Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
N 111 16 081
Pembimbing Klinik :
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak dikorpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri.1
B. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada
usia di atas 30 tahun. Juga sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% - 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu
kurang dari 1% kemungkinan disebabkan berkurangnya wanita hamil dengan
paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang
memungkinkan deteksi lebih dini insiden plasenta previa dapat lebih tinggi.6
C. ETIOLOGI
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua.2
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh
meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri
internum. 2
D. KLASIFIKASI
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi :
1. Plasenta previa totalis, ostium uteri internum seluruhnya tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, hanya sebagian ostium uteri internum tertutup
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, hanya tepi plasenta yang menutupi ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah, plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
tetapi tidak ada bagian yang menutupi ostium uteri internum.4
E. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, telah terbentuk segmen bawah rahim, tapak plasenta
akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
bagian dari plasenta. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi pada bagian itu akan mengalami laserasi
akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada saat
serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal
dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Perdarahan
pada plasenta previa mudah terjadi dan dalam jumlah yang banyak karena segmen
bawah rahim dan serviks memiliki elemen otot yang sangat minimal sehingga
tidak mampu berkontraksi dengan kuat, akibatnya pembuluh darah pada daerah
tersebut tidak akan tertutup sempurna.6
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. sebaliknya, pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih
banyak pada perdarahan selanjutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada
kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur
kehamilan 34 mingu atau lebih. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat
dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar
rahim.6
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan
inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh dan mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. kedua kondisi ini berpotensi
meningkakan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya
dalam kala tiga karena plasenta sukar terlepas (retensi plasenta), atau setelah
plasenta lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik.6
F. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut2 :
1. Perdarahan pervaginam. Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan
akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama
plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa nyeri. Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah
perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim,
dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
G. DIAGNOSIS
Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang. Klinis kelainan
letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan di kamar operasi yang
telah siap untuk melakukan operasi segera.2
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) ditegakkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan pemeriksaan USG transabdominal
ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau
transperitoneal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi.2
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
1. Konservatif
Semua wanita hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua
atau trimester ketiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika kemudian ternyata
perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan
masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan dengan
syarat telah mendapat konsultasi yang cukup terhadap keluarga agar segera
kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatan
tidak mencemaskan.6
Pada usia kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan
steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Pada
keadaan yang tampak stabil saat rawat jalan, hubungan suami istri dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga harus dihindari.6
Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan pemantauan
kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal. Dalam keadaan janin
masih prematur dipertimbangkan pemberian tokolitik untuk menekan his
sementara waktu sembari memberi steroid untuk mempercepat pematangan
paru janin.6
2. Aktif
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal.2
Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim
sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu
seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam. Kebanyakan
seksio sesarea pada plasenta previa dapat dilakukan melalui insisi melintang
pada segmen bawah rahim bagian anterior terutama jika plasentanya terletak
dibelakang dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik.2,6
Histerektomi dilakukan jika terjadi perdarahan setelah pengeluaran bayi
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun saat tindakan manual
plasenta pada retensio plasenta, dimana perdarahan tersebut di atas tidak
dapat terkendali dengan cara seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi
arteri uterina, ligasi arteri ovarika, ligasi arteri hipogastrik.6
I. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, yaitu : 5,6
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia, syok hipovolemik bahkan kematian
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
J. PROGNOSIS
Prognosis ibu pada plasenta previa saat ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan
transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami
penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur
baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea. Karenanya
kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan
konservatif diberlakukan. 6
BAB III
STATUS OBSTETRI
IDENTITAS
Nama : Ny. DY Nama suami : Tn. I
Umur : 34 tahun Umur : 35 tahun
Alamat : Desa Wani II, Kab. Donggala Alamat : Desa Wani II
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
ANAMNESIS
G2P0A1 Usia Kehamilan : 35-36 minggu
HPHT : 16-09-2016 Menarche : 13 tahun
TP : 23-06-2017 Perkawinan : Pertama (6 tahun)
Riwayat Obstetri :
1 Melahirkan tahun 2016, Sectio cesarea, bayi umur 2 bulan meninggal
2 Hamil sekarang
PEMERIKSAAN FISIK
1. KU : Sakit sedang
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Vital sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 38C
4. Kepala Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
5. Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung
I/II murni reguler
6. Abdomen :
I : Tampak cembung, stira gravidarum, linea nigra
A : Peristaltik usus (+) kesan normal
P : Timpani diseluruh kuadran
P : Nyeri tekan (-)
7. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, edema -/-
Bawah : Akral hangat, edema -/-
PEMERIKSAAN OBSTETRI :
Leopold I : setinggi pusat
Leopold II : punggung kiri
Leopold III : presentasi kepala
Leopold IV : belum memasuki pintu atas panggul
HIS :-
Pergerakan Janin : Aktif
Janin Tunggal :+
Denyut Jantung Janin : 142 kali/menit
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin:
WBC : 14,6 x 103/uL
RBC : 3,61 x 106/uL
HCT : 31,3 %
HGB : 10,4 g/dL
PLT : 299 x 103/uL
HbSAg : non reaktif
RT HIV : non reaktif
RESUME
Pasien Ny. DS 34 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 22-23 minggu masuk
ke RS Undata dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul
09.00 wita. Darah berwarna merah segar, tidak bergumpal, tanpa disertai
rasa nyeri perut tembus belakang, serta tidak ada pelepasan lendir dan air.
Darah merembes terus-menerus sampai menghabiskan 1 pembalut. Pasien
mengaku masih merasakan gerakan janinnya. Os juga mengeluhkan demam
sejak 4 hari yang lalu demam naik turun, terutama saat sore menjelang
malam hari Keluhan disertai dengan mual (+), muntah (-), pusing (+), sakit
kepala (-). BAB 2 hari belumdan BAK lancar. Riwayat ANC 4 kali dengan
dokter dan hasil USG menunjukkan placenta berada di bagian bawah. Tidak
ada riwayat jatuh ataupun terbentur pada bagian perut, riwayat urut pada
perut disangkal. Pasien 2 minggu yang lalu dirawat di RSUD Undata
dengan keluhan perdarahan yang sama di USG dengan hasil Plasenta Previa
letak rendah. Nadi 80x/menit, suhu 38 C, TD 110/70 mmHg, R 20 x/menit,
pemeriksaan fisik kepala, leher, toraks, dan abdomen tidak ditemukan
kelainan. Edem (-), TFU setinggi pusat, punggung kanan, presentasi kepala,
dan belum memasuki pintu atas panggul, pergerakan janin (+), DJF
142x/menit, Hb 10,4 g/dl, WBC 14,6x103sel/mm3.
DIAGNOSIS
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + perdarahan antepartum ec. susp Plasenta
Previa + febris e.c. Susp. Demam Tifoid
PENATALAKSANAAN
- Bed Rest total
- Pasang kateter
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Amoxicilin 3x500mg
- Paracetamol 500 mg 3x1
- Cek IgM anti Salmonella
Objective:
Sakit sedang/komposmentis
TD 120/80 mmHg
N 78 x/mnt
R 20x/mnt
S 37,8
BJF 134 x menit
IgM Anti Salmonella positif
Assesement:
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid
Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Paracetamol 500 mg 3x1
Follow Up Hari 2, 18 Juni 2017
Subjective
Demam (-) bebas demam hari I, pusing (+), sakit kepala (-), sakit perut (-), mual (-
), pendarahan sedkit-sedikit. Bab belum. Bak normal
Objectives
Sakit sedang/Komposmentis
TD 110/80 mmHg
N 76x/mnt
R 20x/mnt
S 36,7
BJF 145x/mnt
Assesement:
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid
Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Paracetamol 500 mg 3x1
Follow Up hari 3, 19 Juni 2017
Subjective
Sakit perut (-), pusing (-), sakit kepala (-), PPV (+) merah sedkit sedkit. Bebas
demam hari II. BAB (+) konsistensi normal. BAK (-).
Objective
Sakit sedang/komposmentis
TD 110/60 mmHg
N 84 x/mnt
R 20 x/mnt
S 36,8
BJF 146x/mnt
Assesment
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid
Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Histolan 3x1 tab
- SF 1x1
- Paracetamol 500 mg 3x1 jika demam
- Cek Hb
Assesment
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid
Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Histolan 3x1 tab
- SF 1x1
Objective
Sakit sedang/komposmentis
TD 110/70 mmHg
N 78 x/mnt
R 20 x/mnt
S 36,7
BJF 144x/mnt
Darah Rutin
RBC 2,82 x 106/mm3
HB 8,3 g/dl
Hct 24,4 %
MCV 87 um3
MCH 29,4 pg
MCHC 33,8 g/dl
Assesment
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid
Planning
- Aff kateter
- Aff infus
- Cefixim 2x100 mg
- Histolan 3x1 tab
- SF 1x1
- Paracetamol 500 mg 3x1 jika demam
- Pasien boleh pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Diagnosis
Pada kasus ini, hal yang mendukung diagnosis plasenta previa adalah dari
anamnesis diperoleh adanya keluhan keluarnya darah dari jalan lahir, tanpa
disertai nyeri perut, tidak ada riwayat trauma sebelumnya dan adanya riwayat
perdarahan sebelumnya yang dialami pada usia kehamilan 5 bulan, namun dalam
jumlah yang sedikit, berwarna merah segar. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pendarahan pada plasenta previa awalnya dapat berhenti
sendiri karena terjadi pembekuan darah kecuali jika laserasi cukup besar misalnya
ada laserasi yang mengenai sinus yang besar dari plasenta sehingga perdarahan
akan berlangsung lebih lama dan lebih banyak. Pendarahan pada plasenta previa
dapat berulang disebabkan karena pembentukan segmen bawah rahim yang
berlangsung progresif dan bertahap, maka munculnya laserasi baru akan
mengulang terjadinya perdarahan tanpa suatu penyebab lain yang jelas misalnya
trauma. Dari pemeriksaan fisik ditemukan kedua konjungtiva bulbi tidak anemis.
Pemeriksaan Obstetri: Leopold IV diperoleh janin belum masuk PAP. Dari
pemeriksaan genitalia juga ditemukan keluarnya darah dari vagina. Hasil
pemeriksaan penunjang USG juga didapatkan bahwa plasenta tidak berada pada
tempat implantasi yang seharusnya (plasenta letak rendah).
Pada plasenta previa akan terjadi perdarahan berwarna merah segar pada awal
kehamilan karena terjadi pembentukan segmen bawah rahim yang lebih dahulu
terbentuk pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Plasenta yang
berimplantasi di daerah tersebut akan sedikit mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua basalis.6
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik. Keadaan ini bisa ditemukan pada2 :
1. Multipara, terutama jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri
3. Kuretase yang berulang
4. Usia lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Hipoksemi yang terjadi akibat karbonmonoksida dengan hipertrofi plasenta.
Hal ini terjadi terutama pada perokok berat.