Vous êtes sur la page 1sur 39

ANALISIS MODEL PENDEKATAN KEPEMIMPINAN NEGARA INDONESIA

DAN NEGARA NEW ZAELAND

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah

Kepemimpinan dalam Organisasi Kesehatan masyarakat

Oleh:

ARIE RATNA WULAN

(0613515042)

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG

TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai salah satu llmu pengetahuan dimana kepemimpinan memiliki peranan

penting, karena peranan seorang pemimpin pada dasarnya merupakan serangkaian

fungsi kepemimpinan. Para pengikut dipengaruhi pengaruh kekuatan dari

pimpinannya, dan bangkitlah secara spontan rasa ketaatan kepada pemimpin. Dalam

segi kepemimpinan dapat dilihat sebagai instrumen organisasi tertentu, kegiatan

organisasi mengejar tujuan bersama.Tugas pemimpin akan berhasil dengan baik

apabila pemimpin memahami atau mengetahui akan tugas yang harus

dilaksanakannya. Oleh sebab itu, kepemimpinan akan tampak dalam proses dimana

seseorang yang senantiasa mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan

menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.

Kepemimpinan merupakan suatu ilmu dan seni kemampuan seseorang untuk

mempengaruhi individu/kelompok mencapai tujuan, pada hakekatnya adalah sebagai

pemimpin akan tetapi kekuasaan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dalam

mencapai tujuan antara orang yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Seorang

pemimpin dituntut untuk mampu bertindak adil dan berlaku bijak.

Menganalisis kreativitas sama halnya dengan mengawasi perkembangan

kecerdasan diri yang memiliki kecerdasan rohaniah tinggi. Dengan demikian analisis

kreatif adalah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengerti dan menganalisis

perilaku, khususnya perilaku yang dihubungkan dengan beberapa strategi untuk


menjadi kreatif dengan tujuan menyediakan pendekatan pada Negara yang baru dan

dimodifikasi untuk usaha-usaha lebih lanjut.

Konsep yang menggambarkan kepemimpinan membantu orang lain untuk

memimpin diri mereka sendiri, pada awalnya melanda beberapa Negara, konsep ini

sangat kuat pengaruhnya karena dapat menyentuh pablik khususnya para pebisnis

eksekutif. Kita sangat yakin bahwa leadership/pemimpin mampu mengisi saat-saat

kondisi kritis, kepemimpinan dapat membantu mengatasi tantangan menuju

kesuksesan yaitu dengan dasar pemberdayaan individu kedalam praktek organisasi.

Kepemimpinan mempunyai dampak penting dalam praktek dan pelatihan

disemua ukuran dan bentuk organisasi. Sejumlah organisasi menggunakan konsep-

konsep dan strategi sebagai salah satu komponen kunci dasar dari kepemimpinan,

usaha-usaha pemberdayaan serta program-program pelatihan dan dengan adanya

keberhasilan mengubah asumsi-asumsi dasar dan mampu memberikan berbagai

alternatif yang baik. Setelah berpuluh tahun lamanya konsep dasar kepemimpinan

negara maju berkembang begitu pesat, maka dengan itu muncul respon yang sangat

luar biasa dari para menejer dan eksekutif bagaimana super leadership dapat

mengubah asumsu-asumsi dasar bahwa mereka telah mempelajari leadership dan juga

menyajikan alternatif-alternatif untuk tidak mengikat kemampuan yang luas dari para

pengikutnya. Kosep-konsep tersebut muncul untuk menekankan tujuan menjadi

pemimpin efektif yaitu leadership. Beberapa orang tampaknya mulai menyadari

bahwa ukuran terbaik kepemimpinan efektif mereka adalah bukan seberapa banyak

mereka memberikan yang terbaik dan menerima klaim, akan tetap dapat diukur

melalui keberhasilan orang lain.


Memasuki abad ke-21 leadership merupakan konsep penting karena dapat

memberikan berbagai alternatif dalam mengukur keberhasilan seseorang. Ketika

banyak orang memikirkan tentang leadership, bahwa seseorang sedang melakukan

sesuatu kepada orang lain. Kita menyebutnya sebagai pengaruh dan seorang

pemimpin sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi

orang lain. Seorang pemimpin klasik yaitu seseorang yang dianggap orang lain

sebagai pemimpin sering digambarkan sebagai kharismatik atau patriotik. Suatu

konsep yang popular adalah gagasan tentang seorang pemimpin transformasional

seseorang yang mempunyai visi dan daya tarik pribadi dinamis untuk membangkitkan

perubahan organisasi secara menyeluruh, seseorang yang mempunyai kekuatan,

kekuasaan atau kharisma untuk memerintah orang lain.

Leadership memberikan sejumlah kekuatan yang tidak ada dengan sendirinya

pada kemampuan mereka tetapi banyak bakat yang melingkupi mereka.Seseorang

dapat dikatakan sebagai pemimpin adalah seseorang yang dapat memimpin orang lain

untuk memimpin diri sendiri. Keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan

seorang pemimpin yang profesional, dimana pemimpin tersebut mampu untuk

memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta

melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin.

Disamping itu, pemimpin juga harus menjalin hubungan kerja sama yang baik

dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa

aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam mengembangkan gagasannya

dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Indonesia merupakan

Negara besar dan kaya akan sumber daya alam tapi faktanya sekarang Indonesia
belum mampu menjadi sebuah Negara yang maju. Indonesia kalah dengan Negara-

negara lainnya, contohnya Singapura. Singapura merupakan Negara kecil tapi mampu

menjadi sebuah Negara maju dibandingkan dengan Negara Indoensia Tenggara

lainnya.

Ketertinggalan Indonesia dari Negara-negara lain disebabkan oleh faktor

kurangnya pemimpin berkualitas yang mampu memimpin Indonesia. Dengan sistem

pemerintahan Indonesia yang mengunakan Sistem Demokrasi kurang efektif dan

mampu untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia yang menjadi tujuan

bersama.

Dan dengan pemimpin sekarang kurang cocok dengan keadaan masyarakat,

dimana masih banyak masalah-masalah yang timbul dikarenakan kurangnya atau

terjadinya krisis kepemimpinan yang kurang mampu memimpin Indonesia kearah

yang lebih baik.

B. Manfaat Penulisan

Berdasarkan dari latar belakang makalah di atas maka, adapun yang menjadi

tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa-apa saja yang dibahas didalam kekuasaan dan kewibawaan

sebagai sumber kepemimpinan


2. Untuk mengetahui perbedaan kekuasaan dan kewibawaan sebagai sumber

kepemimpinan.

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari tujuan penulisan maka, adapun yang menjadi manfaat

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Secara Ilmiah.

Untuk menambah khasanah ilmiah dan sumbangan bagi pengembangan

dan penyempurnaan teori-teori kepemimpinan dalam kaitannya dengan kekuasaan

dan kewibawaan sebagai sumber kepemimpinan.

2. Manfaat Secara Praktis.

Secara praktis penulisan ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah

ataupun lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam

melaksanakan tugas sebagai pemimpin.

3. Manfaat Secara Akademis.

Sebagai suatu tahapan untuk melatih mengembangkan kemampuan

berfikir ilmiah dan menuangkannya dalam bentuk karya Ilmiah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepemimpinan Dalam Sistem Layanan Kesehatan

1. Pengertian Kepemimpinan

Slamet (2010), menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu

kemampuan, proses, atau fungsi untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat

sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya yang dikemukakan

oleh Slamet (2002:30) menyatakan bahwa kepemimpinan penting dalam

kehidupan bersama dan kepemimpinan itu hanya melekat pada diri seseorang dan

kepemimpinan mencakup kepada orang yang dipimpinnya.

Kepemimpinan adalah suatu upaya untuk mempengaruhi pengikut bukan

dengan paksaan untuk memotivasi orang mencapai tujuan tertentu. Kemampuan

mempengaruhi erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dari para anggotanya

(Gibson 1986:334). Hubungan pemimpin dengan anggota berkaitan dengan

derajat kualitas emosi dari hubungan tersebut, yang mencakup tingkat keakraban

dan penerimaan anggota terhadap pemimpinnya.

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu

sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan

manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan

oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut

menunjukkan adanya beberapa kesamaan.

Menurut Kartono (2003) pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau

seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan

yang diinginkan kelompok.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan

merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,

kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki

kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh

kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi dan

memotivasi orang lain, melakukan sesuatu sesuai tujuan. Kepemimpinan meliputi

proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku

pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok

dan budayanya.

Kepemimpinan tergantung pada kuatnya pengaruh yang diberikan serta

intensitas hubungan antara pemimpin dengan pengikut (Ginting 1999:21)

Siangian P (1999:208).

Ada tiga macam gaya kepemimpinan yang telah dikenal secara luas yaitu :

a. Demokratis, yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan

keputusan sebagai keputusan bersama dari seluruh anggota sistem sosial yang

bersangkutan.

b. Otokrasi yaitu gaya kepemimpinan yang mengarah kepada pengambilan

keputusan tergantung kepada pemimpinnya sendiri.

c. Laissez faire, yaitu gaya kepemimpinan yang menyerahkan pengambilan

keputusan kepada masing-masing anggota sistem sosial itu sendiri.


Untuk mengerti kepemimpinan maka memahami teori kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain, baik didalam organisasi

maupun diluar oraganisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu

situasi dan kondisi tertentu.

Menurut John Gage Allee dalam Kartono (2004:38) mengemukakan

bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang

agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang iinginkan. Hal ini

berarti secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin harus mengakui

bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya.

2. Model Kepemimpinan

Kepemimpian adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam

mencapai tujuan umum (Harold Koontz). Konsep kepemimpinan dapat dilihat

dari dua kubu, yaitu Kubu Determinisme yang menganggap bahwa pemimpin

dilahirkan (Takdir), dan kubu Non Determinisme yang menganggap bahwa

pemimpin merupakan suatu proses (dapat dipelajari). Berbagai penelitian tentang

kepemimpinan telah melahirkan berbagai pendekatan dalam studi kepemimpinan

seperti :

a. Pendekatan kesifatan, memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi

sifat-sifat (traits) yang tampak pada seseorang.


b. Pendekatan perilaku, bermaksud mengidentifikasi perilaku-perilaku

(behaviors) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif.

Kedua pendekatan ini (sifat dan perilaku) mempunyai anggapan bahwa

seorng individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-

perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun
dan dimana pun berada. Pendekatan situasional menganggap bahwa kondisi yang

menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi tugas-tugas yang

dilakukan, keterampilan dan penghargaan bawahan, lingkungan organisasi,

pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan.

Pandangan situasional menimbulkan pendekatan contingency pada

kepemimpinan, yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional

yang menentukan seberapa besar efektifitas gaya kepemimpinan tertentu.

Pendekatan situasional ini muncul karena para peneliti tentang gaya

kepemimpinan tidak menemukan pendekatan yang paling efektif bagi semua

situasi (Fielder dengan teori contingency, Tannembaum dan Schmidt, dengan teori

rangkaian kesatuan kepemimpinan (leadership continuum), Hersey dan

Blanchard, dengan teori siklus kehidupan).

Keberhasilan seorang pemimpin tergantung (contingent) baik kepada

keadaan diri pemimpin maupun kepada keadaan organisasi. Pemimpin yang

cenderung berhasil pada situasi tertentu belum tentu berhasil pada situasi yang

lain. Variabel Situasional Fielder mengemukakan tiga dimensi variabel

situasional yang mempengaruhi gaya kepemimpinan yaitu :

a. Hubungan pemimpin dengan bawahan (Leaser-Member Relations), sejauh

mana pimpinan diterima oleh anggotanya.


b. Posisi kekuasaan atau kekuatan posisi (Position Power), kekuasaan dari

organisasi, artinya sejauh mana pemimpin mendapatkan kepatuhan dari

bawahan dengan menggunakan kekuasaan yang bersumber dari organisasi

secara formal (bukan kekuasaan yang berasal dari kharisma atau keahlian).
c. Pemimpimpin yang memiliki kekuasaan yang jelas (kuat) dari organisasi lebih

mendapatkan kepatuhan dari bawahannya.

Berdasarkan tiga dimensi tersebut, maka ada dua gaya kepemimpinan

menurut Fielder yaitu :

a. Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas (task oriented).


b. Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan dengan bawahan

(Human relations).

Teori contigensi dari Fielder menyatakan bahwa interaksi antara

kepribadian pemimpin dan sutuasi. Situasi dirumuskan dengan dua karasteristik,

yaitu :

a. Situasi sangat menyenangkan (menguntungkan), adalah situasi dimana

pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi situasi.


b. Situasi sangat tidak menyenangkan (tidak menguntungkan), adalah situasi

yang dihadapi dengan ketidak pastian.

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah sebagai

berikut :

a. Pemimpin bekerja dengan orang lain artinya seorang pemimpin bertanggung

jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf,

teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi.
b. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggung jawabkan

(akuntabilitas). Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk menyusun tugas,

menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang

terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa

kegagalan.
c. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas. Proses

kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus menyusun tugas dengan

mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus

dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin

mengatur waktu secara efektif menyelesaikan masalah secara efektif.


d. Pemimpin berpikir secara analitis dan konseptual. Seorang pemimpin harus

menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat

mengidentifikasi masalah dengan akurat, pemimpin menguraikan seluruh

pekerjaan menjadi lebih jelas.


e. Seorang mediator konflik selalu terjadi pada setiap tim.
f. Pemimpin adalah politisi dan diplomat. Seorang pemimpin harus mampu

mengajak dan melakukan kompromi, sebagai seorang diplomat seorang

pemimpin harus mewakili tim.

Prinsip sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan

motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk

membangun dirinya. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian

dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi.

Prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah

kompas/petunjuk yang tidak dapat diubah. Prinsip merupakan suatu pusat/sumber

utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan empat dimensi

seperti keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik

seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) adalah

sebagai berikut :

a. Seorang yang belajar seumur hidup. Tidak hanya melalui pendidikan formal

tetapi juga diluar sekolah.


b. Berorientasi pada pelayanan. Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi

melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir

sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan pemimpin lebih berprinsip

pada pelayanan yang baik.


c. Membawa energi yang positif. Setiap orang mempunyai energi dan semangat,

menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan

dengan mendukung kesuksesan orang lain.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari

pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan

untuk melegitimasi kepemimpinan untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri

dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan

seorang pemimpin yang berprinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak

hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

Kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar

bekerja mencapai sasaran, menurut Stoner kepemimpinan adalah suatu proses

pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok

anggota yang saling berharap kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai

sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.

Menurut Handoko (1995:294) bahwa kepemimpinan merupakan

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Menurut

Soetopo (1984:1) kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu

kelompok sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan dari kelompok itu yaitu

tujuan bersama.
Menurut Handoko (1995:294) bahwa kepemimpinan merupakan

kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar

bekerja mencapai sasaran.

Menurut Stoner kepemimpinan adalah suatu proses pengarahan dan

pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling

berhubungan tugasnya.

Thoha (2004:264) kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi

perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni

mempengaruhi manusia baik perorangan maupun kelompok. Tentang kriteria

seorang pemimpin yang dicanangkan, disyaratkan dalam sebuah pemilihan,

lembaga, biasa adalah memiliki visi, misi, transparan, aspiratif, antikorupsi dan

sebagainya.

Lebih menyangkut pada kualitas dirinya sendiri, tidak langsung fungsinya

terhadap anak buahnya, persyaratan bahwa seorang pemimpin harus memiliki

kemampuan maka beberapa syarat kemampuan lebih kepada fungsi dan tanggung

jawab seorang pemimpin kepada anak buahnya.

a. Pager (perlindungan). Seorang pemimpin adalah pager, merupakan simbol

batas sekaligus simbol perlindungan. Pemimpin harus menjadi pagar atau

pelindung bagi anggotanya, masyarakatnya, rakyatnya. Pagar dari seorang

pemimpin adalah keberaniannya, kekuatannya dan rasa tanggung jawabnya

sebagai pemimpin dengan mengayomi, menjaga dan melindungi anggota dan

anak buahnya dari apa saja yang mengganggu, merugikan dan mencelakakan.

Banyak pemimpin tidak melaksanakan fungsi pager.


b. Marmer (modal). Marmer adalah bahan baku bangunan yang mahal. Marmer

adalah simbol kemewahan, marmer pada pemimpin adalah modal yang kuat,

kekayaan, wibawa, kharisma, pengaruh, penampilan yang meyakinkan dan

sebagainya.

c. Angger (konsisten). Angger artinya tetap adalah simbol konsistensi.

Pemimpin harus konsisten, teguh pendirian, tetap dalam prinsip dan tidak

berubah-rubah. Pemimpin yang tidak konsisten apalagi tidak memiliki prinsip

adalah pemimpin yang buruk bahkan tidak pantas jadi pemimpin. Konsistensi

akan membuat pemimpin dihormati, dihargai dan tidak sembarangan orang

memperlakukannya.

d. Beubeur (mengikat). Beubeur adalah ikat pinggang. Ini adalah simbol ikatan.

Pemimpin harus bisa mengikat bawahannya dengan aturan, pembagian tugas,

tata tertib, kepantasan, penempatan orang dan lain-lain dengan tepat dan

benar. Dalam rangka menguasai aturan, menjalankan dan mencontohkan sikap

konsisten terhadap aturan, kemudian menerapkannya kepada bawahan.

e. Liter (mensejahterakan). Simbol jaminan kesejahteraan bila hanya aturan,

perintah dan pekerjaan yang diperintahkan tidak akan membawa hasil yang

maksimal.

Faktor terpenting dari hubungan atasan-bawahan adalah kualitas hubungan

atau interaksinya. Cukup banyak hasil penelitian mengungkap bahwa kualitas

hubungan atasan-bawahan berhubungan dengan variabel sikap dan kinerja

bawahan.
Dalil (postulate) yang dibuat oleh Graen dan Cashman (1975) dalam

Dunegan dkk. (1992) adalah bahwa bawahan yang melakukan hubungan dengan

kualitas yang tinggi kemungkinan menunjukkan peringkat kinerja yang lebih

tinggi (karena mendapatkan informasi yang lebih banyak, interaksi yang

meningkat, perhatian atasan yang lebih besar, dan lain sebagainya).

Beberapa hasil penelitian (Dansereau 1975, Graen dan Ginsburgh 1977,

Liden dan Graen 1980). Dunegan dkk. (1992) lebih lanjut menjelaskan bahwa

ternyata peneliti lainnya mendapatkan hubungan seperti yang dimaksud dalam

dalil tersebut lemah (Rosse dan Kraut 1983) atau tidak signifikan (Vecchio 1982,

Vecchio dan Gobdel 1984).

Menurut Dienesch dan Liden (1986), Miner (1988) seperti yang diungkap

oleh Dunegan (1992) meskipun mungkin terdapat suatu kesimpulan intuitif bahwa

kinerja bawahan berhubungan dengan kualitas hubungan atasan-bawahan, namun

data empiris untuk hubungan yang seperti itu masih belum memadai atau dengan

kata lain kejelasan hubungannya masih belum dapat dipecahkan.

3. Perkembangan kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk

atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu

kelompok sosial, seseorang atau beberapa orang diantara warga-warganya

melakukan peranan yang lebih aktif dari pada rekan-rekannya, sehingga orang

tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari lain-lainnya. Itulah asal mula

timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam

struktur sosial yang kurang stabil.


Munculnya seorang pemimpin sangat diperlukan dalam keadaan-keadaan

dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan terhalang atau apabila

kelompok tadi mengalami ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, agak sulit

bagi warga kelompok menentukan langkah-langkah yang harus diambil untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

a. Syarat-syarat kepemimpinan
1) Memberi kesenangan dalam jasmani.
2) Menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum.
3) Menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja.
4) Memberi kesenangan rohani.
5) Menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk

turut merasakan kesukaran-kesukaran kepada para pengikut-pengikutnya.


6) Menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati.
7) Menunjukkan kelebihan didalam ilmu pengetahuan, kepandaian dan

ketrampilan.
8) Sifat memberikan semangat kepada anak buah.
b. Macam-macam gaya kepemimpinan yaitu :
1) Gaya kepemimpinan yang otoriter
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a) Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak.
b) Pengikut sama sekali tidak dapat diajak untuk ikut serta merumuskan

tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai suatu tujuan.


c) Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam

proses interaksi didalam kelompok tersebut.


2) Gaya Kepemimpinan yang demokratis
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a) Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga anggota

kelompok untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus

dicapai kelompok, serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.


b) Pemimpin secara aktif memberikan saran bagi para pengikutnya.
c) Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun dari para pengikutnya.
d) Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan

kelompok.
3) Gaya Kepemimpinan yang Bebas
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a) Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif.
b) Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya dan

diserahkan kepada kelompok.


c) Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan bagi para

kelompoknya.
d) Pemimpin berada pada ditengah-tengah kelompok, namun dia hanya

beperan sebagai penonton.


Cara-cara demokratis mungkin dapat diterapkan didalam suatu masyarakat

yang warganya mempunyai taraf pendidikan yang cukup. Cara-cara

otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan didalam masyarakat yang

sangat homogen, sedangkan cara-cara yang bebas mungkin lebih cocok

kepada masyarakat yang relatif homogen. Gaya yang tidak efektif adalah

sebagai berikut :
a) Pencinta Kompromi (Compromiser). Gaya Kompromi ini

menitikberatkan perhatian kepada tugas dan hubungan kerja

berdasarkan situasi yang kompromi.


b) Missionari. Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu

tujuan, dalam arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum

pada orang-orang dan hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap

tugas dan perilaku yang tidak sesuai.


c) Otokrat. Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak

terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan

perilaku yang tidak sesuai.


d) Lari dari tugas (Deserter). Manajer yang memiliki gaya kepemipinan

seperti ini sama sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas

maupun hubung kerja.


c. Gaya Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpin situasional mencoba mengkombinasikan proses

kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Gaya ini diketengahkan

oleh Hersey dan Blancard yang amat menarik untuk dipelajari. Menurut gaya

kepemimpinan situasional, ada tiga hal yang saling berhubungan yaitu :

1) Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.

2) Jumlah dukungan sosio emosional yang diberikan oleh pimpinan.

3) Tingkat kematangan dan kesiapan para pengikut yang di tunjukkan dalam

melaksanakan tugas kasus, fungsi atau tujuan tertentu.

Pada dasarnya, konsepsi gaya kepemimpinan situasional menekankan

kepada perilaku pimpinan dengan bawahan (followers) saja, yang

dihubungkan dengan tingkat kematangan dan kesiapan bawahannya.

Kematangan (maturity) dalam hal ini diartikan sebagai kemauan dan

kemampuan dari bawahan (followers) untuk bertanggung jawab dalam

mengarahkan perilaku sendiri.

d. Membangun Merek Kepemimpinan (Dave Ulrich)

Model umum atribut kepemimpinan hanya memberikan nilai yang

tidak berarti. Merek kepemimpinan, keunggulan bersaing, terjadi pada saat

pemimpin disetiap tingkat organisasi mengerti dengan jelas hasil-hasil utama

yang diinginkan, kemudian mengembangkan pendekatan konsisten untuk

mencapai hasil-hasil tersebut dan membangun atribut-atribut yang mendukung

pencapaian hasil-hasil tersebut.

B. Kritik atas istilah 'Negara berkembang'


Ada berbagai kritik terhadap pemakaian istilah 'Negara berkembang'. Istilah

ini menekankan inferioritas sebuah 'Negara berkembang' jika dibandingkan dengan

sebuah 'Negara maju' yang tidak disukai oleh banyak Negara. Istilah ini seolah

menekankan sebuah Negara agar 'berkembang' mengikuti model pembangunan

ekonomi tradisional 'Barat' yang tidak diikuti beberapa Negara seperti Kuba.

Istilah 'berkembang' berarti mobilitas dan tidak mengakui bahwa

pembangunan menurun atau tetap di sejumlah Negara, terutama Afrika bagian selatan

yang terkena dampak parah dari HIV/AIDS. Dalam beberapa kasus, istilah Negara

berkembang dapat dianggap sebagai eufemisme. Istilah ini berarti homogenitas antara

Negara-negara tersebut yang sangat beragam. Istilah ini juga berarti homogenitas

diantara Negara-negara tersebut ketika kekayaan (dan kesehatan) sebagian besar atau

kecil kelompok utama sangat bervariasi.

Umumnya pembangunan memerlukan infrastruktur modern (fisik dan

institusional), dan perpindahan dari sektor bernilai rendah seperti pertanian dan

pengambilan sumber daya alam. Sebagai perbandingan, Negara maju biasanya

memiliki sistem ekonomi berdasarkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan stabil

dalam sektor ekonomi tersier dan sektor ekonomi kuarter dan standar hidup material

tinggi.

Tetapi, ada pengecualian utama ketika beberapa Negara yang dianggap maju

memiliki banyak komponen industri primer dalam ekonomi nasional mereka, seperti

Norwegia, Kanada, Australia. AS dan Eropa Tengah memiliki sektor pertanian yang

sangat penting, keduanya adalah pemain penting dalam pasar pertanian internasional.
Selain itu, pengambilan sumber daya alam dapat menjadi industri yang sangat

menguntungkan (bernilai tinggi) seperti pengeboran minyak.

C. Perbedaan Negara Maju dan Negara Berkembang

Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan

suatu Negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi

tetap Negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa

saja bervariasi didalam Negara berkembang tersebut. Sejumlah negara berkembang

memiliki standar hidup rata-rata yang tinggi.

Negara yang memiliki ekonomi yang lebih maju dari pada Negara

berkembang lainnya, namun tidak sepenuhnya menampakkan tanda-tanda Negara

maju dikelompokkan dalam istilah Negara industri baru.

Kofi Annan, mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa,

menetapkan Negara berkembang sebagai "Negara yang memperbolehkan seluruh

warga Negaranya menikmati hidup yang bebas dan sehat dalam lingkungan yang

aman." Namun menurut Divisi Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa. Tidak ada

konvensi resmi untuk penetapan Negara atau wilayah "maju" dan "berkembang"

dalam sistem. Selain itu mereka mengemukakan Penetapan "maju" dan

"berkembang" hanya ditujukan untuk kemudahan statistik dan tidak mengekspresikan

penilaian terhadap tahap-tahap yang telah dicapai suatu Negara atau wilayah dalam

proses pembangunannya.

The UN also notes. Dalam kenyataannya, Jepang di Indoensia, Kanada dan

New zaeland di Amerika Utara, Australia dan Selandia Baru di Oseania, dan Eropa
dianggap sebagai wilayah atau kawasan "maju". Dalam statistik perdagangan

internasional, Persatuan Bea Cukai Afrika Bagian Selatan juga dianggap sebagai

kawasan maju dan Israel sebagai Negara maju, Negara yang muncul dari bekas

Yugoslavia dianggap sebagai Negara berkembang, dan Negara-negara di Eropa Timur

dan Persemakmuran Negara-negara Merdeka di Eropa tidak termasuk dalam wilayah

maju ataupun berkembang.

Pada abad ke-21, wilayah Empat Macan Indoensia asli (Hong Kong,

Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan), bersama Siprus, Malta, dan Slovenia,

dianggap "Negara maju". Disisi lain menurut klasifikasi IMF sebelum April 2004,

seluruh Negara Eropa Timur (kecuali Negara Eropa Tengah yang masih tergabung

dalam "Eastern Europe Group" di PBB) juga bekas Negara Uni Soviet (USSR) di

Indoensia Tengah (Kazakhstan, Uzbekistan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan

Turkmenistan) dan Mongolia tidak dimasukkan dalam kawasan maju atau

berkembang, namun disebut sebagai "Negara transisi", mereka sekarang lebih dikenal

(dalam laporan internasional) sebagai "Negara berkembang".

IMF menggunakan sistem klasifikasi fleksibel yang memperhitungkan (1)

tingkat pendapatan per kapita, (2) diversifikasi ekspor sehingga eksportir minyak

yang memiliki PDB per kapita tinggi tidak akan masuk dalam klasifikasi maju karena

70 % barang ekspornya berupa minyak, dan (3) tingkat integrasinya ke dalam sistem

keuangan global.

Bank Dunia mengelompokkan Negara-negara di dunia ke dalam empat

kelompok pendapatan. Kelompok ini diatur setiap tahun pada tanggal 1 Juli. Ekonomi
yang terbagi menurut pendapatan nasional per kapita 2008 menggunakan tingkatan

pendapatan.

Bank Dunia mengelompokkan semua Negara berpendapatan rendah dan

menengah sebagai Negara berkembang namun menyatakan, Penggunaan sebutan

tujuannya adalah memudahkan, tidak ditujukan untuk menyatakan bahwa semua

ekonomi dalam kelompok ini mengalami pembangunan yang sama atau ekonomi lain

telah mencapai tahap akhir pembangunan yang dituju. Pengelompokkan menurut

pendapatan nasional secara langsung tidak mencerminkan status pembangunan suatu

Negara.

1. Kondisi Fisik Negara New Zeland dan Indonesia

Selandia Baru terdiri dari dua pulau utama dan sejumlah pulau yang lebih

kecil, terletak di dekat pusat belahan lautan. Pulau Utara dan Pulau Selatan

dipisahkan oleh Selat Cook, selebar 22 kilometer di celah tersempitnya. Di

samping Pulau Utara dan Pulau Selatan, lima pulau terbesar yang dihuni adalah

Pulau Stewart, Pulau Chatham, Pulau Great Barrier (di Teluk Hauraki), Pulau

d'Urville (di Marlborough Sounds) dan Pulau Waiheke (kira-kira 22 kilometer

dari Auckland tengah) Pulau-pulau negara ini terletak di antara 29 LS sampai 53

LS, dan 165 BT sampai 176 BT. Selandia Baru memiliki panjang (lebih dari

1.600 kilometer membujur dari utara ke selatan) dan memiliki lebar maksimum

400 kilometer melintang dari barat ke timur, dengan garis pantai sepanjang kira-

kira 15.134 kilometer dan total luas daratan seluas 268.021 kilometer persegi

Karena pulau-pulau luarnya yang terpisah jauh dan garis pantainya yang panjang,

negara ini memiliki sumber daya kelautan yang melimpah. Zona Ekonomi
Eksklusif-nya, merupakan salah satu yang terluas di dunia, meliputi lebih dari 15

kali lipat luas daratannya

Negara ini memiliki topografi yang bervariasi, dan bahkan mungkin

kedaruratannya di atas banyak gelombang, hingga perbatasannya yang dinamis, ia

mengangkang di antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Indo-Australia. Selandia

Baru adalah bagian dari Benua Selandia, sebuah pecahan benua, hampir separo

ukuran Australia, yang secara bertahap tenggelam setelah terpisah dari adibenua

Gondwana. Kira-kira 25 juta tahun lalu, sebuah pergeseran tektonik lempeng

mulai meliukkan dan meremas kawasan ini. Sebagian besar bukti yang kini

berada di Alpen Selatan dibentuk oleh pemampatan kerak di sisi Sesar Alpen. Di

tempat lainnya, perbatasan lempeng melibatkan subduksi satu lempeng di bawah

lempeng lainnya, menghasilkan Palung Puysegur di selatan, Palung Hikurangi di

timur Pulau Utara, dan Palung Kermadec dan Palung Tonga di utara jauh.

. sedangkan Indonesia memiliki kondisi fisik kepulauan yang memiliki

keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Selain

keragaman bentuk muka bumi, Indonesia juga diperkaya dari letak geografis

maupun letak astronomis. Letak astronomis berpengaruh terhadap iklim,

sementara letak geografis berpengaruh terhadap keadaan alam maupun

penduduknya. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang

erat dengan segala aktivitas manusianya. Atau dalam kata lain bahwa kondisi

sosial suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Karena itu

kajian/pembahasan geografi adalah mengkaji/membahas saling hubungan antara

unsur fisik dan unsur sosial di permukaan bumi.


Letak geografis Indonesia sangat strategis , sebab tidak hanya kondisi

alam yang mempengaruhi kehidupan penduduk Indonesia, tetapi juga lintas benua

dan samudera ini berpengaruh terhadap kebudayaan yang banyak dipengaruhi

oleh kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni, bahasa, peradaban, dan agama

dengan keanekaragaman suku-bangsa yang kita miliki. Selain kebudayaan,

Indonesia juga mendapatkan keuntungan ekonomis, seperti: pertama, kerjasama

antar negara-negara berkembang sehingga memiliki mitra kerjasama yang terjalin

dalam organisasi, seperti ASEAN (Association of Southeast Indoensian

Nations/Perhimpunan Bangsa-bangsa Indoensia Tenggara) selain itu Indonesia

sebagai inti jalur perdagangan dan pelayaran lalu lintas dunia, jalur transportasi

negara-negara lain, sehingga menunjang perdagangan di Indonesia cukup ramai

dan sebagai sumber devisa negara. Dan juga Curah hujan yang cukup tinggi di

daerah tropis mengakibatkan suburnya berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu,

daerah tropis dikenal sebagai kawasan hutan belukar yang bukan saja menyimpan

berbagai potensi kekayaan alam, melainkan juga berperan sebagai paru-paru

dunia.

2. Tahap-tahap perkembangan Negara

Menurut Rostow terbagi menjadi lima tahapan yaitu tahap masyarakat

tradisional (traditional society stage), tahap prakondisi lepas landas (precondition

for take off stage), tahap lepas landas (take off stage), tahap gerak menuju

kematangan (drive for maturity stage) serta tahap konsumsi massa tinggi.

Berdasarkan ciri-ciri negara maju dan negara berkembang, Michael

Todaro membagi wilayah Negara-negara di dunia menjadi dua kawasan yaitu


kawasan Utara untuk menyebut Negara-negara maju dan kawasan Selatan untuk

menyebut Negara-negara berkembang.

Memungkinan besar (menurut saya) hal itu terjadi karena kondisi iklim di

sana. Negara maju umumnya terletak di wilayah yang terdapat 4 musim. Disana

terdapat musim dingin yang tidak memungkinkan orang untuk kemana-mana.

Jadi, mereka harus bekerja lebih keras dan melakukan berbagai inovasi supaya dia

bisa berlibur di tempat tropis saat musim dingin atau setidaknya dapat memenuhi

kebutuhan pangan saat musim dingin. Untuk Singapura lain lagi, Negara itu

menjadi Negara maju karena posisi Negara tersebut yang sangat strategis.

3. Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan rujukan yang

berupa:

a. Pelayanan kesehatan dasar

Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas

pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja

puskesmas selain rumah sakit.

b. Pelayanan kesehatan rujukan

Pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan

diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan

kesehatan rujukan.
c. Sistem Rujukan (Referal System)

Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK.

Menteri Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan

pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal

balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal

dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih

mampu atau secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang setingkat

kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah

ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan Nasional, yaitu:


1) Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan

kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan ini dikaitkan

dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan.

Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan

operasional.
2) Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical

services). Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan

penyakit. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan penderita, rujukan

pengetahuan, rujukan bahan-bahan pemeriksaan.


Dindonesia program-program pemerintah untuk masyarakat miskin

untuk masalah kesehatan termasuk banya seperti

jamkesmas,jamsostek,askes, BPJS dan terakhir Kartu Indonesia Sehat. Hal

ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat ketika sakit. Selain itu

fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia juga sudah relati baik


Sistem pelayanan Kesehatan Selandia Baru memiliki sistem

kesehatan umum yang bagus. Terdiri atas sebuah kombinasi pemasok

negeri dan swasta. Tetapi, jasa kesehatan biasanya tidak gratis bagi siswa

internasional. Di kota-kota besar tersedia banyak sekali jenis perawatan

kesehatan, termasuk chiropractic, osteopati, akupuntur, naturopati,

homeopati, dan obat-obatan China. Jika harus menjalani pembedahan atau

perawatan lainnya, kemungkinan besar Anda harus masuk rumah sakit

swasta, kecuali jika Anda memiliki hak untuk mendapatkan perawatan di

rumah sakit umum di Selandia Baru.


BAB III

ANALISIS

Kesehatan global merupakan peningkatan produk dari sektor-sektor yang saling

terhubung, dengan demikian, akibat dari proses penentuan kebijakan meliputi berbagai

macam sektor. Bagaimanapun, peran-peran kesehatan global hari ini sebagian besar tidak

memenuhi syarat untuk memastikan bahwa masalah kesehatan secara memadai

diperhitungkan dalam arena pembuatan kebijakan penting seperti perdagangan, investasi,

keamanan, lingkungan, migrasi dan pendidikan.

Institusi formal dalam pemerintahan global, seperti sistem PBB, dibangun pada

prinsip bahwa pemerintah negara-negara adalah pembuat keputusan utama dan wakil dari

kepentingan populasi mereka di tingkat internasional. Namun, bentuk baru dari organisasi

sosial menantang keunggulan negara dalam arena global, yang disebutkan oleh David

Fidler pluralitas yang tak terstruktur dari aktor-aktor non-negara. Contohnya, jaringan

masyarakat sipil, para ahli, yayasan, perusahaan multinasional, dan jurnalis memberikan

pengaruhnya dalam proses kepemimpinan global yang independen terhadap

pemerintahan negara mereka sendiri.

Dewasa ini, organisasi bisnis yang lebih maju memiliki program canggih untuk

mengembangkan rotasi suksesi eksekutifnya di internal organisasi, dan memilih CEO

berikutnya dari sumber internal tersebut. Para CEO ini didorong agar lebih unggul dalam

lingkungan yang kompetitif untuk menjadi pemenang, dan mereka bersikeras bahwa uang

tidak begitu penting lagi bagi mereka ketimbang pencapaian profesional. Jika suksesi di

organisasi bisnis Indoensia biasanya diteruskan kepada pihak anggota keluarga atau
putra-mahkota, namun pada organisasi bisnis berskala besar, seperti General Electric

misalnya, mereka telah berhasil mengembangkan mesin bakat untuk pergantian CEO nya.

Pada tingkat yang lebih signifikan, berbagai organisasi bisnis di New zaeland telah lulus

melampaui fase kepemimpinan keluarga dari para pendiri mereka dan beralih pada

filosofi manajemen profesional yang modal kerjanya diperoleh dari pasar modal dan

tidak diambil dari kekayaan keluarga lagi. Tentu saja kita belum begitu yakin bahwa

organisasi bisnis berskala besar di Indoensia akan mengikuti jejak evolusi organisasi

bisnis di New zaeland. Faktor koneksi politik merupakan faktor yang sangat penting bagi

para pemimpin bisnis di kawasan Indoensia, baik negara tersebut menganut faham

demokrasi atau tidak, yang jelas hal tersebut merupakan karakteristik umum dari para

eksekutif puncak di kawasan Indoensia bahwa koneksi tersebut memegang peranan

penting bagi kelangsungan bisnis mereka. Tentu saja, pengecualian masih tetap ada di

kalangan para eksekutif New zaeland, bahwa jalinan politik yang mendalam masih

dianggap penting sebagai pintu masuk kesuksesan bisnis di New zaeland, namun

kasusnya tidak sebanyak seperti di kawasan Indoensia.

Dengan demikian, berbagai gaya kepemimpinan lebih bervariasi di New zaeland

ketimbang dikawasan Indoensia. Setidaknya terdapat lima gaya kepemimpinan yang

umum dikembangkan di New zaeland, yakni: gaya direktif, gaya partisipatif, gaya

pemberdayaan, gaya karismatik, dan gaya selebritis (superstar). Gaya kepemimpinan dari

satu sampai empat lebih menggambarkan bagaimana hubungan antara atasan dan

bawahan di dalam suatu organisasi bisnis, sementara jenis gaya kepemimpinan yang

terakhir (selebritis) lebih ditujukan bagi para stakeholders di luar organisasi bisnis.

Kepemimpinan gaya direktif cukup terkenal di New zaeland, meskipun frekuensinya


menurun pada dekade belakangan ini. Gaya kepemimpinan inipun sangat umum dalam

praktek kepemimpinan di Indoensia yang menerapkan pola hubungan kerja arahan dan

perintah. Adapun gaya kepemimpinan partisipatif lebih melibatkan kerja sama setara

yang erat dengan pimpinan dan sesama pekerja , dan hal ini berlaku lebih umum di

kawasan Eropa. Gaya kepemimpinan pemberdayaan atau pendelegIndoensian (pemberian

otonomi) mungkin relatif baru, yang menekankan pendelegIndoensian wewenang dan

tanggung jawab terhadap bawahan. Pada organisasi bisnis berskala besar New zaeland

yang beroperasi dengan banyak divisi, sebagian besar menggunakan gaya kepemimpinan

yang otonom seperti demikian. Bahkan beberapa pemimpin bisnis muda di kawasan

Indoensia dewasa ini cenderung mendukung gaya tersebut. Inti dari gaya kepemimpinan

pemberdayaan adalah mengembangkan kemampuan untuk memberikan energi pada

setiap orang dalam organisasi bisnis. Sebagaimana diungkapkan oleh Jack Welch, "boleh

jadi anda seorang manajer yang hebat, akan tetapi jika anda tidak bisa memberi kekuatan

pada orang lain, sebagai pemimpin anda tidak memiliki nilai apapun bagi General

Electric. ".

Dengan demikian gaya energizing adalah inti dari kepemimpinan baru di New

zaeland. Berbeda dengan gaya kepemimpinan karismatik, dimana kepatuhan para

pengikut disebabkan oleh tentang adanya gambaran siapa dia , dan bukanlah karena

kemampuan manajerial yang baik atau bahkan keberhasilan bisnis, dan juga bukan oleh

karena praktek gaya kepemimpinan sebagaimana dijelaskan diatas, baik partisipatif,

kemitraan, atau pun pemberdayaan. Tentu saja adanya faktor magnet atau daya pikat

manusia sangat berbeda dalam setiap budaya, dan hal ini tidak selalu berlandaskan

argumen rasional, dan dalam hal ini sulit mencari argumen mengapa seorang pemimpin
begitu dipuja dalam suatu masyarakat, bangsa atau negara tertentu, baik dalam artian

positif maupun dalam artian negatif. Apa yang dianggap pemimpin karismatik di New

zaeland mungkin akan dipersepsi menjadi sesuatu hal yang sangat berbeda bagi orang-

orang pada masyarakat di belahan dunia lainnya. Berbeda halnya dengan gaya

kepemimpinan selebritis, gaya kepemimpinan ini ditampilkan untuk menunjukkan

pencitraan ke luar organisasi sehingga berdampak terhadap orang lain, baik terhadap para

pelanggan maupun para investor. CEO seperti ini tak ubahnya seperti bintang superstar

yang disorot oleh media bagaikan bintang layar perak.

Mereka biasanya membutuhkan penampilan yang baik dan menarik, bergaya

dramatik, dan memiliki kemampuan untuk menangani publisitas media secara efektif.

Kebutuhan akan tipe CEO ini sempat menjadi tren di New zaeland, misalnya untuk me

make-up organisasi bisnis ketika mengalami kemerosotan akibat skandal pelaporan

keuangan, sehingga dengan direkrutnya CEO selebriti akan terjadi suatu pemulihan yang

diharapkan. Dengan kata lain, para eksekutif papan atas akan mencari eksekutif superstar

guna merevitalisasi organisasi, dengan mencari identitas kepribadian baru organisasi

dengan menoleh keluar organisasi bisnisnya.

Dakui atau tidak, negara kawasan Indoensia khususnya Indonesia masih diganggu

oleh korupsi resmi yang berpengaruh jauh ke dalam dunia bisnis. Korupsi di New zaeland

mungkin telah jauh berkurang, akan tetapi cukup banyak penipuan pelaporan keuangan.

Tentu saja, keduanya sangat berbahaya bagi keberhasilan ekonomi dalam suatu negara.

Korupsi seperti yang telah melanda Indonesia misalnya, telah menghancurkan entitas

politik nasional . Meskipun para politisi berjanji untuk menghilangkannya , akan tetapi

dalam prakteknya mereka tidak mampu atau bahkan tidak mau melakukannya secara
sungguh-sungguh. Terdapat berbagai pelajaran penting tentang jenis dan gaya

kepemimpinan bisnis yang bersumber dari berbagai wilayah di dunia yang signifikan.

New zaeland mungkin telah berpengalaman lama dalam menerapkan kepemimpinan

bisnis profesional, sehingga menciptakan model peran kepemimpinan yang dikenal

dengan CEO organisasi sbisni. Cina dikenal dengan bisnis keluarganya dimana peran

kepala keluarga menjadi sentral. Di Prancis dengan model jenderal militer-nya . Dan di

Jepang tentang bagaimana pembangun konsensus. Begitu pula model pembangunan

koalisi seperti yang terjadi di Jerman.

Berdasarkan hasil pengamatan yang seksama, terdapat sembilan kualitas kunci

dalam diri seorang pemimpin yang sukses, tentunya tanpa mengenyampingkan faktor

budaya, yakni: gairah, ketegasan, keyakinan, integritas, adaptasi, ketangguhan emosional,

resonansi emosional, pengenalan diri dan kerendahan hati. Kepemimpinan dengan gairah

emosional mungkin lebih umum terjadi di New zaeland ketimbang di negara lain.

Ketegasan merupakan ciri umum pada para eksekutif yang efektif di hampir semua

negara. Akan tetapi, para eksekutif di Eropa dan Jepang adalah yang paling berorientasi

pada konsensus , sementara para top eksekutif Cina dan New zaeland mungkin lebih

menyukai membuat keputusan pribadi dengan mengandalkan pada akuntabilitas mereka

sendiri. Keyakinan merupakan ciri umum bagi semua top eksekutif di seluruh manca

negara. Sementara integritas merupakan karakteristik yang kompleks dan sangat

ditentukan oleh budaya nasional. Katakanlah apa yang dianggap jujur dalam satu budaya

masyarakat, bangsa atau negara tertentu, maka akan dipersepsi berbeda oleh budaya di

tempat lain, begitu juga sebaliknya sehingga nilai kejujuran ini menjadi bersifat sangat

relatif dan lentur. Adaptasi adalah karakteristik yang biasa dijalankan oleh kepemimpinan
New zaeland pada umumnya. Namun hal tersebut kurang umum dan kurang dihargai di

kawasan Indoensia dan Eropa. Sementara dewasa ini adaptasi sangat dibutuhkan di mana-

mana dengan laju yang cepat. Meskipun tidak semua ditunjukkan secara eksplisit, faktor

ketangguhan emosional adalah hal umum yang dilakukan oleh hampir semua eksekutif

puncak disemua belahan dunia. Resonansi emosional, adalah kemampuan untuk

memahami dan menularkan motivasi terhadap orang lain secara efektif , dan hal ini

menjadi penting dan disadari di New zaeland dan Eropa pada saat ini. Di negara

Indoensia yang standar hidupnya telah membaik, faktor tersebut juga telah menjadi hal

penting. Para manajer profesional akan dituntut mengembangkan ketrampilan

kepemimpinan yang lebih besar, dan para CEO harus bersaing untuk mendapatkan bakat

manajerial yang mumpuni. Pengenalan diri adalah kebajikan yang penting pada

kepemimpinan di Indoensia hal ini kurang umum pada kepemimpinan di New zaeland -

namun merupakan salah satu kekuatan eksekutif di kawasan Indoensia. Kerendahan hati

adalah sifat yang sangat jarang ditunjukkan oleh para CEO di New zaeland, namun hal

ini sering ditemukan pada para eksekutif di Indoensia.

Gaya kepemimpinan saat ini berada diambang antara kepemimpinan Indonesia

dan New zaeland. NR Narayana Murthy dari Infosys dan Stan Shih dari Acer, keduanya

dari India, adalah contoh yang baik. Mereka telah berhasil mengadopsi gaya

kepemimpinan hampir seluruhnya dari New zaeland (barat) dan telah berhasil

dipraktekkan di Indoensia. Adanya perbedaan gaya kepemimpinan mencerminkan tahap

perkembangan ekonomi dan bisnis di Indoensia. Sebagian organisasi bisnis di Indoensia

giat mencari akses ke pasar modal pada pelbagai belahan dunia, dan mereka pun

mencoba bergerak ke arah pendekatan manajemen profesional yang mirip dengan yang
sekarang digunakan di New zaeland. Sebagian organisasi bisnis di Indoensiapun mulai

bergantung pada tenaga profesional dari segala bidang keahlian, dan memberikan

berbagai pelayanan profesional telah dirasakan sangat penting dalam ekonomi Indoensia,

begitu pula mereka mulai tetarik untuk mengurangi gaya kepemimpinan otokratik ke arah

yang lebih partisipatif dan bahkan menggunakan pendelegIndoensian dan pemberdayaan

kepemimpinan yang semakin mengemuka. Agaknya gaya kepemimpinan di kawasan

Indoensia pun pada akhirnya akan lebih menyerupai gaya kepemimpinan ala barat. Akan

tetapi faktor perbedaan budaya, ekonomi dan geopolitik yang signifikan diantara negara-

negara Indoensia dan New zaeland (barat) akan tatap mewarnai suasana persaingan yang

semakin tajam dan akan terus tumbuh. Kekuatan ekonomi akan mempertahankan fitur

kekhasan (identitas) nasional masing-masing negara. Konvergensi dalam gaya

kepemimpinan tidak menjamin adanya kesefahaman atau bahkan perdamaian yang kekal.

Setiap negara harus terus bekerja untuk kemajuan ekonomi, bisnis dan perdamaian, dan

hal tersebut tidak akan datang secara otomatis


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan sebelumnya, maka dalam pembahasan ini

dapat disarankan adalah sebagai berikut :

1. Pemimpin yang sukses adalah seorang pemimpin yang dapat menjalankan

bisnisnya dengan baik, membawa kapasitas bisninya kearah yang benar, membuat

keputusan-keputusan yang benar, memberi hasil, dan membuat perusahaan serta

orang-orang didalamnya lebih baik dari pada sebelumya.

2. Tidak hanya dengan membuat visi dan misi saja para pemimpin dapat sukses,

melainkan menjalankanya dengan baik dan tahu sejauh mana kita berperan dalam

kedudukan kita masing-masing. Pemimpin seharusnya mampu mengatasi

perubahan-perubahan, dan berusaha bertahan pada posisi yang baik, memastikan

bisnis mereka pada posisi menghasilkan uang, sekarang dan dimasa depan.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil pembahasan sebelumnya, maka dalam pembahasan ini

dapat disarankan adalah sebagai berikut :

1. Yang merupakan dimensi dari model kepemimpinan Negara maju adalah dengan

menggunakan demensi kecerdasan emosional, karena dimensi ini yang

merupakan dasar kecakapan kepemimpinan.


2. Seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan misi organisasinya kepada

semua bagian yang ada dalam organisasinya. Misi merupakan titik referensi,

pedoman dan sumber pengharapan pada masa perubahan.

3. Jika dihubungkan dengan nilai-nilai manusia, akan memberikan tujuan dan arti

kepada mereka yang memenuhi misi dan memberikan dorongan bagi kreativitas,

produktivitas dan kualitas dalam pekerjaan serta pengembangan pribadi.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.crayonpedia.org/mw/Negara-
Negara_Yang_Digolongkan_Sebagai_Negara_Maju_dan_Berkembang_9.1
http://www.google.co.id
http://fairy19.wordpress.com/2012/04/01/selandia Baru-geografi-dan-kondisi-budaya/
http://deddyyudha.blogspot.com/2012/05/info-tentang-negara-selandia Baru.html
http://hedisasrawan.blogspot.com/2012/12/negara-berkembang-artikel-lengkap.html
http://jaringnews.com/ekonomi/umum/9267/indonesia-dan-selandiaBaru -tingkatkan-hubungan-dagang
http://suhendriliquer.wordpress.com
http://abdulbarialhikmh.blogspot.com

Hassan, Abdullah dan Ainon Muhamad. 1998. Komunikasi untuk pemimpin.(Kuala


Lumpur: Utusan Publication & Distributors Sdn. Bhd. )

Nawawi Hadari dan Nawawi Martini Mimi. 1990. Kepemimpinan Yang Efektif.
( Yogyakarta: Ghalia Gajah Mada University Press.)

Newstrom W John. dan Keith Devis. 1995. Human Behavior at Work : Organization
Behavior. ( New York: McGraw-Hill Book Company.)

Ivanovich. 2008. Organizational Behavior and Menagement.( New York: McGraw-Hill.)

Moedjiono Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. (Yogyakarta : UII. Press.)

McShane Von Glinow. 2008. Organizational Behavior. fourth edition. ( New York:
McGraw-Hill International edition.)

Rivai, dan Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi.( Jakarta: PT. Radja
Grafindo Persada.)

Wahjosumidjo. 1984. Kepemimpinan dan Motivasi. ( Jakarta: Ghalia Indonesia. )

N Kenneth Wendy , dan A Gary Yukl. Perilaku Organisasi & Psikologi Personalia.
(Jakarta: Renika Cipta.)

Vous aimerez peut-être aussi