Vous êtes sur la page 1sur 24

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

PADA Tn. H DI RUANG RENDANG II


RSJ SUMBER WARAS

Nama:
1. Alamsyah
2. Baselisa Panumbi
3. Irene Goo
4. Nur Aisyah Rochimah
5. Rio Ahadinata
6. Sefriana Carnelita Caet

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun dan menyajikan
sebuah makalah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERILAKU
KEKERASAN PADA Tn. H DI RUANG RENDANG II RSJ SUMBER WARAS.

Akhir penulis berharap semoga makalah kasus ini bermanfaat bagi teman-teman
seprofesi khususnya keperawatan psikiatri dan bagi pembaca yang budiman khususnya
mahasiswa STIKES YOGYAKARTA, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 5 Desember 2016


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga penanganannya
secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan gaib.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi pada unsur jiwa yang
manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan intelegensi. Salah satu gangguan
jiwa tersebut adalah gangguan perilaku kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap kecemasan
yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan dengan langsung
dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu tidak mengalami kecemasan,
stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat penting, namun perawatan merupakan ujung
tombak dalam pelayanan kesehatan jiwa.

B. Tujuan Penulisan
a) Tujuan umum
Setelah membahas kasus ini diharapkan mengerti dan memberikan asuhan
keperawatan pada pasien perilaku kekerasan.
b) Tujuan Khusus
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
- Melakukan pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan
- Merumuskan diagnosa untuk klien dengan perilaku kekerasan
- Membuat perencanaan untuk klien dengan perilaku kekerasan
- Melakukan implementasi pada klien dengan perilaku kekerasan
- Membuat evaluasi pada klien dengan perilaku kekerasan.

C. Sistematika
Untuk menghindari luas masalah maka dalam penyusunan makalah ini kelompok
mengkhususkan pembahasan tentang penatalaksanaan pada pasien dengan perilaku
kekerasan. Asuhan keperawatan ini hanya menerapkan proses keperawatan melalui tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi, dan evaluasi pada kasus perilaku
kekerasan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman individu. (Stuart and Sundeen, 1995).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang baik secara fisik maupun psikologis (Depkes RI, 2000 hal 147).
Kemarahan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat di elakkan
dan sering menimbulkan suatu tekanan.

B. Rentang Respon

a) Respon marah yang adaptif meliputi :


1. Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa
marah, rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini
biasanya akan memberikan kelegaan.
2. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan,
atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak
menemukan alternatif lain.
b) Respon marah yang maladaptif meliputi :
1. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan
perasaan yang sedang di alami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
2. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk
menuntut suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih
terkontrol.
3. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol, dimana
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

C. Etiologi
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan
bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.

D. Tanda dan Gejala


1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang

E. Proses Kemarahan
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bersalah dapat menimbulkan kemarahan. Respons
terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal.
a. Eksternal yaitu konstruktif, agresif.
b. Internal yaitu perilaku yang tidak asertif dan merusak diri sendiri.
Modul ekspresi marah
Rendah diri

Rasa bersalah Kecemasan

Bermusuhan

Ekspresi Eksternal Ekspresi Internal


c. Mengekspresikan marah dengan perilaku konstruktif dengan menggunakan kata-kata
yang dapt di mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, akan memberikan
perasaan lega, keteganganpun akan menurun dan perasaan marah teratasi.
d. Marah di ekspresikan dengan perilaku agresif dan menentang, biasanya dilakukan
individu karena ia merasa kuat. Cara ini tidak menyelesaikan masalah bahkan dapat
menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dandapat menimbulkan tingkah laku
yang destruktif, amuk yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan.
e. Perilaku tidak asertif seperti menekan perasaan marah atau melarikan diri dan rasa marah
tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama
dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan pada diri
sendiri.

F. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


1. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi perilaku kekerasan jika factor berikut di alami oleh individu :
Psikologis : kegagalan yang dialami dapat mnimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan di tolak, di hina, di aniyaya atau saksi penganiayaan.
Perilaku : reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
Sosial budaya : budaya tertutup dan membalas secara alam (positif agresif) dan
control social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan diterima (permissive)
Bioneurologis : banyak pendapat bahwa kerusakan sisitem limbic, lobus frontal,
lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam
terjadinya perilaku kekerasan.

2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti ini kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak
berdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya / pekerjaan dan kekerasan
merupakan factor penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat
pula memicu perilaku kekerasan.
a) Tingkah Laku
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebar.
Memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang
perilaku yang berkaitan dengan marah antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (flight or fight)
Timbul karena kegiatan sistem saraf otonom bereaksi terhadap sekresi
epineprin menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah
merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik usus
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang
terkatub, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.
b. Menyatakan dengan jelas (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah
disamping dapat dipelajari juga akan mengembangkan pertumbuhan diri
pasien.

c. Memberontak (acting out)


Perilaku biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Amuk atau kekerasan (violence)
Perilaku dengan kekerasan atau amuk dapat ditujukan pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.
b) Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diharapkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelasaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (tuart dan sundeen, 1998 hal :
33)
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri antara lain :
1. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluranya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas remas adona kue, meninju
tembok dan sebagainya, tujuanya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa marah.
2. Proyeksi : menyalahkan orang lain kesukaranya atau keinginanya yang
tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh
bahwa temanya tersebut mencoba merayu, mencumbunya
3. Represi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang
tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakanya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5. Deplacement : melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan.
Pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya : timmy berusia 4 tahun marah karena
ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena menggambar
didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan dengan temanya.
Sumber Koping
Menurut Suart Sundeen 1998 :
1. Aset ekonomi
2. Kemampuan dan keahlian
3. Tehnik defensif
4. Sumber sosial
5. Motivasi
6. Kesehatan dan energi
7. Kepercayaan
8. Kemampuan memecahkan masalah
9. Kemampuan sosial
10. Sumber sosial dan material
11. Pengetahuan
12. Stabilitas budaya

3. Penatalaksanaan Umum
a. Farmakoterapi
Klien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi
contohnya Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya.
Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine
estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti
psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek
anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi.
b. Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, main
catur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiatan
itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi
dirinya. Terapi ini merupakan langkah awal yangb harus dilakukan oleh petugas
terhadap rehabilitasi setelah dilakukannyan seleksi dan ditentukan program
kegiatannya.
c. Peran serta keluarga
Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan(sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga agar
dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan kesehatan, memberi perawatan pada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber
yang ada pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi
masalah akan dapat mencegah perilaku maladaptive (pencegahan primer),
menanggulangi perilaku maladaptive (pencegahan skunder) dan memulihkan
perilaku maladaptive ke perilaku adaptif (pencegahan tersier) sehingga derajat
kesehatan klien dan kieluarga dapat ditingkatkan secara opti9mal. (Budi Anna
Keliat,1992).
d. Terapi somatic
Menurut Depkes RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku adaftif dengan melakukan tindankan
yang ditunjukkan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien
e. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik atau elektronik convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang grand mall dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada
awalnya untukmenangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya
dilaksanakan adalah setiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali)
4. Pohon Masalah
Resiko menciderai diri sendiri
Orang lain atau lingkungan.

Perlaku kekerasan

Mekanisme koping individu in efektif


5. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri-sendiri dan orang lain atau lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan harga diri rendah
c. Deficit perawatan diri berhubungan dengan Intoleransi aktivitas
BAB II
TINJAUAN KASUS

Kasus
Tn. H diantar ke rumah sakit oleh keluarganya karena klien sering marah-marah dan
memukul ayahnya karena klien merasa dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Klien
mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka mengancam.
Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak terpenuhi, saat
marah atau jengkel pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela. Wajah klien tampak
tegang, mudah tersinggung saat di ajak bicara, tatapan mata tajam, muka tampak merah, klien
tampak diam saat ditanya. Tanda-tanda vital : TD: 120 / 80mmHg,Nadi : 78 x/menit, Suhu :
36.4 0C, RR: 23 x/menit, TB: 168 cm, BB: 70 Kg.

Tanggal Pengkajian : 5 Desember 2016


Tanggal Masuk : 5 Desember 2016
Ruang : Rendang II

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Alamat : Jln. Nitikan baru ,no. 60, Umbulharjo, Yogyakarta
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP (Putus Sekolah)
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
No. CM : 01 13 28

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. W
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Nitikan baru ,no. 60, Umbulharjo, Yogyakarta
Hubungan dengan Klien : Ayah Kandung

II. KELUHAN UTAMA


. Klien mengatakan tidak bisa tidur akibat tidak minum obat, mondar mandir, dan suka
mengancam. Klien mengatakan masih merasa jengkel dan marah jika keinginanya tidak
terpenuhi, saat marah atau jengkel pasien mengamuk dan memukul pintu / jendela.
Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan

III. ALASAN MASUK


4 hari sebelum masuk rumah sakit klien dirumah bingung, agresif, labil, gelisah dan tidak
mengontrol diri. Klien juga marah-marah dan memukul ayahnya karena klien merasa
dibohongi dan keinginanya tidak dipenuhi. Kemudian oleh keluarga, klien dibawa ke RSJD
Klaten untuk kembali di rawat inap.
Masalah Keperawatan : Prilaku Kekerasan

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Klien mengalami gangguan jiwa sejak 11 tahun yang lalu dan pernah masuk rumah
sakit jiwa klaten >35x.
2. Tidak mau kontrol, dan putus obat selama 1 minggu.
3. Klien mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu masuk penjara selama
3 minggu karena mencoba membobol ATM.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda tanda Vital :
1) Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
2) Nadi : 78 x/menit
3) Suhu badan : 36.4 0C
4) Respirasi : 23 x/menit
b. Ukuran
1) Tinggi Badan : 168 cm
2) Berat badan : 70 Kg
c. Kondisi Fisik
Klien mengatakan kondisi tubuhnya saat ini baik baik saja dan tidak ada keluhan
fisik.

VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

: Laki laki : Satu Rumah

: Perempuan : Garis Keturunan

: Meninggal

: Klien
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Klien memandang terhadap dirinya ada bagian tubuh yang paling istimewa atau
yang paling disukainya adalah bagian wajah, karena klien merasa wajahnya
tampan..
b. Identitas diri
Klien mempersepsikan dirinya sebagai laki laki dewasa dan belum menikah dan
klien anak ke dua dari lima bersaudara.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya adalah anak yang di sayangi
dilingkungan masyarakat. klien juga aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan
seperti gotong royong, pengajian, pemuda dll.
d. Ideal diri
Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat
pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang kaya.
e. Harga diri
Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya
adalah ayah dan adiknya. Dan klien mengatakan tidak akan menceritakan
masalahnya kepada siapapun kecuali ayah dan adiknya.
Masalah Keperawatan : - Koping Individu Tidak Efektif
- Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang terdekat
Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ayah dan
adiknya, apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam
keluarganya ayah dan adik adalah orang yang dipercaya oleh klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan dalam masyarakat klien sering mengikuti kegiatan gotong
royong, pengajian, arisan, pemuda, setelah dirumah sakit klien tidak pernah
mengikuti kegiatan sosial seperti bersosialisasi dengan teman-teman satu
bangsalnya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, setelah di
rumah sakit klien mengatakan ia merasa malu jika bertemu dengan orang lain. .
4. Spiritual
Klien mengatakan beragama islam dan klien mengatakan saat di rumah tidak rutin
beribadah dan saat di rumah sakit klien tidak beribadah karena merasa kalau doanya
tidak pernah di kabulkan dan semua itu sia-sia.
Masaalah Keperawatan : Distres spiritual

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Klien tampak agak rapi, rambutnya jarang disisir, gigi kuning, kulit bersih.
Cara berpakaian sudah rapi, baju dan celana tidak terbalik.
Klien menggunakan sandal.
Masalah Keperawatan : sindrom defisit perawatan diri (mandi)
2. Pembicaraan
Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-loncat dari tema yang
dibicarakan dan dapat berkomunikasi dengan lancar, walaupun terkadang klien
tampak diam.
Masalah Keperawatan : kerusakan komunikasi verbal.
3. Aktifitas Motorik
Pada kondisi sekarang klien terlihat tampak tenang, diam, tiduran, untuk saat ini klien
sudah mampu mengendalikan emosinya yang labil.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
4. Alam Perasaan
Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan, saat gembira pasien tampak gembira,
saat sedih klien tampak sedih.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
5. Afek
Afek klien datar mempunyai emosi yang stabil.
Masalah Keperawatan : Resiko Tinggi Cidera
6. Interaksi selama wawancara
Saat diwawancara klien kooperatif, cenderung selalu berusaha mempertahankan
pendapat dan kebenaran dirinya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi
Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.
8. Proses pikir
Pembicaraan klien normal biasa tidak berbelit-belit, tidak meloncat-loncat dan sampai
tujuan karena dapat kooperatif.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
9. Tingkat Kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang dapat disebutkan dengan benar dan jelas yang
ditandai dengan klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun yang benar pada
saat wawancara.
Klien dapat mengenali orang-orang yang ada disekitarnya ditunjukkan dengan
klien bias menyebutkan beberapa nama temannya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10. Memori
Klien dapat mengingat kejadian saat dibawa rumah sakit dengan diantar oleh ayahnya.
Dan klien dapat mengingat nama mahasiswa saat berkenalan dengan benar.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
11. Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien dapat menghitung dengan baik misalnya 2x5 = 10, 5+5 = 10, Klien dapat
memfokuskan konsentrasi dengan baik
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
12. Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai suatu masalah dan dapat mengambil keputusan sesuai tingkat
atau mana yang lebih baik untuk dikerjakan pertama kali.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
13. Daya Tilik Diri
Klien mampu mengenali penyakitnya dan tidak mengingkari terhadap penyakitnya
karena klien mampu menjelaskan mengapa klien bisa seperti ini dan penyebab
mengapa klien bisa sakit jiwa seperti ini.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mampu makan dengan mandiri dengan cara yang baik seperti biasanya, klien
makan 3x sehari, pagi, siang dan sore, minum 6 gelas sehari.
2. BAB/BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK 5x sehari dan mampu melakukan eliminasi dengan baik,
menjaga kebersihan setelah BAB dan BAK dengan baik.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari pagi dan sore hari, menyikat gigi saat mandi,
kebersihan tubuh baik.
4. Berpakaian
Klien mengatakan ganti pakaian 1x sehari dengan pakaian yang disediakan rumah
sakit, klien dapat memilih dan mengambil pakaian dengan baik dan sudah sesuai
dengan aturan rumah sakit.
5. Pola Istirahat Tidur
Klien selama ini tidak mengalami gangguan tidur karena klien dapat tidur dengan
kualitas 6-8 jam perhari, baik malam maupun siang. Tapi 4 hari sebelum ke rumah
sakit klien mengalami gangguan tidur dengan kualitas 3-4 jam perhari.
6. Penggunaan Obat
Klien mengatakan dirumah sakit selalu minum obat.
7. Aktivitas di dalam rumah
Klien bisa membantu pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, dll.
8. Aktivitas diluar rumah
Klien mengatakan bekerja sehari-hari sebagai buruh.

IX. MEKANISME KOPING


- Klien mampu berkomunikasi dengan orang lain.
- Klien mampu mengatasi masalah ringan seperti menjaga kebersihan diri dan
menyiapkan makanan.
-
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
1. Masalah dengan dukungan kelompok (-)
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan klien, agak menarik diri dengan
lingkungan.
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah
3. Masalah dengan kesehatan (-)
4. Masalah dengan perumahan, klien tinggal dengan ayah dan adiknya.
5. Masalah dengan ekonomi, kebutuhan klien di penuhi oleh ayahnya.

XI. ASPEK MEDIK


Terapi obat :
Inj. Lodomer : 1amp IM extra
Trihexiyl Phenidyl : 3 x 2 mg
Haloperidol : 3 x 5 mg
Resperidon : 2 x 2 mg

XII. MASALAH KEPERAWATAN


1. Prilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Harga diri rendah
4. Disstres spiritual

XIII. ANALISA DATA


NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : klien mengatakan Perilaku Kekerasan Resiko mencederai
dirumah marah-marah kepada diri sendiri, orang lain
ayahnya karena keinginanya dan lingkungan
tidak dipenuhi dan merasa
dibohongi. Serta klien
memukul ayahnya sampai
berdarah.
DO :wajah klien tampak
tegang, mudah tersinggung
saat di ajak bicara, tatapan
mata tajam, muka tampak
merah.
2 DS : klien mengatakan mandi Intoleransi aktivitas Defisit perawatan diri
1x sehari pagi/sore, jarang
menggosok gigi saat mandi,
dan mengganti pakaian 1x
sehari dengan pakaian yang di
sediakan di rumah sakit, serta
memakai baju terbalik
DO :
Klien tampak tidak
rapi, rambutnya jarang
disisir, gigi kuning,
kulit tampak kering.
Cara berpakaian tidak
rapi, baju dan celana
selalu terbalik.
Klien tidak
menggunakan sandal
3. DS : klien mengatakan tidak Harga diri rendah Perilaku kekerasan
akan menceritakan kepada
siapapun kecuali ayah dan
adiknya. klien mengatakan ia
merasa malu jika bertemu
dengan orang lain.
DO : klien tampak diam, klien
terlihat murung, klien tampak
malu.

XIV.
( Efek )

( Core Problem )
( Causa / Penyebab )
POHON MASALAH
Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Koping Individu Tidak Efektif

XV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan berhubungan dengan Perilaku
Kekerasan
2. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
3. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Intoleransi aktivitas
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pada kasus perilaku kekerasan yang dialami pada Tn. H tindakan yang dilakukan
sesuai dengan konsep teori adalah membina hubungan saling percaya, membantu klien
mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau marah, membantu klien mengidentifikasi
tanda-tanda perilaku kekerasan, membantu mengungkapkan akibat atau kerugian dari cara
yang digunakan klien, membantu klien mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahannya dan mengajarkan cara untuk menyalurkan energy marah
yang sehat agar tidak menciderai diri sendiri, oarng lain dan lingkungan.
(Budi Anna Keliat , S.Kp 1998)

Saran
Untuk pasien :
Usulan penulis pada klien dengan ekspresi marah untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
1. Hindarkan hal-hal yang bisa menyebabkan marah yaitu mengungkit masalah tentang
keinginan yang tidak terpenuhi, menjauhi hal-hal yang menyebabkan klien jengkel.
2. Ekspresikan marah dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima
tanpa menyakiti orang lain
3. Anjurkan klien untuk mengikuti kegiatan atau aktivitas sehari-hari baik didalam ruangan
maupun diluar ruangan.
4. Anjurkan klien minum obat secara teratursesuai dengan ketentuan dokter.
5. Anjurkan klien kontrol dengan teratur setelah pulang dari rumah sakit

Untuk perawat :
1. Perawat perlu mengeksplorasikan perasaan marah dengan : mengkaji pengalaman marah
masa lalu dan bermain peran dalam mengungkapkan marah.
2. Perawat perlu mengembangkan tingkah laku asertif bagi klien yaitu menganjurkan pada
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara berkelompok misal dengan keluarga untuk
dapat pemecehan masalahya.
3. Perawat perlu mengembangkan dan menyalurkan nergi kemarahannya dengan cara yang
konstruktif.
4. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, lari pagi, angkat berat dan aktivitas lain yang
membantu relaksasi otot seperti olahraga.
5. Mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok.

Untuk di Rumah Sakit :


1. Dapat memperthankan keperawatan yang komprehensif yang telah dilakukan selama ini.
2. Pertahankan kerjasama dalam keperawatan kepada pasien, dapat meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keperawatan disetiap sub keperawatan.

Untuk mahasiswa :
1. Tingkatkan semangat individu dan kerjasama kelompok, mengelola kasus kelompok
agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional.
2. Mempersiapkan diri baik fisik maupun materi sebelum praktek khususnya dalam bidang
keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Kes. Wa, 1998, Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I,
Direktorat Kesehatan Jiwa RSJP, Bandung

Keliat B.A, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, ( Terjemahan ). Penerbit


Buku Kedokteran , EGC, Jakarta.

Maramis, WF. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press. Surabaya.

Stuart G. W, Sundeen. S. J. 1998 Buku Saku Keperawatan Jiwa. (Terjemahan) Edisi 3, Alih
Bahasa Yasmin Asih, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Stuart G. W, dan Laria M. T, 2001, Erinciple and Practice of Phychitric Nursing.


(Terjemahan) (7 th ed), St. Lois : Mosby

Townsend M. C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, (terjemahan), Edisi 3,


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi