Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
Berdasarkan PSAK yang kita anut, Aset Lancar memiliki kriteria kriteria sebagai berikut:
Entitas usaha mengharapkan untuk menggunakan atau mengeluarkan (menjual) aktiva
dalam kurun siklus normal kurang dari satu tahun buku
Entitas usaha mempunyai aktiva yang ditujukan untuk diperdagangkan.
Kas (cash) atau setara kas kecuali yang dibatasi sehingga tidak bisa digunakan membayar
kewajiban paling tidak satu tahun buku
1. Kas, yaitu uang tunai, cek saldo rekening giro di Bank atau alat pembayaran lainnya yang
dapat diterima oleh Bank sebesar nilai nominalnya.
2. Surat Berharga, yaitu surat berharga yang berupa saham dan obligasi yang segera dapat
diuangkan atau dijual di bursa efek / Bank.
4. Piutang Usaha, yaitu tagihan kepada pihak lain yang terjadi karena penjualan barang atau jasa
tanpa disertai janji tertulis.
5. Persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli tanpa diproses (diolah kembali) yang
siap untuk dijual kembali.
6. Beban dibayar dimuka (Porsekot), yaitu pembayaran dimuka yang belum menerima
prestasi/jasa. (Misalnya; sewa dibayar dimuka/porsekot sewa).
7. Perlengkapan, yaitu bahan-bahan habis pakai (tidak dapat dipakai lagi). Misalnya :
Pelerngkapan Kantor : Kertas, tinta, perangko dan lain-lain. Perlengkapan Toko: kertas bungkus,
tali dan lain-lain.
Pengakuan sebagai beban, Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut
diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap
penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh
kerugian persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai
realisasi neto. Diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode
terjadinya pemulihan tersebut. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya.
Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan
pengaitan (matching) beban dengan pendapatan. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke
rekening aktiva lainnya seperti misalnya persediaan yang digunakan sebagai komponen aktiva
tetap yang dibangun sendiri, pabrik atau peralatan. Persediaan yang dialokasikan ke aktiva lain
dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aktiva tersebut.
PSAK 14 mengatur bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto,
mana yang lebih rendah (paragraf 8). Dengan demikian, dalam menentukan persediaan, baik
biaya maupun nilai realisasi neto harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah dibuat perbandingan,
nilai terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai persediaan.
RUMUS BIAYA
1. Rumus FIFO, Metode FIFO mengalokasikan biaya untuk barang terjual dan persediaan
dengan asumsi bahwa barang terjual dengan urutan serupa ketika dibeli, sehingga barang
yang pertama kali dibeli akan lebih dulu dijual. Asumsi yang mendasari FIFO sesuai
dengan realitas karena sebagian besar entitas tidak menjual persediaan lama mereka lebih
dulu. Rumus FIFO sistematis dan mudah digunakan, serta tidak memungkinkan adanya
manipulasi pendapatan. Kelebihan lain FIFO adalah bahwa persediaan dalam laporan
posisi keuangan akan disajikan pada biaya kini. Sedangkan kelemahan mendasar FIFO
adalah harga lama diberikan untuk HPP yang kemudian dicocokkan dengan pendapatan
penjualan harga kini, sehingga dapat menimbulkan penyimpangan pengukuran laba bruto
2. Rumus biaya rata-rata tertimbang, Metode biaya rata-rata tertimbang didasarkan pada
asumsi bahwa seluruh barang tercampur sehingga mustahil untuk menentukan barang
mana yang terjual dan barang mana yang tertahan di persediaan. Harga persediaan
ditetapkan berdasarkan harga rata-rata yang dibayarkan untuk barang tersebut, yang
ditimbang menurut jumlah yang dibeli.
NILAI TERENDAH DARI BIAYA DAN NILAI REALISASI NETO
Dasar pengukuran nilai terendah dari biaya dan nilai realisasi neto sebagaimana disyaratkan oleh
PSAK 14 konsisten dengan uji penurunan nilai untuk memastikan bahwa aset tidak dilaporkan
berlebih dari jumlah yang diperkirakan dipulihkan dalam tanggal pelaporan.
Pada umumnya, persediaan diperkirakan direalisasi pada suatu jumlah yang lebih besar dari
biaya guna menghasilkan laba. Namun terkadang, nilai realisasi neto persediaan lebih rendah
daripada biaya.
PSAK 14 mengatur bahwa perbandingan antara biaya dengan nilai realisasi neto dan penurunan
nilai persediaan dengan nilai realisasi neto harus dilakukan berdasarkan item by item, atau
kelompok pos serupa
d. Pengungkapan Persediaan
Hal-hal yang periu diungkapkan dalam laporan keuangan berkaitan dengan persediaan
adalah sebagai berikut:
Definisi Persediaan :
Perusahaan Dagang :Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan dengan
tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat
dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan.
Perusahaan Manufaktur :Barang-barang atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan
untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan
baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan.
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan
Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan
Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga
Pokok Penjualan (HPP).
Pengertian persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang atau bahan yang dibeli
oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi
atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses
usaha utama perusahaan.
Misalnya : Perusahaan industri permintalan kapas, bahan bakunya adalah kapas dari petani atau
perkebunan, diolah menjadi benang, benang merupakan barang jadi baginya. Sedangkan
perusahaan industri kain bahan bakunya adalah benang yang diolah menjadi kain sebagai barang
jadi, dan perusahaan industri pakaian jadi membutuhkan bahan baku kain dan seterusnya.
Persediaan usang (obsolete inventory) adalah persediaan yang tidak dapat dijual atau digunakan
lagi, mungkin karena terlalu lama disimpan, ketinggalan mode, dsb. Nilai sebenarnya dari
persediaan ini jarang persis sama dengan nilai bukunya. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan
dengan nilai wajarnya maka seringkali diperlukan kontra akun berupa cadangan persediaan
usang.
Periode waktu suatu persediaan menjadi usang bervariasi menurut perusahaan, industri dan
bahkan lini produk dalam perusahaan tertentu dan dapat berkisar dari minggu sampai tahun.
LCNRVdiaplikasikan atas dasar barang per barang. Itu dikarenakan aturan pajak banyak Negara
mewajibkan penilaian persediaan barang per barang yangdigunakan. Selain itu, pendekatan tiap
item memberikan nilai terendah pada penyajian neraca.
g. Penurunan persediaan
Penurunan Nilai yang maksud di sini adalah penurunan harga pokok persediaan.
Harga pokok persediaan bisa turun karena beberapa hal yaitu :
1. Rusak / Ketinggalan Zaman
Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu
langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai / terjual tersebut
disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dujual bisa
saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual
untuk barang dagangan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kerugian yang diakibatkan persediaan barang dagangan diukur dengan selisih antara
harga perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai
bersih yang bisa direalisasi adalah teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual
barang dagangan tersebut termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut.
Contoh : Sebuah toko baju, ada beberapa baju yang kancing bajunya lepas atau ada
baju yang rusak. Pada kondisi normal harga perolehan baju tersebut adalah Rp.
30.000,- tapi karena cacat, baju tersebut di jual dengan harga Rp. 20.000,- setelah
diperbaiki, biaya untuk memperbaiki adalah Rp. 5.000,- Nilai bersih yang bisa
direalisasi adalah harga jual (20.000) dikurangi biaya perbaikan (5.000), hasilnya
sama dengan Rp. 15.000,-. Dengan demikian perusahaan akan menderita kerugian
sebesar Rp. 15.000,- (30.000 15.000). jurnal untuk mencatat kerugian ini adalah
Kerugian Penurunan nilai Persediaan 15.000
Persediaan 15.000
2. Penurunan Harga
Penurunan harga bisa terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli masyarakat
turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih. Contoh konkrit penurunan
harga adalah pada produk elektronik dan alat komunikasi handphone. Jika ada model
baru maka model lama ditinggalkan / tidak lagi diminati, hal ini menimbulkan
penurunan harga.
Contoh : Harga perolehan televisi pada kondisi normal adalah Rp. 400.000,- tapin
karena ada produk baru yang lebih canggih maka produk lama tersebut kurang
diminati, hal ini menyebabkan penurunan harga perolehannya menjadi Rp. 350.000,-
agar produk tersebut tetap laku di jual. Penurunan harga perolehan ini menyebabkan
kerugian sebesar Rp. 50.000 per satu televisi.
Jurnal untuk mencatat kerugian pada akhir bulan / tahun adalah
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000
Penghentian pengakuan persediaan pada saat pelepasan atau ketika persediaan tersebut tidak
digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan. Pelepasan
persediaan dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara sewa pembiayaan. Apabila
persediaan memiliki beberapa bagian denagn nilai yang signifikan, maka penyusutan tiap bagian
tersebut dilakukan secara terpisah. Jika dilakukan penggantian untuk suatu bagian dari
persediaan tersebut, maka entitas mengakui biaya penggantian intuk bagian yang diganti tersebut
didalam jumlah tercatat suatu aset tersebut dan jumlah tercatat dari bagian aset yang diganti tidak
diakui lagi. Namun, jika bagian yang diganti tersebut bukan merupakan bagian yang disusutkan
secara terpisah, maka biaya penggantian yang terjadi dapat digunakan sebagai indikasi untuk
menentukan berapa jumlah biaya bagian yang diganti tersebut.
i. Pecadangan
Metode ini dilakukan dengan cara membentuk cadangan atas piutang yang diperkirakan tidak
akan tertagih. Berbeda dengan metode penghapusan piutang langsung, metode ini tidak langsung
"membuang" piutang yang diperkirakan tidak tertagih tersebut. Dengan metode ini maka di
laporan keuangan akan muncul saldo Cadangan Kerugian Piutang, biasanya disajikan dengan
angka minus di bawah Piutang Usaha, atau bisa juga disajikan secara net-off dengan Piutang
Usaha.
Contoh:
Manajemen mencadangkan Piutang Usaha sebesar 1.000.000 atas Piutang Usaha yang
kemungkinan besar tidak dapat tertagih lagi.
Penghapusan Piutang yang di cadangkan, Misal dari yang dicadangkan sebesar 1.000.000, ada
piutang sebesar 400.000 yang benar-benar tidak tertagih dan harus dihapus, jurnal yang dibuat:
STUDI KASUS
Sejarah
PT Smartfren Telecom Tbk (smartfren) awalnya bernama PT Mobile-8 Telecom
Tbk (Mobile-8) sebelum bulan April 2011. Perusahaan ini awalnya dimiliki oleh PT
Global Mediacom Tbk. Namun akibat krisis finansial dan penurunan penjualan produk,
maka Perusahaan ini diakuisisi oleh Sinar Mas Group pada bulan November 2011.
Profil Perusahaan
Smartfren (PT Smartfren Telecom Tbk, pernah dikenal sebagai Smart (PT Smart
Telecom Tbk), Fren (PT Mobile-8 Telecom Tbk) dan esia (PT Bakrie Telecom Tbk)
adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi CDMA dan 4G yang
menggunakan teknologi EV-DO (jaringan mobile broadband yang setara dengan 3G)
untuk CDMA dan 4G LTE Advanced yang merupakan pengembangan lanjutan dari 4G
dan operator CDMA pertama yang menyediakan layanan Blackberry.
Jasa dan layanan smartfren memiliki nilai-nilai (values) yaitu sebagai mitra yang
terbaik bagi pelanggan dengan menawarkan solusi yang cerdas dalam layanan-layanan
telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman hidup pelanggan dalam berkomunikasi.
Sebagai operator CDMA yang menyediakan jaringan internet kecepatan tinggi bergerak
(mobile broadband) yang terluas di Indonesia, Smartfren berkomitmen untuk menjadi
penyedia layanan telekomunikasi yang terjangkau bagi masyarakat dengan kualitas
terbaik.
Perubahan nilai akun-akun di atas menyebabkan terjadinya perubahan hasil dari analisis
rasio terhadap Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2015 dari PT Smartfren
Telecom, Tbk dan Entitas Anak. Melihat dari akun-akun yang mengalami perubahan, rasio-
rasio yang terpengaruh adalah Return on Assets, Return on Common Equity, Operating
Profit Margin, Net Profit Margin, dan Total Assets Turnover. Berikut rinciannya:
Return on Assets
o Sesudah perubahan, dengan saldo dari Laporan Keungan Konsolidasian 31 Desember
2015[kiri] dan 2014 [kanan](dalam miliar rupiah):
Jumlah laba rugi ( 1,558,638,087,459 ) ( 1,381,943,245,058 )
Jumlah Aset 20,705,913,320,829 17,743,607,008,364
Laba Usaha
=
Rata rata Total Aset
1.558.638.087.459
=
(20.705.913.320.829 + 17.743.607.008.364)/2
= 8,1%
o Sebelum perubahan:
o Sebelum perubahan:
Laba Usaha
=
Pendapatan
(1.558.638.087.459)
=
3.025.755.038.085
= 51,5%
o Sebelum perubahan:
Peningkatan Saldo Laba Usaha = (Rp 176.694.842.401)
Laba Usaha
dari Selisih =
Pendapatan
(Rp 176.694.842.401)
dari Selisih =
0
=
Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkat Operating Profit
Margin tak terdefinisi (). Dengan kata lain, peningkatan pembilang (Laba Usaha)
yang tidak disertai peningkatan penyebut (Pendapatan) menyebabkan
peningkatanOperating Profit Margin. Oleh karena itu, saldo sebelum perubahan
estimasi memiliki nilai yang lebih rendah dibanding saldo sesudah perubahan estimasi.
o Sebelum perubahan:
Peningkatan Saldo Laba Tahun Berjalan = (Rp 176.694.842.401)
Laba Usaha
dari Selisih =
Pendapatan
(Rp 176.694.842.401)
dari Selisih =
0
=
Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkat Net Profit
Margin tak terdefinisi (). Dengan kata lain, peningkatan pembilang (Laba Tahun
Berjalan) yang tidak disertai peningkatan penyebut (Pendapatan) menyebabkan
peningkatanNet Profit Margin. Oleh karena itu, saldo sebelum perubahan estimasi
memiliki nilai yang lebih rendah dibanding saldo sesudah perubahan estimasi.
Pendapatan
=
Rata rata Jumlah Aset
3.025.755.038.085
=
(20.705.913.320.829 + 17.743.607.008.364)/2
= 0,1574 kali
o Sebelum perubahan:
Pendapatan
dari Selisih =
Rata rata Jumlah Aset
0
dari Selisih =
((Rp 176.694.842.401) + 0)/2
dari Selisih = 0
Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkat Total Assets
Turnover sebesar 0. Karena nilai Total Assets Turnover dari selisih memiliki nilai yang
lebih kecil dibanding Total Assets Turnover sesudah perubahan, disebabkan oleh
peningkatan penyebut (Rata-rata Jumlah Aset) yang tidak disertai peningkatan
pembilan (Pendapatan), maka jumlah Total Assets Turnover sesudah perubahan
mengalami penurunan. Oleh karena itu, tingkat Total Assets Turnover sebelum
perubahan estimasi memiliki nilai yang lebih besardibanding Total Assets Turnover
sesudah perubahan estimasi.