Vous êtes sur la page 1sur 14

Statement of Authorship

Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/


makalah/ tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada
pekerjaan orang lain yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk
makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas
bahwa saya/ kami menggunakannya.

Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat
diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Kuliah : Audit Keuangan Negara

Judul RMK/ Makalah/Tugas : Audit atas transaksi Penerimaan dan Pengeluaran


Kas

Tanggal : 08 November 2017


Dosen : Dr. M. Rasuli, SE., M.Si., Ak., CA

Nama (NIM) : Kelompok 7;

Dinda Niagara Ermaja (1402112121)

Meliana Sugita (1402119457)

Widy Ayu Ocktaviany (1402119309)


AUDIT ATAS TRANSAKSI PENERIMAAN DAN
PENGELUARAN KAS

A. SIFAT TRANSAKSI
Sifat-sifat kas adalah:
1. Kas selalu terlibat dalam hampir semua transaksi-transaksi perusahaan.
2. Kas merupakan harta yang siap dan mudah untuk digunakan dalam transaksi dan
ditukarkan dengan harta lain, mudah dipindahkan dan seragam, tanpa tanda pemilikan.
3. Jumlah uang kas yang dimiliki oleh perusahaan harus dijaga sedemikian rupa sehingga
tidak terlalu banyak dan tidak kurang. Jumlah uang kas yang terlalu banyak bagi perusahaan
tidak efisien, karena penyimpanan uang membutuhkan biaya dan nilai uang yang selalu
menurun. Sedangkan jumlah yang kurang, bagi perusahaan juga merugikan karena perusahaan
tidak dapat segera memanfaatkan kesempatan yang ada.
Karena sifat-sifat tersebut, sering terjadi kecurangan-kecurangan terhadap kas yang
meliputi:
1.Check kiting, terjadi apabila pada suatu saat (akhir periode) suatu transfer dana dibuat
dengan cek dari suatu rekening bank dimasukkan sebagai deposit ke rekening bank lain, tetapi
tidak ada pencatatan yang mengurangi jumlah uang kas pada rekening bank yang ceknya
dikeluarkan, ditunda sampai awal periode berikutnya. Laporan bank yang menerima transfer
diharapkan akan menambah kas perusahaan sejumlah transfer, atau kalau tidak, dinyatakan
ada setoran dalam perjalanan. Sementara itu tidak ada pengurangan kas pada bank yang
ceknya dikeluarkan. Dengan demikian kekurangan uang kas untuk sementara dapat
disembunyikan, atau jumlah uang kas dilaporkan lebih besar dari yang sebenarnya.
2. Lapping, terjadi apabila hasil penagihan piutang dari suatu langganan tidak dicatat,
kemudian penerimaan kas dari langganan yang lain berikutnya di kreditkan pada rekening
piutang yang tidak dicatat tersebut. Misalkan perusahaan menerima piutang berturut-turut Rp
30; Rp 40 dan Rp 50 berturut-turut dari X, Y dan Z. Penerimaan piutang dari X tidak dicatat,
kemudian penerimaan piutang dari Y dikreditkan pada rekening X, dan selanjutnya
penerimaan piutang dari Z dikreditkan pada rekening Y. Demikian selanjutnya, sehingga
selalu ada penundaan terhadap pengakuan jumlah uang kas.
3. Penjualan kredit tidak dicatat, kemudian hasil penagihannya tidak dimasukkan sebagai kas
perusahaan.
4. Adanya transaksi-transaksi biaya yang bersifat fiktif.
5. Pembebanan cek-cek pribadi ke perusahaan.
6. Pelunasan piutang tidak dicatat sebagai penambahan kas tetapi mendebit rekening
cadangan kerugian piutang atau cadangan lain.
7. Menyalahkan perhitungan kas perusahaan.
Untuk menghindari terjadinya kecurangan terhadap kas tersebut diatas diterapkan sistem
pengawasan intern terhadap kas yang meliputi pengawasan administratif maupun pengawasan
akuntansi. Pengawasan administratif berkaitan dengan struktur organisasi dan prosedur-prosedur
yang dibutuhkan untuk mengelola dan mengatur otorisasi transaksi-transaksi kas. Pengawasan
akuntansi merupakan suatu sistem yang diterapkan untuk menjamin bahwa transaksi-transaksi kas
dilakukan sesuai dengan sistem otorisasi yang berlaku, dicatat secara lengkap sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku.

SIFAT TRANSAKSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS


Laporan penerimaan dan pengeluaran kas akan dapat digunakan sebagai dasar dalam
menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau
dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas. Penyusunan laporan
sumber dan pengeluaran kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas, dan
jurnal pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolongkan setiap
transaksi kas menurut sumber masing-masing dan tujuannya.
Transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas antara lain :
Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi dan deplesi terhadap aktiva
tetap.
Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki dan
penghentian dari penggunaan aktiva tetap karena aktiva yang bersangkutan telah habis
disusut atau tidak dipakai lagi.
Arus kas yang timbul dari aktivitas operasi dapat dilaporkan atas dasar arus kas bersih
dalam hal:
a) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan penerima manfaat arus kas tersebut
lebih mencerminkan aktivitas pihak lain daripada aktivitas pemerintah. Salah satu
contohnya adalah hasil kerjasama operasional (KSO).
b) Penerimaan dan pengeluaran kas untuk transaksi-transaksi yang perputarannya cepat,
volume transaksi banyak, dan jangka waktunya singkat.
KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN KAS
Tujuan prosedur Audit berikut ini adalah untuk memastikan bahwa pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan akun telah sesuai dengan SAP serta akurasi, kehandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu :
1. Kas di Bendahara Penerimaan mencakup seluruh kas, baik itu saldo rekening di bank
maupun saldo uang tunai, yang berada di bawah tanggung jawab Bendahara Penerimaan
yang sumbernya berasal dari pelaksanaan tugas pemerintahan.
2. Kas di Bendahara Penerimaan yang disajikan dalam neraca adalah kas yang benar-benar
menjadi hak negara pada tanggal Neraca.
3. Kas di Bendahara Penerimaan disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas
dalam valuta asing, maka dikonversi menjadi rupiah dengan menggunakan kurs tengah
Bank Indonesia pada tanggal Neraca.
Saldo Kas di Bendahara Penerimaan diperoleh dari Laporan Keadaan Kas (LKK)
Bendahara Penerimaan yang dilampiri bukti penerimaan kas dari wajib pungut. Pada akhir tahun,
saldo Kas di Bendahara Penerimaan harus nihil, namun apabila tidak nihil maka harus disajikan
dalam Neraca.
Dokumen yang Diperlukan :
Rekening Koran;
Buku Kas Umum;
Buku Kas Pembantu;
Berita Acara Pemeriksaan Kas;
Register Penutupan Kas;
Memo Penyesuaian Kas di Bendahara Penerimaan;
SSBP dan SSP.
Langkah-langkah Audit Kas di Bendahara Penerimaan
a) Pastikan bahwa saldo Kas di Bendahara Penerimaan yang disajikan di Neraca hanya
mencakup hak negara yang belum disetorkan dan tidak mencakup uang milik pihak
ketiga (seperti uang hasil lelang pihak ketiga dan uang jaminan), melalui perbandingan
dengan perhitungan yang dibuat oleh unit teknis.
b) Pastikan bahwa saldo kas di Bendahara Penerimaan pada akhir tahun anggaran adalah
nihil, melalui penelusuran ke Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Register Penutupan Kas.
Apabila saldo kas tidak nihil, maka pastikan bahwa saldo tersebut telah disetorkan ke Kas
Negara, melalui penelusuran ke dokumen SSBP-nya.
c) Pastikan bahwa saldo Kas di Bendahara Penerimaan telah disajikan sebesar nilai
rupiahnya dengan menelusuri Register Penutupan Kas. Apabila terdapat saldo kas dalam
valuta asing, pastikan bahwa saldo tersebut telah dikonversi ke dalam Rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal Neraca, melalui permintaan
keterangan dan perbandingan ke kurs tengah Bank Indonesia per tanggal Neraca.

KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN KAS


Tujuan prosedur Audit berikut ini adalah untuk memastikan bahwa pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan akun telah sesuai dengan SAP serta akurasi, kehandalan dan
keabsahan LK telah terpenuhi, yaitu :
1. Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan di bawah
tanggung jawab Bendahara Pengeluaran, yang berasal dari sisa Uang Persediaan (UP)
dan Tambahan Uang Persediaan (TUP) yang belum dipertanggungjawabkan atau
disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal Neraca.
2. Kas di Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening Bendahara Pengeluaran,
uang logam, uang kertas dan lain-lain kas termasuk bukti pengeluaran yang belum
dipertanggungjawabkan yang sumbernya berasal dari dana UP yang belum disetor
kembali ke Kas Negara per tanggal Neraca.
Kas di Bendahara Pengeluaran disajikan sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas
dalam valuta asing, maka dikonversi ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal Neraca.
Dokumen yang Diperlukan :
Rekening Koran;
Buku Kas Umum;
Buku Kas Pembantu;
Berita Acara Pemeriksaan Kas;
Register Penutupan Kas;
Surat Setoran Bukan Pajak(SSBP)/Surat Setoran Pajak(SSP);
SPM, SP2D-UP dan SP2D-TUP;
Memo Penyesuaian Kas di Bendahara Pengeluaran;
Bukti-bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan.

Langkah-langkah Audit Kas di Bendahara Pengeluaran


a) Pastikan bahwa saldo Kas di Bendahara Pengeluaran yang disajikan di Neraca hanya
mencakup UP dan TUP dengan membandingkan saldo kas (Uang Tunai di Brankas,
Saldo rekening Koran di Bank, bukti-bukti pengeluaran yang belum
dipertanggungjawabkan, dan tidak termasuk Jasa Giro) dengan SP2D-UP dan SP2D-
TUP.
b) Pastikan bahwa saldo Kas di Bendahara Pengeluaran telah disajikan sebesar nilai
rupiahnya, dengan melakukan penelusuran ke Register Penutupan Kas. Apabila terdapat
saldo kas dalam valuta asing, pastikan bahwa saldo tersebut telah dikonversi ke dalam
Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal Neraca, melalui
permintaan keterangan dan perbandingan ke kurs tengah Bank Indonesia per tanggal
Neraca.
c) Pastikan bahwa saldo kas di Bendahara Pengeluaran pada akhir tahun anggaran adalah
nihil, melalui penelusuran ke Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Register Penutupan Kas.
Apabila saldo kas tidak nihil, maka pastikan bahwa saldo tersebut telah disetorkan ke Kas
Negara, melalui penelusuran ke dokumen SSBP-nya.
d) Pastikan bahwa jumlah pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan adalah sesuai
dengan Berita Acara Pemeriksaan Kas, Register Penutupan Kas, dan bukti-bukti
pengeluarannya, melalui penelusuran ke dokumen-dokumen dimaksud.
B. KEGIATAN PENGENDALIAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS
Pengendalian terhadap kas dilakukan oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/
walikota/ kapala kantor/ satuan kerja.
1. Pengeluaran kas harus mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang.
2. Pembukuan dan penutupan rekening kas harusmen dapat kanpersetujuan dari pejabat
yang berwenang.
3. Pencatatan dalam jurnal pengeluaran harus didasarkan pada bukti kas keluar yang telah
mendapat otorisasi dari pejabat yang berwenang dan yang dilampiri dengan dokumen
pendukung yang lengkap.
4. Saldo kas yang ada di tangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau
penggunaan yang tidak semestinya.

C. MENDAPATKAN PEMAHAMAN DAN MENILAI RISIKO PENGENDALIAN


PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS

Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien Yang mempengaruhi Kas (Tahap I)

Banyak perusahaan yang tidak memiliki risiko bisnis yang cukup signifikan dalam
memengaruhi saldo kas. Risiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan menajemen kas yang
tidak memadai atau penanganan dana yang dilakukan pihak luar. Risiko bisnis klien lebih banyak
muncul dari setara kas dan jenis investasi lainya. Beberapa perusahaan yang menyediakan jasa
keuangan mengalami kerugian besar akibat aktivitas perdagangan oleh perorangan yang
disembunyikan dengan salah menyajikan saldo investasi dan kas. Auditor harus memahami
risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien, sama halnya dengan pengendalian manajemen
yang dapat memperburuk risiko tersebut.

Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Menilai Risiko Bawaan (Tahap I)

Saldo kas tidak material dalam kebanyakan audit, tetapi transaksi kas yang memengaruhi
saldo ini sifatnya hampir selalu sangat material. Oleh karena itu, sering muncul potensi salah saji
material dalam kas. Oleh karena kas lebih mudah dicuri dibandingkan aset lainya, terdapat risiko
bawaan cukup tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan dan akurasi. Tujuan ini biasanya
akan berfokus pada audit saldo kas. Risiko bawaan relatif kecil untuk tujuan lainya.

Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)

Pembagian internal terhadap saldo kas akhir tahun dalam akun umum dapat dibagi dalam
dua kategori:

1. Pengendalian terhadap siklus transaksi yang mempengaruhi pencatatan penerimaan


dan pengeluaran kas.
2. Rekonsiliasi bank independen.
Pengendalian utama termasuk pemisahan tugas yang memadai antara fungsi
penandatanganan cek hanya oleh orang yang berwenang, penggunaan cek yang telah dipranomori
diatas kertas khusus, mereview dengan cermat dokumen pendukung oleh penanda tangan cek
sebelum cek ditandatangani, dan verifikasi internal yang memadai. Jika pengendalian yang
mempengaruhi transaksi yang berhubungan dengan kas telah beroperasi secara efektif, risiko
pengendalian akan menurun sebagaimana pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.
Rekonsiliasi bank yang cermat oleh personil klien yang kompeten meliputi tindakan-
tindakan berikut:
1. Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas menyangkut
tanggal, payee atau pihak yang dibayar, dan jumlahnya.
2. Memeriksa cek yang dibatalkan menyangkut tanda tangan, endorsement, dan
pembatalan.
3. Membandingkan setoran di bank dengan penerimaan kas yang tercatat menyangkut
tanggal, pelanggan dan jumlah.
4. Memeriksa urutan nomer cek, dan menyelidiki cek yang hilang.
5. Merekonsiliasi semua item yang menyebabkan perbedaan antara nilai buku dan saldo
bank serta memverifikasi kesesuaiannya dengan bisnis klien.
6. Merekonsiliasi total debet pada laporan bank dengan total catatan pengeluaran kas.
7. Merekonsiliasi total kredit pada laporan bank dengan total catatan penerimaan.
8. Mereview transfer antarbank pada akhir bulan untuk melihat kesesuaian dan
pencatatan yang tepat.
9. Menindaklanjuti cek yang beredar dan pemberitahuan penghentian pembayaran.
D. PENGUJIAN PENGENDALIAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS
Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Kas (Tahap III)
Langkah awal dalam memverifikasi saldo akun bank umum adalah memperoleh rekonsiliasi bank
dari klien untuk dicantumkan dalam dokumentasi auditor. Untuk mengaudit kas di bank, auditor
memverifikasi apakah rekonsiliasi bank yang diterima dari klien tersebut sudah benar. Tujuan
audit yang berhubungan dengan saldo dan pengujian atas rincian saldo adalah pengujian atas
eksistensi, kelengkapan, dan keakuratan. Berikut adalah tiga prosedur yang layak dibahas lebih
lanjut karena arti penting dan kompleksitasnya, yaitu:
1. Penerimaan konfirmasi bank
Walaupun tidak diharuskan oleh standar auditing, biasanya auditor meminta penerimaan
konfirmasi langsung dari setiap bank atau dari institusi keuangan lainnya dimana klien melakukan
bisnis, kecuali ada sejumlah besar akun yang tidak aktif. Jika bank tidak merespons permintaan
konfirmasi, auditor harus mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien untuk
berkomunikasi dengan bank untuk memintanya melengkapi dan mengembalikan konfirmasi ke
auditor. Untuk memudahkan auditor dan juga banker yang diminta untuk mengisi konfirmasi
bank, AICPA menyetujui penggunaan formulir konfirmasi bank standar.
2. Penerimaan Laporan Pisah Batas Bank
Laporan pisah batas Bank (cutoff bank statement ) adalah laporan bank periode parsial dan
cek yang dibatalkan yang terkait, salinan slip deposit, dan dokumen lain yang tercantum dalam
laporan dikirimkan langsung oleh bank ke kantor akuntan publik. Tujuan dari laporan pisah batas
bank adalah untuk memverivikasi item rekonsiliasi pada rekonsiliasi bank akhir tahun.
Pengujian untuk salah saji yang disengaja, auditor melaksanakan verifikasi berikut dalam bulan
setelah tanggal neraca :
a) Memfoot daftar semua cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo kredit
b) Memverifikasi bahwa laporan bank dalam keadaan seimbang ketika total footing digunakan
c) Mereview item yang dilibatkan dalam footing untuk memastikan bahwa hal itu telah
dibatalkan oleh bank pada periode yang benar dan tidak memasukan penghapusan atau
perubahan.
3. Pengujian Rekonsiliasi Bank
Rekonsiliasi Bank Independen yang disiapkan dengan baik merupakan pengendalian internal
yang penting terhadap kas. Auiditor menguji rekonsiliasi bank untuk menentukan apakah
personil klien telah membuat rekonsiliasi bank dengancermat dan untuk memverifikasi
apakah saldo bank yang tercatat milik klien sama jumlah ya dengan kas aktual di bank kecuali
setoran dalam perjalanan, cek yang beredar, dan item rekonsiliasi lainya.
Prosedur verifikasi atas rekonsiliasi :
1.Memverifikasi bahwa rekonsilasi bank klien sudah akurat secara matematis
2. Menulusuri saldo pada konfirmasi bank dan/ atau saldo awal pada laporan pisah batas ke
saldo per bank pada rekonsiliasi bank untuk memastikan saldo tersebut sama
3. Menulusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukan dengan laporan
pisah batas bank ke daftar cek yang beredar pada rekonsiliasi bank dan ke jurnal pengeluaran
kas pada periode itu atau periode-periode sebelum tanggal neraca.
4. Menyelidiki semua cek yang signifikan yang tercantum dalam daftar cek yang beredar yang
belum dikliring oleh bank pada laporan pisah batas.
5. Menelusuri setoran dalam perjalanan ke laporan pisah batas bank
6. Memperhitungkan item yang direkonsiliasi lainnya pada laporan bank dan rekonsiliasi
bank.

E. PROSEDUR ANALITIS PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS


Rekonsiliasi bank akhir tahun diaudit secara ekstensif. Karena itu, penggunaan prosedur
analitis untuk menguji kewajaran saldo kas menjadi kurang penting dibandingkan untuk sebagian
besar audit lainnya. Umumnya auditor membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank,
setoran dalam perjalanan, cek yang beredar, dan item rekonsiliasi lainnya dengan rekonsiliasi
tahun sebelumnya. Demikian juga, auditor biasanya membandingkan saldo akhir kas dengan
saldo bulan sebelumnya. Prosedur analitis tersebut mungkin akan mengungkap salah saji dalam
kas. Lakukan prosedur analitik
Hitung ratio berikut ini :
1. Ratio kas dengan aktiva lancar
- Lakukan analisis hasil prosedur analitik dengan harapan yang didasarkan pada data
masa lalu, data industri, jumlah yang dianggarkan, atau data lain.
- Bandingkan saldo kas dengan jumlah yang dianggarkan atau saldo kas akhir tahun yang
lalu.
2. Pengujian terhadap transaksi Rinci
3. Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas
- Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cut off bank statement dengan saldo kas menurut
catatan klien
- Usut setoran dalam perjalanan (deposit in trnsit) pada tanggal neraca ke dalam cut off
bank statement
- Periksa tanggal yang tercantum didalam cek yang beredar pada tanggal neraca - Periksa
adanya cek kosong yang tercantum di dalam cut off bank statement
- Periksa semua cek didalam cut off bark statement mengenai kemungkinanan hilangnya
cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca.
4. Buatlah daftar transfer bank dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk
menemukan kemungkinan terjadinya check kitting.
5. Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsiliasi bank 4 kolom
6. Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan
pengeluaran kas Pengujian terhadap akun Rinci
7. Hitung kas yang ada ditangan klien
8. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan Rekening Koran bank yang bersangkutan
9. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank
10. Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca kedalam rekening Koran bank
Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan Kas
11. Bandingkan penyajian utang usaha dengan prinsip akuntansi berterima umum
- Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap
pemakaian rekening tertentu klien di bank
- Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan penggunaan kas klien

F. PENGUJIAN SUBSTANTIVE PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS

Karena saldo kas dipengaruhi oleh semua siklus lain kecuali persediaan dan pergudangan,
ada banyak sekali transaksi yang mempengaruhi kas. Sebagai contoh, pengendalian terhadap
penerimaan kas seperti transaksi kas diaudit sepanjang pengujian siklus transaksi tersebut.
1. Verifikasi kecermatan saldo rekening kas beserta daftar pendukungnya
2. Gunakan prosedur analitikal
3. Lakukan penghituangan kembali kas yang ada ditangan
4. Buatlah analisis terhadap pengujian cutoff transaksi kas
5. Buatlah konfirmasi rekening koran bank dan saldo pinjaman dari bank
6. Lakukan konfirmasi terhadap kesepakatan lainnya dengan bank
7. Siapkan dan review daftar rekonsiliasi bank
8. Buatlah analisis terhadap cutoff statemen bank
9. Lakukan penulusuran terhadap transfer bank
10. Siapkan proof of cash
11. Bandingkan penyajian dalam neraca dengan Prinsip akuntansi yang lazim.

PENERIMAAN KAS
1. Tanyakan daftar no rekening bank a.n Bendahara Penerimaan
2. Dapatkan rekening koran a.n Bendahara Penerimaan tahun 2009, telusuri mutasi tambah
kurang dalam rekening koran ke dokumen pendukungnya antara lain bukti transfer PNBP
dari para wajib bayar dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
3. Teliti apakah terdapat saldo kas di rekening koran bendahara yang belum disetorkan ke kas
negara dan telusuri apakah saldo kas tersebut telah dicatat secara berjenjang dalam neraca
satker

PENGELUARAN KAS
1. Dapatkan saldo kas bendaharawan pengeluaran di Neraca dan bandingkan dengan rinciannya
dari tingkat Eselon I sampai tingkat satker (satker Kantor Pusat/KP, Kantor Daerah/KD,
Tugas Pembantuan/TP dan Dekonsentrasi/DK). Jika ada perbedaan, telusuri penyebabnya;
2. Untuk tingkat satker, Lakukan pengujian secara uji petik atas keberadaan kas di
bendaharawan pengeluaran dengan :
a) Dapatkan berita acara penutupan kas akhir tahun dan BKU
b) Lakukan perhitungan ulang saldo kas menurut berita acara penutupan kas dan BKU.
Yakinkan saldo kas BKU hasil perhitungan ulang sesuai dengan saldo menurut BA
penutupan kas hasil perhitungan ulang. Jika terdapat perbedaan, lakukan penelusuran
penyebabnya.
c) Teliti apakah terhadap jumlah saldo di Bendahara Pengeluaran per tanggal 31 Desember
2009 tersebut telah dibuat SPM GU Nihilnya dan apabila masih ada saldo yang belum di-
SPM GU Nihilkan, apakah saldo tersebut disetor ke KPPN atau diluncurkan ke tahun
anggaran 2009;
d) Jika tim meragukan validitas rekening koran, lakukan konfirmasi ke Bank atas keabsahan
rekening koran tersebut.
3. Secara uji petik, yakinkan bahwa saldo kas bendaharawan pengeluaran di satker TP, DK, KD
dan KP secara berjenjang telah dilaporkan di laporan keuangan eselon I untuk selanjutnya
dilaporkan di neraca;
4.
a) Lakukan pengujian tambah, kurang atas perhitungan saldo dan cek ke buku
pendukungnya untuk menyakini keakurasian angkanya;
b) Secara uji petik dapatkan dokumen sumber penambahan dan pengurangan kas yang
terdiri dari SP2D LS UP, SP2D LS TUP, SP2D GU nihil, SSBP pengembalian UP.
Telusuri bahwa saldo kas satker telah dicatat dalam neraca sesuai dengan dokumen
sumbernya.
5.
a) Yakinkan bahwa penyajian dan pengeluaran di kas bendaharawan pengeluaran telah
sesuai dengan nature of account-nya;
b) Jika setelah tanggal 31 Desember 2009 saldo kas di bendahara pengeluaran telah
disetorkan, yakinkan Eselon I yang telah melakukan penyetoran diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan
SUMBER
https://www.academia.edu/9853933/Resume_Audit_atas_transaksi_Penerimaan_dan_Pengeluara
n_Kas

https://www.scribd.com/document/194470093/AUDIT-ATAS-TRANSAKSI-PENERIMAAN-
DAN-PENGELUARAN-KAS

https://www.scribd.com/document/251649129/audit-atas-transaksi-penerimaan-dan-pengeluaran-
kas

Vous aimerez peut-être aussi