Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke atau gangguan perdarahan otak (GPDO) merupakan penyakit neurologis yang
sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi
otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya ganggan peredaran otak dan bisa
terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal ( global ) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam aau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskular. Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat
berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, gangguan proses berfikir daya ingat, dan
bentuk-bentu kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.
Badan kesehatan sedunia WHO memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke
setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia
diatas 60 tahun, dan urutan kelima penyebab kematiian pada kelompok usia 15-59 tahun.
Diindonesia prevalensi stroke terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan usia
harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak diimbangi dengan
perbaikan prilaku dan pola hidup yang sehat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan stroke ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang menderita stroke ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.
2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.
3. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada pasien stroke.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak.( brunner &suddarth)
Stroke adalah deficite neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala yang sesuai dengan daerah fokal otak yang
terkena ( WHO, 1989 ).
2.2 Etiologi
Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional di batang otak
yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu arteri sehingga jatah oksigen
tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan
pada orang dewasa. Empat juta orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua
pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke
inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang yang selamat
adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan mengalami stroke
ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat dibagi menjadi dua . Pertama stroke non
hemoragic yaitu stroke yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua
stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus, arteriosklerosis,
penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum
(otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da
dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk sistem
anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok
vena interna, yang mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke sinus sagitalis

2
superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-vena jugularis, dicurahkan
menuju ke jantung.
Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok dapat
menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari yang menjadi
penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus
dan pons.
Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi
momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita
stroke sering tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan
mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur,
dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu penting bagi kita
perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme,
manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada
pasien stroke.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemoragic.
a. Stroke iskemik (non hemoragic) aitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke
iskemik.
Stroke iskemik dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
2. Stroke Embolik: tertutupnya pembuluh darah srteri oleh bekuan darah.
3. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena
adanya gangguan denyut jantung.
b. Stroke hemoragic adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Hamper 70% kasus stroke hemoragic terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragic ada 2 jenis, yaitu:
1. Hemoragic intraserebral: perdarahan yang terjadi didalam jaringan otak

3
2. Hemoragic Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
2.3 Faktor resiko terjadinya stroke adalah:
a. Hipertensi
Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan
pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran
darah serebral.
b. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat yang
diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang maneuvertertentu dapat
menimbulkan perdarahan.
c. Kelainan jantung
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak
d. Diabetes mellitus
Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran
darah kususnya serebral
e. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh
darah otak
f. Polocitemia
Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun
g. Peningkatan kolesterol
Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus
dari lemak
h. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol sehingga dapat
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
i. Perokok

4
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi
aterosklerosis

j. Kurang aktivitas fisik


Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah. (pembuluh darah menjadi kaku)

2.4 Patofisiologi

5
2.5 Manifestasi klinis
a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separuh badan
b. Tiba-tiba hilang rasa peka
c. Bicara cadel
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan penglihatan
f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
g. Gangguan daya ingat
h. Nyeri kepala hebat
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak
2.6 Tanda dan gejala
Menurut Pujianto (2008), stroke dapat menyebabkan berbagai defisit
neurologik,bergantung pada lokasi lesi(pembuluh darah mana yang tersumbat),ukuran
area yang perfusinya tidak adekuat , dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Tanda dan gejala ini muncul pada penderita stroke antara lain :
1. Kehilangan motorik : hemipelgi (paralisys pada suatu sisi) karena lesi pada sesi otak
yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.
2. Kehilangan komunikasi:disartria (kesulitan bicara),disfasia atau afasia (bicara deektif
atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang
dipelajari sebelumnya).
3. Gangguan persepsi : disfungsi persepsi visual,gangguan hubungan visual
spasial,kehilangan sensori.
4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis.
5. Disfungsi kandung kemih.

6
2.7 Pemeriksaan penunjang (Arif Muttaqin, 2008):
a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari strok secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler
b. Lumbal fungsi, CT Scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)
c. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis)
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan infark yang luas
melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya hemiplagia kontra lateral
hemianopsia, selama stadium akut memerlukan penanganan medis dan perawatan yang
didasari beberapa prinsip:
a. Penatalaksanaan Medis
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1. Penanganan suportif imun
Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
2. Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi)
Elevasi tekanan darah
Intervensi bedah
Ekspansi volume intra vaskuler
Anti koagulan
3. Pengontrolan tekanan intracranial
Obat anti edema serebri steroid
Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang digunakan :
1. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
2. Obat anti koagulasi : heparin.
3. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus).

7
4. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
3. Bed rest
4. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
5. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
6. Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap anggota
gerak secara pasif seluas geraknya.
7. Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.
c. Perawatan pasca stroke oleh keluarga di rumah
Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun keluarga
dirumah sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita dengan penuh
kesabaran dan jangan lupa kasih sayang, memang waktu yang diperlukan cukup panjang
dengan hasil yang sangat lambat namun banyak keluarga pasien yang sabar dengan
prosedur ini mendapatkan level fungsional yang cukup baik (Pambudi, 2010).
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan keluarga
menganggap pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga pasien jatuh dalam
kondisi gizi buruk bahkan dehiderasi yang dapat mengganggu pemulihan, pasien-pasien
ini dapat dibantu dengan sonde di rumah sambil dilatih untuk dapat menelan dan
seringkali hal ini berhasil. Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam
depresi, pendampingan dan dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat
menolong pemulihan
a. Penatalaksanaan
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh
dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu berikan
oksigen sesuai kebutuhan

8
3. Tanda-tanda vital usahakan stabil
4. Bed rest
5. Perrtahankan keseimbangan cairan dan elektrlolit
6. Kantung kemih yang penuh kosongkan
b. Pencegahan
Yang dapat diperbuat untuk mencegah suatu stroke adalah dengan cara menghindari
faktor resiko, seperti:
1. Hipertensi
2. Merokok
3. Diabetes mellitus
4. Obesitas
c. Pengobatan
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS)
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3. Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau
embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskular.
2.9 Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi:
a. Hipoksia serebral
b. Penurunan aliran darah serebral
c. Luasnya area cidera.(smeltzer C.Suzanne, 2002)
d. Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung postetik.
e. Herniasi otak
f. Koma
g. Kematian

9
2.10 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nervus vagus atau hilangnya
refluks muntah
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nervus hipoglosus
c. Nyeri akut
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan keseimbangan
dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak
e. Deficit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparesis / hemiplegia, penurunan
mobilitas
g. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan
h. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi otot facial/oral
i. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke otak (aterosklorosis, embolisme)
2.11 Asuhan Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neurologic
Tujuan :
Mempertahankan posisi dan fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan
footdrop.
Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh
yang lain
Kriteria hasil : Klien menunjukkan prilaku aktivitas yang lebih baik
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan fungsi otot Mengidentifikasi kekuatankelemahan
klasifikasi dg skala 0-4 dapat membantu memberi informasi
yng diperlukan untuk pemilihan
intervensi
Rubah posisi tiap 2 jam , Dapat menurunkan resikoiskemia
terutama pada bagian yang sakit jaringan injuri

10
Berikan posisi prone satu atau Membantu memelihara fungsi ekstensi
dua kali sehari panggul dan membantu bernafas
Mulai ROM aktif/pasif untuk Memiimalkan atropi otot, meningkatkan
semua ekstremitas sirkulasi dan membantu mencegah
kontraktur
Pilih metode komunikasi Memberi komunikasi dasar sesuai
alternatif misalnya menulis pada dengan situasi individu
papan tulis
Antisipasi dn bantu kebutuhan Membantu menurunkan prustasi oleh
klien karena ketergantungan atau
ketidakmampuan berkomunikasi
Berbicara dengan nada normal Pasien tidak dipaksa untuk mendegar,
dan hindari ucapan yang terlalu tidak menyebabkan pasien marah dan
cepat. Beri waktu pasien untuk tidak menyebabkan pasien merasa
berespon. prustasi.

b. Perubahan perfusi jaringan b.d gangguan aliran darah


Tujuan : kesadaran meningkat, kognitif dan fungsi motorik sensorik
Kriteria hasil : TTV stabil dan tidak adanya peningkatan TIK

INTERVENSI RASIONAL
Berikan penjelasan kepada keluarga Keluarga lebih berpatisipasi dalam
pasie tentang sebab peningkatan TIK dan proses penyembuhan
akibatnya
Berikan klien bed rest total dengan posisi Perubahan pada tekanan intrakranilakan
terlentang tanpa bantal dapat menyebabkan resiko herniasi otak
Monitor tanda-tanda status neurologi dg Dapt mengurangi kerusakan otak lebih
GCS lanjut
Monitot TTV seperti TD,nadi,suhu, Pada keadaan norml autoregulasi
respirasi dan hati-hati pada hipertensi mempertahankan keadaan tekanan darah

11
sistolik sistemik berubah secara fliktuasi
Monitor input dan output Hipertemi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan
resiko dehidrasi terutama pada pasien
yang tidak sadar
Anjurkan klien untuk menghindri batuk Batuk dan mengejan dpat menyebabkan
dan mengejan berlebihan peningkatan intrakranial dan potensial
terjadi perdarahn ulang
Berikan terapi sesuai intruksi dokter
Steroid
Aminofel Menurunkan permeabilitas kafiler
Antibiotika Menurunkan edema serebri
Menurunkan metabolik sel/konsumsi dan
kejang.

c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi ke serebral


Tujuan :dalam waktu 2x24 jam klien dpat menunjukkan pengertian terhadap masalah
komunikasi, mampu mengekspresika masalahnya.
Kriteria hasil : tercipta suatu komunikasi, klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara
verbal maupun isyarat.
Intervensi Rasional
Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak Membantu menentukan kerusakan area
megerti ttg kata-kata atau masalah bicara pada otak dan menentukan kesulitan
atau tidak mengerti bahasa sendiri klien dengan sebagian atau seluruh
proses komunikasi
Bedakan afaisa dengan disartria Dapat menentukan pilihan intervensi
sesuai dg tipe gangguan
Lakukan metode percakapan yang baik Klien dapat kehilngan kemampuan untuk
dan lengkap, beri kesempatan klien untuk memonitor ucapnnya, komunikasinya
mengklarisifikasi secara tidak sadar, dg melengkapi dapat

12
merealisasikan pengertian klien dan
dapat mengklerisifikasikan perckapan
Katakan untuk megikuti perintah secara Untuk menguji afasia reseptif
sederhana seperti tutup matamu dan lihat
kepintu
Perintahkan klien untuk menyebutkan Menguji afasia ekspresif mislnya klien
nama suatu benda yang diperhatikan dapat mengenal bend tsb tetapi tidak
mampu menyebutkan namanya.

2.11 Contoh Asuhan Keperawatan pada Pasien Stroke


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Q Dengan Diagnosa Stroke

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama :Tn. Q
Alamat :Bogor
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin :Laki laki
Status :Belum Menikah
Agama :Islam
Pendidikan :SMP (Putus Sekolah)
Suku/Bangsa :Jawa/Indonesia
No. RM :01 13 28

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama :Tn. W
Umur :57 Tahun
Agama :Islam
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat :Bogor
Hubungan dengan Klien :Ayah Kandung

II. Riwayat Kesehatan


a. Keluhan Utama
Orang Tua Klien mengatakan anaknya tidak bisa menggerakan anggota badannya
terutama di daerah tangan dan kakinya.

13
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan tidak bisa menggerakan anggota badannya terutama di daerah tangan
dan kakinya, serta tidak bisa menelan makanan yang masuk ke dalam mulutnya, pada awalnya
klien mengalami pusing lalu terjatuh setelah melaksanakan ibadah solat magrib.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Orang Tua Klien Mengatakan anakanya memiliki riwayat penyakit Hipertensi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua klien mengatakan kakek klien atau ayah orang tua klien memiliki riwayat
penyakit yang sama/stroke.
III. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan : Klien tampak lemas
Keadaan : Sopor Apatis
b. TTV
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 123x / Menit
Respirasi : 23x / Menit
Suhu : 38,6 c
c. Pemeriksaan Head To Toe
Kepala
Distribusi rambut merata, bentuk kepala simetris, rambut terlihat kotor dan kusut,ada
ketombe, warna rambut hitam, rambut agak pendek, kulit kepala tidak ada benjolan, tidak
ada lesi, hal ini terbukti saat melakukan palpasi pada kepala klien.
Mata
Bentuk kedua mata simetris, warna konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, ketajaman
penglihatan tidak terkaji, kemampuan membedakan warna tidak terkaji, alis mata tampak
kotor, pupil membesar dan ketika sinar penlight di dekatkan pada kedua pupil, pupilnya
mengecil, cek lapang pandang tidak terkaji, tidak ada lesi maupun benjolan di kelopak
mata hal ini terbukti saat di palpasi, bulu mata dan alis mata ada.

14
Telinga
Kedua telinga bentuknya simetris, ada serumen di telinga kiri dan kanan terbukti saat di
sinari dengan penlight dengan cara inspeksi, tidak ada lesi maupun benjolan hal ini
terbukti saat di palpasi dan inspeksi, pendengaran klien tidak terkaji.
Hidung
Bentuk hidung simetris (inspeksi), tidak ada lesi maupun benjolan (inspeksi dan palpasi),
cuping hidung kotor, tidak ada nyeri tekan (palpasi), kemampuan penciuman tidak
terkaji.
Mulut
Kedua bentuk bibir simetris, warna bibir agak merah dan kering dan pecah - pecah, mulut
tampak kotor, gigi geraham bawah tanggal, tidak ada karies pada gigi, tidak ada lubang -
lubang pada gigi ( inspeksi dengan menggunakan penlight), lidah tampak kotor, lidah
berwarna putih kemerahan, tidak ada nyeri tekan pada lidah (menggunakan tongue
spatel), tidak ada benjolan pada gusi, gusi berwarna merah muda (inspeksi), kemampuan
mengunyah tidak ada, nafas bau.
Leher
Bentuk leher simetris dan kotor, teraba nadi karotis (palpasi), tidak teraba adanya
pembesaran kelenjar tiroid, kemampuan menggerakan leher tidak ada, tidak adanya lesi
maupun benjolan, reflek menelan ada.
Dada dan Payudara
Kedua bentuk dada simetris dan kotor, ekspansi dada seimbang, tidak ada benjolan
maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada dada terbukti saat di palpasi, bunyi jantung
iregular terbukti saat auskultasi menggunakan stetoskop, ada suara nafas ngorok,
pernafasan menggunakan pernafasan abdomen, bentuk payudara simetris, tampak kotor,
tidak ada lesi maupun benjolan.
Ketiak
Ketiak tampak kotor (inspeksi), tidak ada lesi maupun benjolan (palpasi).
Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak ada kembung dan tampak kotor, bising usus normal terbukti
saat di auskultasi abdomen menggunakan stetoskop, bising usus 10 x / menit, tidak ada
lesi maupun benjolan (inspeksi dan palpasi).

15
Punggung
Bentuk punggung simetris dan tampak kotor, adanya luka dekubitus di punggung.
Genetalia
Tidak terkaji
Kulit
Kulit tampak kotor dan keriput, warna kulit sawo matang, turgor kulit menurun, terbukti
saat kulit di cubit, kulit klien terlihat berwarna putih dan saat di lepaskan lagi kurang dari
3 detik, kulit klien agak lambat kembali merah, tidak ada lesi maupun benjolan.
Kuku
Kuku terlihat kotor dan panjang, pengisian cafilary refill time kembali dengan baik,
terbukti saat ditekan kuku dan cafilary refill kembali kurang dari 2 detik.
Ekstremitas atas
Kedua tangan simetris sama panjang dan tampak kotor, kedua jari - jari tangan lengkap
ada 10, ada nyeri tekan pada tangan sebelah kiri karena terpasang infus, reflek trisep dan
bisep tidak ada, ada oedem pada tangan kiri dan kanan.
Ekstremitas bawah
Kedua kaki klien simetris, kedua jari kaki lengkap ada 10, adanya reflek patela terbukti
saat diperkusi patela dengan menggunakan refleks hummer, ada sedikit reflek pada jari -
jari kaki kanan, ada oedem pada kaki kiri dan kanan.

IV. Aspek Psikologis

Pada Saat Pengkajian Klien tampak sangat lemah, tidak bisa diajak berkomunikasi dengan
baik.

V. Aspek Sosial dan spiritual

Hubungan kllien dengan perawat dikatakan baik, terbukti saat datang perawat klien dapat
menerima dengan baik dengan cara melakukan yang diperintahkan perawat. Klien beragama
islam, klien selalu berdoa didalam hati untuk kesembuhannya

16
VI. Pola Aktivitas Sehari-hari

No. Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3x/hari Terpasang NGT
Jenis Nasi dan lauk pauk Makanan Lembek/Cair/Susu
Porsi 1 porsi 3x/Hari
Cara Mandiri

2. Pola Nutrisi
a. BAB
Frekuensi 1x / hari 1x/ 2 hari
Warna Kuning Kuning
Bau Bau Khas Bau Khas
Konsistensi Padat Padat
Cara Mandiri Di Bantu
b. BAK
Frekuensi 3-5 x/hari 3-4 x/hari
Warna Kuning Khas Urine Kuning
Bau Bau Khas Bau Khas
Cara Mandiri Di Bantu

3. Pola Istirahat
a. Tidur Siang 2-3 Jam/hari +- 1 Jam/hari
b. Tidur Malam 7-8 Jam/hari 4-5 Jam/hari

4. Mandi 2x/hari 1x/hari


Gosok Gigi 2x/hari 1x/hari
Ganti Baju 2x/hari 1x/hari
Cara Mandiri Dibantu

17
VII. Pemeriksaan Penunjang
Nama Test Hasil Unit Nilai Normal
1. Hematologi
Darah Rutine
Hemoglobin 12,3 g/dl 12.0 16.0
Hematokrit 37 % 35 47
Leukosit 5.650 /mm3 3800 10.600
Trombosit 216.000 /mm3 130.000 440.000
Eritrosit 4.34 Juta/mm3 3.6 5 8
2. Kimia Klinik
AST 17 U/L a/g 31
ALT 6 U/L s/d 31
Ureum 36 Mg/dl 15-30
Kreatin 2.2 Mg/dl 0.5 . 2.3
Gula Darah Sewaktu 137 Mg/dl <140
No. Lab : Umur : 25 Tahun
Nama : Tn. Q Tanggal
No. RM : 01 13 28 Jenis Kelamin : Laki-Laki

VIII. Terapi Medis


1. Sanmol ( Parasetamol ) B/P
2. Pumpitor 1x1
3. Metronidazole 3x1
4. Manitol 3 x 100
5. Bralin 2 x 300
6. Phenitoin 50 mg B / P
7. Merobat 3x1
8. Aminovel 1 x 1 / 2 4 Jam
9. Novaropid

IX. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : - Stroke Gangguan mobilitas

Do :
Terdapat luka di Penuru
bagian punggung nan
dan mobilitas kesadar
minimal. an

18
Bed rest
total

Mobilitas minimal

2. Ds : Mikroo Gangguan peningkatan


Keluargaklien rganism ketidakseimbangan
mengatakan e suhu tubuh
bahwa klien
demam.

Do : Suhu tubuh
klien 38,
6 0celcius Infeksi

Leukosit tinggi

Peningkatan suhu

19
tubuh

3. Ds : - Berkurangnya suplai Gangguan pemenuhan


darah ke otak kebutuhan personal
hygine
Do : Badan klien
terlihat kotor,
rambut klien
kotor, nafas bau,
gigi klien kotor,
kuku klien kotor Hipoksia karena
dan panjang. gangguan paru dan
jantung

Pendarahan serebral

Stroke

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN

20
1. Gangguan mobilitas berhubungan dengan kelemahan dan bed rest total.
2. Gangguan peningkatan ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygine berhubungan dengan penurunan
kesadaran.

XI. PROSES KEPERAWATAN

1.Diagnosa
Gangguan mobilitas berhubungan dengan bed rest total.
Ds : -
Do : Terdapat luka dekubitus di bagian punggung, mobilitas minimal.

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam dengan kriteria hasil : tidak
memperparah luka yang sudah ada agar otot tidak kaku.

Intervensi
- Bantu klien miring kiri dan miring kanan selama 1 x 2 jam.
- Bantu klien menggerakkan tangan dan kaki dan bantu mengubah posisi tangan dan kaki.

Rasional
- Dengan adanya miring kiri dan miring kanan agar tidak memperparah luka dekubitus di
punggung dan lesi.
- Dengan adanya pergerakkan dapat mencegah kekuatan otot tangan dan kaki.

Implementasi
Pada tanggal 28 April 2013 , pukul 10. 32 WIB, hari sabtu.
- Membantu klien memposisikan miring kiri dan miring kanan 1 x 2 jam
- Membantu klien memposisikan tangan di atas bantal sejajar dengan kepala.

Evaluasi
S:-
O : Luka dekubitus di punggung masih ada.
A : Otot - otot tangan dan kaki masih kaku.
P : Lanjutkan intervensi.

2.Diagnosa
Gangguan peningkatan ketidakseimbangan suhu tubuh.
Ds : Keluarga klien mengatakan klien demam.
Do : Suhu tubuh klien 38, 6 0 celcius, klien demam, dan badannya panas.

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan selama 1 x 24 jam suhu tubuh klien kembali dengan kriteria
hasil : suhu tubuh mencapai 36, 50 celcius - 37, 5 0 celcius.

21
Intervensi
- Observasi tanda - tanda vital
- Kompres hangat pada kepala.
- Anjurkan pada keluarga klien untuk membantu memakaikan pakaian yang tipis.

Rasional
- Mengetahui perkembangan kesetabilan tanda - tanda vital
- Terjadinya proses konduksi panas pada kain kompres, menurunkan suhu tubuh.
- Pakaian yang tipis dapat menyerap keringat.

Implementasi
Tanggal 28 April 2013, pukul 16. 30 WIB, hari sabtu.
- Mengobservasi tanda - tanda vital, dengan suhu tubuh klien mencapai 37, 1 0 celcius.
- Mengompres hangat kepala klien
- Menganjurkan pada keluarga klien untuk memakaikan pakaian tipis pada klien.

Evaluasi
S : Keluarga klien mengatakan demamnya turun.
O : Suhu tubuh : 37, 10 celcius.
A : Masalah teratasi.
P:-

3.Diagnosa
Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygine berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
DS : -
DO: -Tubuh Klien Tidak Bersih

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam klien tampak bersih, rapi
dengan kriteria : badan klien bersih, rambut klien bersih, kuku klien bersih dan panjang.

Intervensi
- Mandikan / waslap klien.
- Anjurkan pada keluarga klien untuk mewaslap tubuh klien.
- Anjurkan pada keluarga klien untuk menggunting kuku klien.

22
Rasional
- Menjadikan klien bersih dan memberikan rasa nyaman.
- Memberikan rasa segar pada tubuh klien.
- Kuku klien terbebas dari mikroorganisme.

Implementasi
Tanggal 29 April 2013, pukul 07. 00 WIB, hari minggu.
- Mewaslap klien
- Menganjurkan pada klien untuk mewaslap tubuh klien.
- Menganjurkan pada keluarga klien untuk menggunting kuku klien.

Evaluasi
S: -
O : Klien terlihat agak bersih.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh gangguan
suplai darah ke bagian otak. Stroke dapat dibagi menjadi 2 yaitu : stroke hemorrhagi dan stroke
non-hemorrhagi. Penyebab stroke antara lain thrombosis, embolisme, iskemia, dan hipoksia.
Faktor resiko pada stroke antara lain : hipertensi, penyakit kardiovaskuler, kolesterol tinggi,
obesitas, peningkatan hematokrit, diabetes mellitus, kontrasepasi oral, penyalahgunaan obat dan
konsumsi alkohol. Tanda dan gejala stroke tergantung pada luas dan lokasi yang dipengaruhinya.
Diagnosis stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada otak. Ada dua jenis
teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus stroke atau penyakit
pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed Tomography (CT scan)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dengan stroke bersifat komprehensif,
pengkajian mengarah pada keluhan-keluhan klien serta pemeriksaan fisik dilakukan secara per
sistem.

3.2 Saran
Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan saran
untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan STROKE

24
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin,Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.Jakarta :


Salemba Medika.2008

Smeltzer C. Suzanne.Brunner & Suddarth.Textbook of Medical-Surgical Nursing Eleventh


Edition.Jakarta:EGC.2008

Smeltzer C. Suzanne.Brunner & Suddarth.Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah.Jakarta:EGC.2002

Widagdo,Wahyu dkk.Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan.Jakarta : Trans Info Media.2008

http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-stroke-non-hemoragik/ diakses pada tanggal 14


Maret 2012 jam 19.05 WIB

25

Vous aimerez peut-être aussi