Vous êtes sur la page 1sur 9

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN

TIDAK AMAN PADA PEKERJA LAPANGAN PT. TELKOM


CABANG SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI
TAHUN 2014

Feddy Roni Philip Saragih, Halinda Sari Lubis2, Lina Tarigan 3


1
Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2,3
Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia
email: feddyphilips@gmail.com

Abstract
Occupational accidents are generally caused by two factors that occur in the
workplace. The factors that cause accidents include unsafe action and unsafe
condition. Estimated that 80% accidents are caused by unsafe action of workers as a
problem often faced by firm.
This study aims to determine the factors associated with unsafe action on
Field Workers of PT. Telkom Cabang Sidikalang Kabupaten Dairi in 2014.
The study was an analytic study which using cross sectional study design
which use sampling method by total sampling with a sample size 25 people.Data were
analyzed using bivariate chi-square tes. The result of this study showed that of the six
independent variables under study, there are four variables that have relationship
with the dependent variable, namely: age (p = 0,032), years of service (p = 0,015),
employee status (p = 0,012, and knowledge (p = 0,032.
This study suggested to the campany that works aged 28 years given a
retraining and routine briefing of safety action , more attention to workers who are
not permanent employee status and who has a new working period (<5 years) in
efective supervision, providing educations and training for workersto make them
knowledge well.

Key Word : The Factors Associated, Unsafe Action


Pendahuluan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Heinrich (1980) dalam Suma,mur
(K3) merupakan salah satu aspek (1987) menyatakan bahwa kecelakaan kerja
perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan yang terjadi secara umum disebabkan oleh 2
hak dasar dari setiap tenaga kerja yang ruang hal pokok yaitu tindakan tidak aman (unsafe
lingkupnya telah berkembang sampai kepada action) dan kondisi tidak aman (unsafe
keselamatan dan kesehatan masyarakat secara conditions). Heinrich (1980) memperkirakan
nasional. (Depnakertrans RI, 2009). bahwa 85% kecelakaan kerja terjadi adalah
Sistem Manajemen Keselamatan dan kontribusi dari perilaku kerja yang tidak
Kesehatan Kerja (SMK3) harus dilaksanakan aman. Berdasarkan hal tersebut dapat
secara konsisten. Tidak satupun produk dilkatakan bahwa perilaku manusia yaitu
peraturan perundangan yang ada di Indonesia tindakan tidak aman merupakan unsur yang
tidak bersumber dari hukum dasar tertinggi memegang peranan penting dalam
yaitu Undang-undang Dasar (UUD) 1945 mengakibatkan kecelakaan.
sebagai sumber hukum dari segala hukum. PT. Telkom Cabang Dairi adalah salah
Sumber hukum peraturan perundangan satu perusahaan yang bergerak di bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) telekomunikasi. Perusahaan ini memiliki
berlandaskan pada pasal 27 ayat 2 UUD pekerja yang bekerja di bagian teknisi
Tahun 1945 yang dinyatakan bahwa Tiap- lapangan dengan proses kerja memasang
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan jaringan (network installation), perbaikan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. jaringan (network improvements), dan
UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pemeliharaan jaringan (network
pasal 86 menyatakan bahwa pengusaha wajib maintenance). Pekerjaan teknisi lapangan
melindungi pekerja dan Undang-Undang No.1 meliputi penggalian tanah untuk memasang
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal kabel tanam (Fiber Optic), memanjat tiang
14 mengenai kewajiban pengurus untuk jaringan, mengangkat tiang jaringan, dan
melindungi pekerja dari potensi bahaya di aktivitas kerja lainnya.
tempat kerja. Para pekerja berpotensi terhadap
Kecelakaaan kerja adalah kecelakaan kemungkinan terjadinya kasus kecelakaan
berhubugan dengan hubungan kerja pada kerja. Kasus kecelakaan kerja yang
perusahaan. Hubungan kerja disini dapat mengakibatkan tewasnya pekerja teknisi
berarti, bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan lapangan dilaporkan terjadi di kota Medan
oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan yang dimuat dalam Koran Posmetro Medan
pekerjaan (Sumamur, 1996). Online pada tanggal 3 Oktober 2013. Kamis
Suatu kecelakaan tidak dapat terjadi (3/10) pukul 10.00 WIB dilaporkan kasus
dikarenakan oleh suatu penyebab, biasanya kecelakaan pada tiga pekerja teknisi lapangan
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling PT Telkom disebabkan oleh kesetrum arus
berhubungan atau kombinasi dari berbagai litrik. Satu orang tewas di tempat pada saat
faktor pendahulu (ILO: 1989). Pekerja tidak mencabut tiang telepon. Kasus ini terjadi
akan celaka dengan sendirinya melainkan disaat pekerja tidak menyadari tiang telepon
adanya faktor-faktor yang dapat telah mencapai kabel listrik Jaringan
mempengaruhinya, seperti: kondisi kerja yang Tegangan menengah (JTM), Kasus ini terjadi
tidak aman, bekerja pada lingkungan kerja di daerah Jl. Willem Iskandar/Pancing Desa
yang tidak nyaman, panas, bekerja tanpa Medan Estate, Kec. Percut Seituan tepatnya di
petunjuk kerja atau Standar Operasional depan Yayasan Islamic Center.
Prosedur (SOP), bekerja tanpa Alat Pelindung Berdasarkan informasi data
Diri (APD) dan sebagainya. Setidaknya kecelakaan kerja yang diperoleh, terdapat 10
kecelakaan kerja itu dapat terjadi akibat kasus kecelakaan kerja sepanjang tahun 2011
adanya kelemahan dari 3 faktor utama, sampai dengan tahun 2013 di PT. Telkom
yaitu:peralatan teknis, lingkungan pekerjaan, Cabang Dairi. Pada tahun 2011 terdapat 5
dan pekerja yang bersangkutan. (Syaaf, 2008) kasus, tahun 2012 terdapat 3 kasus, dan pada
tahun 2013 terdapat 2 kasus kecelakaan kerja.
Kasus kecelakaan kerja yang terjadi Manfaat Penelitian
mengakibatkan cidera ringan sampai dengan
cidera berat. Contoh kasus kecelakaan kerja 1. Sebagai masukan untuk pekerja di bagian
yang terjadi adalah seperti tersengat arus teknisi lapangan agar lebih memperhatikan
listrik, terjatuh dari ketinggian saat memanjat aspek keselamatan dan kesehatan kerja di
ataupun memperbaiki kabel, tertusuk kabel, dalam melakukan pekerjaannya.
dan tergelincir atau terpeleset saat menggali 2. Sebagai masukan bagi perusahaan agar
tanah untuk memasang kabel tanam. dapat lebih meningkatkan program K3
Menurut informasi yang diperoleh dari dengan lebih baik lagi untuk peningkatan
pihak perusahaan, kasus kecelakaan kerja produktivitas pekerja melalui aspek
yang terjadi adalah faktor manusia atau keselamatan dan kesehatan kerja
pekerja yang tidak aman seperti kurang hati- khususnya bagian teknisi lapangan.
hati saat bekerja, melaksanakan pekerjaan 3. Sebagai bahan referensi untuk penulis lain
diluar Standar Operasional prosedur (SOP) yang ingin meneliti tentang faktor-faktor
dan ketidakseriusan saat bekerja. yang berhubungan dengan tindakan tidak
Pihak manajemen perusahaan telah aman.
melakukan upaya perlindungan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) khususnya bagi para Metode Penelitian
pekerja bagian teknisi lapangan seperti
pengawasan, pelatihan, peraturan (kebijakan), Penelitian ini bersifat analitik
penyediaan Alat pelindung Diri (APD), dengan rancangan cross sectional yang
Standar Operasional Prosedur (SOP), dll. bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
Berdasarkan survei awal yang yang berhubungan dengan tindakan tidak
dilakukan, tampak tindakan para pekerja aman pada pekerja lapangan di PT.Telkom
bagian teknisi lapangan yang tidak aman Cabang Sidikalang. Adapun penelitian ini
seperti tidak memakai Alat pelindung Diri dilakukan pada bulan Juli - September 2014.
(APD) lengkap, posisi tangga panjat tidak Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja
dalam posisi yang sesuai, kondisi tiang yang pekerja lapangan PT. Telkom Cabang
dekat dengan tiang istrik. Hal ini dapat Sidikalang tahun 2014 yaitu sebanyak 25
berpotensi terhadap terjadinya kecelakan orang.
kerja yang dapat berakibat fatal, mulai dari Data primer diperoleh dengan
kecacatan hingga kematian. melakukan wawancara kepada pekerja
lapangan PT. Telkom Cabang Sidikalang
Perumusan masalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner
disusun dengan modifikasi dari kuesioner
Apa sajakah yang menjadi faktor-faktor penelitian terdahulu.
yang berhubungan dengan Tindakan Tidak Data Sekunder diperoleh langsung
Aman Pada Pekerja Lapangan PT. Telkom dari Manajemen PT. Telkom Cabang
Cabang Sidikalang Kabupaten Dairi Tahun Sidikalang meliputi data kecelakaan kerja,
2014. data profil perusahaan, data jumlah pekerja
lapangan, dan data mengenai pengawasan,
Tujuan penelitian pelatihan, peraturan perusahaan, beban kerja
dan SOP yang diterapkan pada pekerja
Untuk mengetahui faktor- faktor yang lapangan.
berhubungan dengan tindakan tidak aman Teknis penilaian untuk kuesioner
seperti umur, tingkat pendidikan, masa kerja, kinerja dilakukan berdasarkan skor yang
status karyawan, pengetahuan, Pengawasan, diperoleh
dan Pelatihan Pada Pekerja Teknisi Lapangan
PT. Telkom Cabang Sidikalang.
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan tabel diatas,
Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan menunjukkan mayoritas responden yang
Kelompok Umur pada Pekerja Lapangan PT. melakukan tindakan tidak aman sebanyak 19
Telkom Cabang Sidikalang Tahun 2014
orang (76%).
Jumlah
f %
Tabel 3. Hubungan Variabel Independen (Umur,
Karakteristik Responden
Umur Pendidikan, Status Karyawan, Masa Kerja,
<28 tahun 18 72,0 Pengetahuan, Pengawasan, Dan Pelatihan) Dengan
28 tahun 7 28,0 Tindakan Tidak Aman
Total 25 100
Pendidikan terakhir
Perilaku Aman
SMP 1 4,0 Variabel
Tidak Aman Aman
Jumlah p
SMA 16 46,0 Independen value
n % n % N %
Diploma 4 16,0 Umur
S1 4 16,0
<28 tahun 1
Total 25 100 16 88,9 2 11,1 8
100
0,032
Status Karyawan 28 tahun 3 42,9 4 57,1 7 100
Karyawan Waktu Tertentu (KWT) 16 64,0
Pendidikan Akhir
Karyawan Tetap 9 36,0
SMP 1 100,0 0 0, 0 1 100
Total 25 100
Masa Kerja SMA 14 87,5 2 12,5
1
100
6
<5 tahun 19 76,0 0,313
5 tahun 6 24,0 Diploma 2 50,0 2 50,0 4 100
Total 25 100 S1 2 50,0 2 50,0 4 100
Pengetahuan Status Karyawan
Tidak Baik 18 72,0 Karyawa
Baik 7 28,0 n Waktu 1
15 93,8 1 6,3 6
100
Total 25 100 Tertentu
0,012
Pengawasan
Tidak Ada 8 32,0 Karyawa
n Tetap 4 44,4 5 55,6 9 100
Ada 17 68,0
Total 25 100 Masa Kerja
Pelatihan < 5 tahun 17 89,5 2 10,5
1
100
Tidak Ada 8 32,0 9 0,015
Ada 17 68,0 5 tahun 2 33,3 4 66,7 6 100
Total 25 100 Pengetahuan
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari Tidak 1
16 88,9 2 11,1 100
Baik 8 0,032
25 sampel mayoritas terdapat 18 orang (72%) Baik 3 42,9 4 57,1 7 100
karyawan berusia <28 tahun. Dilihat dari Pengawasan
pendidikan terakhir menunjukkan bahwa 16 Tidak
8 100,0 0 0,0 100
orang (46%) berpendidikan SMA. Ada 8
0,129
Ada
Berdasarkan status karyawan menunjukkan 11 64,7 6 35,3
1
7
100

mayoritas pekerja merupakan Karyawan Pelatihan


Waktu Tertentu (KWT) sebanyak 19 orang Tidak
7 87,5 1 12,5 8 100
Ada
(64%). Berdasarkan masa kerja, ada 28 orang 0,624
Ada 1
(76%) yang bekerja <5 tahun. Berdasarkan 12 70,6 5 29,4 7
100

pengawasan menunjukkan bahwa 17 orang


(68%) menyatakan ada pengawasan. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
Berdasarkan pelatihan menunjukkan bahwa bahwa mayoritas para responden berumur
17 orang (68%) menyatakan ada pelatihan. <28 tahun sebanyak 18 orang (72%) dari 25
orang jumlah pekerja keseluruhan.
Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Berdasarkan analisis bivariat diperoleh
Tindakan Tidak Aman Pada Pekerja Lapangan mayoritas responden yang berumur <28 tahun
PT.Telkom Cabang Sidikalang Tahun 2014
Jumlah
dengan tindakan tidak aman sebanyak 16
Perilaku Aman f % orang (88,9%) dan terhadap tindakan aman
Tidak aman 19 76,0 sebanyak 2 orang (11,1%), dan responden
aman 6 24,0 yang berumur 28 tahun dengan tindakan
Total 25 100
tidak aman sebanyak 3 orang (42,9%) dan
terhadap tindakan aman sebanyak 4 orang
(57,1%). Berdasarkan uji chi square yang Pendidikan merupakan faktor yang mendasar
dilakukan, diperoleh nilai = 0,032 (p < 0,05) untuk memotivasi terhadap perilaku atau
hal ini menunjukkan ada hubungan yang memberikan referensi pribadi dalam
signifikan antara umur dengan tindakan tidak pengalaman belajar seseorang. Jadi tingkat
aman. pendidikan seseorang menentukan luasnya
Faktor umur mempunyai hubungan pengetahuan serta bagaimana seseorang
langsung dengan logika berpikir dan tersebut bersikap dan berperilaku. Seseorang
pengetahuan seseorang. Semakin matang usia yang berpendidikan rendah akan susah untuk
seseorang, biasanya cenderung bertambah menyerap suatu inovasi baru sehingga akan
pengetahuan dan tingkat kecerdasannya. mempersulit dalam mencapai perubahan
Kemampuan mengendalikan emosi psikisnya seperti yang diharapkan. Dalam hal ini
dapat mengurangi terjadinya kecelakaan pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan
(Cece, 2005). Umur bila dikaitkan dengan formal yang diperoleh di sekolah.
kedewasaan psikologis seseorang walaupun Berdasarkan teori yang ada, dapat
belum pasti bertambahnya usia akan disimpulkan bahwa lebih tinggi tingkat
bertambah pula kedewasaannya. Namun pendidikan seseorang dapat mempengaruhi
umumnya dengan bertambahnya usia akan perilaku seseorang untuk lebih baik dan lebih
semakin rasional, makin mampu bijak dalam bertindak. Namun hasil tabel
mengendalikan emosi dan makin toleran dalam penelitian ini menunujukkan tidak ada
terhadap pendangan dan perilaku yang hubungan antara pendidikan terakhir dengan
membahayakan. tindakan tidak aman. Kondisi tersebut
Hasil tersebut sejalan dengan kemungkinan disebabkan oleh pendidikan
penelitian Shiddiq (2013) yang berjudul yang telah diperoleh oleh pekerja di sekolah
Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan formal masih belum banyak membahas
Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit mengenai K3.
IV Pt. Semen Tonasa Year Tahun 2013yaitu Pada variabel status karyawan
hasil penelitian melalui uji Chi Square Berdasarkan analisis bivariat diperoleh
menunjukkan ada hubungan yang bermakna responden bersatatus Karyawan Waktu
antara umur dengan perilaku aman dengan Tertentu (KWT) dengan tindakan tidak aman
nilai p = 0,011. sebanyak 1 orang (100%) dan terhadap
Pada variabel pendidikan responden tindakan aman sebanyak 0 orang (0%).
yang berpendidikan SMP dengan tindakan Responden berstatus karyawan tetap dengan
tidak aman sebanyak 1 orang (100%) dan tindakan tidak aman sebanyak 2 orang
terhadap tindakan aman sebanyak 0 orang (33,3%) dan terhadap tindakan aman
(0%). Responden yang berpendidikan SMA sebanyak 4 orang (66,7%).. Berdasarkan uji
dengan tindakan tidak aman sebanyak 14 chi square yang dilakukan, diperoleh nilai =
orang (87,5%) dan terhadap tindakan aman 0,012 (p < 0,05) hal ini menunjukkan ada
sebanyak 2 orang (12,5%). Responden yang hubungan yang signifikan antara status
berpendidikan Diploma dengan tindakan tidak karyawan dengan tindakan tidak aman.
aman sebanyak 2 orang (50%) dan terhadap Karyawan dengan status KWT bekerja
tindakan aman sebanyak 2 orang (50%). sesuai waktu yang telah ditetapkan oleh
Responden yang berpendidikan S1 dengan perusahaan dan diwujudkan dalam ikatan
tindakan tidak aman sebanyak 2 orang (50%) kontrak kerja dimana rata-rata mereka terikat
dan terhadap tindakan aman sebanyak 2 orang kontrak mulai dari 1-5 tahun. Karyawan yang
(50%). Berdasarkan uji chi square yang berstatus sebagai karyawan tetap bekerja
dilakukan, diperoleh nilai = 0,313 (p > 0,05) sejak ia ditetapkan sebagai karyawan pada
hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang waktu tertentu hingga mencapai masa pensiun
signifikan antara pendidikan terakhir dengan yaitu pada umur 60 tahun.
tindakan tidak aman. Berdasarkan hal tersebut dapat
Menurut Green dalam Notoadmojo dikatakan bahwa karyawan tetap memiliki
(2003), tingkat pendidikan merupakan faktor masa kerja serta pengalaman kerja yang lebih
predisposisi seseorang berperilaku. lama dibandingkan dengan Karyawan Waktu
Tertentu (KWT). Para karyawan tetap akan antara masa kerja dengan perilaku aman
lebih lama berinteraksi dengan lingkungan dengan nilai p = 0,026
kerja sehingga memiliki pengalaman kerja Pada variabel pengetahuan, dapat
yang lambat laun akan memberikan dilihat bahwa mayoritas para responden
pemahaman bagi mereka terhadap faktor- memiliki pengetahuan tidak baik yaitu
faktor bahaya di lingkungan kerja. sebanyak 18 orang (72%) dari 25 orang
Pemahaman akan lingkungan kerja tersebut jumlah pekerja keseluruhan. Berdasarkan
akan membantu pekerja untuk berperilaku analisis bivariat diperoleh responden yang
kerja yang aman. Berdasarkan hasil uji memiliki pengetahuan tidak baik dengan
tersebut dapat dilihat bahwa mayoritas para tindakan tidak aman sebanyak 16 orang
KWT melakukan tindakan tidak aman (88,9%) dan terhadap tindakan aman
(93,8%) dan karyawan tetap ada 4 orang yang sebanyak 2 orang (11,1%), dan responden
melakukan tindakan tidak aman (44,4%). yang memiliki pengetahuan baik dengan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat tindakan tidak aman sebanyak 3 orang
dilihat bahwa mayoritas para responden (42,9%) dan terhadap tindakan aman
bekerja dalam masa kerja < 5 tahun sebanyak sebanyak 4 orang (57,1%). Artinya, tindakan
19 orang (76%) dari 25 orang jumlah pekerja tidak aman mayoritas dilakukan oleh pekerja
keseluruhan. Berdasarkan analisis bivariat yang memiliki pengetahuan tidak baik.
diperoleh responden yang bekerja <5 tahun Berdasarkan uji chi square yang dilakukan,
dengan tindakan tidak aman sebanyak 17 diperoleh nilai = 0,032 (p < 0,05) hal ini
orang (89,5%) dan terhadap tindakan aman menunjukkan ada hubungan yang signifikan
sebanyak 2 orang (10,5%), dan responden antara pengetahuan dengan tindakan tidak
yang berumur 25 tahun dengan tindakan aman.
tidak aman sebanyak 2 orang (33,3%) dan Saat melakukan wawancara di
terhadap tindakan aman sebanyak 4 orang lapangan, responden yang memiliki
(66,7%). Artinya, mayoritas yang melakukan pengetahuan tidak baik seluruhnya masih
tindakan tidak aman adalah pekerja dengan salah pemahaman mengenai K3 yang
masa kerja <5 tahun. Berdasarkan uji chi ditanyakan. Hasil tersebut sejalan dengan
square yang dilakukan, diperoleh nilai = penelitian Shiddiq (2013) yang berjudul
0,015 (p < 0,05) hal ini menunjukkan ada Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan
hubungan yang signifikan antara masa kerja Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit
dengan tindakan tidak aman. IV Pt. Semen Tonasa Year Tahun 2013yaitu
Karyawan baru memerlukan perhatian hasil penelitian melalui uji Chi Square
lebih, pelatihan, pengawasan, dan bimbingan menunjukkan ada hubungan yang bermakna
daripada karyawan lama yang memiliki antara pengetahuan dengan perilaku aman
pengalaman. Segala sesuatu yang baru bagi dengan nilai p = 0,025.
mereka seperti, teman sekerja, alat-alat, Green (1980) dalam penelitian
fasilitas kerja, prosedur kerja, kebiasaan, dan Shiddiq (2013) menyatakan bahwa
peraturan-peraturan yang berlaku di peningkatan pengetahuan tidak selalu
perusahaan serta lingkungan tempat kerja menyebabkan perubahan perilaku, tetapi
mereka. Mereka berusaha memberi kesan pengetahuan sangat penting diberikan
yang baik pada perusahaan dan atasan dengan sebelum individu melakukan suatu tindakan.
melakukan pekerjaan dengan baik (Bird and Tindakan akan sesuai dengan pengetahuan
Germain, 1990). apabila individu menerima isyarat yang cukup
Hasil tersebut sejalan dengan kuat untuk memotivasi dia bertindak sesuai
penelitian Shiddiq (2013) yang berjudul dengan pengetahuannya.
Hubungan Persepsi K3 Karyawan dengan Pada variabel pengawasan diperoleh
Perilaku Tidak Aman di Bagian Produksi Unit responden yang menyatakan tidak ada
IV Pt. Semen Tonasa Year Tahun 2013yaitu pengawasan dengan tindakan tidak aman
hasil penelitian melalui uji Chi Square sebanyak 8 orang (100%) dan tidak ada yang
menunjukkan ada hubungan yang bermakna melakukan tindakan aman. (0%), dan
responden yang menyatakan ada pengawasan
dengan tindakan tidak aman sebanyak 11 Hasil tersebut sejalan dengan
orang (64,7%) dan terhadap tindakan aman penelitian Hellyanti (2012) yang berjudul
sebanyak 6 orang (35,3%).Berdasarkan uji chi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
square yang dilakukan, diperoleh nilai = Perilaku Tidak Aman di Departemen Unlity
0,129 (p > 0,05) hal ini menunjukkan tidak and Operation, PT. Indofood Sukses
ada hubungan yang signifikan antara Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills,
pengawasan dengan tindakan tidak aman. Tahun 2009 yaitu hasil penelitian melalui uji
Jika ditinjau ada atau tidaknya Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan
pengawasan dengan status karyawan yang signifikan antara pengawasan dengan
diperoleh bahwa yang menyatakan tidak ada tindakan tidak aman dengan nilai p = 0,287.
pengawasan sebanyak 8 orang seluruhnya Pada variabel pelatihan diperoleh
adalah KWT, dan 8 orang KWT menyatakan responden yang tidak mendapatkan pelatihan
ada, serta 9 orang karyawan tetap menyatakan mayoritas para responden yang menyatakan
ada. Responden yang menyatakan ada adanya pelatihan yaitu sebanyak 18 orang
pengawasan yaitu 17 orang, juga ada yang (68%) dari 25 orang jumlah pekerja
melakukan tindakan tidak aman sebanyak 6 keseluruhan.
orang (35,3%). Oleh sebab itu, tidak Berdasarkan analisis bivariat diperoleh
menjamin bahwa adanya pengawasan maka responden yang tidak mendapatkan pelatihan
tindakan pekerja selalu aman. Namun, hal yang melakukan tindakan tidak aman
tersebut bukan berarti pengawasan tidak sebanyak 7 orang (87,5%) dan terhadap
diperlukan untuk mengubah perilaku pekerja, tindakan aman sebanyak 1 orang (12,5%), dan
justru sebaliknya pelaksanaan pengawasan responden yang mendapatkan pelatihan yang
yang rutin akan mendorong motivasi pekerja melakukan tindakan tidak aman sebanyak 12
untuk berperilaku aman. Secara teoritis, orang (70,6%) dan terhadap tindakan aman
adanya pengawasan justru mengingatkan sebanyak 5 orang (29,4%). Jika ditinjau ada
pekerja untuk selalu bekerja dengan baik, atau tidaknya pelatihan dengan status
benar, memakai APD dan berperilaku aman. karyawan diperoleh bahwa 6 orang KWT
Pengawasan di PT. Telkom yang menyatakan tidak ada pelatihan dan 10
dilaksanakan secara harian oleh seorang orang menyatakan ada, karyawan tetap
petugas pengawas lapangan dan pengawas menyatakan tidak ada pelatihan sebanyak 2
bulanan sebanyak satu kali oleh supervisor orang dan ada pelatihan sebanyak 7 orang.
berdasarkan ketetapan manajemen yang akan Berdasarkan uji chi square yang dilakukan,
dibuat pelaporan pengawasannya. Setelah diperoleh nilai = 0,624 (p > 0,05) hal ini
dilakukan penelitian, fakta yang diperoleh menunjukkan tidak ada hubungan yang
saat penelitian adalah pengawasan masih signifikan antara pengetahuan dengan
belum rutin baik pengawasan harian dan tindakan tidak aman.
bulanan. Berdasarkan hasil uji statistik tersebut,
Fakta yang diperoleh peneliti di dapat dilihat bahwa pekerja yang
lapangan adalah ternyata pengawasan belum mendapatkan pelatihan mayoritas melakukan
rutin dilaksanakan, namun pelaporannya tindakan tidak aman, yaitu 12 orang dari 17
selalu dikatakan rutin. Pengawasan yang pekerja yang mendapatkan pelatihan.
dilakukan juga metodenya tidak tepat atau Pelatihan yang telah didapat oleh pekerja
dengan kata lain belum efektif karena belum tentu menjadi faktor pendorong mereka
pengawasan tersebut masih cenderung masih untuk melakukan tindakan aman apabila
melihat hubungan kekeluargaan dan dianggap tidak diaplikasikan di lapangan. Namun,
mandiri tanpa perlu diawasi pekerjaannya. bukan berarti pelatihan tidak diperlukan untuk
Pengawasan tersebut seharusnya dijalankan mendorong pekerja dalam bertindak aman.
secara professional secara rutin dan jika ada Hal tersebut dikarenakan pelatihan atau
tindakan pekerja yang tidak sesuai agar diberi training adalah salah satu bentuk proses
teguran tanpa memandang hubungan pendidikan, dengan melalui training sasaran
kekeluargaan. belajar pendidikan akan memperoleh
pengalaman-pengalaman belajar yang
akhirnya akan menimbulkan perubahan Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) pada
perilaku mereka (Notoadmojo,1989). Pekerja di PT X tahun 2011yaitu hasil
Pada dasarnya pelatihan merupakan penelitian melalui uji Chi Square
program wajib yang diberikan kepada setiap menunjukkan tidak ada hubungan yang
karyawan baru berdasarkan peraturan bermakna antara pelatihan dengan perilaku
perusahaan yang berlaku. Pelatihan yang aman dengan nilai p = 0,433.
diberikan adalah pelatihan instruksi kerja.
Perekrutan karyawan baru dilakukan dengan Kesimpulan dan Saran
membuka lowongan penerimaan karyawan
tetap oleh PT.Telkom dan melalui Kesimpulan
perekrutaan POJ (Petugas Operasional
Jaringan) yang merupakan mitra perusahaan 1. Ada hubungan antara umur, masa kerja,
PT.Telkom. POJ Kopegtel (Petugas status karyawan dan pengetahuan dengan
Operasional Jaringan Koperasi Pegawai tindakan tidak aman.
Telkom) adalah mitra yang menyalurkan jasa 2. Tidak ada hubungan antara pendidikan,
tenaga kerja. Dalam hal ini PT.Telkom pengawasan dan pelatihan dengan tindakan
merekrut karyawan tambahan melalui yang tidak aman.
selanjutnya disebut dengan Karyawan Waktu
Tertentu (KWT). Saran
Saat melakukan wawancara langsung
dengan pekerja untuk menanyakan pelatihan, 1. Pekerja yang berumur 28 khususnya
ada pekerja yang menyatakan tidak diatas 45 tahun karena mayoritas bertindak
mendapatkan pelatihan. Ternyata mayoritas tidak aman sebaiknya perlu diberikan
yang tidak mendapatkan pelatihan adalah pelatihan ulang dan diberikan pengetahuan
Karyawan Waktu Tertentu (KWT) yang atau arahan K3 untuk mengendalikan
merupakan mitra POJ Kopegtel. KWT tindakan tidak aman tersebut dan yang
seharusnya menjadi kewajiban perusahaan berumur < 28 tahun tahun lebih distimulasi
mitra untuk dibina, dilatih, dan dikembangkan atau diarahkan untuk melakukan tindakan
dalam melakukan pekerjaan. Mitra aman.
perusahaan tersebut tidak memenuhi tugas 2. Pekerja yang memiliki masa kerja <5 dan
dan tanggung jawabnya untuk memberikan 5 tahun harus selalu diperhatikan dengan
pelatihan kepada KWT. Pendapat pekerja pengawasan yang efektif tanpa melihat
KWT bahwa seluruh KWT yang akan hubungan kekeluargaan dijalankan secara
dipekerjakan di cabang PT.Telkom Sidikalang profesional agar perilaku tidak aman dapat
seharusnya dikarantina dan mendapat terkendali.
pelatihan selama beberapa hari. Pelatihan ini 3. Pekerja dengan status karyawan tetap dan
seharusnya diberikan oleh trainer yang tidak tetap (KWT) harus selalu
berkompeten serta profesional. Pelatihan diperhatikan lewat pengawasan yang
seharusnya dilakukan dengan memberikan efektif dan diberi pelatihan baik oleh PT
pemahaman materi hingga pelaksanaan Telkom maupun perusahaan mitra agar
simulasi kerja. perilaku tidak aman dapat terkendali.
Program pelatihan tidak selalu 4. Pengetahuan K3 yang tidak baik pada
dijalankan perusahaan mitra. POJ Kopegtel pekerja sebaiknya diatasi dengan
menyerahkan pelatihan kepada PT.Telkom memberikan pendidikan dan pelatihan baik
untuk bekerja langsung di lapangan. Pekerja kepada pekerja baru dan pekerja lama dan
lama dan pekerja baru disatukan untuk diberikan penyegaran mengenai
mengetahui pekerjaan dibawah arahan pengetahuan K3 oleh pihak perusahaan
supervisor. Hal inilah menjadi alasan pekerja dalam suatu periode yang rutin seperti saat
tidak mendapatkan pelatihan langsung. sebelum memulai aktivitas kerja.
Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian Pratiwi (2012) yang berjudul
Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Sofyandi, 2008. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Daftar Pustaka Syaaf, 2008. Analisis Perilaku berisiko di
PT. X Jakarta. Skripsi. Depok : FKM
Arikunto.S. 2009. Manajemen Penelitian. UI.
Cetakan Kesepuluh. Penerbit PT. Sumamur, 1987. Keselamatan Kerja &
Rineka Cipta. Jakarta. Pencegahan Kecelakaan. PT Saksama:
Jakarta.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. Medan: ________, 2009. Higiene Perusahaan dan
USU Press. Kesehatan Kerja (Hiperkes). CV
Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 26 Desember Sagung Seto. Jakarta.
2013. (http: www.jamsostek.co.id). Utommi, S. 2007. Gambaran Tingkat
Jenis Tegangan Menengah (JTM) Perusahaan Kepatuhan Pekerja Dalam Mengikuti
Listrik Negara (PT. PLN). 26 Desember Prosedur Operasi pada Pekrja Operator
2013. (http: www.pln.go.id). Dump Truck di PT. kaltim Primacool
Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan tahun 2007. Skripsi, Depok: FKM UI.
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Winarsunu, T. 2008. Psikologi Keselamatan
Cipta. Kerja. Malang : UMM Press.
____________. 2005. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pratiwi, A. 2012. Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Tindakan
Tidak Aman (Unsafe Act) Pada
Pekerja di PT X Tahun 2011. Skripsi,
Depok: FKM UI.
Posmetro Medan Online. 5 Oktober 2013.
(http://www.posmetro-medan.com/).
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Dian Rakyat, Jakarta.
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang
RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Sekretariat Negara.
Jakarta.
Riduan, W. 2009. Skala Pengukuran
variabel-variabel Penelitian.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Rijanto, B. 2010. Pedoman Praktis K3L.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher.
Shiddiq, S. 2013. Hubungan Persepsi K3
Karyawan dengan Perilaku Tidak
Aman di Bagian Produksi Unit IV
PT. Semen Tonasa Tahun 2013.
Skripsi. Makassar: Universitas
Hasanuddin Makasar.
Siagian, S. 1987. Teori Motivasi dan
Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara.
Singarimbun, M. 1987. Metode Penelitian
Survai. Yogyakarta: LP3S.

Vous aimerez peut-être aussi