Vous êtes sur la page 1sur 12

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2010, Hal. 97 108 Vol. 17, No.

2 97
ISSN: 1412-3126

PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA RESORT


CAF ATMOSPHERE BANDUNG

Resti Meldarianda
email: meldarianda@yahoo.com

Henky Lisan S.
email: h3nq_v2004@yahoo.com

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Abstract
Rapid economic growth in Indonesia creates tight competition in business,including culinary
business. This make businessman have to work hard to maintain old customers and attract new
customers at the same time. One of many ways can be used to gain consumers purchase intention
is to create and to improve instore atmosphere and outstore atmosphere, commonly known as
store atmosphere. The aim of this research is to know the influence of store atmosphere towards
consumers purchase intention in Atmosphere Resort Caf Bandung. The research method used by
writer is non probability sampling by spearing questioners to 125 respondents, who are
Bandungs residents ever visited Atmosphere Resort Caf Bandung.Collected data then managed
and analyzed using statistic test. Base on managed and processed data, it is acknowledge that sig.
= 0,000 < 0,05, so rejected Ho means there are influences between store atmosphere and
customers purchase intention in Atmosphere Resort Caf Bandung, which is around 14,6%, while
85,6% influenced by other factors excluded in this research. From the result, the writer try to
suggest in choosing atmosphere or theme as store atmosphere has to be well-concepted
,consistent, unique, and original.
Keywords: atmosphere, store atmosphere, instore atmosphere, outstore atmosphere, purchase intention.

Pendahuluan Kota Bandung yang oleh masyarakat luas


Bandung merupakan salah satu kota dikenal sebagai Entertainment City (Kota
terbesar di Indonesia. Sebagai kota besar yang Hiburan) menawarkan berbagai macam pilihan
terus berkembang, laju pertumbuhan hiburan wisata untuk semua kalangan tanpa
perekonomian serta perubahan teknologi dan batasan usia. Mulai dari wisata sejarah, wisata
arus informasinya pun semakin cepat. Hal ini alam, wisata belanja, hingga wisata kuliner
menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya ditawarkan di kota ini.
persaingan ketat di dalam dunia bisnis. Pasar Bisnis Boga (makanan) atau yang saat ini
yang semakin dinamis, mengharuskan para lebih dikenal dengan istilah bisnis kuliner,
pelaku bisnis untuk secara terus-menerus merupakan jenis usaha yang selalu marak
berimprovisasi dan berinovasi dalam ditawarkan di kota Bandung. Bila kita ingat
mempertahankan para pelanggannya. sepintas lalu kota Bandung sempat dipenuhi
Bisnis yang dijalankan dewasa ini tidak dengan cafe-cafe tenda artis di pinggir jalan yang
lagi berorientasi pada laba dan keuntungan saat itu tumbuh bagai jamur dimusim hujan.
semata. Pemasaran aktif yang lebih berorientasi Hingga saat ini pun bisnis caf masih sangat
pada pelanggan lebih banyak digunakan oleh digemari, namun perubahan gaya hidup, selera
para pelaku bisnis, meskipun hal ini dan tata cara dalam menikmati atau
mengharuskan para pelaku bisnis tersebut untuk mengkonsumsi makanan pada masyarakat
mendefinisikan want and need dari sudut perkotaan khususnya kota Bandung, membawa
pandang konsumen. para pengusaha kuliner ini kepada ide-ide baru
98 Resti Meldarianda dan Henky Lisan S Jurnal Bisnis dan Ekonomi

mengenai cafe yang dianggap lebih modern dan pilihan saung-saung yang dilengkapi dengan
akan lebih disukai. bantal-bantal duduk dan matras yang dapat
Harga, kualitas dan pelayanan tidak lagi membuat pengunjung merasa lebih nyaman.
menjadi bahan pertimbangan utama bagi para Restoran ini beroprasi setiap hari Senin
penikmat kuliner, saat ini atmosphere (suasana) Minggu pukul 11.00 24.00 dan khusus hari
menjadi faktor penting Sabtu restoran ini beroprasi selama 24 jam,
karena biasanya pada hari tersebut restoran ini
bagi seorang konsumen dalam memilih tempat ramai oleh pengunjung dari dalam dan luar kota.
untuk bersantap. Suasana yang nyaman dan
homey menjadi bahan pertimbangan tersediri Dari uraian di atas, maka penulis tertarik
bagi konsumen sebelum memutuskan untuk untuk meneliti mengenai pengaruh store
datang atau mengunjungi cafe tertentu. Bahkan atmosphere terhadap minat beli konsumen pada
tidak sedikit konsumen yang lebih memilih Resort Cafe Atmosphere. Rumusan masalah
makan di sebuah cafe dari pada makan di rumah yang diajukan dalam penelitian ini adalah
dengan alasan menyukai atmosphere (suasana) Apakah store atmosphere mempengaruhi minat
pada cafe yang bersangkutan. Kotler (1973) beli konsumen pada Resort Cafe Atmosphere?
mengatakan identitas sebuah toko dapat Berdasarkan perumusan masalah yang diajukan
dikomunikasikan kepada konsumen melalui tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah
dekorasi toko atau secara lebih luas dari untuk menganalisis pengaruh store atmosphere
atmosfernya. Meskipun sebuah atmosfer toko terhadap minat beli konsumen pada Resort Cafe
tidak secara langsung mengkomunikasikan Atmosphere.
kualitas produk dibandingkan dengan iklan, Kajian Pustaka
atmosfer toko merupakan komunikasi secara Pada bagian ini penulis membahas
diam-diam yang dapat menunjukkan kelas sosial tentang store atmosphere, minat beli dan
dari produk-produk yang ada didalamnya. hubungan antara store atmosphere.
Sehingga menurut Kotler (1973), hal ini dapat
dijadikan sebagai alat untuk membujuk Store Atmposphere
konsumen menggunakan jasa atau membeli Atmosphere (suasana toko) adalah suasan
barang yang dijual di toko tersebut. Baker, et al terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya
(1994) juga menambahkan bahwa dengan dan yang dapat menarik konsumen untuk
menunjukkan sebuah toko yang memiliki membeli (Kotler 2005). Store atmosphere
atmosfer yang baik dan elegan, maka toko mempengaruhi keadaan emosi pembeli yang
tersebut dapat memberikan kesan sosial yang menyebabkan atau mempengaruhi pembelian.
baik di mata konsumen, dan jika kesan positif Keadaan emosional akan membuat dua perasaan
tersebut berlangsung lama maka toko tersebut yang dominan yaitu perasaan senang dan
akan menjadi pilihan utama bagi konsumen membangkitkan keinginan. (Sutisna dan Pawitra
untuk menggunakan jasa atau membeli barang di 2001) mengatakan store atmosphere adalah
toko tersebut. status afeksi dan kognisi yang dipahami
Sebuah resort yang mengalami fenomena konsumen dalam suatu toko, walaupun mungkin
permasalahan store atmosfer dan minat beli yang tidak sepenuhnya disadari pada saat berbelanja .
telah dijelaskan di atas adalah Resort Cafe Definisi yang lebih luas dijelaskan oleh Peter
Atmosphere. Resort ini merupakan sebuah dan Olson (1999) yang menjelaskan bahwa store
restoran dengan desain interior yang mengadopsi atmosphere meliputi hal-hal yang bersifat luas
suasana alam Bali dengan kolam-kolam ikan seperti halnya tersedianya pengaturan udara
yang mengitari bangunan restoran sehingga (AC), tata ruang toko, penggunaan warna cat,
memberikan suasana alam yang tidak hanya penggunaan jenis karpet, warna karpet, bahan-
natural tetapi juga indah. Restoran yang bahan rak penyimpan barang, bentuk rak dan
memiliki dua lantai ini dibagi menjadi dua lain-lain.
bagian, yaitu indoor area dan outdoor area. Konsep store atmosphere juga erat
Ruangan indoor maupun outdoor ini terdiri dari kaitannya dengan store image . Sutisna dan
Vol. 17 No. 2, September 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 99

Pawitra (2001) mengatakan store atmosphere makanan dan menuman dan aroma yang
merupakan salah satu komponen dari store ditimbulkan oleh pewangi ruangan.
image. Berbagai faktor yang dikombinasikan 4) Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-
untuk membentuk store image adalah produk bahan yang digunakan untuk meja dan kursi
yang dijual, pelayanan dalam toko, pelanggan, dalam ruangan dan dinding ruangan.
toko sebagai tempat menikmati kesenangan
hidup, aktivitas promosi toko, dan suasana toko 5) Desain interior bangunan adalah penataan
(Store atmosphere). Pendapat tersebut didukung ruang-ruang dalam restoran kesesuaian
oleh pernyataan Barry dan Evans (1997): meliputi kesesuaian luas ruang pengunjung
dengan ruas jalan yang memberikan
The creation of an image depends kenyamanan, desain bar counter, penataan
heavily on the atmosphere that the store meja, penataan lukisan-lukisan, dan sistem
develops. Atmosphere refers to the physical pencahayaan dalam ruangan.
characteristics of the store that are used to
develop an image and to draw customers. Its (b) Outstore atmosphere
major component of image. Outstore atmosphere adalah pengaturan-
Penciptaan suatu citra untuk sebuah toko pengaturan di luar ruangan yang menyangkut:
tergantung pada penyesuaian kombinasi fisik 1) External Layout yaitu pengaturan tata letak
yang mengarah pada kemepuan untuk berbagai fasilitas restoran di luar ruangan
mengembangkan nilai artistic dari lingkungan yang meliputi tata letak parker pengunjung,
toko sehingga mempu memicu daya tarik bagi tata letak papan nama, dan lokasi yang
konsumen. strategis.
Cakupan strategi Store atmosphere bisa 2) Tekstur merupakan tampilan fisik dari bahan-
dikelompokan menjadi Instore dan Outstore. bahan yang digunakan bangunan maupun
Store atmosphere bisa dipahami sebagai fasilitas diluar ruangan yang meliputi tekstur
penataan ruang dalam (Instore) dan ruang luar dinding bangunan luar ruangan dan tekstur
(Outstore) yang dapat menciptakan kenyamanan papan nama luar ruangan.
bagi pelanggan.(Sutisna dan Pawitra 2001).
3) Desain eksterior bangunan merupakan
Menurut Levi dan Weitz (2001), Store
penataan ruangan-ruangan luar restoran
atmosphere terdiri dari dua hal, yaitu Instore
meliputi desain papan nama luar ruangan,
atmosphere dan Outstore atmosphere.
penempatan pintu masuk, bentuk bangunan
(a) Instore atmosphere dilihat dari luar, dan sistem pencahayaan luar
Instore atmosphere adalah pengaturan- ruangan.
pengaturan di dalam ruangan yang menyangkut: Menurut Barry dan Evans (2004),
1) Internal Layout merupakan pengaturan dari Atmosphere can be divided into several
berbagai fasilitas dalam ruangan yang terdiri elements: exterior, general interior, store layout,
dari tata letak meja kursi pengunjung, tata and displays. Cakupan Store atmosphere ini
letak meja kasir, dan tata letak lampu, meliputi : bagian luar toko, bagian dalam toko,
pendingin ruangan, sound. tata letak ruangan, dan pajangan (interior point
of interest display), akan dijelaskan lebih lanjut
2) Suara merupakan keseluruhan alunan suara dibawah ini:
yang dihadirkan dalam ruangan untuk
menciptakan kesan rileks yang terdiri dari live 1. Exterior (Bagian Luar Toko)
music yang disajikan restoran dan alunan Karakteristik exterior mempunyai
suara musik dari sound system. pangeruh yang kuat pada citra toko tersebut,
3) Bau merupakan aroma-aroma yang sehingga harus direncanakan dengan sebaik
dihadirkan dalam ruangan untuk meniptakan mungkin. Kombinasi dari exterior ini dapat
selera makan yang timbul dari aroma membuat bagian luar toko menjadi terlihat unik,
menarik, menonjol dan mengundang orang untuk
masuk kedalam toko. Element-elemen exterior
100 Resti Meldarianda dan Henky Lisan S Jurnal Bisnis dan Ekonomi

ini terdiri dari sub elemen-sub elemen sebagai


berikut: f. Uniqueness (Keunikan)
a. Storefront (Bagian Muka Toko) Keunikan suatu toko bisa dihasilakan dari
Bagian muka atau depan toko meliputi desain bangunan toko yang lain dari yang
kombinasi papan nama, pintu masuk, dan lain.
konstruksi bangunan. Storefront harus g. Surrounding Area (Lingkungan Sekitar)
mencerminkan keunikan, kemantapan,
kekokohan atau hal-hal lain yang sesuai Keadaan lingkungan masyarakat diaman
dengan citra toko tersebut. Khususnya suatu toko berada, dapat mempengaruhi citra
konsumen yang baru sering menilai toko dari toko. Jika toko lain yang berdekatan memiliki
penampilan luarnya terlebih dahulu sehingga citra yang kurang baik, maka toko yang lain
merupakan exterior merupakan faktor penting pun akan terpengaruh dengan citra tersebut.
untuk mempengaruhi konsumen untuk h. Parking (Tempat Parkir)
mengunjungi toko.
Tempat parkir merupakan hal yang penting
b. Marquee (Simbol) bagi konsumen. Jika tempat parkir luas,
Marquee adalah suatu tanda yang digunakan aman, dan mempunyai jarak yang dekat
untuk memejang nama atau logo suatu toko. dengan toko akan menciptakan Atmosphere
Marquee dapat dibuat dengan teknik yang positif bagi toko tersebut.
pewarnaan, penulisan huruf, atau penggunaan 2. General Interior (Bagian Dalam Toko)
lampu neon. Marquee dapat terdiri dari nama
Yang paling utama yang dapat membuat
atau logo saja, atau dikombinasikan dengan
penjualan setelah pembeli berada di toko adalah
slogan dan informasi lainya. Supaya efektif,
display. Desain interior dari suatu toko harus
marquee harus diletakan diluar, terlihat
diraancang untuk memaksimalkan visual
berbedea, dan lebih menarik atau mencolok
merchandising. Display yang baik yaitu yang
daripada toko lain disekitarnya.
dapat menarik perhatian pengunjung dan
c. Entrance (Pintu Masuk) membantu meraka agar mudah mengamati,
Pintu masuk harus direncanakan sebaik memeriksa, dan memilih barang dan akhirnya
mungkin, sehingga dapat mengundang melakukan pembelian. Ada banyak hal yang
konsumen untuk masuk melihat ke dalam akan mempengaruhi persepsi konsumen pada
toko dan juga mengurangi kemacetan lalu toko tersebut. Menurut Barry dan Evans (2004),
lintas keluar masuk konsumen. elemen-elemen general interior terdiri dari:
d. Display Window (Tampilan Jendela) a. Flooring (Lantai)
Tujuan dari display window adalah untuk Penentuan jenis lantai, ukuran, desain dan
mengidentifikasikan suatu toko dengan warna lantai sangat penting, karena konsumen
memajang barang-barang yang dapat mengembangkan persepsi mereka
mencerminkan keunikan toko tersebut berdasarkan apa yang mereka lihat.
sehingga dapat menarik konsumen masuk. b.Color and Lightening (Warna dan
Dalam membuat jendela pajangan yang baik Pencahayaan)
harus dipertimbangkan ukuran jendela,
Setiap toko harus menpunyai pencahayaan
jumlah barang yang dipajang, warna, bentuk, yang cukup untuk mengarahkan atau menarik
dan frekuensi penggantiannya.
perhatian konsumen ke daerah tertentu dari
e. Height and Size Building (Tinggi dan Ukuran toko. Konsumen yang berkunjung akan
Gedung) tertarik pada sesuatu yang paling terang yang
Dapat mempengaruhi kesan tertentu terhadap berada dalam pandangan mereka. Tata cahaya
toko tersebut. Misalanya, tinggi langit-langit yang baik mempunyai kualitas dan warna
toko dapat membuat ruangan seolah-olah yang dapat membuat suasana yang
lebih luas. ditawarkan terlihat lebih menarik, terlihat
Vol. 17 No. 2, September 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 101

berbeda bila dibandingkan dengan keadaan k. Price (Harga)


yang sebenarnya. Pemberian harga bisa dicantumkan pada
c. Scent and Sound ( Aroma dan Musik) daftar menu yang diberikan agar konsumen
Tidak semua toko memberikan pelayanan ini, dapat mengetahui harga dari makanan
tetapi jika layanan ini dilakukan akan tersebut.
memberikan suasana yang lebih santai pada l. Cash Refister (Kasir)
konsumen, khusunya konsumen yang ingin Pengelola toko harus memutuskan
menikmati suasana yang santai dengan penempatan lokasi kasir yang midah
menghilangkan kejenuhan, kebosanan, dijangkau oleh konsumen.
maupun stress sambil menikmati makanan.
m. Technology Modernization (Teknologi)
d. Fixture (Penempatan)
Pengelola toko harus dapat melayani
Memilih peralatan penunjang dan cara konsumen secanggih mungkin. Misalnya
penempatan meja harus dilakukan dengan dalam proses pembayaran harus dibuat
baik agar didapat hasil yang sesuai dengan secanggih mungkin dan cepat, baik
keinginan. Karena penempatan meja yang pembayaran secara tunai atau menggunakan
sesuai dan nyaman dapat menciptakan image pembayaran cara lain, seperti kartu kredit atau
yang berbeda pula. debet.
e. Wall Texture (Tekstur Tembok) n. Cleanliness (Kebersihan)
Teksture dinding dapat menimbulkan kesan Kebersihan dapat menjadi pertimbangan
tertentu pada konsumen dan dapat membuat utama bagi konsumen untuk makan di tempat
dinding terlihat lebih menarik. tersebut.
f. Temperature (Suhu Udara) 3. Layout Ruangan (Tata Letak Toko)
Pengelola toko harus mengatur suhu udara, Pengelola toko harus mempunyai rencana
agara udara dalam ruangan jangan terlalu dalam penentuan lokasi dan fasilitas toko.
panas atau dingin. Pengelola toko juga harus memanfaatkan
g. Width of Aisles (Lebar Gang) ruangan toko yang ada seefektif mungkin. Hal-
Jaraka antara meja dan kursi harus diatur hal yang perlu diperhatikan dalam merancang
sedemikian rupa agar konsumen merasa layout adalah sebagai berikut:
nyaman dan betah berada di toko. a. Allocation of floor space for selling,
h. Dead Area personnel, and customers.
Dead Area merupakan ruang di dalam toko Dalam suatu toko, ruangan yang ada
dimana display yang normal tidak bisa harus dialokasikan untuk:
diterapkan karena akan terasa janggal. Misal : Selling Space (Ruangan Penjualan)
pintu masuk, toilet, dan sudut ruangan. Ruangan untuk menempatkan dan tempat
i. Personel (Pramusaji) berinteraksi antara konsumen dan pramusaji.
Pramusaji yang sopan, ramah, berpenampilan Personnel Space (Ruangan Pegawai)
menarik, cepat, dan tanggap akan Ruangan yang disediakan untuk memenuhi
menciptakan citra perusahaan dan loyalitas kebutuhan pramusaji seperti tempat
konsumen. beristirahat atau makan.
j. Service Level (Tingkat Pelayanan) Customers Space (Ruangan Pelanggan)
Macam-macam tingkat pelayanan menurut Ruangan yang disediakan untuk
Kotker yang dialih bahsakan oleh Teguh, meningkatkan kenyamanan konsumen seperti
Rusli, dan Molan (2000) adalah self service, toilet, ruang tunggu.
self selection, limited service, dan full service.
102 Resti Meldarianda dan Henky Lisan S Jurnal Bisnis dan Ekonomi

b. Traffic Flow (Arus Lalu Lintas) 3. Ketika membuat suatu keputusan mengenai
Macam-macam penentuan arus lalu lintas desain, manajer harus mengingat mengenai biaya
toko, yaitu: yang diperlukan dengan desain tertentu yang
sebaik-baikanya sesuai dengan dana yang
Grid Layout (Pola Lurus) dianggarkan.
Penempatan fixture dalam satu lorong utama Minat Beli
yang panjang.
Pembahasan mengenai definisi minat beli
Loop/Racetrack Layout (Pola Memutar) dikemukakan oleh beberapa penulis artikel
Terdiri dari gang utama yang dimulai dari maupun buku. Mowen (1995) menyatakan minat
pintu masuk, mengelilingi seluruh ruangan, beli merupakan kecenderungan konsumen untuk
dan biasanya berbentuk lingkaran atau membeli suatu merek atau mengambil tindakan
persegi, kemudian kembali ke pintu masuk. yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen
Spine Layout (Pola Berlawanan Arah)
melakukan pembelian. Definisi ini sama dengan
Pada spine layout gang utama terbentang dari yang dikemukakan oleh Peter dan Olson (1999)
depan sampai belakang toko, membawa yang mendefinisikan minat beli sebagai
pengunjung dalam dua arah. kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
Free-flow Layout (Pola Arus Bebas) merek atau mengambil tindakan yang
berhubungan dengan pembelian yang diukur
Pola yang paling sederhana dimana fixture
dengan tingkat kemungkinan konsumen
dan barang-barang diletakan dengan bebas.
melakukan pembelian.
4. Interior Point of Interest Display (Dekorasi
Pendapat lain ada yang mengatkan bahwa
Pemikat Dalam Toko)
minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan
Interior point of interest display dengan rencana konsumen untuk membeli
mempunyai dua tujuan, yaitu memberikan produk tertentu serta berapa banyak unit produk
informasi kepada konsumen dan menambah yang dibutuhkan pada periode tertentu Sutisna
store atmosphere, hal ini dapat meningkatkan dan Pawitra (2001). Lebih lanjut dia
penjualan dan laba toko. Interior point of interest mengatakan bahwa minat beli merupakan
display terdiri dari : instruksi diri konsumen untuk melakukan
a. Theme Setting Display (Dekorasi Sesuai pembelian atas suatu produk, melakukan
Tema) perencanaan, mengambil tindakan-tindakan yang
relevan seperti mengusulkan (pemrakasa)
Dalam suatu musim tertentu retailer dapat merekomendasikan (influencer), memilih, dan
mendisain dekorasi toko atau meminta akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan
promusaji berpakaia sesuai tema tertentu. pembelian.
b. Wall Decoration (Dekorasi Ruangan) Dari penjelasan mengenai minat beli
Dekorasi ruangan pada tembok bisa diatas, maka dapat disimpulakan bahwa minat
merupakan kombinasi dari gambar atau poster beli merupakan suatu proses perencanaan
yang ditempel, warna tembok, dan sebagainya pembelian suatu produk yang akan dilakukan
yang dapat meningkatkan suasana toko. oleh konsumen dengan mempertimbangakan
Menurut Levi dan Weitz (2000), Ketika peritel beberapa hal, diantaranya adalah banyak unit
hendak menata atau mendekorasi ulang sebuah produk yang dibutuhkan dalam periode waktu
toko, manajer harus memperhatikan tiga tujuan tertentu, merek, dan sikap konsumen dalam
dari atmosphere berikut: mengkonsumsi produk tersebut.
1. Atmosphere harus konsisten dengan citra toko Hubungan Antar Konsep
dan strategi secara keseluruhan. Hubungan antar konsep ini menjelaskan
2. Membantu konsumen dalam menentukan keterkaitan konsep (hubungan) antara store
keputusan pembelian. atmosphere dan minat beli. Rusdian (1999),
Vol. 17 No. 2, September 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 103

menyatakan bahwa strategi store atmosphere mempengaruhi minat beli konsumen. Untuk itu,
adalah suatu strategi dengan melibatkan berbagai dipahami bahwa antara konsep store atmosphere
atribut store untuk menarik keputusan pembelian dan minat beli konsumen saling berkorelasi
konsumen. Pendapat ini didukung oleh pendapat karena diantara setiap variabel ini saling
yang mengatakan bahwa store atmosphere dapat mempengaruhi hingga mampu membentuk
mempengaruhi keadaan emosinal positif pembeli sebuah keputusan pembelian oleh konsumen.
dan keadaan tersebutlah yang dapat Dari penjelasan tersebut, maka peneliti
menyebabkan pembelian terjadi . Keadaan merumuskan hipotesis penelitian sebagai
emosional yang positif akan membuat dua berikut:
perasaan yang dominan yaitu perasaan senang H1: Instore atmosphere berpengaruh positif pada
dan membangkitkan keinginan (Sutisna dan minat beli konsumen
Pawitra: 2001). Schlosser (1998) mengatakan
bahwa seorang konsumen sering menilai sebuah H2: Outstore atmosphere berpengaruh positif
toko pada kesan pertamanya dilihat dari pada minat beli konsumen
atmosfere toko tersebut, baik itu berupa tata Berdasarkan hipotesis di atas, maka
letak, pencahayaan, musik, warna toko, dan tata model penelitian ini adalah sebagai berikut:
ruangnya. Dan hal ini sering juga menjadi alasan
Gambar 1
mengapa seorang konsumen memiliki minat atau
Model Penelitian
tidak untuk berbelanja di toko tersebut.
Pendapat ini didukung oleh Cooper (1981) yang
mengatakan bahwa atmosfer toko yang memiliki Store Atmosphere
keindahan akan membentuk citra positif di benak
konsumen terhadap toko tersebut, dan jika hal H1+
tersebut berlangsung lama maka kecenderungan Instore
konsumen untuk memilih toko tersebut sangat Atmosphere
tinggi. Greenberg, et al (1988) dan Rich & Portis Minat
H2+
(1964) juga menambahkan bahwa sebuah toko Beli
yang memiliki atmosfer, seperti toko yang
Outstore
memiliki kepribadian dan hal ini yang dapat Atmosphere
menjadikan atmosfer tersebut sebagai alat
komunikasi sebuah toko kepada konsumen.
Sebuah toko yang memiliki kepribadian yang
baik (dalam hal ini atmosfer) akan memiliki Metode Penelitian
tingkat kemungkinan dipilih oleh konsumen
Jenis Penelitian
lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
baik. Hal ini sesuai dengan teori perilaku Jenis penelitian yang akan dilakukan
konsumen yang menjelaskan tentang keterkaitan dalam penelitian ini adalah predictive research.
antara aspek afektif dan perilaku dalam manusia Predictive research yaitu penelitian yang
(Kotler 2005). Dalam teori tersebut dikatakan mencoba menjelaskan apa yang akan terjadi dari
bahwa perilaku muncul akibat dari afektif suatu fenomena yang ada (Hartono 2004). Dalam
(perasaan) yang dimiliki oleh konsumen. penelitian ini, peneliti mencoba untuk
Mengacu pada teori tersebut maka jika menjelaskan apa yang akan terjadi pada minat
konsumen memiliki afektif yang baik terhadap beli berdasarkan store atmosphere pada Resort
produk atau jasa, terdapat kemungkinan Cafe Atmosphere.
konsumen melakukan pembelian atas produk Populasi dan Sampel
tersebut.
Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kota
Berdasarkan penjelasan tersebut, bisa Bandung. Sampel yang diambil sebanyak 150
dipahami bahwa terdapat hubungan antara responden. Jumlah ini memenuhi satandar
dengan store atmosphere (Instore dan Outstore) minimum kriteria pengambilan sampel yaitu
dan minat beli, karena store atmosphere dapat lima kali lebih besar dari parameter yang
104 Resti Meldarianda dan Henky Lisan S Jurnal Bisnis dan Ekonomi

diestimasi Maholtra (2004). Sekaran (2003) lainnya mewakili minat beli konsumen.
menyatakan bahwa sampel yang lebih besar dari Kuesioner dibagikan kepada responden
30 dan kurang dari 500, sudah sesuai untuk secaralangsung dan bersifat tertutup, sehingga
digunakan dalam penelitian. para responden hanya dapat memilih jawaban
Teknik Pengambilan Sampel yang tersedia. Kuesioner ini dibuat dengan
menggunakan skala Likert yaitu dengan
Teknik yang digunakan untuk pengambilan pemberian bobot nilai jawaban dari (1) Sangat
sampel dalam penelitian ini adalah dengan Tidak Setuju sampai (5) Sangat Setuju. Data
metode non probability sampling, dengan yang terkumpul lalu akan dioleh untuk
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu mengetahui pengaruh store atmosphere terhadap
pemilihan sampel dilakukan berdasarkan minat beli konsumen pada Resort Cafe
penilaian atau pandangan dari peneliti Atmosphere.
berdasarkan tujuan dan maksud penelitian atau
peneliti memilih sampel berdasarkan kriteria Pengujian Instrumen Penelitian
tertentu (Hartono: 2004). Adapun kriteria yang Pengujian validitas dalam penelitian ini
dimaksud adalahseorang responden yang pernah menggunakan pengujian validitas konstruk.
mengunjungi Resort Cafe Atmosphere. Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik
Petanyaan yang diajukan kepada responden hasil-hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu
berjumlah 30 butir pertanyaan,yang terdiri dari pengukur sesuai dengan teori yang digunakan
21 butir pertanyaan mengenai store atmosphere, untuk mendefinisikan suatu konstruk (Hartono:
dan 9 butirpertanyaan mengenai minat beli 2004). Pengujian validitas dilakukan dengan
konsumen.Menurut Maholtra (2004), untuk Confirmatory Factor Analiysis (Ghozali, 2006).
memilih sampel dari populasi ditentukan Hasilnya menunjukkan bahwa nilai factor
daribanyaknya jumlah pertanyaan dikalikan 5, loading > 0.4, ini berarti konstruk penelitian
jadi dengan demikian jumlah respondenyang sudah valid.
dibutuhkan idealnya adalah sebanyak 150 Reliabilitas dalam penelitian ini
responden (30 butir pertanyaan X 5 =150). Akan diukur dengan menggunakan Cronbachs Alpha.
tetapi setelah peneliti mencoba menguji dengan Jika nilai Cronbachs Alpha > 0.6, maka
menggunakan 125responden didapati bahwa instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel.
jumlah tersebut mencukupi untuk dilakukannya Range reliability menurut Sekaran (2000):
pengujian lebih lanjut. Cronbachs Alpha < 0.6 = tingkat reliabilitas
Sumber Data kurang baik; Cronbachs Alpha > 0.7 0.8 =
Penelitian ini menggunakan data primer yang tingkat reliabilitas dapat diterima; Cronbachs
diperoleh dari kuesioner yang dibagikan secara Alpha > 0.8 = tingkat reliabilitas sangat baik.
langsung kepada 125 orang responden di kota Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai
Bandung. Cronbachs Alpha-nya > 0.8, ini berarti konstruk
penelitian memiliki tingkat reliabilitas sangat
Teknik Pengumpulan Data baik.
Pengumpulan data dilakukan melalui Metode Analisis Data
survey, yang dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan pada responden. Metode survey Untuk menguji pengaruh store
dalam penelitian dilakukan dengan mengunakan atmosphere terhadap minat beli, peneliti
instrumen penelitian berupa kuesioner yang menggunakan alat statistik regresi linear
terdiri dari item-item yang mewakili variabel berganda. Kriteria pengujian hipotesis, yaitu jika
independent (store atmosphere) maupun p value kurang dari 0.05, maka Ho ditolak / Ha
dependen (minat beli). Kuesioner atau daftar diterima (artinya terdapat pengaruh store
pernyataanberisi 6 item yang mewakili identitas atmosphere terhadap minat beli). Jika p value
responden, dengan 12 item yang lebih dari atau sama dengan (p value 0.05)
mewakilivariabel instore atmosphere, 9 item maka Ho diterima / Ha ditolak (artinya tidak
mewakili outstore atmosphere dan 9 item
Vol. 17 No. 2, September 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 105

terdapat pengaruh store atmosphere terhadap Pada Tabel 2, terlihat bahwa nilai
minat beli). signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05) sehingga
dapat disimpulkan bahwa model penelitian dapat
Hasil Penelitian dan Pembahasan menggambarkan keadaan yang sebenarnya
Karakteristik Responden tentang pengaruh store atmosphere terhadap
minat beli.
Berdasarkan jenis kelamin, dari 125
orang responden yang menjadi sempel dalam Pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai sig.
penelitian, persentase laki-laki sebesar 41,6% untuk variabel IA (Instore atmosphere)=0,000<
dan responden perempuan sebesar 58,4%, hasil 0,05 sehingga Ho ditolak yang berarti ada
tersebut menunjukan bahwa sebagian besar pengaruh yang positif Instore Atmosphere
responden berjenis kelamin perempuan. terhadap minat beli, hasil tersebut sesuai dengan
Berdasarkan data pendidikan terakhir, dari 125 teori bahwa Instore Atmosphere yang meliputi
orang responden yang menjadi sempel layout internal, suara, bau, tekstur dan desain
penelitian, 18,4% memiliki tingkat pendidikan interior dapat menarik minat konsumen untuk
SMU, 4,0% berpendidikan Akademi, 74,4% mengunjungi Resort Cafe Atmosphere. Pada
berpendidikan S-1 dan 3,2% berpendidikan tabel 3 juga menunjukkan bahwa nilai sig. untuk
Pasca Sarjana. Berdasarkan kelompok usia, dari variabel OA (Outstore atmosphere)=0,343 >
125 orang responden yang menjadi sempel 0,05 sehingga Ho diterima yang berarti Outstore
penelitian, 0,8% berusia 17 tahun, 10,4% berusia atmosphere tidak memiliki pengaruh yang positif
18 tahun, 18,4% berusia 19 tahun, 16,0% berusia pada minat beli konsumen terhadap Resort Cafe
20 tahun, 24,0% berusia 21 tahun, 9,6% berusia Atmosphere.
22 tahun, 8,8% berusia 23 tahun, 1,6% berusia Hasil ini tidak sesuai dengan teori. Peneliti
24 tahun, 3,2% berusia 25 tahun, 2,4% berusia berpendapat bahwa sebagian besar konsumen
27 tahun, 0,8% berusia 29 tahun, 0,8% berusia yang datang ke Resort Cafe Atmosphere tidak
30 tahun, 0,8% berusia 31 tahun, 0,8% berusia terlalu memperhatikan elemen-elemen outstore
34 tahun, 0,8% berusia 51 tahun dan 0,8% atmosphere, seperti halnya layout eksternal yang
berusia 56 tahun. Berdasarkan data pekerjaan, meliputi tata letak parkir kendaraan, tata letak
dari 125 orang responden yang menjadi sampel papan nama restoran, dan lokasi restoran. Serta
dalam penelitian, 88,0 % merupakan mahasiswa, building eksternal layout yang meliputi desain
0,8% profesional, 7,2% pegawai swasta, 0,8% papan nama, penempatan pintu masuk, desain
wiraswastawan, 3,2% dari golongan lain. bangunan luar, dan sistem pencahayaan di luar
Berdasarkan domisili, dari 125 orang responden ruangan sepertinya tidak mendapat perhatian
yang menjadi sampel penelitian, 92,0% khusus dari konsumen. Mengapa hal ini terjadi?
berdomisili di Bandung dan 8,0% berdomisili di Ini diakibatkan karena store atmosphere di
luar Bandung. Berdasarkan jumlah kunjungan ke Resort Cafe Atmosphere lebih banyak
Cafe Atmosphere dalam satu tahun terakhir 125 didominasi oleh instore atmosphere-nya.
orang responden yang menjadi sempel
penelitian, 33,6% berkunjung sebanyak 1 kali, Simpulan dan Saran
27,2% berkunjung sebanyak 2 kali, 19,2% Simpulan
berkunjung 3 sampai 5 kali, 20,0% berkunjung
lebih dari 5 kali. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh
Hasil Pengujian Regresi Store atmosphere yang meliputi instore
Berdasarkan Tabel 1, nilai adjusted R atmosphere dan outstore atmosphere terhadap
Square sebesar 0,172 menunjukan bahwa 14,6% minat beli konsumen pada Resort Cafe
minat beli konsumen dipengaruhi oleh Store Atmosphere.
atmosphere yang meliputi Instore atmosphere Berdasarkan dari hasil penelitian ini didapati
dan Outstore atmosphere. Sisanya dipengaruhi nilai sig. Instore atmosphere dan Outstore
oleh variable lain. atmosphere secara berturut-turut adalah 0,000
dan 0,343, dimana nilai sig. Instore Atmospere
106 Resti Meldarianda dan Henky Lisan S Jurnal Bisnis dan Ekonomi

lebih kecil dari 0,05 (< 0,05), sehingga dapat dengan hadirnya banyak restoran maupun cefe
disimpulkan bahwa layout internal, suara, bau, yang sejenis yang menawarkan suasan yang
tekstur dalam ruangan dan desain interior tidak jauh berbeda satu dengan yang lainya.
bangunan mempengaruhi minat beli konsumen Keterbatasan Penelitian
terhadap Resort Cafe Atmosphere. Sementara
nila sig. Outstore atmosphere lebih besar dari Dalam penelitian ini masih banyak
0,05 (> 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat kelemahan dan kekurangan yang perlu
layout eksternal, desain eksterior bangunan tidak diperbaiki lagi, antara lain:
mempengaruhi minat beli konsumen terhadap 1. Peneliti tidak menyebarkan kuesioner
Resort Cafe Atmosphre. langsung di tempat yang menjadi objek
Store atmosphere yang meliputi instore penelitian. Hal ini mempengaruhi tingkat
atmosphere dan outstore atmosphere akurasi dari jawaban responden mengingat
mempengaruhi minat beli konsumen di kota situasi yang tidak mendukung menyulitkan
Bandung terhadap Resort Cafe Atmosphere konsumen untuk melakukan penilaian.
sebesar 14,6% sedangkan sisanya 85,4% 2. Penelitian ini tidak memperhitungkan
dipengaruhi oleh faktor lain atau dijelaskan oleh penjelasan tentang tidak signifikannya
variable-variabel lain yang tidak dimasukan outstore atmosphere terhadap minat beli.
dalam penelitian. Dengan kata lain Store Didasarkan pada pendapat dari peneliti bahwa
atmosphere dapat dijadikan sebagai salah satu sebagian besar responden tidak terlalu
alat pemasaran untuk menarik konsumen agar memperhatikan elemen-elemen outstore
datang dan menikmati hidangan di Resort Cafe atmosphere yang ditanyakan, sehingga
Atmosphere. pendapat tersebut merupakan keterbatasan
dalam penelitian karena berdasarkan persepsi
Berdasarkan hasil pengujian regresi dari peneliti, bukan dari pendapat dari
berganda, dalam tabel ANOVA menunjukan responden.
nilai sig. sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05
(< 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa Saran Untuk Penelitian Mendatang
hasil penelitian sesuai dengan model penelitian Peneliti memberikan saran untuk
yang menyebutkan bahwa ada pengaruh antara penelitian mendatang, antara lain:
Store atmosphere yang terdiri atas instore
1. Menyebarkan kuesioner kepada responden
atmosphere dan outstore atmosphere terhadap
hendaknya dilakukan langsung di tempat
minat beli konsumen Resort Cafe Atmosphere.
yang menjadi objek penelitian agar konsumen
Implikasi Manajerial yang bersangkutan dapat memberikan
Berdasarkan hasil penelitian dan penilaian yang lebih objektif.
pembahasan pada kesimpulan yang telah 2. Gunakan teknik pengumpulan data lain selain
diuraikan sebelumnya maka ada sedikit saran kuesioner, yang dapat memberikan data
yang akan diberikan sebagai masukan untuk dengan tingkat akurasi yang lebih baik, dan
bahan pertimbangan dalam pengambilan jika hasil yang didapati tidak signifikan, maka
keputusan, dan diharapkan dapat bermanfaat peneliti perlu melakukan wawancara kembali
bagi para pengusaha bisnis kuliner baik jenis dengan beberapa orang responden
restoran maupun cafe dalam usaha meningkatkan sebelumnya yang dipilih secara acak.
minat beli konsumen, yaitu: suasana atau tema
yang hendak ditampilkan atau ditonjolkan Referensi
haruslah benar-benar terkonsep dengan baik, Baker, J, Grewel, D., & Parasuraman, A,1994,
konsisten, memiliki keunikan dan orisinil. Hal The Influence of Store Environment on
ini sangat penting untuk dilakukan oleh para Quality Inferences and Store Image.
pelaku usaha kuliner mengingat persaingan di Journal of the Academy of Marketing
bisnis ini semakin hari semakin ketat, sehingga Science, 22, 328-329.
akan semakin sulit untuk dibedakan, terbukti
Vol. 17 No. 2, September 2010 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 107

Barry, Berman dan Evans, Joel, 1997, Peter, J. Paul & Jerry C. Olson, 1999, Consumer
Marketing, Seventh edition, New Behavior Prilaku Konsumen dan Strategi
Jersey:Prentice Hall. Inc. Pemasaran, Edisi 4, Jilid 1, Jakarta:
Cooper, W, 1981, Ubiquitous Halo. Penerbit Erlangga.
Psychological Bulletin, 90, 218-224. Malhotra, Naresh K, 2004, Marketing Research:
Hartono, J, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis: An Applied Orientation, Fourth Edition,
Salah Kaprah dan Pengalaman- New Jersey: Prentice Hall.
pengalaman. Edisi 2004/2005. Cetakan Rich, S. V. & Portis, B, 1964, The Imageries of
pertama. Yogyakarta: BPFE. Department Store. Journal of Marketing,
Greenberg, M.P, Sherman E, & Shiffman, L.G, 28, 10-15.
1988, The Measurement of Fashion Image Rusdian, 1999, Manajemen Perilaku Konsumen,
as Determinant of Store Patronage. Jakarta: Salemba Empat.
Patronage Behavior and Retail Schlooser, 1998, Applying the Functional
Management. P. 151-163. Theory of Attitudes to Understanding the
Ghozali, I, 2006, Aplikasi Analisisi Multivariat Influence of Store Atmosphere on Store
Dengan Program SPSS. Edisi 3. Andi: Inferences. Journal of Consumer
Yogyakarta. Psychology. Vol. 7, No. 4, pp 345-369.
Kotler, Philip, 1973, Atmospherics as a Sutisna dan Pawitra dan Pawitra, 2001, Perilaku
Marketing Tool. Journal of Retailing. 4, Konsumen dan Komunikasi Pemasaran,
48-64. Bandung: Penerbit PT. Remaja
Kotler, Philip., 2005, Manajemen Pemasaran, Rosdakarya.
Edisi Kesebelas, Jilid 2, Edisi Bahasa Sekaran, U, 2003, Research Methods for
Indonesia, Jakarta: Penerbit Indeks. Business: A Skill-Building Approach.
Levy, Michael, & Weitz, Bortom A, 2001, Fourth Edition. New York: John Wiley &
Retailing Management, Fourth edition, Sons, Inc.
Richard D. Irwin Inc.
108 Resti Meldarianda dan Henky Lisan S Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Lampiran

Tabel 1

R Adjusted R
Model R Square Square
1 0,430 0,185 0,172
a. Predictors: (Constant), OA, IA
Keteerangan: OA = Outstore Atmosphere
IA = Instore Atmosphere
Sumber: data yang diolah (2009)

Tabel 2
ANOVAb

Mean
Model Sum of Squares df Square F Sig.
1 Regression 320, 937 2 160, 469 13, 863 0,000a
Residual 1412, 215 122 11, 576
Total 1733, 152 124
a. Predictors: (Constant), OA, IA
b. Dependent Variable: PI
Keterangan: PI = Purchase Intention
Sumber: data yang diolah (2009)

Tabel 3
Coefficienta

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients
Std.
1 B Error Beta t Sig
(Constant) 11,864 2,700 4,394 0,000
IA 0,393 0,102 0,374 3,874 0,000
OA 0,109 0,114 0,092 0,953 0,343
a. Dependent Variable: PI
Sumber: data yang diolah (2009)

Vous aimerez peut-être aussi