Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ESENFALITIS
NUZULUL ZULKARNAIN HAQ
BAB I
PENDAHULUAN
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius
karena letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan
kendali gerak, pikiran,bahkan kematian. Kebanyakan ksus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme,seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan
otak.
Sedangkan ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi
virus.Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,seperti meningitis,atau
komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh
bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis,malaria,atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang system kekebalan
tubuhnya kurang. Kerysakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan meningitis ensefalitis yang
meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan dan evaluasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MENINGITIS
2.1.1 Definisi
Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal
cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya
seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis)
dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari
mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan
bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
2.1.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme tetapi kebanyakan klien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi sistemik,
lainnya. Etiologi dapat dikelompokkan sesuai dengan klasifikasi :
Sering terjadi pada musim dingin, saat terjadi infeksi saluran pernafasan. Jenis organisme yang
sering menyebabkan meningitis bacterial adalah streptokokus pneumonia dan neisseria
meningitis.
Meningococal meningitis adalah tipe dari meningitis bacterial yang sering terjadi pada daerah
penduduk yang padat, spt: asrama, penjara. Klien yang mempunyai kondisi spt: otitis media,
pneumonia, sinusitis akut atau sickle sell anemia yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadi
meningitis. Fraktur tulang tengkorak atau pembedahan spinal dapat juga menyebabkan
meningitis . Selain itu juga dapat terjadi pada orang dengan gangguan sistem imun, spt: AIDS
dan defisiensi imunologi baik yang congenital ataupun yang didapat.
Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari
bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan
otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan
cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan menyebabkan jaringan otak
akan mengalami infark.
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen; cenderung jinak dan bisa sembuh sendiri. Virus
biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya sistem nasofaring dan
saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat melalui sistem vaskuler.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus spt: campak, mumps, herpes simplek dan
herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel sehingga sell cepat mengalami
nekrosis. Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau neurotransmitter yang dapat
menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
3. Meningitis Jamur
Meningitis Cryptococcal adalah infeksi jamur yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada klien
dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantung dari system kekebalan tubuh yang akan
berefek pada respon inflamasi Respon inflamasi yang ditimbulkan pada klien dengan
menurunnya sistem imun antara lain: bisa demam/tidak, sakit kepala, mual, muntah dan
menurunnya status mental.
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara hematogen sampai ke
selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis, pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan olh bakteri terdiri atas faktor pencetus sebagai
berikut diantaranya adalah :
1. Otitis media
2. Pneumonia
3. Sinusitis
4. Sickle cell anemia
5. Fraktur cranial, trauma otak
6. Operasi spinal
7. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh
seperti AIDS.
2. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang memungkinkan
terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan rhinorhea
3. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah, operasi
cranium
a) Demam
b) Mengigil
c) Sakit kepala
d) Muntah
g) Peka rangsang
h) Agitasi
i) Dapat terjadi: Fotophobia (apabila cahaya diarahkan pada mata pasien (adanya disfungsi
pada saraf III, IV, dan VI))
,Delirium, Halusinasi, perilaku agresi, mengantuk, stupor, koma.
a) Demam
b) Muntah
e) Fontanel menonjol.
3.Neonatus:
a) Tanda-tanda spesifik: Secara khusus sulit untuk didiagnosa serta manifestasi tidak jelas dan
spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa hari, seperti
e) Tonus buruk.
f) Kurang gerakan.
g) Menangis buruk.
i) Tanda-tanda non-spesifik:
k) Peka rangsang.
l) Mengantuk.
m) Kejang.
o) Sianosis.
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu: duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan
di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem
ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid
yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan subarachnoid. Organisme masuk ke dalam
aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang
dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen
dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding
membran ventrikel serebral. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan
oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara
cairan otak dengan lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke
cairan otak melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Meningitis bakteri dihubungkan
dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah,
daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK. Faktor predisposisi
mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid
menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong
perkembangan bakteri.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan
meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point dentry masuknya kuman
juga bisa melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya
adalah adanya rinorrhea, otorrhea pada fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya CSF
dengan lingkungan luar.
Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis adalah analisa cairan otak. Analisa cairan
otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa Lumbal Pungsi. Lumbal pungsi
biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan protein.cairan cerebrospinal, dengan
syarat tidak ditemukan adanya peningkatan TIK. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada
pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial..
Kaku kuduk pada meningitis bisa ditemukan dengan melakukan pemeriksaan fleksi pada kepala
klien yang akan menimbulkan nyeri, disebabkan oleh adanya iritasi meningeal khususnya pada
nervus cranial ke XI, yaitu Asesoris yang mempersarafi otot bagian belakang leher, sehingga
akan menjadi hipersensitif dan terjadi rigiditas.
Sedangan pada pemeriksaan Kernigs sign (+) dan Brudzinsky sign (+) menandakan bahwa
infeksi atau iritasi sudah mencapai ke medulla spinalis bagian bawah.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai
normal. Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan
kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum
glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi
Ronsen dada/kepala/ sinus: mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi serta sequelle yang timbul biasanya berhubungan dengan proses inflamasi pada
meningen dan pembuluh darah cerebral (kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal,
hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus pada organ tubuh lainnya (infeksi
okular, arthritis, purpura, pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis, epididymitis,
albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat terjadi sebagai komplikasi dari
meningitis. Komplikasi dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian atas, telinga
tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya disebabkan karena komplikasi dari nervous system.
2.1.7 Penatalaksanaan
Farmakologis
1) Meningitis tuberkulosa :
1. Isoniazid 10 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gram selama 1 tahun.
2. Rifamfisin 10 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 2 kali sehari, selama 3
bulan.
a) Sefalosporin generasi ke 3
b) Sefalosforin generasi ke 3.
b. Pengobatan simtomatis :
3) Turunkan panas :
c. Pengobatan suportif :
1) Cairan intravena.
Perawatan
2) Hisap lender
sesering mungkin.
d. Pemantauan ketat.
1) Tekanan darah
2) Respirasi
3) Nadi
2.2.1 Definisi
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme
lain yang non purulent.
Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang
ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan
tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan
menyebabkan kematian.
2.2.2 Etiologi
1. Ensefalitis Supurativa
Bakteri penyebab ensefalitis supurativa adalah : staphylococcus aureus, streptococcus, E.coli dan
M.tuberculosa.
Patogenesis:
Peradangan dapat menjalar ke jaringan otak dari otitis media, mastoiditis, sinusitis, atau dari
piema yang berasl dari radang, abses di dalam paru, bronchiektasi, empiema, osteomeylitis
cranium, fraktur terbuka, trauma yang menembus ke dalam otak dan tromboflebitis. Reaksi dini
jaringan otak terhadap kuman yang bersarang adalah edema, kongesti yang disusul dengan
pelunakan dan pembentukan abses. Disekeliling daerah yang meradang berproliferasi jaringan
ikat dan astrosit yang membentuk kapsula. Bila kapsula pecah terbentuklah abses yang masuk
ventrikel. Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum, tanda-
tanda meningkatnya tekanan intracranial yaitu : nyeri kepala yang kronik dan progresif,muntah,
penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
2. Ensefalitis Siphylis
Patogenesis
Disebabkan oleh Treponema pallidum. Infeksi terjadi melalui permukaan tubuh umumnya
sewaktu kontak seksual. Setelah penetrasi melalui epithelium yang terluka, kuman tiba di sistim
limfatik, melalui kelenjar limfe kuman diserap darah sehingga terjadi spiroketemia. Hal ini
berlangsung beberapa waktu hingga menginvasi susunansaraf pusat Treponema pallidum akan
tersebar diseluruh korteks serebri dan bagianbagian lain susunan saraf pusat.
3. Ensefalitis Virus
a. Virus RNA
b. Virus DNA
virus Epstein-barr
Retrovirus : AIDS
Gangguan utama terdapat didalam pembuluh darah mengenai parasit. Sel darah merah yang
terinfeksi plasmodium falsifarum akan melekat satu sama lainnya sehingga menimbulkan
penyumbatan-penyumbatan. Hemorrhagic petechia dan nekrosis fokal yang tersebar secara difus
ditemukan pada selaput otak dan jaringan otak. Kelainan neurologik tergantung pada lokasi
kerusakan-kerusakan.
b. Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii pada orang dewasa biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala kecuali dalam
keadaan dengan daya imunitas menurun. Didalam tubuh manusia parasit ini dapat bertahan
dalam bentuk kista terutama di otot dan jaringan otak.
c. Amebiasis
Amoeba genus Naegleria dapat masuk ke tubuh melalui hidung ketika berenang di air yang
terinfeksi dan kemudian menimbulkan meningoencefalitis akut. Gejala-gejalanya adalah demam
akut, nausea, muntah, nyeri kepala, kaku kuduk dan kesadaran menurun.
d. Sistiserkosis
Cysticercus cellulosae ialah stadium larva taenia. Larva menembus mukosa dan masuk kedalam
pembuluh darah, menyebar ke seluruh badan. Larva dapat tumbuh menjadi sistiserkus, berbentuk
kista di dalam ventrikel dan parenkim otak. Bentuk rasemosanya tumbuh didalam meninges atau
tersebar didalam sisterna. Jaringan akan bereaksi dan membentuk kapsula disekitarnya.
Fungus yang dapat menyebabkan radang antara lain : candida albicans, Cryptococcus
neoformans,Coccidiodis, Aspergillus, Fumagatus dan Mucor mycosis. Gambaran yang
ditimbulkan infeksi fungus pada sistim saraf pusat
5. Riketsiosis Serebri
Riketsia dapat masuk ke dalam tubuh melalui gigitan kutu dan dapat menyebabkan Ensefalitis.
Di dalam dinding pembuluh darah timbul noduli yang terdiri atas sebukan sel-sel mononuclear,
yang terdapat pula disekitar pembuluh
darah di dalam jaringan otak. Didalam pembuluh darah yang terkena akan terjadi trombosis.
Gejala-gejalanya ialah nyeri kepala, demam, mula-mula sukar tidur, kemudian mungkin
kesadaran dapat menurun. Gejala-gejala neurologik menunjukan lesi yang tersebar.
Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan
khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias
Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun
tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut:
Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala :
kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks
tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.
2.2.4 Patofisiologi
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke
dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
1. Setempat: virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lender permukaan atau organ
tertentu.
2. Penyebaran hematogen primer: virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar ke
organ dan berkembang biak di organ tersebut.
3. Penyebaran melalui saraf-saraf: virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem saraf.
1. Biakan:
1. Dari darah viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk
mendapatkan hasil yang positif.
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat
gambaran jenis kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3. Dari feses, untuk jenis enterovirus sering didapat hasil yang positif
4. Dari swap hidung dan tenggorokan, didapat hasil kultur positif.
5. Pemeriksaan serologis : uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji
neutralisasi. Pada pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh.
IgM dapat dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
6. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
7. Punksi lumbal Likuor serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang
ditemukan sedikit peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
8. EEG/ Electroencephalography
EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai dengan kesadaran yang
menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut
otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan.(Smeltzer, 2002)
1. CT scan
Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal, tetapi bisa pula didapat hasil edema
diffuse, dan pada kasus khusus seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada
lobus inferomedial temporal dan lobus frontal.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ensefalitis berupa sekuele neurologikus yang nampak pada 30 %
anak dengan berbagai agen penyebab, usia penderita, gejala klinik, dan penanganan selama
perawatan. Perawatan jangka panjang dengan terus mengikuti perkembangan penderita dari dekat
merupakan hal yang krusial untuk mendeteksi adanya sekuele secara dini. Walaupun sebagian
besar penderita mengalami perubahan serius pada susunan saraf pusat (SSP), komplikasi yang
berat tidak selalu terjadi. Komplikasi pada SSP meliputi tuli saraf, kebutaan kortikal,
hemiparesis, quadriparesis, hipertonia muskulorum, ataksia, epilepsi, retardasi mental dan
motorik, gangguan belajar, hidrosefalus obstruktif, dan atrofi serebral.
2.2.7 Penatalaksanaan
Isolasi
Isolasi bertujuan untuk mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan
pencegahan.
Terapi antimikroba :
1. Ensefalitis supurativa
1. Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
2. Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari.
3. Ensefalitis syphilis
1. Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
2. Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4 x
500mg oral selama 14 hari.
1. Pengobatan antivirus diberikan pada ensefalitis virus dengan penyebab herpes zoster-
varicella:
- Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8 jam hingga tampak perbaikan.
1. Toxoplasmosis
1. Amebiasis
- Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
1. Riketsiosis serebri
a) Mempertahankan hidrasi, monitor balance cairan : jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan anak.
Encephalitis Meningitis
Kesadaran Kesadaran relatif masih baik
Demam Demam
Lokasi terinfeksi di jaringan otak Lokasi terinfeksi di selaput otak
Banyak disebabkan virus Banyak disebabkan bakteri
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Anamnesa
1. Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor
register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan
klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan kotor dapat mempercepat atau
memperberat keadaan penyakit infeksi. ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
1. Keluhan utama:
Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari ,
sakit kepala.
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah menderita penyakit
Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan tenggorokan.
1. Imunisasi:
kapan terakhir diberi imunisasi DTP karena ensafalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.
B2 (Blood) : Adanya kompresi pada pusat vasomotor menyebabkan terjadi iskemik pada
daerah tersebut, hal ini akan merangsaang vasokonstriktor dan menyebabkan tekanan darah
meningkat. Tekanan pada pusat vasomotor menyebabkan meningkatnya transmitter rangsang
parasimpatis ke jantung.
B4 (Bladder) : Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.
B5 (Bowel) : Penderita akan merasa mual dan muntah karena peningkatan tekanan
intrakranial yang menstimulasi hipotalamus anterior dan nervus vagus sehingga meningkatkan
sekresi asam lambung. Dapat pula terjadi diare akibat terjadi peradangan sehingga terjadi
hipermetabolisme (F. Sri Susilanigsih, 1994).
B6 (Bone) : Kelemahan
Transudasi cairan
Edema serebri
Volume tengkorak
TIK
Vasospasme pembuluh
darah serebri
Sirkulasi terhenti
Hipertermi
Penyebaran toksin ke
jaringan tubuh
$
Sepsis
3.3 Diagnosa
3.4 Intervensi
Intervensi Rasional
Mandiri
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Beri tindakan isolasi sebagai Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin
pencegahan diperlukan sampai organisme diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan untuk
menurunkan resiko penyebaran pada orang
lain
1. Pertahankan teknik aseptik dan teknik Menurunkan resiko pasien terkena infeksi
cuci tangan yang tepat. sekunder. Mengontrol penyebaran sumber
infeksi
1. Ubah posisi pasien secara teratur, Memobilisasi secret dan meningkatkan
dianjurkan nafas dalam kelancaran secret yang akan menurunkan
resiko terjadinya komplikasi terhadap
pernapasan
Kolaborasi
1. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin Obat yang dipilih tergantung pada tipe
G, ampisilin, klorampenikol, infeksi dan sensitivitas individu
gentamisin.
Diagnosa 3 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang mengubah/
menghentikan darah arteri/virus
Intervensi Rasional
Mandiri
Dia
1. Tirah baring dengan posisi Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan gnos
kepala datar. potensi adanya resiko herniasi batang otak yang a4:
memerlukan tindakan medis dengan segera Risi
1. Bantu berkemih, membatasi Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan ko
batuk, muntah mengejan. intratorak dan intraabdomen yang dapat ting
men9ingkatkan TIK. gi
terh
1. Kolaborasi.
adap
Tinggikan kepala tempat tidur
cede
15-45 derajat. Peningkatanaliran vena dari kepal akna
ra
menurunkan TIK
berh
1. Berikan cairan iv (larutan Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan ubu
hipertonik, elektrolit ). TIK. nga
n
1. Berikan obat : steroid, Menurunkan permeabilitas kapiler untuk den
clorpomasin, asetaminofen membatasi edema serebral, mengatasi kelainan gan
postur tubuh atau menggigil yang dapat keja
meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi ng
oksigen dan resiko kejang umu
m/lokal, kelemahan umum.
Intervensi Rasional
1. Mandiri
Pertahankan penghalang tempat tidur
tetap terpasang dan pasang jalan nafas Melindungi pasien bila terjadi kejang
buatan
1. Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika
terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
Kolaborasi
Intervensi Rasional
1. Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal akstremitas dan
menurunkan terjadinya vena yang statis
1. Berikan perawatan kulit, masase Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan
dengan pelembab. menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit
Diagnosa 6 : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan myelin pada akson dan
whitematter
Intervensi Rasional
Mandiri
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pengeluaran panas secara konduksi
1. Berikan kompres hangat 2. Pengeluaran panas secara evaporasi
2. Anjurkan klien untuk menggunakan
baju yang tipis. 3.Menentukan keberhasilan tindakan
3. Observasi Suhu tubuh klien
1.
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau
keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik,
mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang membran pelindung system saraf pusat.Penyakit ini dapat disebabkan
oleh mikroorganisme,luka fisik,kanker,obat obatan tertentu. Sedangkan ensefalitis adalah
peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus.
Meskipun penyebabnya berbeda, manifestasi klinis dari kedua penyakit ini hampir sama dan
khas. Yaitu pusing, demam, dan kejang. Oleh karena itu penatalaksanaannyapun hampir sama,
terdiri dari terapi farmakologi dan non farmakologi.
DAFTAR PUSTAKA
. Patofisiologi
Menurut Suriadi dan Rita dalam buku Asuhan Keperawatan pada Anak terdapat beberapa tahapan yang
terjadi hingga terjadinya infeksi pada meningen, yaitu :
- Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat menyebabkan
obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intrakranial. Efek patologi dan
peradangan tersebut adalah : hiperemi pada meningen. Edema dan eksudasi yang semuanya itu
menyebabkan tekanan intrakranial.
- Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya dapat melalui trauma
penetrasi, prosedur pembedahan, ataub pecahnya abses serebral atau -kelainan sistem saraf pusat.
Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengorak dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadi
hubungan antara Cerebro Spinal Fluid (CSF) dan dunia luar.
- Masuknya organisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub-arachnoid dan menimbulkan respon
peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel.
- Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan
sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.
- Pembentukan eksudat pada meningitis bakteri : netrofil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan
sel respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibantuk di ruang sub-arachnoid.
Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis.
Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah yang dapat menimbulkan ruptur atau trombosis
dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infark.
- Pembentukan eksudat pada meningitis virus pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada
mikroorganisme pada kultur CSF.