -
4. Data obyektif : Glukosa tidak dapat ditransfer Resiko perlu-

Nampak luka pada kaki kiri ke jaringan asan infeksi

(ibu jari)

GDS 397 mg/dl
Peningkatan glukosa darah

Osmolaritas meningkat

Nutrisi dan O2 tidak dapat

disuplai ke jaringan perifer

terutama ekstremitas kaki kiri

Luka dapat menyebabkan

nekrose pada luka yang tidak

dirawat

31
D. PRIORITAS MASALAH
1. Penurunan aktifitas berhu-bungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan :

Data Subyektif :
- Klien merasa lemah

- Klien mengatakan sebagi-an aktifitasnya dilakukan sendiri.

Data Obyektif :
- Klien nampak lemah

- Aktifitasnya sebagian dila-kukan sendiri.

2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat ditandai dengan :

Data subyektif :
- Klien mengeluh lemah

- Klien mengeluh berat badan menurun.

- Klien mengatakan nafsu makan menurun.

Data obyektif :
- Porsi makan tidak dihabiskan ( porsi)

- Konjungtiva nampak pucat

3. Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pem-batasan diet dan therapi insulin

ditandai dengan :

Data subyektif : -

Data obyektif :

- Klien nampak lemah

- Ada riwayat DM

- Therapi insulin 25-10-10

- GDS : 397 mg/dl

- TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

P : 20 x/menit

S : 36, 6 0 C

32
4. Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan hyper-glikemia ditandai dengan :

Data subyektif : -

Data obyektif :

- Nampak luka pada kaki kiri (ibu jari)

- GDS 397 mg/dl

33
E. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn.
R Tgl. Masuk
RS : 03 08 - 2002
Umur : 46
Tahun Tgl.
Pengkajian : 03 09 - 2002
J. Kelamin : Laki-
laki No.
Register :
Alamat : Perum. Daya Dx.
Medis : DM Type II

TANGGA RENCANA KEPERAWATAN


DIAGNOSA
L/ KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
NO
3 09 02 Penurunan aktifitasAktifitas klien
1. Kaji tingkatUntuk mengetahui

1. berhu-bungan terpenu-hi kemampuan sejauhmana

dengan kelemahandengan kriteriaklien dalamkemampuan klien dan

fisik ditandai: melakukan menentu-kan intervensi

dengan : Klien tidakaktifitas. selanjutnya.

Data Subyektif : lemah lagi

Klien merasa Semua


2. Bantu/latihUntuk mencegah

lemah aktifitasnya klien berak-terjadinya atropi

Klien mengatakandapat tifitas secaraotot/kelemahan otot.

sebagi-an dilakukan bertahap.

aktifitasnya sendiri seperti Klien tidak merasa

dilakukan sendiri. bia-sanya 3. Libatkanterabaikan oleh keluarga

Data Obyektif : misalnya keluarga dalamdan semua kebutuhan

Klien nampakmandi, makan,tindakan klien dapat terpenuhi.

lemah berjalan dll. keperawatan

Aktifitasnya Agar klien dan keluarga

2. sebagian dila-kukan dapat mengerti dan

sendiri. 4. HE tentangmemahami tentang


34
TANGGA DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
L/ personal pentingnya personal

hygiene hygiene (kebersihan

badan).

Kebutuhan

Perubahan statusnutrisi ter- Untuk mengetahui

nutrisi kurang daripenuhi dengan Kaji kebiasaanseberapa banyak

kebutuhan tubuhkriteria: makan klien. makanan yang

berhubungan Nafsu makan dikonsumsi.

dengan intake yangbaik

tidak adekuat Porsi makan Timbang beratUntuk mengetahui

ditandai dengan : yang badan setiapadanya peningkatan

Data subyektif : disediakan hari atau sesuaiatau penurunan

Klien mengeluhdihabis-kan indikasi. sehingga mengetahui

lemah Klien tidak tindakan selanjutnya.

Klien mengeluhlemah

berat badan SajikanMakan yang hangat

menurun. makanan yangdapat meningkatkan

Klien mengatakan hangat sesuaiselera makan klien

3. nafsu makan dengan

menurun. program diet.

Data obyektif : Agar dapat memenuhi

Porsi makan tidak Beri makankebutuhan nutrisi yang

dihabiskan ( porsi kecil tapidiperlukan klien

porsi) sering, libatkanmemberi informasi pada

Konjungtiva keluarga klienpasien pada

nampak pucat pada perencanaan makan

perencanaan keluarga dapat

35
TANGGA DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
L/ makanan inimemenuhi kebutuhan

Hypoglikemia sesuai indikasi. nutrisi klien.

tidak terjadi

dengan Kadar gula darah

Resiko terjadikriteria: Kontrol gulamerupakan parametere

hypoglikemia Klien tidakdarah tentang adanya resiko

berhubungan merasa lemah hypoglikemia.

dengan pem- Tidak ada

batasan diet dantanda-tanda Untuk mempertahankan

therapi insulinhypoglike-mia Beri diet sesuaikadar gula darah dalam

ditandai dengan : seperti pucat,dengan batas normal setelah

4. Data subyektif : - tachicardi, kebutuhan pemberian insulin.

Data obyektif : kulit teraba

Klien nampakdingin, mual, Agar dapat mendeteksi

lemah muntah dan Observasisedini mungkin adanya

Ada riwayat DM tremor. tanda-tanda tanda-tanda

Therapi insulin 25- hypoglikemia hypoglikemia.

10-10

GDS : 397 mg/dl Dengan pemberian

TTV : Beri makan 15makan 15 menit setelah

TD : 120/80 mmHg menit setelahpemberian insulin

N : 80 x/menit pemberian diharapkan untuk

P : 20 x/menit insulin. mencegah terjadinya

S : 36, 6 0 C hypoglikemia.

Perluasan Ukur tanda-Sebagai indikator untuk

infeksi tidaktanda vital menen-tukan intervensi

36
TANGGA DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
L/ terjadi dengan yang tepat untuk

kriteria: tindakan perawatan

Resiko perluasan Luka sembuh Observasiselanjutnya.

infeksi dengan baik tanda-tanda Untuk

berhubungan Tidak adaperluasan mengetahui/mengidenti-

dengan hyper-nanah (pus) radang /infeksi. fikasi tanda-tanda

glikemia ditandai Luka tidak infeksi secara dini

dengan : melebar dengan membantu

Data subyektif : - Luka nampak Lakukan/gantimenentu-kan intervensi

Data obyektif : kering. verband denganselanjutnya.

Nampak luka pada tehnik aseptik

kaki kiri (ibu jari) dan antiseptik Tekhnik aseptik dan

GDS 397 mg/dl antiseptik merupakan

salah satu metode

Kompres lukapencegahan masuknya

dengan cairankuman ke dalam luka.

NaCl 0,9 % tiap

ganti verband Cairan NaCl 0,9 %

dapat

Ukur tanda-mengisap/menyerap

tanda vital (TD,nanah (pus) sehingga

S, N, P). luka cepat kering.

Untuk tanda-tanda

infeksi bisa

Penatalaksanaa dimanifestasikan

n pem-beriandengan pening-katan

37
TANGGA DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
L/ antibiotik tanda tanda vital.

Chlin-damycin,

metronida-zole Antibiotik dapat

3 x 500 mg/hari menghambat atau

membunuh kuman.

38
F. CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/ NO.
NO TGL DX JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
1. Rabu, 1. 08.00 Mengkaji tingkat kemampuan
S : Klien mengata-kan

4/09/02 klien Hasil : Klien dapat mampusudah bisa berjalan,

melakukan aktifitas. makan sendiri tidak

dibantu.

08.30 Menganjurkan klien jalan-jalan

pagi secara bertahap. : Nampak klien

Hasil : Klien dapat jalan-jalanmelakukan ak-tifitas

pagi. makan, mandi, jalan-

jalan.

09.00 Menyuruh klien mandi sendiri di

kamar mandi : Masalah dapat

Hasil : Klien dapat melakukanteratasi

sendiri.

09.50 Memberikan penyuluhan pada

keluarga dan klien pentingnya

personal hygiene, personal per-

orangan.

Hasil : Keluarga/klien mengerti

dan mau melaksanakannya.

10.00 Memberikan penyuluhan tentang

pentingnya diet, perlunya menga-

tasi peningkatan gula dalam darah

Hasil : Klien dapat mengerti dan

mau melaksanakan.

39
HARI/ NO.
NO TGL DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
Mengontrol gula darah

Hasil : GDS :

S : Klien mengata-kan

Menganjurkan pada keluarganafsu ma-kan baik.

2. 2. 08.00 untuk memberikan makan sesuai


- Klien tidak me-rasa

dengan diet. lemah lagi

Mengkaji pola dan kebiasaan : Porsi makan yang

08.30 makan klien diberikan dihabiskan.

Hasil : Porsi makan yang diberi-


- Konjungtiva ti-dak

kan dihabiskan. pucat.

Memberikan makan pada klien

12.00 Hasil : Porsi makan yang diberi- : Masalah sudah

kan dihabiskan. teratasi

Melibatkan keluarga dalam pe-

09.45 rencanaan makanan sesuai indi-

kasi.

Hasil : Keluarga dapat mengerti -

dan mau melaksanakan.

: Therapi insulin 25

Menganjurkan pada keluarga 10 10

3. 3. 08.45 untuk memberikan makanan GDS 397 mg/dl

sesuai dengan diet.

Hasil : Keluarga memberi makan : Masalah belum

sesuai instruksi dokter (Dietteratasi

TKTP).

40
HARI/ NO.
NO TGL DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
Mengobservasi tanda-tanda Lanjutkan inter-vensi

09.15 hupoglikemia 1,3, dan 4

Hasil : Tidak ada tanda-tanda

hypoglikemia.

Memberi makan klien setelah

12.00 pemberian Insulin

Hasil : Porsi makan dihabiskan

Mengukur tanda-tanda vital :

10.30 TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36, 6 0 C -

P: 20 x/menit

: Nampak warna

Mengkaji tanda-tanda perluasan merah pada pinggir


radang atau infeksi
4. 4. 10.00 Hasil : nampak warna merah padaluka.

pinggir luka. Luka warna hitam.

Mengganti verband dengan tehnik : Tidak tampak

aseptik dan antiseptik perluasan luka

10.15

Mengompres luka dengan cairan Lanjutkan inter-vensi

NaCl 0,9 %. 2,3, dan 5

10.15

Mengukur tanda-tanda vital

Hasil :

10.30 TD : 120/80 mmHg


41
HARI/ NO.
NO TGL DX
JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
N : 80 x/menit

S : 36, 6 0 C

P: 20 x/menit

Memberikan obat antibiotik

Chlindamycin 3 x 500 mg/hari

12.35 Metronidazole 3 x 500 mg/hari

BAB IV
PEMBAHASAN

Kesenjangan dalam suatu asuhan keperawatan atau proses keperawatan adalah adanya

ketidaksesuaian antara teori dan kenyataan yang ditemukan di lapangan.

Dalam asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. R dengan gangguan sistem

endokrin akibat Diabetes Mellitus, juga ditemukan beberapa kesenjangan. Untuk

memudahkan dalam memahami kesenjangan yang terjadi, maka penulis membahas sebagai

berikut :

A. Pengkajian

Pengkajian yang ditemukan pada kasus ini terdapat kesenjangan yaitu pasien tidak mengalami
gejala utama pada Diabetes Mellitus, yaitu poliuri, polipagi, tetapi klien hanya mengeluh
kelemahan tubuh, kurang nafsu makan dan berat badan menurun.
Tidak ditemukan ketiga gejala utama diatas mungkin disebabkan karena adanya therapy

pemberian insulin yang adekuat.

42
B. Perencanaan

Pada kasus ini penulis mengangkat/ temukan empat diagnosa keperawatan, tetapi secara
umum yang termuat dalam teori keadaan pasien Diabetes Mellitus ada tujuh diagnosa
keperawatan yakni :
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan

insulin, penurunan masukan oral.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

4. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat

diobati, ketergantungan pada orang lain.

7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan

dengan kurangnya pemajanan/menginat, keselahan interpretasi informasi.

Pada kasus ini penulis menemukan dua diagnosa keperawatan yang tidak ada pada teori
yaitu :
1. Penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Hal ini diangkat karena klien tidak mampu melakukan aktifitasnya sendiri.
2. Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pemberian insulin
Hal ini diangkat karena pemberian terapi insulin yang terus menerus tanpa memantau kadar
gula darah akan menyebabkan hyperglikemia.
Pada kasus ini penulis tidak mengangkat diagnosa utama yaitu kekurangan volume cairan
karena pada pasien tidak ditemukan adanya gejala-gejala deficit volume cairan, seperti : out
put urine meningkat, tachicardi dan evaporasi.
Diagnosa resiko tinggi tehadap perubahan persepsi sensori, kelelahan dan ketidak berdayaan
serta kurang pengetahuan, tidak ditemukan dalam tinjauan kasus, hal ini disebabkan karena
klien sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit selama 1 bulan sehingga kondisi
penyakit klien sudah mulai membaik.

C. Pelaksanaan

Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi pada rencana
yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang berdasarkan
teoritis ada yang belum terlaksana, semua ini disebabkan karena keadaan/sifat klien yang
berbeda dan jenis perawatan yang dilaksanakan di ruang perawatan disesuaikan dengan
keadaan dan sarana serta fasilitas yang tersedia.

D. Evaluasi
Dalam teori pada evaluasi yang ditentukan adalah keadaan atau kriteria pencapaian tujuan
sesuai rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan.

43
Pada studi yang ditangani melalui pendekatan proses keperawatan sebagai metode

pemecahan masalah, maka dari 4 (empat) diagnosa keperawatan yang muncul/diangkat, 2

(dua) diantaranya teratasi dengan baik yaitu :

1. Penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Sedangkan dua diagnosa resiko yang diangkat, selama pelaksanaan studi kasus, tidak

terjadi yaitu :

3. Resiko terjadi hypoglikemia berhubungan dengan pembatasan diet dan terapi insulin.

4. Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Hal ini dapat dicapai karena klien dan keluarga sangat kooperatif dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan dan kerjasama yang baik dengan tim kesehatan lain, dan untuk mempertahankan
agar kedua diagnosa resiko tersebut tidak menjadi aktual, penulis telah mendelegasikan ke
petugas ruangan untuk melanjutkan penerapan proses keperawatan pada klien tersebut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah menyelesaikan studi kasus pada klien Tn. R dengan gangguan sistem endokrin ;

Diabetes Mellitus di ruang Interna Perjan RS DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar, dengan

44
bertitik tolak pada pembahasan bab sebelumnya maka penulis dapat menarik kesimpulan dan

saran-saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
1. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronik yang menimbulkan gangguan multisistem
dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja
insulin yang tidak adekuat.
2. Pengkajian data penyakit Diabetes Mellitus dapat memberikan hasil bervariasi antara pasien
satu dengan yang lain. Pada umumnya data dan gejala yang ditemukan timbul sebagai akibat
terjadinya kekurangan insulin sehingga glukosa tidak masuk ke dalam sel.
3. Perawatan dan pengobatan Diabetes Mellitus terdiri dari diet, yang merupakan hal yang
sangat berperan, latihan fisik yang tepat, obat-obatan dan juga pendidikan kesehatan
mengenai penyakit tersebut.

B. Saran-saran
1. Untuk klien dan keluarga

Setelah mengetahui tentang penyakit Diabetes Mellitus serta komplikasi yang ada maka klien

perlu menyadari keadaan dirinya, sehingga perlu melakukan kontrol yang efektif mungkin

untuk mencegah terjadinya peningkatan gula darah dan diharapkan keluarga dapat bekerja

sama dalam hal ini.

2. Untuk petugas di ruangan

Harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara perawat dengan perawat, perawat

dengan klien dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebab dengan adanya kerjasama dan

komunikasi yang baik, dengan memandang individu sebagai makhluk biopsiko sosial dan

spiritual.

3. Untuk masa yang akan datang, penulis mengusulkan jika memungkinkan bahwa dalam

melaksanakan asuhan keperawatan untuk penulisan karya tulis ini perlu diberi waktu agak

lama agar memudahkan dalam melakukan evaluasi.

45
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,1999, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi
III, EGC. Jakarta.

Barbara C. Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah , Ikatan Alumni Pendidikan Padjajaran
Bandung.

Boedi Sarwono, 1984, Segi Praktis Diagnostik Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.

Guyton, 1987, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC, Jakarta.

Hotma Purmoharjo, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Endokrin, EGC,
Jakarta.

Marylinn E. Doenges, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Endokrin, EGC Jakarta.

Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi II, Media Aeusculapius.

46

Vous aimerez peut-être aussi