Vous êtes sur la page 1sur 25

Bagian Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus

Placenta Previa dengan Demam Typhoid

Disusun Oleh :

Fistra Janrio Tandirerung, S.Ked

N 111 16 081

Pembimbing Klinik :

dr. Daniel Saranga`, Sp.OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk


bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500
gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini
termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat energi, toleransi
imunologis terhadap imunitas ibu pada allograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan
menyebabkan kelainan pada janin atau pun mengganggu proses persalinan. Salah
satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan
plasenta previa.1
Morbiditas dan mortalitas fetal maupun maternal dari placenta previa
dihubungkan dengan kebutuhan yang tinggi terhadap sumber daya pelayanan
kesehatan. Dengan meningkatnya insiden sectio cesarea bersama dengan
bertambahnya usia ibu, jumlah kasus terjadinya placenta previa beserta
komplikasinya, termasuk placenta akreta, akan terus berlanjut.Kejadian plasenta
previa bervariasi antara 0,3-0,5% dari seluruh kelahiran. Dari seluruh kasus
perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang terbanyak.
Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta
previa harus dipikirkan lebih dahulu.2
Diagnosis plasenta previa jarang dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
kecuali jika jari dimasukkan melalui serviks dan plasenta teraba. Pemeriksaan
serviks semacam ini tidak boleh dilakukan, kecuali jika wanita bersangkutan
sudah berada di ruang operasi dengan semua persiapan untuk sesar segera, karena
pemeriksaan paling lembut pun dapat menyebabkan perdarahan hebat.3
Secara umum klasifikasi plasenta previa adalah : plasenta previa totalis,
plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta letak rendah.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak dikorpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus
uteri.1

B. EPIDEMIOLOGI
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada
usia di atas 30 tahun. Juga sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan
insidennya berkisar 1,7% - 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu
kurang dari 1% kemungkinan disebabkan berkurangnya wanita hamil dengan
paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang
memungkinkan deteksi lebih dini insiden plasenta previa dapat lebih tinggi.6

C. ETIOLOGI
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi desidua.2
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus
tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh
meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.2
Endometrium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari
tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri
internum. 2
D. KLASIFIKASI
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi :
1. Plasenta previa totalis, ostium uteri internum seluruhnya tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa parsialis, hanya sebagian ostium uteri internum tertutup
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis, hanya tepi plasenta yang menutupi ostium uteri
internum.
4. Plasenta letak rendah, plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
tetapi tidak ada bagian yang menutupi ostium uteri internum.4
E. PATOFISIOLOGI
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, telah terbentuk segmen bawah rahim, tapak plasenta
akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk dari
jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
bagian dari plasenta. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah
rahim, maka plasenta yang berimplantasi pada bagian itu akan mengalami laserasi
akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada saat
serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal
dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Perdarahan
pada plasenta previa mudah terjadi dan dalam jumlah yang banyak karena segmen
bawah rahim dan serviks memiliki elemen otot yang sangat minimal sehingga
tidak mampu berkontraksi dengan kuat, akibatnya pembuluh darah pada daerah
tersebut tidak akan tertutup sempurna.6
Darah yang keluar berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Pada plasenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. sebaliknya, pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih
banyak pada perdarahan selanjutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada
kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur
kehamilan 34 mingu atau lebih. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat
dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar
rahim.6
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblas, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai
menembus buli-buli dan ke rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan
inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar.
Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh dan mudah robek oleh sebab
kurangnya elemen otot yang terdapat disana. kedua kondisi ini berpotensi
meningkakan kejadian perdarahan pascapersalinan pada plasenta previa, misalnya
dalam kala tiga karena plasenta sukar terlepas (retensi plasenta), atau setelah
plasenta lepas karena segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dengan
baik.6

F. MANIFESTASI KLINIK
Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut2 :
1. Perdarahan pervaginam. Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan
akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama
plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak
akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa nyeri. Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah
perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan
mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam pintu atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim,
dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim

G. DIAGNOSIS
Anamnesis perdarahan tanpa keluhan, perdarahan berulang. Klinis kelainan
letak dari perabaan fornises teraba bantalan lunak pada presentasi kepala.
Pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan di kamar operasi yang
telah siap untuk melakukan operasi segera.2
Diagnosis plasenta previa (dengan perdarahan sedikit) ditegakkan dengan
pemeriksaan ultrasonografi (USG). Dengan pemeriksaan USG transabdominal
ketepatan diagnosisnya mencapai 95-98%. Dengan USG transvaginal atau
transperitoneal (translabial), ketepatannya akan lebih tinggi lagi.2

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
1. Konservatif
Semua wanita hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua
atau trimester ketiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta istirahat
baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika kemudian ternyata
perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan
masih prematur dibolehkan pulang dilanjutkan dengan rawat jalan dengan
syarat telah mendapat konsultasi yang cukup terhadap keluarga agar segera
kembali ke rumah sakit bila terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatan
tidak mencemaskan.6
Pada usia kehamilan antara 24 minggu sampai 34 minggu diberikan
steroid dalam perawatan antenatal untuk pematangan paru janin. Pada
keadaan yang tampak stabil saat rawat jalan, hubungan suami istri dan
mengerjakan pekerjaan rumah tangga harus dihindari.6
Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi darah dan pemantauan
kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal. Dalam keadaan janin
masih prematur dipertimbangkan pemberian tokolitik untuk menekan his
sementara waktu sembari memberi steroid untuk mempercepat pematangan
paru janin.6
2. Aktif
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal.2
Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim
sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain itu
seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam. Kebanyakan
seksio sesarea pada plasenta previa dapat dilakukan melalui insisi melintang
pada segmen bawah rahim bagian anterior terutama jika plasentanya terletak
dibelakang dan segmen bawah rahim telah terbentuk dengan baik.2,6
Histerektomi dilakukan jika terjadi perdarahan setelah pengeluaran bayi
melalui insisi pada segmen bawah rahim ataupun saat tindakan manual
plasenta pada retensio plasenta, dimana perdarahan tersebut di atas tidak
dapat terkendali dengan cara seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi
arteri uterina, ligasi arteri ovarika, ligasi arteri hipogastrik.6
I. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita
plasenta previa, yaitu : 5,6
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia, syok hipovolemik bahkan kematian
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak.

2. Komplikasi pada janin


a. Kelainan letak janin.
b. Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
c. Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian

J. PROGNOSIS
Prognosis ibu pada plasenta previa saat ini lebih baik jika dibandingkan
dengan masa lalu. Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan
transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada di hampir semua rumah sakit
kabupaten. Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami
penurunan, namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur
baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea. Karenanya
kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari sekalipun tindakan
konservatif diberlakukan. 6
BAB III

STATUS OBSTETRI

Tanggal Masuk Rumah Sakit : 16 Juni 2017 Tanggal Pemeriksaan : 16-06-2017


Ruangan : K. Bersalin Jam : 14.00 WITA

IDENTITAS
Nama : Ny. DY Nama suami : Tn. I
Umur : 34 tahun Umur : 35 tahun
Alamat : Desa Wani II, Kab. Donggala Alamat : Desa Wani II
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

ANAMNESIS
G2P0A1 Usia Kehamilan : 35-36 minggu
HPHT : 16-09-2016 Menarche : 13 tahun
TP : 23-06-2017 Perkawinan : Pertama (6 tahun)

Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir


Riw. Penyakit Sekarang :
Pasien Ny. DS 34 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 22-23 minggu masuk
ke RS Undata dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul
09.00 wita. Darah berwarna merah segar, tidak bergumpal, tanpa disertai
rasa nyeri perut tembus belakang, serta tidak ada pelepasan lendir dan air.
Darah merembes terus-menerus sampai menghabiskan 1 pembalut. Pasien
mengaku masih merasakan gerakan janinnya. Os juga mengeluhkan demam
sejak 4 hari yang lalu demam naik turun, terutama saat sore menjelang
malam hari Keluhan disertai dengan mual (+), muntah (-), pusing (+), sakit
kepala (-). BAB 2 hari belumdan BAK lancar.
Riwayat ANC 4 kali dengan dengan bidan dan dokter dan hasil USG
menunjukkan placenta berada di bagian bawah. Tidak ada riwayat jatuh
ataupun terbentur pada bagian perut, riwayat urut pada perut disangkal.
Pasien 2 minggu yang lalu dirawat di RSUD Undata dengan keluhan
perdarahan yang sama di USG dengan hasil Plasenta Previa letak rendah.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat menstruasi sebelumnya teratur (+) tiap bulan dengan durasi 5-7 hari.
Riwayat Hipertensi (-), Riwayat Diabetes Mellitus (-), Asma (-), Alergi (-).

Riwayat Obstetri :
1 Melahirkan tahun 2016, Sectio cesarea, bayi umur 2 bulan meninggal
2 Hamil sekarang

Riwayat ANC : 4x di bidan


Riwayat Imunisasi :-

PEMERIKSAAN FISIK
1. KU : Sakit sedang
2. Kesadaran : Kompos mentis
3. Vital sign : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 38C
4. Kepala Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-),
pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
5. Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas jantung
DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung
I/II murni reguler
6. Abdomen :
I : Tampak cembung, stira gravidarum, linea nigra
A : Peristaltik usus (+) kesan normal
P : Timpani diseluruh kuadran
P : Nyeri tekan (-)
7. Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, edema -/-
Bawah : Akral hangat, edema -/-

PEMERIKSAAN OBSTETRI :
Leopold I : setinggi pusat
Leopold II : punggung kiri
Leopold III : presentasi kepala
Leopold IV : belum memasuki pintu atas panggul
HIS :-
Pergerakan Janin : Aktif
Janin Tunggal :+
Denyut Jantung Janin : 142 kali/menit
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin:
WBC : 14,6 x 103/uL
RBC : 3,61 x 106/uL
HCT : 31,3 %
HGB : 10,4 g/dL
PLT : 299 x 103/uL
HbSAg : non reaktif
RT HIV : non reaktif

RESUME
Pasien Ny. DS 34 tahun, G2P1A0 usia kehamilan 22-23 minggu masuk
ke RS Undata dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak pukul
09.00 wita. Darah berwarna merah segar, tidak bergumpal, tanpa disertai
rasa nyeri perut tembus belakang, serta tidak ada pelepasan lendir dan air.
Darah merembes terus-menerus sampai menghabiskan 1 pembalut. Pasien
mengaku masih merasakan gerakan janinnya. Os juga mengeluhkan demam
sejak 4 hari yang lalu demam naik turun, terutama saat sore menjelang
malam hari Keluhan disertai dengan mual (+), muntah (-), pusing (+), sakit
kepala (-). BAB 2 hari belumdan BAK lancar. Riwayat ANC 4 kali dengan
dokter dan hasil USG menunjukkan placenta berada di bagian bawah. Tidak
ada riwayat jatuh ataupun terbentur pada bagian perut, riwayat urut pada
perut disangkal. Pasien 2 minggu yang lalu dirawat di RSUD Undata
dengan keluhan perdarahan yang sama di USG dengan hasil Plasenta Previa
letak rendah. Nadi 80x/menit, suhu 38 C, TD 110/70 mmHg, R 20 x/menit,
pemeriksaan fisik kepala, leher, toraks, dan abdomen tidak ditemukan
kelainan. Edem (-), TFU setinggi pusat, punggung kanan, presentasi kepala,
dan belum memasuki pintu atas panggul, pergerakan janin (+), DJF
142x/menit, Hb 10,4 g/dl, WBC 14,6x103sel/mm3.

DIAGNOSIS
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + perdarahan antepartum ec. susp Plasenta
Previa + febris e.c. Susp. Demam Tifoid

PENATALAKSANAAN
- Bed Rest total
- Pasang kateter
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Amoxicilin 3x500mg
- Paracetamol 500 mg 3x1
- Cek IgM anti Salmonella

Follow Up Hari 1 (18 Juni 2017)


Subjective :
Demam (+), pusing berkurang, sakit perut (-), PPV (+) sedikit, nyeri perut (+),
mual (+), muntah 1 kali. BAB (-) BAK lancar.

Objective:
Sakit sedang/komposmentis
TD 120/80 mmHg
N 78 x/mnt
R 20x/mnt
S 37,8
BJF 134 x menit
IgM Anti Salmonella positif

Assesement:
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid

Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Paracetamol 500 mg 3x1
Follow Up Hari 2, 18 Juni 2017
Subjective
Demam (-) bebas demam hari I, pusing (+), sakit kepala (-), sakit perut (-), mual (-
), pendarahan sedkit-sedikit. Bab belum. Bak normal

Objectives
Sakit sedang/Komposmentis
TD 110/80 mmHg
N 76x/mnt
R 20x/mnt
S 36,7
BJF 145x/mnt

Assesement:
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid

Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Paracetamol 500 mg 3x1
Follow Up hari 3, 19 Juni 2017
Subjective
Sakit perut (-), pusing (-), sakit kepala (-), PPV (+) merah sedkit sedkit. Bebas
demam hari II. BAB (+) konsistensi normal. BAK (-).

Objective
Sakit sedang/komposmentis
TD 110/60 mmHg
N 84 x/mnt
R 20 x/mnt
S 36,8
BJF 146x/mnt

Assesment
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid

Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Histolan 3x1 tab
- SF 1x1
- Paracetamol 500 mg 3x1 jika demam
- Cek Hb

Follow Up hari 4, 20 Juni 2017


Subjective
Sakit perut (-), pusing (-), sakit kepala (-), PPV (-). Bebas demam hari III. BAB
(+) konsistensi normal. BAK (-).
Objective
Sakit sedang/komposmentis
TD 110/60 mmHg
N 84 x/mnt
R 20 x/ mnt
S 36,8
BJF 146x/mnt

Assesment
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid

Planning
- Bed Rest total
- IVFD RL 28 tpm
- As. Tranexamat /8 jam
- Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam
- Histolan 3x1 tab
- SF 1x1

Follow Up hari 5, 21 Juni 2017


Subjective
Sakit perut (-), pusing (-), sakit kepala (-), PPV (-) . Sakit perut (-) Bebas demam
hari IV. BAB (+) konsistensi normal. BAK (-).

Objective
Sakit sedang/komposmentis
TD 110/70 mmHg
N 78 x/mnt
R 20 x/mnt
S 36,7
BJF 144x/mnt

Darah Rutin
RBC 2,82 x 106/mm3
HB 8,3 g/dl
Hct 24,4 %
MCV 87 um3
MCH 29,4 pg
MCHC 33,8 g/dl

Assesment
G2P1A0 + gravid 22-23 minggu + Placenta Previa Letak Rendah + Demam
Tifoid

Planning
- Aff kateter
- Aff infus
- Cefixim 2x100 mg
- Histolan 3x1 tab
- SF 1x1
- Paracetamol 500 mg 3x1 jika demam
- Pasien boleh pulang
BAB IV

PEMBAHASAN

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat


abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal). Klasifikasi jenis plasenta
previa:
- Plasenta previa totalis, ostium uteri internum seluruhnya tertutupi oleh
plasenta.
- Plasenta previa parsialis, sebagian ostium uteri internum tertutupi oleh
plasenta.
- Plasenta previa marginalis, tepi plasenta terletak di batas ostium uteri
internum.
- Plasenta previa letak rendah, plasenta berimplantasi di segmen bawah uterus
sedemikian rupa sehingga tepinya berada pada jarak 3-4cm dari ostium
uteri internum.

1. Diagnosis
Pada kasus ini, hal yang mendukung diagnosis plasenta previa adalah dari
anamnesis diperoleh adanya keluhan keluarnya darah dari jalan lahir, tanpa
disertai nyeri perut, tidak ada riwayat trauma sebelumnya dan adanya riwayat
perdarahan sebelumnya yang dialami pada usia kehamilan 5 bulan, namun dalam
jumlah yang sedikit, berwarna merah segar. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pendarahan pada plasenta previa awalnya dapat berhenti
sendiri karena terjadi pembekuan darah kecuali jika laserasi cukup besar misalnya
ada laserasi yang mengenai sinus yang besar dari plasenta sehingga perdarahan
akan berlangsung lebih lama dan lebih banyak. Pendarahan pada plasenta previa
dapat berulang disebabkan karena pembentukan segmen bawah rahim yang
berlangsung progresif dan bertahap, maka munculnya laserasi baru akan
mengulang terjadinya perdarahan tanpa suatu penyebab lain yang jelas misalnya
trauma. Dari pemeriksaan fisik ditemukan kedua konjungtiva bulbi tidak anemis.
Pemeriksaan Obstetri: Leopold IV diperoleh janin belum masuk PAP. Dari
pemeriksaan genitalia juga ditemukan keluarnya darah dari vagina. Hasil
pemeriksaan penunjang USG juga didapatkan bahwa plasenta tidak berada pada
tempat implantasi yang seharusnya (plasenta letak rendah).
Pada plasenta previa akan terjadi perdarahan berwarna merah segar pada awal
kehamilan karena terjadi pembentukan segmen bawah rahim yang lebih dahulu
terbentuk pada bagian terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Plasenta yang
berimplantasi di daerah tersebut akan sedikit mengalami laserasi akibat pelepasan
pada desidua basalis.6
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik. Keadaan ini bisa ditemukan pada2 :
1. Multipara, terutama jarak antara kehamilannya pendek.
2. Mioma uteri
3. Kuretase yang berulang
4. Usia lanjut
5. Bekas seksio sesarea
6. Hipoksemi yang terjadi akibat karbonmonoksida dengan hipertrofi plasenta.
Hal ini terjadi terutama pada perokok berat.

Dari keadaan-keadaan yang diuraikan di atas. Pasien ini ditemukan beberapa


keadaan yang meningkatkan kemungkinan keadaan endometrium kurang baik,
yaitu multipara.
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas
akan mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kurang
baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik,
yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum.3
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu
tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 mingu atau lebih.
Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka
perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim. Pada plasenta previa, perdarahan
pertama biasanya sedikit-sedkit tetapi cenderung bertambah pada perdarahan
berikutnya. Namun, jika dibandingan dengan solusio plasenta, tempat perdarahan
terletak dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir ke
luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak
jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal.
Dengan demikian, sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.
Perdarahan pada plasenta previa dapat diperberat karena struktur segmen bawah
rahim yang lebih banyak terdiri dari jaringan ikat daripada otot seperti pada
segmen atas uterus, sehingga segmen bawah rahim tidak dapat berkontraksi
optimal dalam menjepit cabang pembuluh darah yang memvaskularisasi plasenta.6
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada plasenta previa adalah:6
1. Perdarahan banyak dan berulang karena pembentukan SBR yang ritmik
yang jia tidak dicegah dapat menyebabkan pasien menjadi anemia dan
syok.
2. Karena SBR yang tipis, sehingga bagian ini sangat mudah ditembus oleh
trofoblas dari blastokista yang berimplantasi sampai myometrium bahkan
perimetrium sehingga dapat menyebabkan plasenta inkreta, akretea atau
perkreta.
3. Perdarahan yang banyak karena serviks dan SBR yang kaya pembuluh
darah. Dapat diatasi dengan penjahitan SBR, ligasi arteri uterina, ovarika,
atau epigastrika, pemasangan tampon. Yang jika gagal, maka jalan
keluarnya ada melakukan histerektomi total.
4. Menyebabkan kelainan letak sehingga keputusan operasi beserta segala
konsekuensinya harus diambil
5. Kelahiran prematur dan gawat janin yang sering berakhir pada terminasi
kehamilan yang terpaksa dilakukan pada kehamilan preterm.
Pada pasien juga didiagnosis kerja dengan demam tifoid. Hal ini didasarkan
pada temuan klinis bahwan pasien datang dengan demam sudah 4 hari naik turun
dengan dominan demam naik pada sore hari menjelang malam. Temuan klinis lain
yang mendukung adalah ditemukannya gejala sakit kepala/pusing dengan
tambahan gejala-gejala yang melibatkan sistem gastrointestinal seperti mual, dan
buang air besar terganggu. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
demam tifoid dapat ditandai oleh demam yang biasanya lebih dari 7 hari, adanya
keterlibatan sistem gastrointestinal, dan sistem saraf pusat seperti sakit kepala dan
penurunan kesadaran. Tidak ditemukannya manifestasi perdarahan seperti
epistaksis, gusi berdarah, maupun ptekie menguatkan kecurigaan mengarah pada
demam tifoid. Pada pasien juga ditemukan tanda bradikardi relatif, yaitu kenaikan
suhu 1 derajat celcius tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali/menit karena
pada pasien didapatkan suhu badan 38 C dengan denyut nadi 80 kali permenit.
Diagnosis demam tifoid secara klinis didukung dengan temuan laboratorium IgM
anti salmonella postif. Temuan ini menjadi dasar pasien didiagnosis dengan
Plasenta Previa dan Demam Tifoid.
Tidak ada teori yang menunujukkan hubungan antara dua keadaan klinis di
atas yang menyatakan pasien dengan Plasenta Previa memiliki kerentanan lebih
untuk terinfeksi bakteri Salmonella typhi ataupun sebaliknya.
Dalam penatalaksanaannya, setiap perempuan hamil yang mengalamin
perdarahan dalam trimeseter kedua dan ketiga harus dirawat di rumah sakit. Jika
kemudian perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam kedaan sehat
dan prematur, dibolehkan pulang dengan syarat segera kembali ke rumah sakit
jika terjadi perdarahan ulang. Pada keadaan yang stabil dalam rawatan di rumah
sakit hubungan suami istri dan kerja rumah tangga dihindari kecuali jika setelah
pemeriksaan USG, minimal setelah 4 minggu, menunjukkan ada migrasi plasenta
menjauhi ostium uteri internum. Selama rawat inap mungkin diperlukan transfusi
darah dan dilakukan pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan
maternal yang ketat, karena waktu terjadinya perdarahan ulang tidak dapat
diprediksi. Pada pasien ini, untuk mengatasi perdarahan yang terjadi diberikan
asam tranexamat tiap 8 jam yang bekerja sebagai agen antiplasminogen yang
dapat mengoptimalkan pembekuan darah untuk menghentikan perdarahan.
Pmeberian SF 1x1 dimaksudkan untuk meningkatkan hemopoiesis dan adanya
infeksi termasuk demam tifoid diterapi dengan ceftriaxon tiap 12 jam. 6
Secara umum, prognosis pada pasien dengan plasenta previa dewasa ini lebih
baik, jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal in berkaitan dengan diagnosis dini,
dan tidak invasif dengan USG di samping ketersediaan transfusi darah dan infus
cairan telah ada di hampir semua RS kabupaten.
DAFTAR PUSTAKA

1. Triana, A., Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Sleman: Deepublish;


2015
2. Sastrawinata, S., Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC;
2004
3. Leveno, K.J., Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: EGC; 2009
4. Achadiat, C.M., Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC; 2004
5. Manuaba, I.B.G., Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC; 2007
6. Prawiroharjo, Sarwono, 2010. Ilmu Kandungan ; Plasenta Previa. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka.

Vous aimerez peut-être aussi