Gunung Ibul Kec. NO. DOKUMEN NO. RE- HALAMAN PRabumulih Timur- VISI 1/2 31111 A
TANGGAL TER- DITETAPKAN OLEH DIREKTUR
BIT : 01 November 2017 STANDAR PROSEDUR dr. Hj. RUSMINI, M.Kes OPERASIONAL NIP. 19640116 199603 2 001
PENGERTIAN Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca
operasi pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda- tanda infeksi
TUJUAN 1. Mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat
operasi antibiotik dijaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri. 2. Prinsip penggunaan antibiotik profilaksis selain tepat dalam pemilihan jenis juga mempertimbangkan konsentrasi antibiotik dalam jaringan saat mulai dan selama operasi berlangsung.
KEBIJAKAN 1. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. SK Menkes No. 1331 th 1999 tentang penerapan standar Pelayanan Rumah Sakit 3. Standar Pelayanan Medis Dit Yan Med Depkes tahun 1996 4. Standar Pelayanan Medis URJ Orthopedi dan Traumatologi 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011
PELAKSANA 1. Perawat Ruangan Rawat Inap
2. Perawat Ruangan IGD 3. Perawat Ruangan Operasi PROSEDUR 1. Indikasi penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas operasi, yaitu operasi bersih dan bersih kontaminasi. 2. Dasar pemilihan jenis antibiotik untuk tujuan profilaksis: Gunakan sefalosporin generasi III untuk profilaksis bedah. Generasi ke I, yang termasuk dalam golongan ini adalah Sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroxil. Zat-zat ini teru- tama aktif terhadap cocci Gram positif, tidak berdaya terhadap gon- ococci, H. Influenza, Bacteroides dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase. Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim (Anbacim). Pada kasus tertentu yang dicurigai melibatkan bakteri anaerob dapat ditambahkan metronidazol. 3. Rute pemberian: Antibiotik profilaksis diberikan secara intravena. Untuk menghindari risiko yang tidak diharapkan dianjurkan pem- berian antibiotik intravena drip dalam NaCL 100 cc, dan dapat dil- akukan tanpa skin test antibiotik terlebih dahulu. 4. Waktu pemberian: Antibiotik profilaksis diberikan 30 menit sebelum insisi kulit. Idealnya diberikan pada saat induksi anestesi. 5. Dosis pemberian untuk menjamin kadar puncak yang tinggi serta dapat berdifusi dalam jaringan dengan baik,maka diperlukan anti- biotik dengan dosis yang cukup tinggi. Pada jaringan target operasi kadar antibiotik harus mencapai kadar hambat minimal hingga 2 kali lipat kadar terapi. 6. Lama pemberian: Durasi pemberian adalah dosis tunggal, dengan kecepatan 60 tetes makro per menit 7. Dosis ulangan dapat diberikan atas indikasi perdarahan lebih dari 1500 ml atau operasi berlangsung lebih dari 3 jam.
UNIT TERKAIT 1. Farmasi
2. Ruang Bedah 3. Ruang Rawat Inap DAFTAR 1. Avenia, N., Sanguinetti, A., Cirocchi, R., Docimo, G., Ra- PUSTAKA gusa, M., Ruggiero, R., dkk., 2009. Annals of Surgical Inno- vation and Research. Annals of surgical innovation and re- search, 3: 10-15. 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/ MENKES/ PER/ XII/ 2011 Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Nomor : HK.03.05/III/569/11 Tentang Pelayanan Kefamasian untuk Terapi Antibiotik