Vous êtes sur la page 1sur 27

Belajar dari Pengalaman Finlandia

Haidar Bagir'

Jika terkait pendidikan, sudah lama Finlandia dijadikan kiblat banyak


orang. Belakangan ini juga Korea Selatan. Tentu juga Cina. Hanya
saja, dalam banyak hal, orientasi dan paradigma pendidikan Cina
berbeda secara diametral dengan Finlandia. Setidaknya dalam
beberapa hal. Cina boleh jadi hebat dalam kegigihan menempa mental
dan keterampilan anak didik, sejak mereka masih berusia sangat
muda. Tapi, selain masih perlu diuji karena usia pembaruan
pendidikan di negeri ini yang belum terlalu panjang, kita masih perlu
melihat: apakah sistem pendidikan ala Cina ini bisa menghasilkan
orang-orang yang sejahtera iahir-batin, ataukah cuma melahirkan
ahli-ahli dalam mengejar pertumbuhan ekonomi dan kesuksesan
bisnis dalam konteks materialistis.
Cina, dengan sosialismenya, boleh jadi berbedakutub dengan
kapitalisme. Namun, keduanya sebetulnya berakar pada paham
materialisme yang sama. Apalagi Cina baru yang ditandai oleh
keterbukaan dan sebatas tertentu liberalisasi ekonomi sebagaimana
ditunjukkan selama dua dekade belakangan ini. Bahkan pun dalam
hal penguasaan sains dan teknologi, sejauh ini model pendidikan Cina
baru tampak luar biasa dalam kemamr mengimitasi produk-produk
karya orang lain ketimbang benar- benar memproduksi
inovasi-inovasinya sendiri. Jadi, ketimbang menekankan kreativitas,,
Cina terkesan lebih mengembangkan kemampuan meniru yang
mekanistis (sebagian orang bahkan curiga bahwa kemampuan
meniru-mekanistis inilah yang berada di balik kemajuan Cina di
bidang kesenian).

* Ketua Yayasan Jaringan Sekolah Lazuardi Global Islamic School.

13
Pengantar

Nah, di sinilah Finlandia berbeda. Bahkan, model Finlandia


hampir-hampir adalah antitesis model Cina. Pertama, seperti akan
kita lihat setelah ini, model Finlandia lebih menekankan pada
kemampuan kreatif dan inovasi, yang didasarkan pada model belajar
yang berorientasi membangkitkan rasa ingin tahu : s menyalakan
momen a-ha, serta kemampuan belajar mandiri siswa. Kedua, meski
seperti di mana pun di seluruh dunia selalu saja ada kesenjangan
penguasaan kekayaan, Finlandia dikenal sebagai negara yang
bertengger di puncak daftar negara- negara dengan indeks
kebahagiaan tertinggi. Warga Finlandia memang dicatat memberikan
nilai penting pada faktor-faktor yang mendukung terciptanya
lingkungan hidup yang kondusif bagi berkembangnya kebahagiaan:
kesehatan, pendidikan, kualitas hidup, pemerataan ekonomi, dan
sebagainya.
Maka, sebelum yang lain-lain, perlu sedikit kita ulas per-
nyataan-pernyataan di paragraf sebelum ini. Apa yang menyebabkan
Finlandia dapat menjadi negara yang makmur sekaligus menjadi di
antara negara dengan masyarakat yang paling bahagia? Apa
hubungannya dengan model pendidikan yang diterapkan di negeri ini?
Yang pertama harus dinyatakan untuk menjawab pertanyaan ini
adalah: Finlandia dapat disebut sebagai negara yang memiliki skala
prioritas yang lurus dalam hubungannya dengan paradigma
pendidikan yang dianutnya. Tampak sekali ada kesadaran bahwa
segala macam keterampilan dan kemampuan akademik adalah lebih
sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yakni
kebahagiaan lahir- batin. Tak seperti yang terjadi pada negara-negara
yang paling makmur sekalipun, sering kali pendidikan dilihat lebih
sebagai bertujuan mencapai kemakmuran yang setinggi-tingginya,
baik bagi individu-individu maupun masyarakat atau bangsa secara
keseluruhan. Maka, kadang ditemui adanya negara-negara yang
memiliki tingkat penguasaan yang tinggi dalam hal kemampuan sains
dan teknologi, tapi terpuruk dalam urutan indeks kebahagiaan yang
dicapainya.
Nah, setelah itu semua, apa sesungguhnya kelebihan sistem
pendidikan di Finlandia yang dapat kita pelajari di sini?
Sesungguhnya, dari segi pemahaman teoretis, apa yang menjadi
kelebihan sistem pendidikan di Finlandia juga sudah menjadi concern
banyak pihak yang merupakan stake holders dunia pendidikan kita.
Hanya saja, tak seperti di Finlandia yang di dalamnya
pemahaman-pemahaman tersebut sudah diwujudkan dalam
praktik-praktik yang konkret, di negeri kita hal itu lebih banyak masih
berkutat di tingkat pemahaman tanpa upaya yang serius untuk
mewujudkannya di tingkat praktik. Bahkan, tak jarang masih ada
pandangan-pandangan yang skeptis terhadap upaya-upaya
pembaruan pendidikan yang dicoba diterapkan sebisanya.
Sebut saja soal pembaruan kurikulum. Jika kita pelajari dan
perbandingkan, sesungguhnya yang menjadi latar belakang
pembaruan kurikulum yang melahirkan Kurikulum 2013 memiliki
banyak paralelisme dengan model Finlandia. Seperti kita semua
ketahui, Kurikulum 2013 yang diperkenalkan Ke- menterian
Pendidikan dan Kebudayaan di bawah nakhoda Pak Mohammad Nuh,
masih mendapatkan penerimaan yang berbeda-beda. Sebagiannya
disebabkan perbedaan paham, kalau bukan kekurangpahaman,
pedagogis sebagian kritikusnya. Pendekatan Tematik Terpadu yang
diterapkan atas kurikulum SD, yang mengambil bahan-bahan ajar
berbasis aktivitas (actr based), juga belum sepenuhnya dipahami.
Padahal, pendekatan ini diambil untuk mengubah orientasi kurikulum
nasional dari cenderung pada penanaman kemampuan akademik
berbaris teori dan hafalan (rote memorization), ke orientasi
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi (high order thinking skills),
kreativitas, mendorong siswa menemukan sendiri pengetahuan yang
dibutuhkannya {engagement), kemandirian, kerja sama, serta ke-
mampuan dasar siswa (aptitude) dan sikap/perilaku (attitude) melalui
pembelajaran yang bersifat kontekstual, hands on (praktik), dan
sejalan dengan pola berpikir sintetik siswa (khususnya
siswa SD). Kemampuan-kemampuan yang disebut terakhir ini
sesungguhnya menentukan, bukan saja keterampilan orang dalam
meraih kesejahteraan batinlewat berbagai keterampilan lunak
(soft skills), belakangan biasa disebut sebagai 21st century
skills'yang diperkenalkan, bahkan juga lebih menentukan di-
bandingkan dengan kemampuan akademik berbasis rote memori-
zaiionyang selama ini diterapkandalam menentukan kesuk-
sesan material seseorang.
Orang sering salah paham ketika melihat keberhasilan ne-
gara-negara maju dengan melihat ujung terakhir suatu proses
panjang pendidikan, yang justru lebih ditentukan oleh keberhasilan
pembangunan dasar-dasar kemampuan soft skills siswa. Dengan
kata lain, kesuksesan dalam bidang-bidang yang terkait sains dan
teknologi itu sebetulnya merupakan hasil alami dari kuatnya
dasar-dasar soft skills tersebut. Manusia-manusia yang kuat dalam
bidang soft skills tersebut akan mampu memandu perkembangan ke
arah itu. Sebaliknya, manusia-manusia yang 'tinggi kemampuan
akademik berbasis rote memorization hanya akan menonjol sebagai
pekerja-pekerja dari proyek-proyek yang dirancang dan
dikendalikan oleh manusia-manusia dengan soft skills yang tinggi
tersebut. Padahal, kesemuanya itu sesungguhnya juga merupakari
pelajaran-peiajaran yang bisa kita petik dari pengalaman Finlandia.
Tapi, itu baru satu hal, di level mikro, yang dapat kita pela- jari
dari pengalaman Finlandia. Karena, jika hanya itu, sesungguhnya
hal seperti itu sudah disadari dan dipraktikkan di banyak negara
maju lainnya.
Beberapa hal lain yang merupakan features sistem pendidikan
di Finlandia, dan yang menjadikannya berhasil, adalah perhatian luar
biasa pada pendidikan dan pengembangan kemampuan guru, bahkan
juga dalam menjadikan profesi kegu- , ruan sebagai salah satu profesi
paling seksi bagi anak-anak muda Finlandia.
Pengantar

Selain itu, Finlandia tak menerapkan sistem tes terstandar-


disasi (standardized test) yang bersifat seragam secara nasional seperti
UN di Indonesia. Tes dilakukan oleh sekolah, meski sampel
soal-soalnya bisa saja disediakan pemerintah. Jadi, siswa benar-benar
dibebaskan dalam berkonsentrasi pada belajar dan berkreasi serta
mengembangkan rasa ingin tahu, tanpa perasaan terancam dan
tertekan oleh tes-tes semacam ini. Kepercayaan. Ctrust) antara
pemerintah, lembaga pendidikan, orangtua, dan siswa sendiri
benar-benar digalakkan. Sehingga, berkembang prakarsa-prakarsa
lokal yang luar biasa.
Sebagai kelanjutan dari adanya kepercayaan pemerintah kepada
sekolah, maka, sebaliknya dari menggonta-ganti kebijakan yang
terkait dengan pendidikan (ganti menteri ganti kurikulum),
pemerintah lebih banyak menyerahkan kepada sekolah untuk
menyesuaikan berbagai aspek pendidikan dengan perkembangan
zaman.
Barangkali, itulah yang bisa kita ringkaskan dari buku sangat
penting ini, dan juga relevansinya dengan pendidikan di negeri kita.
Selamat menyimak, Pembaca! []
Pengantar Serial
Oleh Ann Lieberman

Sangatlah tepat menjadikan buku Finnish Lessons karya Pasi


Sahlberg ini sebagai bagian dari Serial Reformasi Sekolah.
Finlandia, sebagaimana kita baca dalam buku bagus ini, telah
melakukan transformasi pengajaran dan pendidikan guru dalam
kurun waktu sekitar 30 tahun. Kita tidak hanya belajar tentang
sejarah upaya reformasi sekolah, juga perincian contoh penting
tentang makna menyediakan kesempatan pendidikan yang sama
untuk semua.
Dalam bab-bab buku ini, kita belajar tentang apa yang di-
maksudkan dengan program penyiapan guru yang berbasis riset dan
apa pula pengaruhnya terhadap pembelajaran siswa. Finlandia berada
di posisi nomor satu dalam pembandingan internasional, dan buku ini
menunjukkan tak hanya mengapa bisa sampai pada posisi itu, tetapi
juga bagaimana bisa seperti itu.
Fokus upaya reformasi ini adalah pada program pendidikan
guru. Program ini memberikan kerangka kerja menyeluruh bagi
semua yang mengajarguru-guru mulai dari sekolah dasar sampai
sekolah menengah. Mereka semua harus memperoleh gelar master,
yang memberikan cukup waktu untuk mempelajari pedagogi serta
juga melakukan praktik dan belajar melakukan riset. Mahasiswa
belajar bahwa mengkaji pengajaran adalah bagian dari apa yang
dimaksud dengan mengajar. Mengajar adalah usaha intelektual yang
diperkaya oleh pertanyaan-pertanyaan riset sang guru sendiri c.an
temuan-temuan yang mengikutinya.

* Senior Scholar, Stanford University.

19
20 Finnish Lessons

Dalam konteks Finlandia, guru adalah profesi yang tinggi


statusnya, seperti dokter. Mereka yang masuk ke profesi ini tidak
hanya terus mengajar, tetapi banyak yang melanjutkan studi, bukan
untuk melepaskan profesi ini, melainkan untuk belajar lebih banyak
dan berkontribusi lebih banyak kepada profesi. Rasa profesionalisme
yang membubung ini membuat guru menjadi jabatan yang dikejar dan
hanya didapatkan oleh mereka yang cukup beruntung untuk terpilih
sebagai calon guru.
Banyak yang bisa kita pelajari dari buku ini: sedikit tes ter-
standarkan; otonomi di setiap sekolah; riset adalah fokus penting
ketika belajar untuk mengajar; dan kepemimpinan yang memancar
dari guru-guru itu sendiri. Ini semua adalah hal-hal y.-mg menarik
untuk dipelajari dan dikaji. Contoh unik demikian memberi kita cukup
bahan pemikiran dan memberi kita bahan penting untuk reformasi
sekolah. []
UnFinnished Business Prakata oleh Andy Hargreaves*

Pada dekade 1960-an, peluncuran Sputnik oleh Rusia telah


menimbulkan gerakan besar-besaran untuk mengembangkan inovasi
sains dan matematika di sekolah-sekolah Amerika Serikat. Dalam
dekade 1980 dan 1990-an, matahari terbit Jepang dan macan-macan
ekonomi Asia lainnya memunculkan seruan untuk meniru metode
pendidikan Jepangmembuat lebih ketat belajar siswa di sekolah,
memperluas dampak tes terstan- darkan, dan menambah total per
tahun jam pelajaran sekolah. Dalam dekade yang baru saja berlalu,
ekonomi India dan Cina yang membengkak telah mendorong
pembentukan komisi dan inisiatif di Amerika Serikat yang
menganjurkan pengajaran keterampilan abad ke-21, persyaratan
kurikulum yang lebih keras, standar nasional yang sama, tes yang
lebih banyak, peningkatan kompetisi di antara guru dan sekolah, dan
kerja lebih keras untuk semua orang. Namun, dalam seperempat abad
terakhir, standar dan kinerja guru-guru dan sekolah-sekolah Amerika
tetap saja ajek menurun dalam berbagai kaji-banding (.benchmark)
internasional. Sungguhpun demikian, sepanjang lebih dari dua dekade
reformasi pendidikan berlangsung, Amerika Serikat, seperti banyak
negara Anglo-Amerika lainnyd, telah menunjukkan kegilaan menurut
definisi Einstein: tetap mengulang-ulang melakukan hal yang sama
sembari mengharapkan hasil yang berbeda. Paksaan, tekanan, rasa
malu, intervensi dari atas, pasar, kompetisi, standardisasi, tes, jalur
mudah

* Kepala Pendidikan Thomas More Brennan Chair di Lynch School of Education, Boston College. Misi lembaga
ini adalah memasyarakatkan keadilan sosial dan menyatukan teori dan praktik pendidikan.

21
22 Finnish Lessons

dan cepat menjadi guru, penutupan sekolah gagal, pemecatan guru


dan kepala sekolah yang tidak efektif, dan awal segar dengan
guru-guru muda dan sekolah-sekolah barustrategi reformasi persis
sama dengan yang selama lebih dari dua dekade secara menyedihkan
gagal di banyak negara Anglo-Sakson dimunculkan dan diterapkan
kembali, bahkan dengan paksaan dan determinasi yang lebih kuat.

Balapan Bunuh Diri Menuju Puncak


Para kritikus telah mengatakannya dengan keras. Michael Pulan,
seorang penasihat perubahan internasional, meramalkan bahwa
strategi Balapan ke Puncak (Race to the Top) dari Presiden Obama,
dengan keinginan untuk menyelamatkan sekitar 5.000 sekolah
berkinerja terburuk di seluruh negeri, menghapus pembatasan
pendirian sekolah berbantuan (charter school), dan memperkenalkan
tindakan-tindakan seperti pengaitan penghasilan dengan kinerja guna
mengangkat kualitas guruakan berakhir dengan kegagalan (Fullan,
2010). Strategi ini, menurut Fullan, tidak memberi perhatian kepada
penumbuhan kapasitas pimpinan dan guru untuk melakukan
perbaikan bersama-sama atau sebagai sebuah sistem. Strategi ini
didasarkan pada teori
1 bahwa kualitas guru dapat ditingkatkan melalui sistem
ganjaran yang kompetitif serta model manajemen cacat karena setiap
orang mengelola unitnya masing-masing, bertanggung jawab atas
hasilnya, dan bersaing dengan para sejawatyang menciptakan
perkubuan, benteng-benteng, dan ketiadaan kapasitas atau insentif
pada para profesional untuk saling menolong.
Mantan Asisten Menteri Pendidikan Diane Ravitch juga
mengutuk rencana pendidikan jelek Obama, yang dia anggap lebih
buruk daripada pendahulunya, Tidak Ada Anak Tertinggal (No Child
Left Behind), yang banyak diolok-olok (Ravitch, 201 Oa). Rencana itu
mempromosikan sekolah-sekolah berbantuan, sekalipun bukti
memperlihatkan bahwa sekolah-
Pengantar 23

sekolah itu tidak secara konsisten, bahkan secara rata-rata pun tidak,
mengungguli^alternatif di wilayahnya, yaitu sekolah- sekolah publik.
Sekolah-sekolah berbantuan itu hanya sekadar menjaring siswa-siswa
terbaik di komunitas-komunitas miskin dan membiarkan sisanya
merana (Ravitch, 2010a). Sementara itu, imbalan berdasarkan kinerja
mengaitkan ganjaran bagi guru dengan hasil menggunakan tes-tes
mengerikan yang keabsahannya diragukan dai menghancurkan kerja
tim di antara para profesional yang sebaliknya memerlukan saling
berbi-g.' apa yang mereka tahu. Reformasi itu, simpul Ravitch, bersifat
picik, menghukum, dan sangat tidak peduli kepada masalah- masalah
nyata yang dihadapi para guru.
Profesor Yong Zhao, pakar Amerika terkemuka dalam soal
reformasi pendidikan di Cina dan Asia Tenggara, menunjukkan bahwa
Cina, pesaing ekonomi utama Amerika Serikat, sesungguhnya
melakukan desentralisasi kurikulum, meragamkan ases- men, dan
mendorong otonomi dan inovasi lokal. Ketika Cina melakukan
desentralisasi dan Singapura mempromosikan lingkungan kreatif
melalui prinsip Mengajar Sedikit, Belajar Banyak, simpul Zhao,
pendidikan Amerika Serikat dengan bandel bergerak ke arah
otoriterisme, membiarkan pemerintah menetapkan apa dan bagaimana
siswa harus belajar dan apa yang harus sekolah ajarkan (Zhao, 2009, h.
40).
Dalam budaya, politik, dan bisnisseperti dalam reformasi
pendidikanterlalu banyak budaya dan masyarakat Anglo- Amerika
yang menumbuhkan obsesi tidak sehat akan segala sesuatu yang lebih
besar, lebih keras, lebih tahan, lebih cepat, dan lebih kuat.
Perusahaan-perusahaan yang mengorbankan keselamatan konsumen
demi keuntungan jangka pendek pemegang saham; bisnis yang
menimbulkan kekacauan ekologis dengan usaha-usaha yang terlalu
berani dan berisiko demi peningkatan laba; keruntuhan finansial
sebagai buah dari luar biasa besarnya tingkal utang tak terbayar;
spesialis penyelamat yang secara sembarangan menciptakan kekacauan
dengan
24 Finnish Lessons

menetapkan target pertumbuhan tak realistis dan kuota asal- asalan


untuk memecat pegawaisemua itu adalah konsekuensi
ketidaksabaran, keangkuhan, kesombongan, dan keserakahan yang
menjadi karakteristik jenis bisnis terburuk. Kegagalan, pemecatan,
kompetisi, dan penutupan ekuivalen dalam dunia pendidikan dari
perubahan bisnis yang tak bertahan lama. Yang ditawarkannya
hanyalah reformasi sekolah yang digemukkan dan digelembungkan
secara buatan dengan doping.
Bahkan dalam dunia bisnis, strategi penyelamatan dan
perbaikan terlalu bagus itu tidak menghasilkan kemajuan yang
berkelanjutan. Perusahaan bisa saja dipecah, asetnya dijual,
karyawannya dipecat tanpa rasa bersalah, dan semua itu mungkin
saja menaikkan laba jangka pendek bagi pemegang saham, tetapi
hanya sedikit strategi semacam itu yang bertahan dalam jangka
panjang. Banyak perusahaan terselamatkan yang akhirnya menjadi
korban perilaku ugal-ugalan para pimpinannya. Sesungguhnyalah,
pakar manajemen Manfred Kets de Vries menjelaskan bagaimana
banyak orang di antara yang dinamakan spesialis penyelamat tidak
lebih dari orang-orang narsis, antisosial, gila kuasa yang terganggu
secara kejiwaan (Kets de Vries, ' 2006).

Di Depan, Jalan Ketiga dan Keempat


- Keburukan gerakan reformasi sekolah dengan doping itu telah
dikurangi dengan adanya alternatif yang lebih lunak dan kurang
menghukum dalam konteks Anglo-Amerika lainnya. Di sini, target
dan tujuan politis perbaikan yang digerakkan oleh tes dalam hal-hal
mendasar pada literasi, matematika, dan sains masih diberlakukan
dengan gigih dan kaku, tetapi diperlunak dengan diskusi tentang
perbaikan yang kalah kasar dan dengan dukungan profesional yang
lebih tinggi berupa bahan materi yang diperbaiki, sumber daya yang
lebih meningkat, dan pelatihan yang lebih baik.
Pengantar 25

Sekitar satu dekade yang lalu di Inggris, dan akhir-akhir ini


(walau agak berbeda bentuknya) di Ontario, Kanada, dan Australia,
sebuah model telah diajukan dan dianjurkan; model yang berada di
antara dan lebih luas daripada otonomi profesional menyeluruh pada
dekade 1970-an dan reformasi picik, menyengat, digerakkan pasar,
dan terstandarkan yang mencirikan Inggris di awal dekade 1990-an
serta tempat-tempat lain sesudah itu.
Perubahan pendidikan Jalan Ketiga yang tecermin dalam
model ini menawarkan dua penyimpangan dari usaha reformasi
dengan doping:
penekanan yang jelas pada tujuan moral pendidikan,
komitmen pada pembangunan kapasitas (capacity building).
Komponen-komponen ini secara profesional terdengar lebih masuk
akal dan menginspirasi ketimbang reformasi yang menjadi lawannya
yang telah memburu dan mengganggu profesi keguruan sampai
menyerah. Akan tetapi, dalam realitasnya, masih ada masalah
besar.
Pertama, pengajuan berulang-ulang yang mengagumkan
tujuan moral pada Jalan Ketiga, ternyata, dalam praktiknya, adalah
tujuan moral yang sama tanpa memandang kultur, negara dan
konteksNaikkan palang sasaran dan persempit kesenjangan demi
meningkatkan nilai tes pencapaian dalam literas! dan matematika
(terkait dengan target capaian skala sistem yang ditetapkan).
Apakah itu di Ontario, Australia, Bermuda, atau kota metropolitan
Manchester di Inggris, tujuan dan manfaat moralnya hampir sama
persis. Negara dan kultur boleh berbeda, tetapi slide PowerPoint si
konsultan masih saja kurang lebih sama. Pada Jalan Ketiga, rakyat
tidak mendefinisikan atau mengembangkan visi atau tujuan moral
bersama mereka. Visi mereka bukan milik mereka. Visi itu mereka
sewa dari orang lain.

Kedua, sekalipun Jalan Ketiga memiliki komitmen menga-


gumkan pada pembangunan kapasitas, ia sering kali merusak
makna rakyat berkapasitas dan mengalihkan perhatian dari
26 Finnish Lessons

tujuan luhur yang melandasi istilah asalnya. Gagasan pemba-


ngunan kapasitas pertama kali muncul dalam konteks negara
sedang berkembang. Seperti konsep dan strategi pengorganisa- :,:n
komunitas (community organizing), pembangunan kapasitas
bermakna membantu komunitas menolong dirinya sendiri. Itu
adalah sebuah konsep pemberdayaan yang humanistis yang di-
tujukan untuk membantu masyarakat memenuhi tujuan-tujuan
yang secara pribadi mendesak mereka. Namun, dalam kebijakan
Jalan Ketiga, pembangunan kapasitas sering kali dibelokkan ke hal
lainmelatihkan strategi tertentu kepada masyarakat yang akan
menghasilkan tujuan dan sasaran akuntabilitas yang ditetapkan
orang lain.
Pada Jalan Ketiga, pembangunan kapasitas adalah tentang
pelatihan sebagai penyampaian kebijakan. Pada Jalan Keempat
yang berisikan inspirasi, inovasi, dan tanggung jawab kolektif,
sebagaimana yang diperkenalkan oleh Dennis Shirley dan saya
sendiri sebagai hasil kerja langsung kami di wilayah-wilayah hukum
berkinerja tinggi seperti Finlandia dan Alberta, Kanada,
pembangunan kapasitas lebih banyak tentang pertumbuhan dan
pengembangan yang dikendalikan sendiri (Hargreaves dan Shirley,
2009). Singkat kata, dan supaya jelas: Jalan Ketiga adalah tentang
peminjaman dan penyampaian kebijakan-kebijakan orang lain,
sedangkan Jalan Keempat adalah tentang kepemilikan bersama dan
pengembangan tujuan-tujuan mendesak komunitas itu sendiri.

Pendekatan Cahaya dari Utara


Ke dalam gado-gado kebijakan ini, datanglah contoh paling mustahil
untuk keberhasilan pendidikanFinlandia. Dengan penampilan
paling tak terduga dan konsisten dalam tes capaian siswa
internasional, kesenjangan pencapaian yang paling kecil
Pengantar 27

di dunia, dan dengan peringkat yang sama tingginya dalam b-.!


tingkat persaingan ekonomi, transparansi perusahaan, dan
kesejahteraan serta kualitas hidup secara umum, negeri Nor- dik
kecil dengan penduduk hanya 5,5 juta jiwa ini telah menerangi jalan
kepada tujuan-tujuan pendidikan dan ekonomi yang berbeda dari
yang dibentuk oleh kelompok negara-negara Anglo- Amerika.
Tergelitik oleh rasa ingin tahu tentang contoh tidak biasa
Finlandia, para pendidik dan pembuat kebijakan dari seluruh dunia
berdatangan ke negara Skandinavia ini untuk mencoba menemukan
rahasia keberhasilannya. Saya cukup beruntung termasuk di antara
orang-orang itu. Pada 2007, saya memperoleh kesempatan langka
untuk membawa sebuah tim kecil dari Organisasi untuk Kerja Sama
dan Pembangunan Ekonomi (Orga- nization for Economic
Cooperation and Development, OECD) ke Finlandia untuk
mempelajari hubungan antara rekor capaian dengan strategi
peningkatan sekolah dan pengembangan kepemimpinan negara itu
(Hargreaves, Halasz, dan Pont, 2008).
Berbeda dengan kebanyakan komentator terhadap pengalaman
Finlandia, saya tidak semata-mata mengandalkan sumber-sumber
sekunder, atau pada sedikit wawancara dengan pengambil kebijakan
senior, atau pada literatur riset kepen- didikan yang tersedia. Kami
mengamati dan mewawancarai siswa, guru, administrator sekolah
dan distrik, peneliti di universitas, pegawai Kementerian Pendidikan
sampai pada pejabat tertingginya. Kami membaca bahan tentang
sejarah dan pengorganisasian Finlandia sebagai sebuah masyarakat
dan tentang perusahaan utamanya yang dinamis, Nokia. Kami ingin
memahami negara dan sejarahnya sebagaimana kami ingin me-
mahami sekolah-sekolahn./a, dan kami ingin menangkap penjelasan
tentang perubahan dramatis ekonomi dan pendid' annya sejak
runtuhnya Tembok Berlin dan pecahnya Uni Soviet, pasar terjamin
bagi Finlandia, pada 1990. Dari semua kajian itu, dengan cepat kami
yakin bahwa otoritas utama dalam strategi
28 Finnish Lessons

reformasi pendidikan Finlandia yang istimewa ini, dulu dan se-


karang, adalah Pasi Sahlberg.
Sahlberg besar di sebuah keluarga pendidik Finlandia. Dia
pernah mengajar di sistem persekolahan Finlandia dan setelah itu di
jenjang universitas. Dari situ, dia mengawal strategi pengembangan
profesional untuk Kementerian Pendidikan. Seperti semua peneliti
dan komentator terbaik, Sahlberg pernah dan tetap menjadi orang
dalam dan orang luar. Sebagai orang dalam yang loyal dan tepercaya
yang sekarang memimpin salah satu organisasi terkemuka Finlandia
dalam bidang inovasi, Sahlberg memiliki latar yang kaya dan
autentik, serta pemahaman cara kerja tersembunyi sistem
pendidikan dan kemasyarakatan Finlandia yang sering sekali
merupakan misteri bagi pengunjung d iri luar.
Meninggalkan Finlandia untuk menduduki jabatan penting di
Bank Dunia, Pasi Sahlberg dengan cepat mengembangkan kapasitas
untuk memahami, menafsirkan, dan menyediakan dukungan
sistemis untuk negara-negara di Eropa Timur, Asia Tengah, Afrika
Utara, dan Timur Tengah. Selain memublikasikan sekumpulan
artikel ilmiah penting tentang Finlandia, dia juga menulis laporan
profil negara Finlandia untuk Bank Dunia.
Status orang dalam yang dimiliki Pasi Sahlberg di sini me-
nentukan. Dia tertarik kepada reformasi pendidikan sistemik tidak
hanya dari otak. Dia peduli dengan hati dan tetap terhubung erat
dengan siswa, guru, dan komunitas yang pada akhirnya dilayani oleh
reformasi itu. Salah satu ciri khas karakternya adalah begitu dia tiba
di sebuah negara yang baru dikunjunginya di mana pun di bumi ini
untuk memberikan evaluasi dan dukungan sistemik, salah satu
tindakan profesional pertamanya selalu adalah mengajarkan
matematika dan berbincang dengan siswa di salah satu sekolah
menengah biasa di negara itu.
Pasi Sahlberg membantu tim OECD kami memahami, sama
seperti dia membantu pembaca buku ini memahami, apa yang
membuat reformasi Finlandia secara istimewa berhasil, dan me-
Pengantar 29

ngapa Finlandia terbukti bukan contoh perubahan pendidikan yang


cocok bagi kelompok negara-negara Anglo-Amerika. Dia menunjukkan
bahwa Finlandia:
sudah mengembangkan dan memiliki visi sendiri tentang
perubahan pendidikan dan sosial yang terhubung dengar: sifat
inklusif dan kreativitas, bukannya meminjam visi ter- standarkan
yang dikembangkan di tempat lain;
mengandalkan guru berkualitas tinggi yang terlatih baik,
dengan kualifikasi akademis yang baik dan gelar master, yang
tertarik kepada profesinya karena daya tarik misi sosial dan sifat
otonom serta tersedianya dukungandibandingkan dengan
strategi percepatan dengan pelatihan singkat dan pergantian guru
yang tinggi yang dikembangkan di negara-negara seperti Inggris
dan Amerika Serikat;
memiliki strategi pendidikan khusus inklusif yang hampir
separuh siswanya akan pernah menerima suatu bentuk bantuan
pendidikan khusus sebelum menyelesaikan sembilan tahun
bersekolah, bukannya strategi pendidikan khusus dengan
identifikasi legal, penempatan dan pelabelan individu yang
disukai negara-negara Anglo-Amerika;
sudah menumbuhkan kapasitas guru untuk secara kolektif
bertanggung jawab atas pengembangan kurikulum dan asesmen
diagnostik bersama-sama ketimbang menyampaikan kurikulum
yang sudah ditentukan dan mempersiapkan siswa untuk tes
terstandarkan yang dibuat pemerintah pusat; dan
membuat kaitan antara reformasi pendidikan dengan pe-
ngembangan secara kreatif daya saing ekonomi dan juga
penumbuhan kohesi sosial, sifat inklusif, dan komunitas bersama
di dalam masyarakat yang lebih luas.

Pasi Sahlberg mendesak kami untuk tidak mengikuti strategi


reformasi pendidikan (yang ia namakan GERM) yang dikedepankan
para pemimpin politik Anglo-Amerika dan penasihnt
30 Finnish Lessons

pendidikan mereka yang mengesampingkan potensi pelajaran dari


reformasi pendidikan Finlandia karena ketidakcocokan ideologis.
Negara-negara yang mengikatkan diri dan terjerat tingkat ketimpangan
ekonomi yang tinggi hanya memberikan respons terhadap ketaksabaran
publik dengan omongan keras dan hasil jangka-pendek. Ia
menunjukkan bagaimana orang- orang yang mengabaikan Finlandia
(untuk memilih model yang mereka sukai tentunya) atas dasar ukuran
negaranya yang kecil, melupakan bahwa populasi Finlandia yang 5,5
juta jiwa itu dekat dengan populasi kebanyakan negara bagian Amerika
Serikat, tempat bagian besar keputusan tentang kebijakan pendidikan
dibuat. Terhadap argumentasi bahwa Finlandia terlalu berbeda dari
Amerika, Inggris, atau Kanada (sepertinya India, Cina, dan Jepang
tidak!), Sahlberg mengungkapkan bagaimana Finlandia secara dramatis
telah mengubah identitas dan orientasinya sebagai sebuah bangsa, dan
bagaimana negara-negara lain bisa dan seharusnya melakukan hal yang
sama.
Ada pertanyaan-pertanyaan yang oleh reformasi pendidikan
Anglo-Amerika, dengan strategi reformasi doping dan perlombaan
bunuh diri Race to the Top-nya, tidak akan mungkin terjawab, tetapi
oleh karya-karya Sahlberg bisa sepenuhnya terjawab. Ini bukan hanya
karena Pasi Sahlberg adalah pakar pribumi paling tepercaya dalam
reformasi teladan negaranya. Hal itu juga karena, sebagai peneliti kelas
dunia dan mantan pakar Bank Dunia tentang sejumlah negara dan
sistem pendidikan mereka, Sahlberg.mengembangkan perspektif
internasional terhadap reformasi pendidikan secara umum, dan
sekaligus keuntungan sebagai orang luar yang memungkinkannya
membuat semua hal yang biasa bagi Finlandia menjadi baru bagi orang
lain.
Salah satu cara guru menjadi lebih baik adalah dengan belajar dari
guru lain. Sekolah juga menjadi lebih baik ketika ia belajar dari sekolah
lain. Isolasi adalah musuh semua perbaikan. Kita sudah menghabiskan
waktu bertahun-tahun untuk menembus isolasi guru di dalam satu
sekolah dan di antara sekolah ber-
Pengantar 31

beda. Sekaranglah waktunya untuk meruntuhkan ideologi kami


berbeda (exceptionalism) di Amerika Serikat dan negara-negara
Anglo-Amerika lainnya apabila kita ingin membangun reformasi
yang sungguh-sungguh mengilhami guru-guru kita untuk mem-
perbaiki pembelajaran bagi semua siswa kitakhususnya yang
harus berjuang paling keras. Dalam upaya esensial itu, tak dira-
gukan lagi, Pasi Sahlberg adalah salah seorang yang terbaik di
antara semua guru.[]
32 Finnish Lessons

m w u.." M
Pendahuluan: Ya, Kita Bisa
(Saling Belajar)

Sepanjang sepuluh tahun ke depan, sekitar 1,2 miliar pemuda


15-30 tahunan akan memasuki dunia kerja. Dan, dengan apa
yang kita miliki sekarang, sekitar 300 juta erang akan mendapat
pekerjaan. Apa yang akan kita tawarkan kepada para pemuda
lainnya, sekitar 1 miliar jumlahnya? Saya pikir, inilah salah satu
tantangan terbesar jika kita ingin menggapai pembangunan
yang damai dan harapan bagi para pemuda ini.
Martti Ahtisaari (Presiden Finlandia,
1994-2000, dan pemenang Hadiah Nobel untuk
Perdamaian)

Sudah menjadi jelas di mana-mana bahwa sekolah-sekolah yang ada


sekarang tidak akan mampu menyediakan kesempatan untuk
mempelajari apa-apa yang diperlukan di masa depan. Tuntutan akan
pengajaran dan pembelajaran yang lebih berkualitas serta
pendidikan yang lebih berkeadilan dan efisien adalah tuntutan yang
universal. Sesungguhnyalah, sistem pendidikan dihadapkan pada
tantangan ganda: bagaimana mengubah sekolah sehingga
siswa-siswanya dapat mempelajari pengetahuan dan keterampilan
jenis baru yang dituntut dalam dunia pengetahuan yang senantiasa
berubah liar, serta bagaimana membuat pembelajaran baru itu
mungkin bagi semua orang muda tanpa memandang kondisi sosial
ekonomi mereka. Sebuah keharusan moral dan ekonomi bagi
masyarakat kita dan para pemimpinn 1 untuk berhasil dalam
menghadapi tantangan tersebut.

35
.36 Finnish Lessons
Ini menjadi kewajiban moral karena kesejahteraan dan,
ujung-ujungnya, kebahagiaan setu p orang tumbuh dari penge-
tahuan, keterampilan, dan cara pandang yang disediakan pendidikan
yang baik. Ini juga menjadi keharusan ekonomi karena kekayaan
suatu bangsa bergantung pada kepakaran, sesuatu yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Buntut dari krisis ekonomi global
baru-baru ini menunjukkan bahwa orang-orang muda pengangguran
menjadi demikian putus harapan sampai- sampai dapat
meruntuhkan pemerintahan. Kebanyakan orang muda itu tidak
mengecap pendidikan dan pelatihan yang relevan yang dapat
membantu mereka menolong diri sendiri.
Buku ini tentang Finlandia dan tentang bagaimana rakyat
Finlandia mengubah sistem pendidikan mereka dari biasa- biasa saja
pada 1980-an menjadi salah satu model kehebatan di masa sekarang.
Indikator internasional menunjukkan bahwa Finlandia adalah salah
satu negara yang memiliki warga negara paling terdidik di dunia,
menyediakan kesempatan pendidikan secara egaliter, dan
menggunakan sumber daya secara efisien. Pendidikan di Finlandia
akhir-akhir ini telah menarik perhatian banyak peneliti
internasional. Linda Darling-Hammond (2010) menulis panjang lebar
tentang itu dalam bukunya, The Flat World and Education. Dalam
buku mereka, The Fourth Way, Andy Hargreaves dan Dennis Shirley
(2009) memilih Finlandia sebagai salah satu contoh bangsa yang
berhasil mengubah sistem pendidikan. Bab tentang pendidikan di
Finlandia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari buku-buku
internasional tentang pemikiran dan praktik pendidikan
kontemporer. Lembaga pembangunan internasional, biro konsultan,
dan penerbit media menyebut Finlandia sebagai sebuah model yang
bagus dan saksi bagi transformasi pendidikan publik yang berhasil.
iVlonograf tentang sekolah dan guru di Finlandia bermunculan

* Bank Dunia dan OECD menggunakan Finlandia sebagai sebuah contoh dalam Aho, Pitkanen, dan Sahlberg
(2006) dan OECD (2010c). McKinsey Company merujuk Finlandia sebagai tolok-banding global praktik
yang baik dalam Barber dan Mourshed (2007) dan Auguste, Kihn, dan Miller (2010).
Pendahuluan 37

di Cina, Korea, Jepang, Prancis, Slovenia, dan Jerman, untuk


menyebut sedikit negara. Buku yang Anda baca ini adalah deskripsi

perspektif internasional.
komprehensif tentang perubahan pendidikan di Finlandia yang
ditulis seorang putra asli Finlandia dengan

"Buku ini tentang Finlandia dan tentang bagaimana rakyat


Finlandia mengubah sistem pendidikan mereka dari biasa-biasa
saja pada 1980-an menjadi salah satu model kehebatan di masa
sekarang."

Ketika memimpin Finlandia ke arah reformasi pendidikan di


awal dekade 1990-an, Dr. Vilho Hirvi, Direktur Jenderal Badan
Pendidikan Nasional ketika itu, mengatakan bahwa 'sebuah bangsa
terdidik tidak bisa diciptakan dengan paksaan. Dia mengakui bahwa
suara guru dan siswa harus didengar, dan bahwa gerakan maju itu
disebut kolaborasi aktif. Di Finlandia, guru dan siswa sama-sama
bersikeras menuntut lebih banyak keleluasaan dan kebebasan dalam
menentukan bagaimana merancang pembelajaran, apa yang
dipelajari, dan kapan mempelajarinya. Kita menciptakan kultur
pendidikan baru dan tidak ada langkah mundur, kata Hirvi kepada
para staf Badan Nasional Pendidikan. Landasan bagi kultur baru ini
adalah penyemaian rasa saling percaya antara otoritas pendidikan
dan sekolah. Rasa percaya itu, sebagaimana kita saksik. membuat
reformasi ticlak hanya berkelanjutan, tetapi juga d: miliki oleh para
guru yang.mengimplementasikannya.
!C

Northern Exposure i
Pada awal dekade 1990-an, pendidikan di Finlandia tidak memiliki
keistimewaan menurut ukuran internasional. Semua kanak- kanak
Finlandia secara reguler bersekolah, jaringan sekolah luas
38 Finnish Lessons
dan rapat, pendidikan menengah dapat diakses semua orang
Finlandia, dan pendidikan tinggi merupakan pilihan bagi semakin
banyak lulusan sekolah menengah atas. Namun, prestasi siswa-siswa
Finlandia di pelbagai pengujian internasional berada tidak jauh dari
rata-rata keseluruhan, kecuali untuk membaca karena siswa-siswa
Finlandia lebih baik daripada kebanyakan rekan sebaya mereka di
negara-negara lain.
Resesi tidak terduga yang menakutkan yang terjadi pada masa
itu membawa Finlandia ke tepi jurang kehancuran. Tindak-
an-tindakan berani dan segera diperlukan untuk menyeimbang- kan
kembali neraca fiskal nasional dan menghidupkan kembali
perdagangan luar negeri yang hilang bersamaan dengan runtuhnya
Uni Soviet pada 1990. Nokia, merek dagang global utama industri
Finlandia, menjadi mesin menentukan dalam mengikat Finlandia
keluar dari keterpurukan ekonomi terbesar negara itu sejak Perang
Dunia Kedua. Merek lain Finlandia, peruskoulu, yaitu sekolah dasar
terpadu sembilan tahun, men- 'jadi pemain inti lain dalam
kebangkitan ekonomi dan masyarakat Finlandia. Menariknya, Nokia
dan sistem pendidikan publik Finlandia, keduanya berasal dari era
yang sama dalam sejarah Finlandia: tahun-tahun keemasan
pembangkitan identitas nasional Finlandia pada pertengahan abad
ke-19. Ini akan dijelaskan dalam Bab 4 buku ini.
Ada negara-negara di dunia yang tokoh-tokoh pendidikannya
menemukan bahwa sistem pendidikan mereka berada dalam situasi
yang sangat mirip dengan Finlandia pada 1990. Penurunan ekonomi
global memukul banyak sekolah, universitas, dan keseluruhan sistem
pendidikan. Ambillah Irlandia, Yunani, Inggris, atau Amerika
Serikatpencapaian siswa jauh dari yang seharusnya terjadi dalam
perekonomian berbasis pengetahuan yang menjadikan produktivitas
dan inovasi merupakan syarat perlu untuk bisa kompetitif. Siswa
tampaknya memandang pengajaran yang diberikan di sekolah dan
universitas semakin membosankan dan tidak relevan untuk
kebutuhan mereka di
Pendahuluan 39

dunia yang berubah dengan cepat. Kisah perubahan pendidikan di


Finlandia dalam buku ini membawa harapan kepada semua orang
yang khawatir apakah memang mungkin untuk meningkatkan
sistem pendidikan mereka. Kisah ini juga memberi bahan pemikiran
kepada mereka yang senantiasa mencari cara untuk menyesuaikan
kebijakan pendidikan dengan realitas pemulihan ekonomi. Pelajaran
dari Finlandia menyegarkan karena menyimpang dari gagasan yang
lazim disajikan dalam buku atau jurnal pengembangan pendidikan.
Lebih jauh, pelajaran ini menunjukkan bahwa perbaikan sistemik
sungguh mungkin asalkan kebijakan dan strategi dirancang
dengan cara cerdas dan berkelanjutan.
Selain sangat menjanjikan, pelajaran itu menuntut kesabaran.
Di zaman serbainstan ini, pendidikan menuntut cara pandang
(mindset) yang lain. Mereformasi sekolah adalah proses yang
kompleks dan panjang. Tergesa-gesa berarti merusak proses. Cerita
tentang transformasi pendidikan Finlandia membuat hal tersebut
jelas. Langkah-langkah tindakan harus berdasarkan penelitian dan
diimplementasikan dengan kerja sama dunia akademik, pembuat
kebijakan, kepala sekolah, dan guru.

"Pelajaran dari Finlandia menyegarkan karena menyimpang


dari gagasan yang lazim disajikan dalam buku atau jurnal
pengembangan pendidikan dan menunjukkan bahwa
perbaikan sistemik sungguh mungkin asalkan kebijakan dan
strategi dirancang dengan cara cerdas dan berkelanjutan."

Buku ini memaparkan bagaimana proses semacam itu pe-


lan-pelan terjadi di Finlandia sejak Perang Dunia Kedua. Ini adalah
buku pertama yang ditulis untuk pembaca internasional guna
menceritakan kisah bagaimana Finlandia menciptakan sebuah
sistem yang dipuji karena kesetaraan dan kualitas tingginya se-

Vous aimerez peut-être aussi