Vous êtes sur la page 1sur 21

BAGIAN I

DASAR TEORI

1.1. Aset Lancar


a. Definisi
Aktiva Lancar adalah uang tunai atau kas dan aset kekayaan lainnya yang diharapkan bisa
dikonversi menjadi kas maupun dijual/dikonsumsi habis dalam waktu tidak lebih dari
satu tahun buku.
Kriteria Aset lancar menurut PSAK 1

Berdasarkan PSAK yang kita anut, Aset Lancar memiliki kriteria kriteria sebagai berikut:
Entitas usaha mengharapkan untuk menggunakan atau mengeluarkan (menjual) aktiva
dalam kurun siklus normal kurang dari satu tahun buku
Entitas usaha mempunyai aktiva yang ditujukan untuk diperdagangkan.
Kas (cash) atau setara kas kecuali yang dibatasi sehingga tidak bisa digunakan membayar
kewajiban paling tidak satu tahun buku

Yang termasuk Aktiva Lancar antara lain :

1. Kas, yaitu uang tunai, cek saldo rekening giro di Bank atau alat pembayaran lainnya yang
dapat diterima oleh Bank sebesar nilai nominalnya.

2. Surat Berharga, yaitu surat berharga yang berupa saham dan obligasi yang segera dapat
diuangkan atau dijual di bursa efek / Bank.

3. Wesel Tagih (Piutang wesel), yaitu surat perintah membayar/kesanggupan membayar


sejumlah uang pada orang tertentu dan pada tanggal tertentu. Sebelum tanggal jatuh tempo wesel
tagih ini dapat dijual ke bank dengan nilai tunai yang diterima lebih rendah dari nilai nominalnya.

4. Piutang Usaha, yaitu tagihan kepada pihak lain yang terjadi karena penjualan barang atau jasa
tanpa disertai janji tertulis.
5. Persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli tanpa diproses (diolah kembali) yang
siap untuk dijual kembali.

6. Beban dibayar dimuka (Porsekot), yaitu pembayaran dimuka yang belum menerima
prestasi/jasa. (Misalnya; sewa dibayar dimuka/porsekot sewa).

7. Perlengkapan, yaitu bahan-bahan habis pakai (tidak dapat dipakai lagi). Misalnya :
Pelerngkapan Kantor : Kertas, tinta, perangko dan lain-lain. Perlengkapan Toko: kertas bungkus,
tali dan lain-lain.

b. Kapitalisasi / Pengakuan Aset Lancar

Pengakuan sebagai beban, Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut
diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap
penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh
kerugian persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai
realisasi neto. Diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode
terjadinya pemulihan tersebut. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya.
Proses pengakuan nilai tercatat persediaan yang telah dijual sebagai beban menghasilkan
pengaitan (matching) beban dengan pendapatan. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke
rekening aktiva lainnya seperti misalnya persediaan yang digunakan sebagai komponen aktiva
tetap yang dibangun sendiri, pabrik atau peralatan. Persediaan yang dialokasikan ke aktiva lain
dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aktiva tersebut.

c. Pengukuran Aset Lancar

PSAK 14 mengatur bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto,
mana yang lebih rendah (paragraf 8). Dengan demikian, dalam menentukan persediaan, baik
biaya maupun nilai realisasi neto harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah dibuat perbandingan,
nilai terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai persediaan.
RUMUS BIAYA

1. Rumus FIFO, Metode FIFO mengalokasikan biaya untuk barang terjual dan persediaan
dengan asumsi bahwa barang terjual dengan urutan serupa ketika dibeli, sehingga barang
yang pertama kali dibeli akan lebih dulu dijual. Asumsi yang mendasari FIFO sesuai
dengan realitas karena sebagian besar entitas tidak menjual persediaan lama mereka lebih
dulu. Rumus FIFO sistematis dan mudah digunakan, serta tidak memungkinkan adanya
manipulasi pendapatan. Kelebihan lain FIFO adalah bahwa persediaan dalam laporan
posisi keuangan akan disajikan pada biaya kini. Sedangkan kelemahan mendasar FIFO
adalah harga lama diberikan untuk HPP yang kemudian dicocokkan dengan pendapatan
penjualan harga kini, sehingga dapat menimbulkan penyimpangan pengukuran laba bruto
2. Rumus biaya rata-rata tertimbang, Metode biaya rata-rata tertimbang didasarkan pada
asumsi bahwa seluruh barang tercampur sehingga mustahil untuk menentukan barang
mana yang terjual dan barang mana yang tertahan di persediaan. Harga persediaan
ditetapkan berdasarkan harga rata-rata yang dibayarkan untuk barang tersebut, yang
ditimbang menurut jumlah yang dibeli.
NILAI TERENDAH DARI BIAYA DAN NILAI REALISASI NETO

Dasar pengukuran nilai terendah dari biaya dan nilai realisasi neto sebagaimana disyaratkan oleh
PSAK 14 konsisten dengan uji penurunan nilai untuk memastikan bahwa aset tidak dilaporkan
berlebih dari jumlah yang diperkirakan dipulihkan dalam tanggal pelaporan.

Pada umumnya, persediaan diperkirakan direalisasi pada suatu jumlah yang lebih besar dari
biaya guna menghasilkan laba. Namun terkadang, nilai realisasi neto persediaan lebih rendah
daripada biaya.

PSAK 14 mengatur bahwa perbandingan antara biaya dengan nilai realisasi neto dan penurunan
nilai persediaan dengan nilai realisasi neto harus dilakukan berdasarkan item by item, atau
kelompok pos serupa
d. Pengungkapan Persediaan

Hal-hal yang periu diungkapkan dalam laporan keuangan berkaitan dengan persediaan
adalah sebagai berikut:

Laporan keuangan mengungkapkan:

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus


biaya yang digunakan.
2. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
entitas.
3. Jumlah tercatat persediaan dan jumlah dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual.
4. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan.
5. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
6. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan.
7. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan.
8. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas. Beberapa
entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah yang
diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode
yang bersangkutan. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui sebgai
beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya
bersama-sama dengan perubahan jumlah neto persediaan pada periode tersebut.
e. Persedian

Definisi Persediaan :

Perusahaan Dagang :Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan dengan
tujuan untuk dijual kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat
dikatakan tidak ada proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan.

Perusahaan Manufaktur :Barang-barang atau bahan yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan
untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi atau mungkin menjadi bahan
baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses usaha utama perusahaan.

Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik laporan
Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan
Rugi/Laba maupun neraca.

Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya Harga
Pokok Penjualan (HPP).

HPP = PERSEDIAAN AWAL+ PEMBELIAN BERSIH PERSEDIAAN AKHIR

Persediaan berdasarkan jenis perusahaannya dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

1. Inventory perusahaan dagang


Persediaan merupakan barang-barang yang dibeli oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual
kembali dengan tanpa mengubah bentuk dan kualitas barang, atau dapat dikatakan tidak ada
proses produksi sejak barang dibeli sampai dijual kembali oleh perusahaan.

2. Inventory perusahaan industry

Pengertian persediaan untuk perusahaan industri adalah barang-barang atau bahan yang dibeli
oleh perusahaan dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi atau setengah jadi
atau mungkin menjadi bahan baku bagi perusahaan lain, hal ini tergantung dari jenis dan proses
usaha utama perusahaan.

Misalnya : Perusahaan industri permintalan kapas, bahan bakunya adalah kapas dari petani atau
perkebunan, diolah menjadi benang, benang merupakan barang jadi baginya. Sedangkan
perusahaan industri kain bahan bakunya adalah benang yang diolah menjadi kain sebagai barang
jadi, dan perusahaan industri pakaian jadi membutuhkan bahan baku kain dan seterusnya.

f. Persedian usang (LCNRV)

Persediaan usang (obsolete inventory) adalah persediaan yang tidak dapat dijual atau digunakan
lagi, mungkin karena terlalu lama disimpan, ketinggalan mode, dsb. Nilai sebenarnya dari
persediaan ini jarang persis sama dengan nilai bukunya. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan
dengan nilai wajarnya maka seringkali diperlukan kontra akun berupa cadangan persediaan
usang.

Periode waktu suatu persediaan menjadi usang bervariasi menurut perusahaan, industri dan
bahkan lini produk dalam perusahaan tertentu dan dapat berkisar dari minggu sampai tahun.

Lower-of-Cost-or-Net Realizable Value (LCNRV) / Biaya Terendah atau Nilai Realisasi


BersihPencatatan persediaan dicatat berdasarkan biaya yang digunakan untuk persediaan
tersebut.Akan tetapi, biasanya persediaan mengalami penurunan nilai karena kerusakan,
keusangan, penurunanharga, dan lain-lain yang menyebabkan nilai persediaan juga diturunkan.
Oleh karena itu, persediaandilaporkan pada biaya/nilai terendah atau nilai realisasi bersih.
Net Realizable Value (Nilai Realisasi Bersih)Net realizable value (nilai realisasi bersih) adalah
estimasi harga jual dalam keadaanbisnis normal dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan
estimasi biaya untuk penjualan.

Methods of Applying LCNRV / Metode Pengaplikasian LCNRVpada contoh sebelumnya di


atas,LCNRVdiaplikasikan pada setiap jenis makanan. Akantetapi,LCNRVjuga bisa
diaplikasikan pada setiap barang, setiap kategori atau totalpersediaan.Pada umumnya,

LCNRVdiaplikasikan atas dasar barang per barang. Itu dikarenakan aturan pajak banyak Negara
mewajibkan penilaian persediaan barang per barang yangdigunakan. Selain itu, pendekatan tiap
item memberikan nilai terendah pada penyajian neraca.

Akan tetapi apapun yang digunakan perusahaan, metode tersebut harusdiaplikasikan


secara konsisten dari satu periode ke periode lainnya.Recording Net Realizable Value Instead of
Cost/Pencatatan Nilai Realisasi BersihTermasuk Biaya. Ada dua metode yang biasanya
digunakan untuk mencatat efek pendapatan dari penilaian pada nilai realisasi bersih. Metode
pertama yaitu metode harga pokok penjualan (COGSMethod), dimana HPP didebitkan untuk
penghapusan persediaan. Metode kedua, yaitumetode kerugian (Loss Method), dimana
kerugian didebitkan untuk menghapuspersediaan.

g. Penurunan persediaan
Penurunan Nilai yang maksud di sini adalah penurunan harga pokok persediaan.
Harga pokok persediaan bisa turun karena beberapa hal yaitu :
1. Rusak / Ketinggalan Zaman
Persediaan bahan baku atau barang dagangan yang datang dari suplier belum tentu
langsung digunakan atau dijual habis. Bahan / barang belum terpakai / terjual tersebut
disimpan dalam gudang. Selama masa menunggu untuk digunakan atau dujual bisa
saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, rusak misalnya atau penurunan harga jual
untuk barang dagangan. Hal ini menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kerugian yang diakibatkan persediaan barang dagangan diukur dengan selisih antara
harga perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Taksiran nilai
bersih yang bisa direalisasi adalah teksiran harga jual dikurangi biaya utnuk menjual
barang dagangan tersebut termasuk biaya reparasi untuk menjual barang tersebut.
Contoh : Sebuah toko baju, ada beberapa baju yang kancing bajunya lepas atau ada
baju yang rusak. Pada kondisi normal harga perolehan baju tersebut adalah Rp.
30.000,- tapi karena cacat, baju tersebut di jual dengan harga Rp. 20.000,- setelah
diperbaiki, biaya untuk memperbaiki adalah Rp. 5.000,- Nilai bersih yang bisa
direalisasi adalah harga jual (20.000) dikurangi biaya perbaikan (5.000), hasilnya
sama dengan Rp. 15.000,-. Dengan demikian perusahaan akan menderita kerugian
sebesar Rp. 15.000,- (30.000 15.000). jurnal untuk mencatat kerugian ini adalah
Kerugian Penurunan nilai Persediaan 15.000
Persediaan 15.000

2. Penurunan Harga
Penurunan harga bisa terjadi karena stock di pasaran melimpah, daya beli masyarakat
turun dan karena adanya model baru yang lebih canggih. Contoh konkrit penurunan
harga adalah pada produk elektronik dan alat komunikasi handphone. Jika ada model
baru maka model lama ditinggalkan / tidak lagi diminati, hal ini menimbulkan
penurunan harga.
Contoh : Harga perolehan televisi pada kondisi normal adalah Rp. 400.000,- tapin
karena ada produk baru yang lebih canggih maka produk lama tersebut kurang
diminati, hal ini menyebabkan penurunan harga perolehannya menjadi Rp. 350.000,-
agar produk tersebut tetap laku di jual. Penurunan harga perolehan ini menyebabkan
kerugian sebesar Rp. 50.000 per satu televisi.
Jurnal untuk mencatat kerugian pada akhir bulan / tahun adalah
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000

3. Hilang / Rusak Parah


Apabila ada satu atau beberapa produk yang rusak parah dan tidak bisa diperbaiki lagi,
atau ada produk yang hilang maka jurnal untuk mencatat hilang atau produk rusak
adalah :
Kerugian penurunan nilai persediaan 50.000
Persediaan 50.000
Produk yang hilang atau rusak tersebut dicatat sebesar harga perolehannya.

h. Penghentian Pengakuan persediaan

Penghentian pengakuan persediaan pada saat pelepasan atau ketika persediaan tersebut tidak
digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan. Pelepasan
persediaan dapat dilakukan dengan cara dijual atau disewakan secara sewa pembiayaan. Apabila
persediaan memiliki beberapa bagian denagn nilai yang signifikan, maka penyusutan tiap bagian
tersebut dilakukan secara terpisah. Jika dilakukan penggantian untuk suatu bagian dari
persediaan tersebut, maka entitas mengakui biaya penggantian intuk bagian yang diganti tersebut
didalam jumlah tercatat suatu aset tersebut dan jumlah tercatat dari bagian aset yang diganti tidak
diakui lagi. Namun, jika bagian yang diganti tersebut bukan merupakan bagian yang disusutkan
secara terpisah, maka biaya penggantian yang terjadi dapat digunakan sebagai indikasi untuk
menentukan berapa jumlah biaya bagian yang diganti tersebut.

i. Pecadangan

Metode ini dilakukan dengan cara membentuk cadangan atas piutang yang diperkirakan tidak
akan tertagih. Berbeda dengan metode penghapusan piutang langsung, metode ini tidak langsung
"membuang" piutang yang diperkirakan tidak tertagih tersebut. Dengan metode ini maka di
laporan keuangan akan muncul saldo Cadangan Kerugian Piutang, biasanya disajikan dengan
angka minus di bawah Piutang Usaha, atau bisa juga disajikan secara net-off dengan Piutang
Usaha.

Contoh:
Manajemen mencadangkan Piutang Usaha sebesar 1.000.000 atas Piutang Usaha yang
kemungkinan besar tidak dapat tertagih lagi.

Beban cadangan piutang tak tertagih [D] 1.000.000

Cadangan piutang tak tertagih [K] 1.000.000


Dalam menentukan besaran pencadangan piutang, manajemen memiliki beberapa cara antara
lain:

Persentase penjualan, dari pengalaman yang dimiliki perusahaan biasanya mereka


memiliki persentase atas piutang usaha yang tidak tertagih.
Analisa Umur, cara ini dilakukan dengan menganalisa umur dari masing-masing Piutang.
Manajemen biasanya membuat batasan untuk umur piutang. Misal: Perusahaan akan
mencadangkan Piutang yang berumur lebih dari 2 tahun.

Penghapusan Piutang yang di cadangkan, Misal dari yang dicadangkan sebesar 1.000.000, ada
piutang sebesar 400.000 yang benar-benar tidak tertagih dan harus dihapus, jurnal yang dibuat:

Cadangan piutang tak tertagih [D] 400.000

Piutang [K] 400.000

1.2. Perubahan Akuntansi


a. Definisi Kebijakan Akuntansi
Adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
b. Penerapan Kebijakan Akuntansi
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa, atau kondisi
lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK
tersebut. Ketika tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk hal-hal tersebut,
maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan
menerapkan suatu kebijakan akuntansi.
c. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut disyaratkan
oleh suatu PSAK atau menghasilkan Laporan Keuangan yang memberikan informasi
yang lebih andal dan relevan.
Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi, maka entitas menerapkan perubahan
tersebut secara retrospektif.
d. Penerapan Retrospektif
Adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwam dan kondisi lain
seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
e. Penerapan Prospektif
Adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain
yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut. Selain itu, penerapan
prospektif mengakui dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan
periode mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.
f. Definisi Perubahan Estimasi Akuntansi
Adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik
aset, yang berasal dari penilaian status kini dari, dan ekspektasi manfaat masa depan dan
kewajiban yang terkait dengan aset dan liabilitas. Perubahan estimasi akuntansi
dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan, sejalan dengan hal tersebut,
bukan dari koreksi kesalahan. Sebagai contoh, estimasi mungkin diperlukan untuk:
Piutang tidak tertagih
Persediaan yang usang
Nilai wjar aset keuangan atau liabilitas keuangan
Umur manfaat dari, atau pola konsumsi ekspektasian dari manfaat ekonomik masa
depan yang melekat pada, aset tersusutkan
Kewajiban garansi
g. Penerapan Perubahan Estimasi Akuntansi
Dampak perubahan estimasi akuntansi, diakui secara prospektif dalam laba rugi pada
periode perubahan dan periode mendatang (bila ada). Apabila perubahan estimasi
akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan liabilitas, atau terkait dengan suatu pos
ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah
tercatat pos aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
h. Pengungkapan Perubahan Estimasi Akuntansi
Entitas mengungkapkan sifatdan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang berdampak
pada periode berjalan dan dampak pada periode mendatang, kecuali apabila
pengungkapan dampak pada periode mendatang dinilai tidak praktis untuk diestimasi.
i. Kesalahan
Kesalahan yang timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian, atau pengungkapan
unsur-unsur laporan keuangan diperlakukan secara retrospektif pada laporan keuangan.
BAGIAN II

STUDI KASUS

2.1 Profil Perusahaan


Smartfren (PT Smartfren Telecom Tbk, pernah dikenali sebagai Mobile-8 (PT
Mobile-8 Telecom Tbk)) adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis
teknologi CDMAyang memiliki lisensi selular dan mobilitas terbatas (Fixed Wireless
Access/FWA), serta memiliki cakupan jaringan CDMA. Smartfren menggunakan
teknologi EV-DO (jaringan mobile broadband yang setara dengan 3G) pertama
di Indonesia. Presiden Direktur smartfren sejak 23 Maret 2011 adalah Rodolfo Pantoja.

Sejarah
PT Smartfren Telecom Tbk (smartfren) awalnya bernama PT Mobile-8 Telecom
Tbk (Mobile-8) sebelum bulan April 2011. Perusahaan ini awalnya dimiliki oleh PT
Global Mediacom Tbk. Namun akibat krisis finansial dan penurunan penjualan produk,
maka Perusahaan ini diakuisisi oleh Sinar Mas Group pada bulan November 2011.

Profil Perusahaan
Smartfren (PT Smartfren Telecom Tbk, pernah dikenal sebagai Smart (PT Smart
Telecom Tbk), Fren (PT Mobile-8 Telecom Tbk) dan esia (PT Bakrie Telecom Tbk)
adalah operator penyedia jasa telekomunikasi berbasis teknologi CDMA dan 4G yang
menggunakan teknologi EV-DO (jaringan mobile broadband yang setara dengan 3G)
untuk CDMA dan 4G LTE Advanced yang merupakan pengembangan lanjutan dari 4G
dan operator CDMA pertama yang menyediakan layanan Blackberry.
Jasa dan layanan smartfren memiliki nilai-nilai (values) yaitu sebagai mitra yang
terbaik bagi pelanggan dengan menawarkan solusi yang cerdas dalam layanan-layanan
telekomunikasi untuk meningkatkan pengalaman hidup pelanggan dalam berkomunikasi.
Sebagai operator CDMA yang menyediakan jaringan internet kecepatan tinggi bergerak
(mobile broadband) yang terluas di Indonesia, Smartfren berkomitmen untuk menjadi
penyedia layanan telekomunikasi yang terjangkau bagi masyarakat dengan kualitas
terbaik.

2.2 Perubahan Estimasi


Pada tahun 2015, PT Smartfren Telecom Tbk membentuk cadangan kerugian
penurunan nilai persediaan berdasarkan estimasi bahwa tidak terdapat penggunaan masa
depan dari persediaan tersebut, atau terdapat kemungkinan persediaan tersebut menjadi
usang. asumsi-asumsi yang digunakan dalam estimasi cadangan kerugian penurunan nilai
persediaan dalam laporan keuangan konsolidasian adalah tepat dan wajar, namun terdapat
perubahan signifikan dalam asumsi-asumsi tersebut yang berdampak signifikan terhadap
nilai tercatat persediaan dan jumlah beban cadangan kerugian penurunan nilai persediaan,
yang akhirnya akan berdampak pada hasil operasi. Nilai tercatat persediaan pada tanggal
31 Desember 2015 dan 2014 masing-masing sebesar Rp 412.468.675.584 dan Rp
419.187.451.343, dan jumlah cadangan kerugian penurunan nilai persediaan masing-
masing sebesar Rp 21.055.505.087 dan Rp 20.355.939.174 pada tanggal 31 Desember
2015 dan 2014 dimana dalam hal ini terjadi cadangan penurunan nilai persediaan 48% ke
51% pada tahun 2014 dan 2015.
Alasan Perubahan Estimasi
Manajemen berpendapat bahwa cadangan kerugian penurunan nilai persediaan tersebut
adalah cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul.

Penyajian dan Pengungkapan Perubahan Estimasi Pada Laporan Keuangan


Penyajian dan Pengungkapnya dilakukan secara prospektif. Grup membentuk cadangan
kerugian penurunan nilai persediaan berdasarkan estimasi bahwa tidak terdapat penggunaan
masa depan dari persediaan tersebut, atau terdapat kemungkinan persediaan tersebut menjadi
usang. Terjadi perubahan dikarenakan Manajemen berkeyakinan bahwa asumsi-asumsi yang
digunakan dalam estimasi cadangan kerugian penurunan nilai persediaan dalam laporan
keuangan konsolidasian adalah tepat dan wajar, namun demikian, perubahan signifikan
dalam asumsi-asumsi tersebut dapat berdampak signifikan terhadap nilai tercatat persediaan
dan jumlah beban cadangan kerugian penurunan nilai persediaan, yang akhirnya akan
berdampak pada hasil operasi Grup. Sehingga, akun-akun yang dipengaruhi oleh perubahan
estimasi adalah Aset Lancar, Persediaan-Setelah Dikurangi Cadangan Kerugian Persediaan,
Jumlah Aset,
Persediaan Setelah Dikurangi Cadangan Kerugian Persediaan
o Saldo setelah perubahan, dikutip dari Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian 31
Desember 2015:

o Saldo sebelum perubahan:


Peningkatan yang terjadi pada Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Persediaan
memberikan dampak pada Pesediaan. Hal ini menyebabkan nilai Persediaan Setelah
Dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Persediaan menurun menjadi Rp.
412.468.675.594
Jumlah Aset
o Saldo setelah perubahan, dikutip dari Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian 31
Desember 2015:
o Saldo sebelum perubahan:
Penurunan jumlah Persediaan Setelah Dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan
Nilai Persediaan mengakibatkan peningkatan Jumlah Aset dengan nilai yakni menjadi
Rp. 20.705.913.320.829

Perubahan nilai akun-akun di atas menyebabkan terjadinya perubahan hasil dari analisis
rasio terhadap Laporan Keuangan Konsolidasian 31 Desember 2015 dari PT Smartfren
Telecom, Tbk dan Entitas Anak. Melihat dari akun-akun yang mengalami perubahan, rasio-
rasio yang terpengaruh adalah Return on Assets, Return on Common Equity, Operating
Profit Margin, Net Profit Margin, dan Total Assets Turnover. Berikut rinciannya:

Return on Assets
o Sesudah perubahan, dengan saldo dari Laporan Keungan Konsolidasian 31 Desember
2015[kiri] dan 2014 [kanan](dalam miliar rupiah):
Jumlah laba rugi ( 1,558,638,087,459 ) ( 1,381,943,245,058 )
Jumlah Aset 20,705,913,320,829 17,743,607,008,364

Laba Usaha
=
Rata rata Total Aset
1.558.638.087.459
=
(20.705.913.320.829 + 17.743.607.008.364)/2
= 8,1%

o Sebelum perubahan:

Peningkatan Saldo Laba (Rugi) Usaha = (Rp 176.694.842.401)

Peningkatan Saldo Jumlah Aset Tahun 2015 = (Rp 176.694.842.401)


Selisih Laba Usaha
dari Selisih =
Selisih Rata rata Total Aset
(Rp 176.694.842.401)
dari Selisih =
((Rp 176.694.842.401) + 0)/2
= 200%
Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkatReturn on Assets
sebesar 200%. Karena nilai Return on Assetsdari selisih memiliki nilai yang jauh lebih
besar dibanding Return on Assets sesudah perubahan, maka jumlah Return on Assets
sesudahperubahan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, tingkat Return on Assets
sebelum perubahan estimasi memiliki nilai yang lebih kecildibanding Return on Assets
sesudah perubahan estimasi.

Return on Common Equity


o Sesudah perubahan, dengan saldo dari Laporan Keungan Konsolidasian 31 Desember
2015 [kiri] dan 2014 [kanan](dalam rupiah):

Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan


( 2,008,005,999,053 ) ( 1,409,852,110,310 )
Jumlah ekuitas 6,848,537,593,145 4,007,175,670,604

Laba Tahun Berjalan


=
Rata rata Jumlah Ekuitas
(2,008,005,999,053)
=
(6,848,537,593,145 + 4,007,175,670,604)/2
= 36,99%

o Sebelum perubahan:

Peningkatan Saldo Laba Tahun Berjalan= (Rp 598.153.888.743)

Peningkatan Saldo Jumlah Ekuitas Tahun 2015= (Rp 598.153.888.743)


Selisih Laba Tahun Berjalan
dari Selisih =
Selisih Rata rata Jumlah Ekuitas
= (Rp 598.153.888.743)
dari Selisih =
(= (Rp 598.153.888.743) + 0)/2
dari Selisih = 200%
Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkat Return on Equity
sebesar 200%. Karena nilai Return on Equity dari selisih memiliki nilai yang jauh
lebih besar dibanding Return on Equity sesudah perubahan, maka jumlah Return on
Equity sesudah perubahan mengalami peningkatan. Oleh karena itu, tingkat Return on
Equity sebelum perubahan estimasi memiliki nilai yang lebih kecildibanding Return
on Equity sesudah perubahan estimasi.

Operating Profit Margin


o Sesudah perubahan, dengan saldo dari Laporan Keungan Konsolidasian 31 Desember
2015 (dalam rupiah):
Pendapatan 3.025.755.038.085
Laba (Rugi) Usaha (1.558.638.087.459)

Laba Usaha
=
Pendapatan
(1.558.638.087.459)
=
3.025.755.038.085
= 51,5%

o Sebelum perubahan:
Peningkatan Saldo Laba Usaha = (Rp 176.694.842.401)
Laba Usaha
dari Selisih =
Pendapatan
(Rp 176.694.842.401)
dari Selisih =
0
=

Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkat Operating Profit
Margin tak terdefinisi (). Dengan kata lain, peningkatan pembilang (Laba Usaha)
yang tidak disertai peningkatan penyebut (Pendapatan) menyebabkan
peningkatanOperating Profit Margin. Oleh karena itu, saldo sebelum perubahan
estimasi memiliki nilai yang lebih rendah dibanding saldo sesudah perubahan estimasi.

Net Profit Margin


o Sesudah perubahan, dengan saldo dari Laporan Keungan Konsolidasian 31 Desember
2015 (dalam rupiah):
Pendapatan 3.025.755.038.085
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan ( 2,008,005,999,053 )
Laba Tahun Berjalan
=
Pendapatan
( 2,008,005,999,053 )
=
3.025.755.038.085
= 66,36%

o Sebelum perubahan:
Peningkatan Saldo Laba Tahun Berjalan = (Rp 176.694.842.401)
Laba Usaha
dari Selisih =
Pendapatan
(Rp 176.694.842.401)
dari Selisih =
0
=

Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkat Net Profit
Margin tak terdefinisi (). Dengan kata lain, peningkatan pembilang (Laba Tahun
Berjalan) yang tidak disertai peningkatan penyebut (Pendapatan) menyebabkan
peningkatanNet Profit Margin. Oleh karena itu, saldo sebelum perubahan estimasi
memiliki nilai yang lebih rendah dibanding saldo sesudah perubahan estimasi.

Total Assets Turnover


o Sesudah perubahan, dengan saldo dari Laporan Keungan Konsolidasian 31 Desember
2015 [kiri] dan 2014 [kanan](dalam miliar rupiah):
Pendapatan 3.025.755.038.085 2.954.410.048.419
Jumlah Aset 20.705.913.320.829 17.743.607.008.364

Pendapatan
=
Rata rata Jumlah Aset
3.025.755.038.085
=
(20.705.913.320.829 + 17.743.607.008.364)/2
= 0,1574 kali
o Sebelum perubahan:

Peningkatan Saldo Laba Usaha = (Rp 176.694.842.401)

Pendapatan
dari Selisih =
Rata rata Jumlah Aset
0
dari Selisih =
((Rp 176.694.842.401) + 0)/2
dari Selisih = 0

Selisih yang ditimbulkan akibat perubahan estimasi memiliki tingkat Total Assets
Turnover sebesar 0. Karena nilai Total Assets Turnover dari selisih memiliki nilai yang
lebih kecil dibanding Total Assets Turnover sesudah perubahan, disebabkan oleh
peningkatan penyebut (Rata-rata Jumlah Aset) yang tidak disertai peningkatan
pembilan (Pendapatan), maka jumlah Total Assets Turnover sesudah perubahan
mengalami penurunan. Oleh karena itu, tingkat Total Assets Turnover sebelum
perubahan estimasi memiliki nilai yang lebih besardibanding Total Assets Turnover
sesudah perubahan estimasi.

Vous aimerez peut-être aussi