Vous êtes sur la page 1sur 9

BAB I

ILUSTRASI KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Pria
Alamat : Teluk Naga
Pekerjaan : Tukang becak
Status : Menikah

2. Anamnesis
Autoanamnesis pada tanggal 31 oktober 2017

Keluhan Utama :
Batuk berdahak

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak disertai dengan dahak berwarna putih sejak 4
hari yang lalu. Ia juga mengalami rasa nyeri saat menelan dan terasa ada yang mengganjal di
tenggorokan nya saat ia menelan. Rasa nyeri nya dalam skala 4. Tenggorokan nya juga terasa
gatal dan suara pasien menjadi serak. Pasien merasa nyeri tenggorokan nya diperparah saat
memakan gorengan atau makanan yang terlalu berminyak. Pasien juga mengakui adanya
demam sejak hari pertama batuk. Selain itu terdapat keluhan sakit kepala. Pasien juga
mengalami pilek disertai lendir yang berwarna bening. Pasien tidak mengeluhkan adanya
nyeri di dada ataupun sesak nafas, mual dan muntah. Pasien mengatakan bahwa semenjak ia
sakit tenggorokan , tubuhnya terasa lemas. Pasien mengaku buang air kecil dan buang air nya
lancar. Pasien jarang mengonsumsi makanan serat seperti sayur maupun buah yang banyak
mengandung vitamin C. Pasien sudah mengonsumsi obat warung seperti komix dan konidin.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Pasien mengaku pernah mengalami beberapa kali hal yang sama sebelumnya. Terakhir kali ia
merasakan gejala yang sama yaitu sebulan lalu. Pasien manyangkal riwayat asma, hipertensi
ataupun diabetes. Pasien tidak ada riwayat tbc, alergi dan asma.

Riwayat Keluarga :
Pasien mengaku istrinya mengalami kejadian yang sama beberapa minggu yang lalu namun
istrinya kini sudah membaik. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti
diabetes, hipertensi

Riwayat pengobatan :
Pasien mengaku meminum obat konidin dan komix yang dibelinya di warung.

Riwayat alergi :
Pasien memiliki riwayat alergi debu. Ia menyangkal riwayat alergi obat-obatan, makanan dan
udara dingin.

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien bekerja sebagai tukang becak yang memiliki penghasilan yang sedikit. Pasien
tergolong orang menengah ke bawah. Sebagian besar waktunya berada di jalan raya yang
berdebu. Ia menyangkal merokok dan meminum alcohol.

Riwayat Kebiasaan :
Ia menyangkal merokok dan meminum alcohol. Ia sangat suka mengkonsumsi gorengan dan
juga kopi. Pasien jarang mencuci tangan setelah melakukan aktivitas. Pasien jarang
mengonsumsi makanan serat seperti sayur maupun buah yang banyak mengandung vitamin
C

Resume :
Tuan B, umur 49 tahun, datang dengan keluhan batuk berdahak disertai dengan dahak
berwarna putih sejak 4 hari yang lalu. Ia juga mengalami rasa nyeri saat menelan dan terasa
ada yang mengganjal di tenggorokan nya saat ia menelan. Severity rasa nyeri 4. Tenggorokan
nya juga terasa gatal dan suara pasien menjadi serak. Pasien merasa nyeri tenggorokan nya
diperparah saat memakan gorengan atau makanan yang terlalu berminyak. Pasien juga
mengakui adanya demam sejak hari pertama batuk. Selain itu terdapat keluhan sakit kepala.
Pasien juga mengalami pilek disertai lendir yang berwarna bening. Pasien mengatakan bahwa
semenjak ia sakit tenggorokan , tubuhnya terasa lemas. Pasien sudah mengkonsumsi obat
warung seperti komix dan konidin.

Diagnosis :
Faringitis

Diagnosis Banding:
Tonsilitis
Epiglotitis
BAB II

LANDASAN TEORI

DEFINISI

Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang
disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan. Jaringan
yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70%
dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut
yang kemudian disebut sebagai streepthroat (Brunner & Suddarth, 2001)
Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan
lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan
habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis faringitis : 1) Hipertrofik ( penebalan umum dan
kongesti membrane mukosa faring ). 2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis,
keputihan, licin dan waktunya berkerut ). 3) Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada
dinding faring).

FARINGITIS BAKTERI DAN VIRUS

Faringitis streptokokus grup A : nyeri tenggorok, disfagia, eksudat tonsil/faring, demam


(diatas 38oC ), pembesaran kelenjar leher anterior, tidak ada batuk.
Faringitis karena virus : rhinorea, suara serak, batuk, konjungtivitis. Pada beberapa kasus
disertai diare, ulkus di palatum mole dan dinding faring serta eksudat di palatum dan tonsil
yang sulit dibedakan dengasn eksudat karena faringitis streptokokus

ETIOLOGI

Beberapa penyebab dari faringitis yaitu:


a. Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
- Rhinovirus
- Coronavirus
- Virus influenza
- Virus parainfluenza
- Adenovirus
- Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
- Coxsackievirus A
- Cytomegalovirus
- Virus Epstein-Barr
- HIV
b. Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
- Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
- Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5 15 tahun, namun
jarang menyebabkan faringitis pada anak usia <3 tahun.
- Streptokokus grup C dan G
- Neisseria gonorrheae
- Corynebacterium diphtheriae
- Corynebacterium ulcerans
- Yersinia enterocolitica
- Treponema pallidum
- Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan komplikasi
yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.

PATOFISIOLOGI

Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan
epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi
menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan
hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,
putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan
bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan
membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder
pada mukosa faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena
fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema
pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu
juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat
terbentuknya kompleks antigen-antibodi

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terhadap faringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik,


menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dengan
penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:
a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal
b. Penicillin; diberikan secara oral
c. Eritromisin
d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada pasien dengan risiko
demam reumatik berulang. Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk
mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat
digunakan yaitu:
1) Amantadine
2) Rimantadine
3) Oseltamivir
4) Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B
5) Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV

Faringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena
penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air
yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang
lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang
mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18
tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik karena berisiko terkena sindrom Reye.
Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya,
yaitu:
a.Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga
dapat mencegah hidung tersumbat.
b. Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.
c. Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.
d. Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun penggunaan dalam dosis tinggi
perlu pengawasan dokter.
e. Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan
untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi
hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis
besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.

KOMPLIKASI

a. Otitis media akut


b. Abses peri tonsil
c. Abses para faring
d. Toksenia
e. Septikinia
f. Bronkitis
g. Nefritis akut
h. Miokarditis
i. Artritis
BAB III

PEMBAHASAN TEORI

Berdasarkan hasil anamnesis yang dilakukan kepada pasien, Pasien di diagnosa menderita
Faringitis. Diagnosa ini ditegakkan karena manifestasi klinis yang sangat cocok yaitu nyeri saat
menelan, batuk berdahak, suara serak, lemas, demam dll.

Diagnosis bandingnya adalah Epiglotitis. Diagnosis banding ini dipilih karena gejala nya
yang mirip yaitu nyeri saat menelan, sakit tenggorokan dan demam. Yang membedakan epiglottitis
dan faringitis adalah beberapa gejala nya. Pada epiglottitis biasanya ditemukan sesak napas,
sianosis, nafasnya pendek, dan banyak mengeluarkan air liur.

Selain itu, diagnosis banding tonsillitis juga dipilih karena gejalanya yang mirip. Hanya
saja dalam kasus ini, pasien menyangkal menggingil. Pada pasien ini sakit tenggorokan tidak
disertai dengan rasa sakit di telinga. Kemudian tidak adanya pembengkakan pada leher mapun
pipi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Edition. Missouri:
Elsevier.

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I FKUI : Media Aescukpius.

Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta :
Media Action Publlishing

Vous aimerez peut-être aussi