Vous êtes sur la page 1sur 7

Berbicara seks pasti tidak terlepas dari sosok Mariska Lubis. Loh kok bisa ?

Mariska Lubis
bak laksana virus di kompasiana dengan Tulisan-tulisannya seputar seks yang tidak menjurus ke
porno. Seks yang Mengundang Maut hingga Seks ala Jim Morrisson, John Lennon, Freddy Mercury,
dan Will Smith. Jauuuuhhhhhh Banget, Ya!!!. Trus apa hubungannya dengan postingan ini ? Pada
postingan kali ini saya akan memaparkan ilmu seks yang berasal dari kearifan lokal masyarakat bugis
yang dimana di ambil dari Manuskrip tua Assikalaibineng.

Assikalaibineng adalah sebuah manuskrip tua atau biasa disebut lontara yang dimana
perpaduan seksualitas budaya bugis dengan etika Islam. Ajaran dalam kitab ini sebenarnya rahasia.
Hanya bisa diperoleh bila seorang berguru, atau mengikuti tarekat. Terus apa saja yang bisa kita dapat
dalam ilmu seks ala bugis ini ? Mengungkap potensi enjakulasi dini, bagaimana kejiwaan yang
menyebabkan faktir terbesar sekaligus penggerak seseorang melakukan hubungan seks, Pengetahuan
praktis seperti waktu yang baik dan kurang baik untuk berhubungan badan Sahabat penasaran dengan
isi manuskrip ini ? Pada tahun 2009 manuskrip ini sudah dijadikan sebuah buku yang dapat anda
perolah di toko buku terdekat. Penerbit buku ini Ininnawa dan judul bukunya Assikalaibineng
Tetapi bila Sahabat ingin melihat sedikit mengenai ini berikut kutipan yang saya dapat dari media-
media online berikut mengenai Assikalaibineng

Mengukur Kejantanan dari Hembusan Nafas Assikalaibineng secara harfiah berarti cara
berhubungan suami istri. Akar kata serupa juga dipakai masyarakat petani sawah di awal masa tanam.
Karena padi dan sawah diibaratkan istri, maka suamilah diberi otoritas untuk menggarap dan
menanam. Karena ajaran lahir di masa kuatnya paternalistik dan belum ada gerakan persamaan
gender, makanya ajaran Kitab Persetubuhan Bugis ini lebih banyak ditujukan kepada suami. Kitab ini
paham betul emosi perempuan dan karena perasaan malunya mereka amat jarang menjadi inisiator.
Inilah yang sekaligus menjelaskan mengapa ilmu tarekat atau tasawuf seks ala Bugis-Makassar ini
diajarkan terbatas ke calon mempelai pria, memilih momentum beberapa hari sebelum akad nikah.
Setelah pengetahuan mandi, berwudu, dan salat sunah lalu tafakur bersama yang disebut nikah batin,
maka sampailah pada tahapan lelaku praktis, cumbu rayu, penetrasi, dan masa pascaberhubungan.
Karena konsep Assikalaibineg mengedepankan ideologi dan tata krama, disarankan agar sebelum
aktivitas penetrasi dimulai dilakukan dalam satu sarung, atau kain tertutup, atau kelambu. Masyarakat
Bugis, seperti dikemukakan Christian Pelras dalam bukunya, Manusia Bugis (Oxford: Blackwell,
2006) memang memiliki sarung khusus yang bisa memuat sepasang suami istri. Sarung jenis ini tentu
sangat susah didapat di pasar-pasar sandang kebanyakan. Namun toh, selimut bisa menjadi alternatif.
Buku ini menggunakan istilah makkarawa (meraba) dan manyyonyo (mencium) untuk tahap foreplay.
Ini dengan asumusi pihak pria sudah mengetahui 12 titik rangsangan, dan rangkaian mantra
(paddoangeng).
Meraba lengan adalah titik pertama yang disarankan dikarawa, sebelum meraba atau
mencium titi-titik lainnya. Pele lima (telapak tangan), sadang (dagu), edda (pangkal leher), dan
cekkong (tengkuk) adalah sejumlah titik yang dalam buku ini direkomendasikan di-karawa dan
dinyoyyo di tahap awal foreplay.

Setelah bagian badan tubuh, mulailah masuk di sekitar muka. Titik rawan istri dibagian ini
disebutkan; buwung (ubun-ubun), dacculing (daun telinga), lawa enning (perantara kening dia atas
hidung), lalu inge (bagian depan hidung). Di titik ini juga disebutkan, tahapan di bagian badan
sebelum penetrasi langsung adalah pangolo (buah dada) dan posi (pusar). Dalam foreplay berupa
makkarawa dan manyonyyo ini, buku menyarankan tetap tenang dan mengatur irama naffaseng
(nafas). Karena kitab persetubuhan ini sangat dipengaruhi oleh ajaran fiqhi aljima atau ajaran
berhubungan seks suami istri dalam syariat Islam, maka proses menahan nafas itu direkomendasikan
dengan melafalkan zikir dan menyatukan ingatan kepada Allah Taala. Apakah melafalkan zikir itu
bersuara? Tentulah tidak. Zikir dan mantra dalam bahasa Bugis itu dilafalkan dalam hati. Dalam
komentar penulis buku ini,menyebutkan, ejakuliasi dini oleh pria banyak terjadi karena pikiran suami
terlalu fokus ke pelampiasan untuk mencapai klimaks. Perlu diketahui, seperti ajaran agama Islam,
kitab Assikalaibineng bukan seperti buku-buku lain yang mengajarkan gaya dan teknis bersenggama
dan melampiaskan nafsu belaka. Laiknya ibadah, inti dari ajaran Assikalibineng adalah mengelola
nafsu birahi ke arah yang lebih positif dan bermanfaat secara spiritualitas. Bukankah seperti kata Nabi
Muhammad SAW usai memenangkan Perang Badar, kepada sahabatnya yang bersuka, diperi
peringatan, bahwa Perang Badar belum ada apa-apanya. Perang terbesar manusia Muslim adalah
bagaimana menahan hawa nafsu. Dan nafsu yang amat sulit ditahan oleh manusia secara pribadi
adalah nafsu birahi setelah nafsu ammarah (emosi kejiwaan). Di bagian lanjutan tulisan ini, nantinya
akan mengulas beberapa lafalan teknik menahan nafas. Namun, bagian lain halaman buku itu juga
diberikan tips parktis untuk mengetahui apakah seorang suami siap berhubungan seks atau tidak,
maka disarankan bagi pria untuk mengangkat tangan kirinya, lalu menghembuskan nafas dari hidung.
Jika nafas yang keluar dari lubang hidung kanan lebih kuat berhembus, maka pertanda kejantanan
yang bangkit. Namun jika hembusan dari lubang kiri lebih kuat, maka sebaiknya sang suami menunda
lebih dulu (hal 141). .. dalam keyakinan kebatinan Bugis, nafas hidung yang lemah dan kuat
berkaitan langsung dengan ilmu kelaki-lakian atau kejantanan seorang pria. (thamzil thahir)
http://ininnawa.com/?p=27 Daerah G-Spot Ala Bugis DATE/TIME:01/19/2009/10:37:56 Ketahuilah
bahwa uraian hari ini (soal kitab persetubuhan bugis), membuat sy secara refleks menguji nafas
hidung dan ternyata hembusan lubang kanan masih lebih deras (tokcer), meski usia sudh msk 55.
Ha.ha.ha +62811415*** Pesan singkat salah seorang pembaca Tribun di atas, hanyalah satu dari
seratusan pertanyaan dan eskpersi senada yang masuk ke redaksi, sejak tulisan ini muncul pekan lalu.
Muhlis Hadrawi, penulis buku ini, senantiasa mengingatkan di bagian awal, tengah, dan mengunci di
akhir bab tulisannya, bahwa Assikalaibineng bukanlah ilmu pelampiasan hasrat biologis sebagai
wujud paling alamiah sebagai makhluk saja. Penulis menggunakan istilah tasawupe
allaibinengengnge untuk menjelaskan kedudukan persetubuhan yang lebih dulu disahkan dengan akad
nikah dan penegasan kedudukan manusia yang berbeda dengan binatang saat melakukan
persetubuhan. Ini juga sekaligus wujud penghormatan dan menjaga martabat keluarga dalam kerangka
mendekatkan diri kepada Allah (hal 123). Pada bagian awal bab tata laku hubungan suami-istri,
Muhlis mengomentari satu dari tujuh manuskrip Assikalaibineng yang menjadi rujukan utamanya
menulis buku ini. Dikatakan ini sebagai pustaka penuntun tata cara hubungan seks untuk suami-istri
sebagai ilmu yang dipraktikkan Sayyidina Ali dan Fatimah. Muhlis memulainya dengan kisah
perbincangan tertutup Ali dan istrinya, yang juga putri Nabi, di tahun ketiga pernikahan mereka.
Perkawinan keduanya menghadapi satu masalah sebab Ali belum mengetahui dengan benar
bagaimana tata cara menggauli Fatimah. Kala itu, tulis Muhlis, Fatimah mengeluarkan ucapan
yang menyindir Ali, Apakah kamu mengira baik apabila tidak menyampaikan titipan Tuhan? Ali
kontan merasa malu dan sangat bersalah. Ali mulai sadar kalau ia belum memberikan apa yang
menjadi keinginan Fatimah di kamar tidur. Maka Ali meminta Fatimah memberitahu keinginan
Fatimah dan memintanya untuk mempelajarinya. Fatimah pun merekomendasikan Muhammad
Rasulullah, yang tak lain bapak Fatimah. Datanglah Ali ke Nabi Muhammad dan selanjutnya
terjadilah transfer pengetahuan dari bapak mertua kepada anak menantu. Transfer ilmu atau proses
makkanre guru seperti ini amat biasa dalam tradisi Bugis-Makassar, khususnya keluarga yang
mengamalkan ajaran tarekat-tarekat. Kisah di atas sekaligus menjelaskan bahwa lelaku dan zikir
Assikalaibineng tak terlambat untuk dipelajari. Memang idealnya, tata laku hubungan
Assakalaibineng ini diajarkan di awal masa nikah, namun bagi mereka yang ingin mengamalkannya
hanya perlu membulatkan tekad, untuk mengubah cara padangnya, bahwa hubungan suami-istri versi
Islam yang terangkum dalam lontara ini, berbeda dengan literatur, hasil konsultasi, atau frequent ask
and question (FAQ) soal seks yang selama ini sumber dominannya dari ilmu kedokteran Barat. Pada
sub bab Teknik Mengendalikan Emosi Seks atau Hawa Nafsu (hal 150), buku ini menyajikan laku
zikir untuk mengiringi gerakan seksual dari pihak suami. lelaku zikir ini menjadi penyeimbang
nuansa erotis dan terkesan tidak vulgar. Teknik mengatur napas adalah inti dari ketahanan pihak
suami. Untuk menjaga endurance napas suami agar istrinya bisa mencapai orgasme, misalnya, saat
kalamung (zakar) bergerak masuk urapana (vagina) disarankan membaca lafal (dalam hati)
Subhanallah sebanyak 33 kali disertai tarikan nafas. Narekko mupattamamai kalammu, isoi
nappassemu. Sebaliknya, jika menarik zakar, maka hembuskanlah napasmu (narekko mureddui
kalamummu, muassemmpungenggi nappasemu), dan menyebutkan budduhung. Bahkan bisa
dibayangkan karena babang urapana (pintu vagina) perempuan ada empat bagian, maka di bagian
awal penetrasi, disarankan hanya memasukkan sampai bagian kepala kalamummu lalu menariknya
sebanyak 33 dengan tarikan napas dan disertai zikir, hanya untuk menyentuh timungeng bunga
sibollo (klitoris bagian kiri). Mungkin bagi generasi sekarang, lafalan zikir dalam hati saat
bersetubuh akan sangat lucu, namun pelafalan Subhanallah sebanyak 33 kali dan perlahan dan diikuti
tarikan napas akan membuat daya tahan suami melebihi ekspektasi istri! (hal 80) Mmupanggoloni
kalamummu, mubacasi iyae/ya qadiyal hajati mufattikh iftahkna/..! Pada ppuncuni katauwwammu
padae tosa mpuccunna bungae (sibolloe)/tapauttmani katawwammu angkanna sekkena, narekko
melloko kennai babangne ri atau, lokkongi ajae ataummu mupallemmpui aje; abeona makkunraimmu,
majeppu mukennai ritu atau., na mubacaisi yae wikka tellu ppulo tellu/subhanallah../ Artinya,
.arahkan zakarmu, dan bacalah ini/Ya qadiyyal hajati mufattikh iftakhna/.kemudian cium
dadanya,. lalu naikkan panggulnya, ketika itu mekarlah kelaminnya layaknya mekarnya kelopak
bunga, masukkan zakarmu hingga batas kepalanya, dan bacalah subhanallah 33 kali. (hal 144).
Penggunaan kata timungeng bunga sibollo sekaligus menunjukkan bagaimana para orang Bugis-
Makassar terdahulu mengemas ungkapan-ungkapan erotis dalam bentuk perumpamaan yang begitu
halus dan memuliakan kutawwa makkunraie (alat kelamin perempuan), dan ungkapan kalamummu
(untuk zakar). (thamzil thahir) Terapi Kelingking Untuk Tetap Langsing Lapawawoi Karaeng Sigeri,
Raja Bone yang terkenal cerdas, termasuk seorang suami yang mempelajari dan mengamalkan ajaran
assikalaibineng. Stidaknya fakta ini dikonfirmasikan dari lontara Mangkau Bone Ke-31 ini yang
secara rapi terdokumentasikan di Perpustakaan Nasional RI di Jakarta. Manuskrip asli ini pulalah
yang menjadi satu dari 44 lontara rujukan utama Muhlis Hadrawi, penulis buku Assikalaibineng,
Kitab Persetubuhan Bugis, yang diterbitkan Penerbit Ininnawa, Makassar (2008). Secara teknis buku
ini terdiri dari 189 halaman. Sebanyak 64 halaman terdiri dari transliterasi asli kitab assikalaibineng
lontara ke dalam abjad melayu berikut terjemahannya. Inilah matan asli dari kitab tassawupe
allaibainengengeng yang merupakan peninggalan leluhur Bugis-Makassar yang teleh terpengaruh
dengan ajaran Islam. Karena buku ini merupakan disertasi untuk meraih gelar magister bidang filologi
(ilmu tentang Bahasa, kebudayaan, pranata dan sejarah suatu bangsa dalam bentuk manuskrip asli) di
Universitas Indonesia, maka 51 halaman di bagian awal lebih banyak mendiskripsikan latar belakang,
asal usul naskah, dan metodologi penelitian. Sedangkan di bagian akhir, Tata Laku Hubungan Suami
Istri, isinya lebih merupakan ringkasan, analisis, sekaligus komentar penulisnya, yang diperkaya
dengan literatur penunjang. Namun, bagi pembaca awam yang tidak lagi mengerti Bahasa-bahasa
Bugis terhadulu, justru bab akhir inilah yang membatu mendapatkan intisari dari manuskrip tua, yang
hingga awal decade 2000, masih beredar di kalangan elite terbatas, masyarakat kita. Kepemilikan
naskah ini oleh Lapawawoi yang kini dimuseumkan di Perpustakaan Nasional, tulis Muhlis,
mempertegas sirkulasi ajaran ini selain dimiliki kalangan ulama/cendekia pesantren, pengetahuan ini
juga milik bangsawan dan raja-raja Bugis Makassar. Selain pengetahuan bersetubuh ala bugis, Kitab
Persetubuhan Bugis, juga mengajarkan sistem rotasi waktu yang baik untuk berhubungan, dan tata
cara perawatan tubuh bagi pihak suami dan istri. Tata laku dan tahapan ini semua dilakukan dalam
satu rangkaian dan satu tempat Untuk melangsingkan tubuh dan memperhalus kulits istri misalnya,
suami tak perlu repot-repot menyisihkan uang dan mengantar pasangannya ke pusat kecantikan tubuh.
Seperti spa center, steam room Jacuzzi, atau membayar kapster salon. Di kitab mengajarkan rutinitas
kesederhanaan namun tetap dalam bingkai kerahasiaan, tidak diketahui oleh orang banyak. Untuk
menjaga kebugaran tubuh, assikalaibineng misalnya merekomendasikan di kamar tidur dan massage
(pijitan) rutin pasca-bersetubuh. Sedangkam untuk perawatan kulit, juga tak perlu cream pelembab
atau whitening motion, Kitab ini mengajarkan manfaat penggunaan air mani sisa yang biasanya
meleler di bagian luar babang urapa (vagina) istri dan kalamummu (zakar) pihak suami dan sejumlah
mantra bugis-Arab, secara subtansial lebih merupakan niat, sekaligus ekspresi kasih-sayang suami
kepada istri pasca-berhubungan, Kitab ini menyindir perilaku suami yang langsung tidur lelap atau
langsung meninggalkan kamar tidur, sementara istri belum mendapatkan kepuasan, biasanya akan
membuat wanita terhina. Di kitab ini. Perlakuan itu diistilahkan dengan, terettana narekko leba
mpusoni (adab setelah persetubuhan). (h.75) . Rekko mangujuni ilao manimmu takabbereno wekka
eppa/urapeni alemu, nupassamangi makkeda; alhamdulillahahi nurung Muhammad habibillah./
nareko purano mualai wae, muteggoi bikka tellu, nareko purano, mualani minyak pasaula,
musaularenggi kutawwamu apa napoleammengi dodong mupogaukangeki paimeng/Apa nasenggao
manginggi/ Aja mu papinrai gaumu denre purai mupogau, iya na ritu riyaseng temanginggi (hal.
157). Kira, kira artinya bebasnya, jika air manimu sudah keluar maka bertakbirlah empat kali.
Kemudian turunkan tubuhmu dan ucamkan hamdalah dan pujian ke nabi Muhammad. Jika engkau
sudah melakuklannya, maka lakukanlah perbuatan yang menyenangkan perasaanya. (h.76) sebagai
tanda sayang. Jika usai minumlahair dengan tiga tegukan, dan ambilah minyak gosokdan urutlah
kelaminmu agar tubuhmu pulih kembali dan agar jagan sampai kalu lelah. Janganlah kamu mengubah
perbuatanmu seperti yang kamu lakukan sebelumnya, demikianlah maka kamu akan disebut lelaki
yang tidak merasa bosan dengan istrinya, Sedangkan tahapn selanjutnya, usai berhubungan, ambilah
air mani dari liang fajri yang sudah bercampur dengan cairan perempuan. Letakakkanlah di telapak
tangan mu, air mani dicampur dengan air liur dari langit-langit (sumur qalqautsar) suami, sebelum
mengusap air mani tersebut ke tubuh istri, terlebih dulu membaca doa dengan lafalan bugis, waddu
waddi, mani-manikang. Mani riparewe, tajang mapparewe, tajang riparewekki (hal.158) Aiar
mani basuhan ini bisa dipijitkan ke titik-tikik 12 rangsangan agar tidak kembeli berkerut, atau memijit
bagian panggul dengan tulang kering di ujung bawah jari kelingking, untuk membuat tubuh istri tidak
melar tapi tetap ceking.. (thamzil thahir) Mau Anak Putih, Bersetubuh Setelah Jam 5 Subuh TEKNIK
bertahan dalam persetubvuhan menjadi hal yang sangat penting dan mendapat tempat khusus dalam
Assikalaibineng. Dan sekali lagi, pihak suami menjadi faktor kunci. Kitab peretubuhan Bugis ini tahu
betul bahwa pihak suami senantiasa lebih cepat menyelesaikan hubungan ketimbang perempuan.
Menenangkan diri, sabar, konsentrasi, dan memulai dengan kalimat taksim amat disarankan sebelum
foreplay. Manuskrip Assikalaibineng amat mementingkan kualitas hubungan badan ketimbang
frequensi atau multiorgasme. Assikalaibineng adalah ilmu menahan nafsu, melatih jiwa untuk tetap
konsentrasi dan tak dikalahkan oleh hawa nafsu. Namun pada intinya, Assikalaibineng bukanlah
lelaku atau taswawwuf untuk berhubungan badan, lebih dari itu assikalaibnineng adalah tahapan awal
untuk membuat anak yang cerdas, beriman, memiliki fisik yang sehat. Inti dari ajaran ini adalah
bagaimana membuat generasi pelanjut yang sesuai tuntutan agama. (h.151) Banyak teori seksualitas
mengungkapkan bahwa potensi enjakulasi sebagai puncak kenikmatan seksual bagi laki-laki lebih
tinggi ketimbang perempuan. Perbandingannya delapan kali untuk suami, dan satu kali bagi istri.
Bahkan, dapat saja seorang istri tidak pernah sekalipun merasakan orgasme seteles sekian kali, bahkan
sekian lama hidup berumah tangga. Assikalaibaineng, mengkalim bahwa ini terjadi karena pihak
suami sama sekali tak tahu atau bahkan tak mau tahu dengan lelaku seks yang mengedepankan
kualitas. Mengutip sebuah buku lelaku seks sesusi ajaran Islam, yang diterbitkan di Kuala Lumpur,
dalam catatan kaki di halaman 164, Muhlis mengomentari Hampir 99 persen lemah syahwat
(kelemahan nafsu jantan) adalah timbul dari sebab-sebab kerohanian. Emonde Boas, seorang dokter
asal Amerika bahkan pernah melakukan penelitian, dari 1400 lelaki yang didata mengidap penyakit
lemah syahwat, hanya tujuh yang lemah karena sebab-sebab jasmani, yang lainya karena sebab rohani
atau psikologis, Dia melanjutkan, kejiwaanlah yang menyebabkan faktir terbesar sekaligus
penggerak seseorang melakukan hubungan seks, sedangkan tubuh dan alat reproduksi hanya
merupakan alat pemuasan bagi melaksanakan kehidupan kejiwaan seseorang. Sedangkan teknik
mengelola nafas dengan zikir, cara penetrasi, dan menutup hubungan dengan pijitan ke sejumlah titik
rangsangan perempuan, dan menemani istri tertidur dalam satu selimut atau sarung merupakan bentuk
akhir menjaga kualitas hubungan. Pengetahuan praktis seperti waktu yang baik dan kurang baik untuk
berhubungan badan juga secara rinci diatur dalam kitab ini. Tidak sepanjang satu malam menjadi
masa yang tepat untuk bersetubuh. (hal.166) Terdapat keterkaitan waktu bersetubuh dengan kualitas
anak yang terbuahi, seperti warna kulit anak. Untuk memperoleh anak yang berkulit putih,
peretubuhan dilakukan setelah isya. Untuk anak yang berkulit hitam, persetubuhan dilakukan tengah
malam (sebelum shalat tahajjud), anak yang warna klitnya kemwerah-memerahan dilakukan antara
Isya dan tengah malam. Sedangkan untuk anak berkulit putih bercahaya, bersetubuhan dilakukan
dengan memperkirakan berakhirnya masa terbit fajar di pagi hari. Atau lebih tepatnya dilakukan usai
solat subuh, antara pukul 05.15 hingga pukul 06.00 jika itu waktu di Indonesia. Ini sekaligus supaya
mempermudah mandi junub. Secara khusus kitab ini adalah menuntut pihak suami sebagai inisiator
dan mengingatkan kepada istri, agar menyesuaikan waktu tidur dengan keinginan melakukan
persetubuhan. Sebab ternyata, persoalan waktu amat berdampak secara psikologis maupun biologis,
terutama pihak istri. Teks assikalaibineng secara spesifik menyebutkan adanya kaitan waktu tidur istri
dengan ajakan suami bersetubuh. Assikalaibineng A hal.72-73 menyebutkan, bila suami mengajak
istri berhubungan saat menjelang tidur, maka ia merasakan dirinya diperlakukan [penuh kasih sayang
(ricirinnai) dan dihargai (ripakalebbiri). Akan tetapi jika istri sedang tidur pulas, lantas suami
membangunkannya untuk bersetubuh, maka istri akan merasa diperlakukan laiknya budak seks, yang
disitilahkan dengan ripatinro jemma. Soal bangun membangunkan istri yang tidur pulas,
assikalaibineng juga memberikan cara efektif. Kitab ini sepertinya tahu betul, bahwa jika usai
orgasme sang istri biasanya langsung tertidur. Untuk menuntnjukkan kasih sayang, maka usai
berhubungan lelaki bisa mengambil air, lalu mercikkan satu dua tetas ke muka istri. Setelah istri
terbangun, lelaki memberikan pijitan awal di antara kening, mata, menciumim ubun-ubun, memijit
bagian panggul lalu bercakap-cakap sejenak. Percakapan ini bagi istri akan selalu diingat dan
membuatnya. (thamzil thahir)

Sebenarnya ilmu seks ala bugis ini sangat jauh berbeda dengan pemaparan-pemaparan
Saudara Mariska Lubis. Tetapi sekiranya kearifan lokal kita kaya akan berbagai hal mengenai ilmu
pengetahuan dan mungkin saja pengetahuan medis yang selama ini sering kita gunakan belum
lengkap dibanding pusaka kearifan lokal kita. Bila keduanya kombinasikan mungkin akan lebih
Dasyat kali yah Tabe Lompo Daeng Mariki Di

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/labolong/rahasia-ilmu-seks-ala-lontara-
bugis_54febde9a333114f5950fce4

Vous aimerez peut-être aussi