Vous êtes sur la page 1sur 5

Akhir Hidup yang Baik

KHUTBAH PERTAMA

Maasyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Setelah kita mengucapkan kalimat tahmid, kalimat tahlil sebagai bentuk sanjungan dan pujian
kita kepada Dzat satu-satunya tempat kita menggantungkan diri dari segala sesuatu, maka
tiada kata dan ungkapan yang sepatutnya kita sampaikan dalam majelis yang mulia ini
melainkan washiyatut taqwa, yaitu satu kalimat yang dengannya Allah Subhaanahu wa Taala
telah menyebutkannya dalam sekian banyak ayat, dan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
sallam pun seringkali memberikan washiyat kepada para shahabatnya dalam khutbah-
khutbahnya dengan kalimat tersebut, sebagaimana yang pernah beliau sampaikan juga kepada
dua orang sahabat yang bernama Abu Dzar dan Muad bin Jabal dalam Riwayat at-Tirmidzi
beliau Shallallaahu alaihi wa sallam, bersabda






Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, dan barengilah perbuatan yang buruk
dengan perbuatan yang baik dan berakhlak baiklah kepada semua manusia (HR. at-
TiRmudzi).

Hadits yang mulia ini, jelas-jelas telah memberikan penjelasan kepada kita bahwa ketaqwaan
itu tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu. Namun demikian apa yang dipahami Oleh
para sahabat dari kalimat yang agung ini tidaklah sesederhana yang kita pahami, sebagai
kalimat yang sering kita dengar, mudah kita ucapkan, namun kita acapkali susah dalam
mencernanya apalagi merealisasikannya dalam kehidupan seharii-hari. Karena pentingnya
makna kalimat ini hadirin yang mulia, Umar bin Khathab Radhiayallahu anhu pernah
mengatakan dalam riwayat yang shahih,


.

At-Taqwa adalah perasaan takut kepada Allah, beramal dengan apa yang datang dari
Allah dan Nabi-Nya, merasa cukup dengan apa yang ada dan mempersiapkan diri dalam
menghadapi hari akhir.

Maasyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Sesungguhnya bagian manusia dari dunia ini adalah umurnya. Apabila dia membaguskan
penanaman modalnya pada apa yang dapat memberikan manfaat kepadanya di akhirat kelak,
maka perdagangannya akan beRuntung. Dan jika dia menjelekkan penanaman modalnya
dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan kejahatan sampai dia bertemu dengan Allah pada
penghabisan (akhir hidup) yang jelek itu, maka dia termasuk orang-orang yang merugi.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman,

Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dan dia (dalam
keadaan) beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.
dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Q.S an-Nahl:97).

Dalam ayat yang lain Allah Taala berfirman,

. .
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya
dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. al-Zalzalah:7-8)

Dalam ayat yang lain Allah Taala menegaskan,

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-
main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. Maka Maha Tinggi
Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang
mempunyai) Arsy yang mulia. (QS. al-Muminun:115-116)

Maasyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Karenanya orang yang berakal adalah orang yang dapat menghisab (menghitung) amalan
dirinya sebelum Allah Taala menghitungnya, dan dia merasa takut dengan dosa-dosanya itu
menjadi sebab akan kehancurannya.

Hadirin yang mulia sementara itu kematian dan akhir hidup seseorang akan selalu
menjemputnya, kapan Allah Taala menghendaki niscaya tidak ada seorangpun yang dapat
merubahnya, dia tidak dapat menghindari dari sebuah kenyataan yang akan menjemputnya.
Allah Taala berfirman,




Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan. (QS. Ali ImRan:185)

Marilah kita tanyakan kepada diri kita masing-masing, apa yang telah menjadikan diri kita
terpedaya dengan gemerlapnya kehidupan dunia, akankah akhir hidup kita akhir hidup yang
baik atau bahkan sebaliknya? Naudzubillahi min dzalik.

Maasyiral Muslimin Rahimani wa Rahimakumullah!!

Dalam sebuah riwayat al-Bukhari dan Muslim yang bersumber dari Said al-Khudriy yang
mengisahkan seorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang, kemudian
genap seratus orang. Dan pada akhir cerita, dia dikisahkan meninggal dalam keadaan mukmin
karena taubatnya. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Said al-Khudhriy).

Dan sebaliknya dalam riwayat yang lain dikisahkan suatu ketika ada seorang laki-laki ikut
berperang bersama Nabi Shallallahu alaihi wasallam untuk menghadapi kaum Musyrikin
sehingga dia terluka. Dan karena tidak kuasa menahan rasa sakit, akhirnya dia bunuh diri.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, Dia termasuk ahli neraka. Setelah itu
seseorang mendatangi nabi menceritakan kejadian ini. Kemudian Rasullah bersabda,






( )
Sungguh seorang benar-benar melakukan perbuatan penduduk surga di hadapan manusia,
namun (sebenarnya) dia termasuk penghuni neraka, dan sungguh seseorang benar-benar
melakukan perbuatan penghuni nereka di hadapan manusia, namun (sebenarnya) di a
termasuk penghuni surga . (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dua rRiwayat di atas telah tegas dan jelas menunjukkan bahwa akhir hidup seseorang, baik
dan buruknya tidak ada seorangpun yang dapat mengetahuinya.

Dan akhir hidup seseorang ditentukan oleh baik-dan buruknya akhir perjalanan hidupnya,
yang telah Allah Subhanahu wataala tentukan dalam taqdirnya.

Dalam riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih dari Aisyah Radhiyallahu anha,
Rasulullah bersabda,








.

.

Sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan perbuatan penghuni surga, sedangkan


dia dicatat sebagai penghuni neraka. Maka sebelum kematian menjemput, ia berubah dan
mengerjakan perbuatan penghuni neraka, kemudian ia mati, maka masuklah ia ke dalam
neraka. Dan sesungguhnya seseorang benar-benar melakukan perbuatan penghuni neraka
sedangkan dia dicatat sebagai penghuni surga. Maka sebelum kematian menjemput, ia
berubah dan melakukan perbuatan penghuni surga, kemudian ia mati, maka masuklah ia ke
dalam surga..

Dalam riwayat lain yang bersumber dari Ali bin Abi Thalib, diceritakan ada seorang laki-laki
bertanya kepadanya:

. : :
( : .
) 5 :)

Seseorang lelaki bertanya, Wahai Rasulullah!, apakah kita tidak pasrah terhadap taqdir
(ketentuan)Allah Taala terhadap kita dan meninggalkan amalan? Lalu Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam menjawab, Beramalah kalian! Maka setiap orang akan
dimudahkan sebagaimana apa yang ditakdirkan baginya. Adapun orang yang ditakdirkan
bahagia, maka ia akan dimudahkan untuk melakukan perbuatan golongan orang-orang yang
bahagia. Sedangkan orang yang ditakdirkan sengsara, maka ia pun akan dimudahkan untuk
melakukan perbuatan golongan orang-orang yang sengsara. Kemudian beliau membaca
ayat, Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, (QS. al-Lail
: 5)

Dalam hadits-hadits di atas telah menunjukkan bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan di akhir
hayat telah Allah Taala tentukan di dalam kitabNya (taqdirnya). Dan yang demikian
berdasarkan amalnya yang merupakan sebab keduanya. Maka akhir hidup yang baik atau
sebaliknya ditentukan dengan keadaan akhir amalannya. sebagaimana Rasulullah
Shallallaahu alaihi wasallam bersabda dalam riwayat yang lain dari Sahl bin Said:

Sesungguhnya segala amal itu tergantung dengan akhirnya.

Maka barangsiapa yang yang telah mengikuti tuntunan Allah Taala dan NabiNya, maka
akhir hayatnya adalah merupakan akhir hayat yang baik, sebaliknya barangsiapa dalam
hidupnya senantiasa mengikuti hawa nafsu dan syaithan, maka niscaya dia akan mendapatkan
akhir hidup yang tidak baik, karena dosa-dosa yang dia lakukan selama hidupnya,
sebagaimana pernah dikisahkan oleh Abdul Aziz bin Rawad yang dinukil oleh Ibnu Rajab
dalam kitabnya, suatu hari dia menjumpai seorang yang akan meninggal dunia, kemudian
ditalqinkan untuk mengucapkan kalimat Tauhid, namun ternyata dia tidak bisa mengucapkan,
dan dia berkata pada akhir perkataannya: Dia telah mengkufuri kalimat tersebut. Dan
meninggal dalam kekufuran. Kemudian Abdul Azis menanyakan tentang dia, maka dikatakan
dia adalah seorang peminum khamr. Kemudian Abdul Aziz mengatakan:

Berhati-hatilah kalian terhadap segala (bentuk) dosa dan maksiat, karena dosa-dosa itulah
yang menyebabkannya.
.
,
..

Vous aimerez peut-être aussi